Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS OMSET : PENGARUH TC DAN

CABANG DENGAN OMSET DOMINAN


TERHADAP TURUNNYA OMSET
TADIKA PURI SECARA NASIONAL
This article describes the turnover and position of competitiveness in education at Tadika Puri. The cluster approach is used to obtain
a complete map of the problems and required policies. The development of educational institutions plays an important role for
development Turnover of Tadika Puri.
Keywords: small and medium scale enterprises, local economic development,clus- ter

TOFFAN HERMANA HARMA

DVP DCP DMK DSP DGA


LATAR BELAKANG PERUMUSAN TUJUAN MANFAAT KERANGKA PIKIR

SISTEMATIKA
Landasan Internal

Pengambilan Kebijakan
Metode
Sumber daya manusia
Analisis Turunan
Sistem
Hasil Tools

Pengambilan Eksternal
Keputusan

TRAINING CENTRE BANDUNG


LATAR BELAKANG

Kebanyakan sektor pendidikan berkembang mengandalkan pendekatan growth centre (pusat pertumbuhan) dan industry pendidikan
sebagai leading sector dalam strategi pemasarannya. Secara teoritik market pinggiran (periphery) akan berkembang melalui efek menyebar
(spread effects) dan efek tetesan kebawah (trickle down effect). Tetapi pada kenyataannya, strategi ini tidak hanya gagal dalam
menyebarkan dan merembeskan efek dari pusat-pusat pertumbuhan dan mempercepat proses transfromasi market pinggiran, tetapi justru
kesenjangan market sosial pendidikan semakin melebar.

Banyak para ahli yang kemudian mengemukakan bahwa perbedaan dalam pembentukan karakteristik sumber daya manusia dan faktor
input tidak banyak menjelaskan mengapa timbul perbedaan dalam pertumbuhan pendidikan non formal. Hal ini selanjutnya menimbulkan
pendapat bahwa ada banyak faktor yang tadinya dianggap “residual”, ikut berperan dalam meningkatkan pertumbuhan pendidikan. Faktor
residual yang dimaksud diantaranya adalah human investment dan kemajuan teknologi. Pentingnya human investment, yang menekankan
pada peranan faktor pendidikan dan budaya, merupakan suatu tahapan awal menuju konsep pendidikan pendidikan yang diharapkan.

Pada sisi yang lain, pendidikan non formal di Indonesia rupanya menampakkan kemajuan yang membanggakan beberapa saat sebelum
krisis yang lalu. Lihat saja, pendidikan infrastruktur yang fenomenal, kompetitor yang meningkat tajam dan pertumbuhan pendidikan yang
tinggi adalah beberapa contoh kemajuan yang patut mendapat pujian. Berbagai kemajuan ini telah membuat negara maju membuka mata
kepada Indonesia sebagai negara yang siap bangun dan menjadi peta kekuatan baru dalam pendidikan dunia. Namun, krisis ini telah
membuka mata kita akan banyaknya distorsi yang terjadi dalam dunia Indonesia. Perilaku perburuan rente (rent seeking behaviour)
misalnya, merupakan salah satu contoh distorsi, yang disebabkan oleh kelemahan sistem pendidikan kita.

Seers (dalam Chaniago, 2001) menyatakan bahwa gagasan tentang pendidikan semakin mengakomodasi pentingnya martabat manusia dan
kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan pokok keberhasilan. Maka, pendidikan tidak bisa dikatakan berhasil bila salah satu saja dari tiga
hal, yaitu kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan menjadi lebih buruk, meskipun pendapatan per kapitanya melambung tinggi.

DVP DCP DMK DSP DGA


TRAINING CENTRE BANDUNG
KAJIAN TEORITIS
Konsep Pengembangan Pendidikan Non Formal
Pengembangan pendidikan non formal merupakan proses penataan kemitraan , untuk merangsang pertumbuhan kegiatan pendidikan di
suatu wilayah dan menciptakan peluang bisnis dan lapangan pekerjaan. Secara alamiah, pengembangan pendidikan non formal selalu akan
memperhatikan potensi dan kondisi sumber daya dalam kaitan usaha pemanfaatan potensi peluang. pengembangan kegiatan pendidikan
non formal yang mempunyai potensi kuat untuk tumbuh di semua cabang serta dapat meningkatkan kegiatan pendidikan non formal yang
sudah ada tetapi belum dikelola dengan baik maupun kegiatan pendidikan yang potensial lainnya, tetapi belum digali secara optimal.

