PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSITe
PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSITe
"
Perkembangan transportasi di Indonesiasaat ini semakin pesat,
sejalan dengan laju perkembangan teknologi dan industri. Oleh karena itu perlu
adanya sarana dan prasarana perhubungan darat, laut dan udara. Prasarana
perhubungan darat adalah masalah paling penting untuk diprioritaskan, karena tanpa
adanya sarana perhubungan darat kegiatan ekonomi, sosial dan budaya maupun
informasi dari suatu daerah akan terhambat.
Pembangunan sarana darat sangat dipengaruhi oleh keadaan topografi daerah
yang dibangun. Masalah yang sering timbul dalam pembangunan jalan raya adalah
trase jalan yang direncanakan terhalang oleh jurang, sungai atau keadaan lain yang
menuntut dibangunnya bangunan penghubung seperti jembatan. Perencaanaan
jembatan ini hendaknya memenuhi persyaratan perencanaan yang harus dapat
menerima beban – beban yang berada diatasnya dengan konstruksi permanen dan
dapat berumur panjang.
Oleh karena itu, dalam penyusunan laporan akhir ini penyusun
membahas mengenai Perencanaan Bangunan Atas Jembatan Komposit Sungai
Sawo. Jembatan ini merupakan elemen yang sangat penting dalam transportasi
untuk mengangkut kayu jati yang berkualitas tinggi di daerah tersebut. Jembatan
Komposit Sungai Sawo terletak Jalan Pembangunan dan Jalan DR. Sitomo
Balikpapan.
!"! !#
1. Perencanaan bangunan atas jembatan tipe komposit dimulai dari penyusunan
Bab I yang isinya antara lain : latar belakang ; permasalahan ; tujuan ;
batasan masalah dan sitematika masalah. Bisa juga dimulai dari bab II,
karena tidak ada keterkaitan yang berarti. Dalam bab II berisi dasar/pedoman
dalam merencanakan jembatan komposit ini. (catatan : tanda panah putus0putus
$ %
WuDL = beban mati berfaktor
WuLL = beban hidup berfaktor
fc’ = mutu beton
fy = mutu baja
Ast = luas tulangan utama
Vu = gaya lintang berfaktor
Vn = gaya geser nominal
Vc = kekuatan geser tulangan
Av = luas tulangan sengkang
S = spasi/jarak sengkang
∅ = diameter tulangan polos
D = diameter tulangan ulir
bf = lebar sayap profil baja
tf = tebal sayap profil baja
bw = tebal badan profil baja
tw = tebal badan profil baja
Ix = momen imersia
bE = lebar efektif pelat
C = gaya tekan
T = gaya tarik
ts = tebal pelat beton
Cc = gaya tekan pada beton
Cs = gaya tekan pada baja
Ts = gaya tarik pada baja
Mn = momen kapasitas penampang
Ec = Elastisitas beton
1. BERAT SENDIRI ( MS )
Berat sendiri ( self weight ) adalah berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan
elemen struktural, ditambah dengan elemen non$struktural yang dipikulnya dan bersifat
tetap. Berat sendiri dihitung berdasarkan berat satuan ( unit weight ) seperti Tabel 1.
Tabel 1. Berat satuan untuk menghitung berat sendiri
Bahan / material Berat sat Bahan / material Berat sat
3 3
( kN/m ) ( kN/m )
Beton bertulang 25.0 Timb. tanah padat 17.2
Beton prategang 25.5 Kerikil dipadatkan 20.0
Beton 24.0 Aspal beton 22.0
Batu pasangan 23.5 Lapisan beraspal 22.0
Baja 77.0 Air murni 9.8
Besi tuang 71.0 Pasir basah 18.4
Besi tempa 75.5 Pasir kering 17.2
Timbal 111.0 Lempung lepas 12.5
Beton ringan 19.6 Kayu ringan 7.8
Neoprin 11.3 Kayu keras 11.0
2. BEBAN MATI TAMBAHAN ( MA )
Beban mati tambahan ( superimposed dead load ), adalah berat seluruh bahan yang
menimbulkan suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non$struktural, dan
mungkin besarnya berubah selama umur jembatan. Jembatan direncanakan mampu
memikul beban tambahan yang berupa :
a. Aspal beton setebal 50 mm untuk pelapisan kembali di kemudian hari (overlay ).
b. Tambahan genangan air hujan setinggi 50 mm apabila saluran drainase tidak beker$
ja dengan baik.
3. TEKANAN TANAH ( TA )
Tekanan tanah lateral dihitung dihitung berdasarkan harga nominal dari berat tanah ws,
sudut gesek dalam φ, dan kohesi c dengan :
ws' = ws
φ' = tan$1 (KφR * tan φ ) dengan faktor reduksi untuk φ', KφR = 0.7
c' = KcR * c dengan faktor reduksi untuk c', K cR = 1.0
Koefisien tekanan tanah aktif, Ka = tan2 ( 45° $ φ' / 2 )
Koefisien tekanan tanah pasif, Kp = tan 2( 45°+ φ' / 2 )
Pada bagian tanah di belakang dinding penahan yang dibebani lalu$lintas, harus diper$
hitungkan adanya beban tambahan yang setara dengan tanah setebal 0.60 m yang
berupa beban merata pada bagian tersebut.