Cabang diharapkan menjadi bagian kegiatan pendidikan yang unggul secara kualitas, efisien di dalam berproduksi sehingga biaya produksi
rendah, dan unggul dalam menguasai pasar sehingga produk yang dihasilkan mampu bersaing di pasar regional, nasional atau bahkan
global. Selain itu, yang utama adalah mampu menyediakan kesempatan kerja luas yang berimplikasi pada peningkatan pendapatan yayasan
serta mampu berperan di dalam proses peningkatan pendapatan cabang itu sendiri.

Pengembangan kapasitas calon siswa merupakan upaya untuk meningkatkan pendidikan non formal melalui kegiatan marketing produktif
berbasis cabang yang berdaya saing. Cabang yang harus dikembangkan oleh suatu market, sebaiknya mempunyai ciri-ciri (source of
advantage) sebagai berikut (Sumodiningrat, 2000) :

Comparative Advantage Competitive Advantage Institusional Advantage


Berbasis potensi wilayah setempat ( market daerah) Mempunyai keunggulan kompetitive, berupa Kedua keunggulan diatas, sebaiknya didukung oleh
sistem kelembagaan yang kondusif bagi pengembangan
dan dapat berkembang secara baik di wilayah kemampuan usaha yang lebih baik cabang yang berdaya saing serta Dukungan sistem
tersebut, sebagai sesuatu keunggulan komparatif dibandingkan dengan wilayah lain, termasuk kelembagaan adalah sangat penting sebagai bentuk
yang dimiliki oleh wilayah bersangkutan, termasuk kemampuan penguasaan teknologi, baik peran serta segenap pihak untuk mengembangkan
keunggulan dalam kemampuan sumber daya teknologi software (berupa manajemen) dan kemampuan personil non formal dalam melakukan
manusia secara finacial. teknologi hardware ( marketing tools). kegiatan pendidikan produktif, baik dari unsur
infrastruktur dan kemampuan daya beli produk di suatu
daerah.

DVP DCP DMK DSP DGA


TRAINING CENTRE BANDUNG
METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Penelitian ini akan menganalisa tentang pengaruh seberapa besar efek cabang dan tc dominan omset terhadap penurunan omset tadika
puri secara menyeluruh dalam skala nasional. Jenis penelitian adalah explanatory research (penelitian penjelasan), karena penelitian ini
membahas hubungan antar variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya dengan fokus terletak pada
penjelasan hubungan antar variabel (Singarimbun dan Effendi, 1995)

Teknik analisis yang digunakan :

Analisis statistik deskriptif, dimana analisis dilakukan untuk mendapatkan gambaran/deskripsi dari setiap variabel yang diteliti dengan
menggunakan distribusi frekuensi, mean (rata-rata), dan persentase (%).

Analisis statistik inferensial, digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah ditetapkan dengan menggunakan sampel yang ada.
Dalam penelitian ini menggunakan regresi karena akan dilihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, baik secara simultan
maupun parsial

Analisis Omset Usaha ( Tahap 1 )


1 Variabel Dependen (Y) 2 Variabel Independen (X)
Variabel yang digunakan adalah:
Omzet Nasional IDM Jumlah - IDM Skill Kebijakan Optional - Kebijakan
Data Jumlah - Data Valid Pengambilan Keputusan
Produk Harga Jual - Produk Jenis Pengelolaan Manajemen –
Performa 4 Bulan Terakhir TC Dan Cabang Dominan Standarisasi Manajemen
( Omzet Konsisten - Omzet Dalam Jumlah ) Marketing tools –
Analisa – Strategi - Resiko

DVP DCP DMK DSP DGA


TRAINING CENTRE BANDUNG
PENDAPATAN TIDAK OMZET
SESUAI HARAPAN

Jumlah SDM Asset Penunjang


Keuntungan Pengharapan
(Profit Oktober)
Kondisi SDM

Cashflow Keharusan Kemampuan SDM Data Maksimal


Produksi Kondisi

DVP DCP DMK DSP DGA


TRAINING CENTRE BANDUNG
β1 (IDM Jumlah – IDM Skill)
+
β2 (Data Jumlah – Data Valid)

OMZET +
NASIONAL
= β3 (Omzet Konsisten Cabang / TC – Omzet Dalam Jumlah Nominal Cabang / TC 4bln Terakhir)
+
β4 (Produk Harga Jual – Produk Dalam jenis)
+
β5 (Kebijakan Keputusan – Kebijakan Pengambilan Keputusan)
+
β6 (Pengelolaan Manajemen – Standarisasi Manajemen)
+
β7 (Kompetitor Produk Sejenis – Kompetitor Pengembangan dan Faktor)

DVP DCP DMK DSP DGA


TRAINING CENTRE BANDUNG
Keterangan:

Omset menunjukkan nilai penjualan dalam 4 bulan Terakhir dalam jutaan rupiah.

IDM Mewakili menunjukkan jumlah tenaga kerja dan skill yang diserap oleh perusahaan.

Data menunjukkan nilai modal awal yang digunakan untuk memulai Proses follow up dalam modal jutaan rupiah.

Konsistensi pencapaian omset dalam kurun 4 bulan terakhir menunjukkan keunggulan dalam jaringan usaha, yang diberi skor 5 (sangat kuat),
4 (kuat), 3 (sedang), 2 (lemah) dan 1 (sangat lemah).

Produk menggunakan variabel dummy, dimana 1 = Minat Produk dan 0 = Jenis produk.
Harga menunjukkan keunggulan harga dalam persaingan, yang diberi skor 5 (sangat kuat), 4 (kuat), 3 (sedang), 2 (lemah) dan 1 (sangat lemah).

Error (e) menunjukkan variabel pengganggu.

Analisis Omset Usaha ( Tahap 2 )


Variabel yang digunakan adalah: 1 Variabel Dependen (Y) 2 Variabel Dependen (Y)
Produktifitas Produktifitas Respon
Kualitas Harga Kebijakan
Loyalitas SDM

DVP DCP DMK DSP DGA


TRAINING CENTRE BANDUNG
Posisi Bersaing = þ 0 + Inovasi + Kualitas + Loyalitas + Respon + Harga + Kebijakan + SDM + e

Keterangan

Posisi menunjukkan posisi perusahaan dalam persaingan, yang diberi skor 5 (sangat kuat), 4 (kuat), 3 (sedang), 2 (lemah) dan 1 (sangat lemah).

Inovasi, menunjukkan kemampuan perusahaan melakukan inovasi/pengembangan produk, yang diberi skor 5 (sangat kuat), 4 (kuat), 3 (sedang), 2
(lemah) dan 1 (sangat lemah).

Kualitas menunjukkan fokus strategi perusahaan pada kualitas, yang diberi skor 5 (sangat kuat), 4 (kuat), 3 (sedang), 2 (lemah) dan 1 (sangat lemah).

Loyalitas menunjukkan seberapa jauh loyalitas konsumen terhadap produk/merk perusahaan, yang diberi skor 5 (sangat kuat), 4 (kuat), 3 (sedang), 2
(lemah) dan 1 (sangat lemah).

Respon menunjukkan kemampuan perusahaan dalam merespon perubahan, yang diberi skor 5 (sangat kuat), 4 (kuat), 3 (sedang), 2 (lemah) dan 1
(sangat lemah).

Harga menunjukkan keunggulan harga dalam persaingan, yang diberi skor 5 (sangat kuat), 4 (kuat), 3 (sedang), 2 (lemah) dan 1 (sangat lemah).

Kebijakan menggunakan variabel dummy, dimana 1 = kebijakan optional dan 0 = kebijakan keputusan

SDM menunjukkan keunggulan berupa tenaga kerja yang terlatih, yang diberi skor 5 (sangat kuat), 4 (kuat), 3 (sedang), 2 (lemah) dan 1 (sangat lemah).

Error (e) menunjukkan variabel pengganggu.

DVP DCP DMK DSP DGA


TRAINING CENTRE BANDUNG
HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi 34 Cabang Aktif


34 cabang yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia mewakili karakteristik daerah terhadap ketertarikan pada Produk Non Formal itu sendiri. Dengan
jumlah sebesar ini, maka akan sangat krusial untuk dilakukan program pengembangan terhadap kegiatan pengembangan sdm secara menyeluruh dan
serentak. Apalagi mengingat permasalahan dalam omset ini sangat kompleks, terutama sekali karena penetrasi produk kompetitor dengan harga yang
sangat bersaing membuat para pelaku di non formal ini menghadapi permasalahan yang sangat besar.
Realita yang terjadi saat ini, terjadi penurunan pada penjualan produk non formal. Hal ini ditengarai karena persaingan yang tajam dengan kompetitor.
Secara umum, sebenarnya produk non formal masih diminati oleh masyarakat. Hanya saja, produk kompetitor harus diakui memiliki banyak variasi baik
model, trend, dan bahan ajarnya serta teknisnya/teknologi pengelolaanya.