Beban merata : q = 0.60 * Ws
1. BEBAN LALU$LINTAS
Beban lalu$lintas untuk perencanaan jembatan terdiri dari beban lajur "D" dan beban
truk "T". Beban lajur "D" digunakan untuk perhitungan yang mempunyai bentang se$
dang sampai panjang, sedang beban truk "T" digunakan untuk bentang pendek dan
lantai kendaraan. Lalu$lintas rencana mempunyai lebar 2.75 m.
1.1. BEBAN LAJUR "D" ( TD )
Beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi merata (Uniformly Distributed Load), UDL dan
beban garis (Knife Edge Load), KEL seperti terlihat pada Gambar 1.
UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya tergantung pada panjang total L
yang dibebani seperti Gambar 2 atau dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
q = 8.0 kPa untuk L ≤ 30 m
q = 8.0 *( 0.5 + 15 / L ) kPa untuk L > 30 m
5.5 m
p kN/m
KEL
b
90° 5.5 m q kPa 5.5 m
direction of traffic
UDL
100%
50%
10
6
q(kPa)
0
0 20 40 60 80 100
L (m)
40
30
DLA(%)
20
10
0
0 50 100 150 200
Bentang, L (m)
Untuk bentang menerus, digunakan panjang bentang ekivalen yang dinyatakan dengan
rumus : LE = √ ( Lav * Lmax )
Lav = panjang bentang rata$rata
Lmax = panjang bentang maksimum
Pembebanan truk "T" terdiri dari kendaraan truk semi$trailer yang mempunyai susunan
dan beban as seperti pada Gambar 2. Faktor beban dinamis untuk pembebana truk di$
ambil, DLA = 0.3
Pengaruh pengereman dari lalu$lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah me$
manjang, dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan. Besarnya gaya
rem arah memanjang jembatan tergantung panjang total jembatan (Lt) sebagai berikut :
Gaya rem, TTB = 250 kN untuk Lt ≤ 80 m
Gaya rem, TTB = 250 + 2.5*(Lt $ 80) kN untuk 80 < Lt < 180 m
Gaya rem, TTB = 500 kN untuk Lt ≥ 180 m
600
500
400
Gayarem(kN)
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Lt (m)
Trotoar pada jembatan jalan raya direncanakan mampu memikul beban hidup merata
seperti yang dilukiskan pada Gambar 5.
3
q(kPa)
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
A (m2)
1. PENGARUH TEMPERATUR ( ET )
Variasi temperatur rata$rata pada konstruksi jembatan yang digunakan untuk meng$
hitung pemuaian dan gaya yang terjadi akibat perbedaan temperatur diberikan pada
Tabel 2. Besarnya harga koefisien perpanjangan akibat suhu disajikan pada Tabel 3.
2. BEBAN ANGIN ( EW )
TEW = 0.0006*Cw*(Vw)2*Ab kN
2. BEBAN GEMPA ( EQ )
TEQ = Kh * I * Wt
Kh = C * S
TEQ = Gaya geser dasar total pada arah yang ditinjau (kN)
Kh = Koefisien beban gempa horisontal
I = Faktor kepentingan
Wt = Berat total bangunan yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan
= PMS + PMA kN
C = Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa, waktu getar, dan kondisi tanah
S = Faktor tipe struktur yang berhubungan dengan kapasitas penyerapan energi
gempa (daktilitas) dari struktur jembatan.
Waktu getar struktur dihitung dengan rumus :
T = 2 * π * √ [ WTP / ( g * KP ) ]
3
KP = 3 * Ec * Ic / h
S = 3.0
Jika struktur dapat berperilaku daktail dan mengalami simpangan yang cukup besar,
sehingga mampu menyerap energi gempa yang besar, maka nilai faktor tipe struktur,
S = 1.0 * F ≥ 1.0
F = 1.25 $ 0.025 * n
n = jumlah sendi plastis yang menahan deformasi arah lateral yang ditinjau.
Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa 3 disajikan pada Tabel 6, atau dapat di$
lihat pada Gambar 5.
Kriteria kondisi tanah keras, sedang, dan lunak, untuk menentukan koefisien geser da$
sar diberikan pada Tabel 7. Faktor kepentingan ( I ) disajikan pada Tabel 8.