Analisa Identitas Cabang


Dari hasil data yang diolah, diketahui tadika puri non-formal tersebar di 34 cabang di seluruh Indonesia dan semuanya belum mencapai target yang
diharapkan. Selain itu juga diliat dari performa kepala cabang itu sendiri dan hanya beberapa data sample yang konsisten bias diambil. Rata-rata tingkat
kematangan seseorang bisa diliat dari umur dan pengalaman. Umur 25th – 30th itu 30%, 31th – 40th itu 40%, dan diatas 40th itu 30%. Hal ini menjelaskan
bahwa kepala cabang memiliki usia produktif yang tentunya akan berpengaruh pada kelangsungan cabangnya. Khususnya dalam proses inovasi dan
pengembangan yang akan datang.
Dari 34 sample kepala cabang yang diteliti sebagian besar 60% dari 30 cabang selalu tidak memenuhi target 60% setiap bulannya. Hal ini sebagian besar
dipengaruhi tingkat kematangan dalam menerima kebijakan serta menjalankan kebijakan itu secara maksimal.

DVP DCP DMK DSP DGA


TRAINING CENTRE BANDUNG
Akumulasi Omset
Dilihat dari konsistensi awal, cabang memiliki perbedaan satu dari cabang lainnya. Sebagian besar masih dibawah 60%, dapat kita klasifikasikan dalam 3
klaster cabang, yakni :
1. Low Performance
Cabang yang setiap bulannya tidak pernah mencapai 60% selama dalam kurun waktu tertentu.
2. Middle Performance
Cabang yang tingkat konsistennya belum bisa dijadikan acuan, karena performa yang tidak konsisten dan lebih sering mengalami kegagalan dibandingkan
peluang berhasilnya.
3. High Performance
Dimana cabang sering mencapai target 60%, namun dibeberapa periode waktu tertentu masih bisa terbawa resude resistence dari faktor-faktor
fundamental dan pengelolaan cabang itu sendiri.

Dari 34 cabang yang dilakukan memberikan sample data dalam 4 bulan terakhir, minimal pencapaian cabang dengan kelas Low Performance – High
Performance, yakni diantara sekitaran Rp. 50.000.000 s.d Rp. 500.000.000. Sedangkan penjualan pertahun yang tertinggi diakumulasikan dalam jumlah
siswa yang masuk

Administrasi Cabang
Sebagian besar cabang telah melakukan pembukuan keuangan dengan baik. Rata-rata yang melakukan administrasi cabang yang baik itu termasuk klaster
Middle Performance dan High Performance.

DVP DCP DMK DSP DGA


TRAINING CENTRE BANDUNG
Profil SDM
Jumlah estimasi keseluruhan dari 34 cabang yang diambil data samplenya sebanyak rata-rata 5 orang/cabang x 34 cabang = 170 orang, yang kebanyakan
berasal dari luar daerah tempat mereka bekerja. Dimana proses perekrutan dilakukan berdasarkan keputusan dan kebijakan.

Dalam proses kegiatan usaha cabang dimana distribusi dan pemasaran telah dilakukan pembagian kerja. Perlu penegasan dalam penataan kembali
pembagian tenaga kerja secara jelas. Pembagian kerja yang jelas bisa dibagi dalam 3 hal :
1. Pengelolaan manajemen
2. Pengelolaan administrasi keuangan
3. Aktivitas pemasaran dengan pembagian 20% pengeloaan manajemen, 40% pengelolaan keuangan, dan 40% pengelolaan pemasaran.
Dapat kita lihat juga dari sisi pendidikan tenaga kerja itu sendiri. Rata-rata 70% tamatan SMA dan 30% tamatan S1. Tingginya pekerja pendidikan lebih
rendah daripada yang lain. Hal ini sangat mempengaruhi sistem informasi manajemen karena keahlian dan bakat serta tenaga untuk menyerap informasi
akan berbeda sudut pandangnya, sehingga berpengaruh terhadap performa integritas harian.

Pencapaian Target Data


Dari hasil survey diketahui bahwa seluruh cabang tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku data. Pasokan bahan baku diperoleh dari pusat
dan beberapa market lainnya.

Dalam upaya mempertahankan keberlangsungan cabang, cabang diperlukan pengembangan sudut pandang pemikiran agar tetap eksis dan bersaing
dipasar. Dari hasil survey diperoleh bahwa seluruh usaha telah melakukan pengembangan produknya. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam upaya
mengembangkan produknya diantaranya adalah sebagai berikut:

Mengikuti trend pasar, peningkatan mutu produk dan inovasi desain Mencontoh model, merubah model lama

Variasi model dan bahan baku, penggunaan tenknologi informasi Membuat contoh, meniru yang laku di pasaran

Membuat model baru, merubah model yang laku di pasar Melakukan pecah model, mencontoh model yang terlaris dipasaran

Mengikuti perkembangan pasar dari sales Menambah accessories produk, membuat model baru yang laku di pasar
DVP DCP DMK DSP DGA
TRAINING CENTRE BANDUNG
Dalam upaya pengembangan produk tentunya usaha harus bisa merespon keinginan/selera konsumen.Cara yang biasa digunakan diantaranya adalah
sebagai berikut:

Peningkatan mutu dan desain Mengikuti trend pasar, melayani pesanan pasar, penambahan accessories

Mengikuti tren, peningkatan informasi dari rekanan usaha, trend pasar Meningkatan kualitas produksi, pengerjaan tepat waktu, penawaran langsung
ke konsumen
Pameran-pameran, peningkatan mutu produksi dan desain Pengerjaan sesuai dengan pesanan

Selain pengembangan produk, hal yang paling utama dalam upaya menjaga kualitas produk adalah adanya kontrol terhadap kualitas produk. Hasil survey
menunjukan bahwa seluruh usaha telah melakukan kontrol kualitas produk. dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Pengawasan melekat pada bahan baku, proses produksi dan produksi akhir Pengawasan seleksi produksi, pengawasan proses produksi, pengawasan proses akhir dan
Quality Kontrol
Pengawsan secara bertahap, pengawasan bahan baku, pengawasan produksi, Pengontrolan pada proses produksi, pengontrolan pada bahan baku,
pengawasan ahkir produksi pengontrolan pada kualitas

Seleksi kualitas produk, pengawalan ketat bahan baku, pengawalan ketat Tes hasil penjualan, kontrol proses produksi
finishing

DVP DCP DMK DSP DGA


TRAINING CENTRE BANDUNG
Selain pengembangan produk, hal yang paling utama dalam upaya menjaga kualitas produk adalah adanya kontrol terhadap kualitas produk. Hasil survey
menunjukan bahwa seluruh usaha telah melakukan kontrol kualitas produk. dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Pengawasan melekat pada bahan baku, proses produksi dan produksi akhir Pengawasan seleksi produksi, pengawasan proses produksi, pengawasan proses akhir dan
Quality Kontrol
Pengawsan secara bertahap, pengawasan bahan baku, pengawasan produksi, Pengontrolan pada proses produksi, pengontrolan pada bahan baku,
pengawasan ahkir produksi pengontrolan pada kualitas

Seleksi kualitas produk, pengawalan ketat bahan baku, pengawalan ketat Tes hasil penjualan, kontrol proses produksi
finishing

Pemasaran
Faktor yang paling berperan dalam proses pemasaran adalah ketersediaan jaringan usaha untuk memasarkan produknya.
Ada beberapa alasan yang menyebutkan bahwa tenaga pemasaran sangat berguna atau diperlukan diantaranya karena:

Dapat memperluas pasar dan menambah info pasar Dapat memperbesar (meningkatkan) produksi

Dapat memperluas jaringan produk Menyebabkan pemasaran produk lebih merata dan luas

Dapat menjaga kelangsungan produksi Mengakibatkan hasil produk lebih cepat dikenal oleh masyarakat dan lebih
tahu tentang selera pasar

DVP DCP DMK DSP DGA


TRAINING CENTRE BANDUNG
THANK YOU
TOFFAN HERMANA HARMA
TRAINING CENTRE BANDUNG

DVP DCP DMK DSP DGA

Anda mungkin juga menyukai