Tabel 6. Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa 3
T Nilai C untuk Tanah
( detik ) Keras Sedang Lunak
0.00 0.14 0.18 0.18
0.40 0.14 0.18 0.18
0.55 0.11 0.16 0.18
0.60 0.10 0.15 0.17
0.90 0.10 0.10 0.14
1.30 0.10 0.10 0.10
0.20 3.00 0.10 0.10 0.10
Tanah keras
0.15
Tanah sedang
Tanah lunak
Koefisiengeserdasar,C
0.10
0.05
0.00
Gaya gempa arah lateral akibat tekanan tanah dinamis dihitung dengan menggunakan
koefisien tekanan tanah dinamis ( KaG) sebagai berikut :
$1
θ = tan (Kh)
2 2
KaG = cos ( φ' $ θ ) / [ cos θ * { 1 + √ (sin φ' *sin (φ' $ θ) ) / cos θ } ]
KaG = KaG $ Ka
Gaya gempa arah lateral akibat tekanan tanah dinamis :
2
TEQ = 1/2 * h * ws * KaG kN/m
Gaya gempa arah lateral akibat tekanan air dihitung sebagai berikut :
Gaya seret pada pilar akibat aliran air dihitung dengan rumus :
2
TEF = 0.5 * CD * Va * AD kN
CD = 1.04
Va = kecepatan aliran air rata$rata saat banjir dg periode ulang tertentu (m/det)
2
AD = luas proyeksi benda hanyutan tegak lurus arah aliran (m )
= b*h
h = kedalaman benda hanyutan ( diambil = 1.20 m di bawah muka air banjir )
b = lebar benda hanyutan
= setengah panjang bentang dan harus ≤ 20 m
3.3. TUMBUKAN DENGAN KAYU
TEF = M * Vs2 / d kN
D. AKSI$AKSI LAINNYA
Gaya akibat gesekan pada perletakan dihitung berdasarkan beban tetap dikalikan dgn
koefisien gesek untuk perletakan yang bersangkutan.
" # $ % &
' %
!
( # ')
%
0
0
(# - . #- ) 1
'
' &
0 ' '2 34
*
'
( # *)
* ,
( # #)
" #* 6
! " !
' $
* $
# , 2
3 &
5 $ 32
#$
%
'
34 $
7
( )
'
* &
# ! $
3 & *2
5
/ &
% &!
( # /)
" #/
' 3
( # 4)
%
% '(& ! !
+
+
+
+ 7
+
' +
& +
+
& +
+
( # -)
" #- +
% ! )
& + + ( )
' 7
( # 9)
" #9
% ' ) ! ! # '
&
! "
" # 2 1
( # ! )
*
+
" # +
#
3 &
&
+
+ ,
%% #$
" # *
'
*
&
& !
1
" # # , !
5
& 5
3
0
#
7
%* )
0
', 8
* 7 % 3
&
&
#
% 3
" # 3
: ;
' 8
#$%$ !
9m
0,8
Diketahui
#$&$ 0
#$&$% ' ( )
#$&$& * * + ( )
#$&$, -. .( )
#$&$# 2 ( 3)
#$
&
%#$
"
#$&$6 * ' 1 1 0 *
Formasi pembebanan slab untuk mendapatkan momen maksimum pada bentang menerus
dilakukan seperti pada gambar. Momen maksimum pada slab dihitung berdasarkan metode
one way slab dengan beban sebagai berikut :
∆T 12,5 ᵒC
'(
)* )* )* )* )*
% %
)* )* )* )* )*
%#$ %#$
)* )* )* )* )*
)* )* )* )* )*
* - ' ( )
Momen tumpuan, MMS = 0,0833 * QMS * s2 = 0,912 kNm
2
Momen Lapangan, MMS = 0,0417 * QMS * s = 0,457 kNm
* - * * + ( )
Momen tumpuan, MMA = 0,1041 * QMA * s2 = 0,864 kNm
2
Momen Lapangan, MMA = 0,0540 * QMA * s = 0,448 kNm
* - -( )
Momen tumpuan, MTT = 0,1562 * PTT * s = 30,053 kNm
Momen Lapangan, MTT = 0,1407 * PTT * s = 27,071 kNm
* - 2 ( 3) 7
Momen tumpuan, MEW = 0,1562 * PEW * s = 0,233 kNm
Momen Lapangan, MEW = 0,1407 * PEW * s = 0,210 kNm
* - * ( )7
Momen tumpuan, MET = 5,62,E-07 * α * ΔT * EC * s3 = 0,005 kNm
3
Momen Lapangan, MET = 2,81,E-06 * α * ΔT * EC * s = 0,027 kNm
$ * 1
$ * 8&
#$&$9$ "
#$&$9$ $ 1 2 2
#$&$9$ $ 1 2 "
#$&$: !
2
= π / 4* * /
Mutu beto :K - 300 Kuat tekan beton fc' = 24,9 Mpa
Mutu Baja : U - 39 Tegangan leleh ba fy = 390 Mpa
Modulus elastis beton = 4700* ' = 23452,95 Mpa
Modulus elastis baja Es = 210000 Mpa
Tebal Slab h = 200 mm
Jarak tulangan terhadap sisi luar beto d' = 35 mm
Tebal Efektif slab = − ' = 165 mm
Luas tulangan Slab As = 2011 mm²
panjang bentang slab = 1 , 48 1,48 = 1480 mm
ditinjau slab selebar b = 1,00 m = 1000 mm
beban terpusat = = 130 kN
Beban merata = + = 8,790 kN/m
lendutan total yang terjadi (δ ) < / 240 = 6,167 mm
inersia Brutto penampang plat =1/12* * 3 = 666666667 mm³
modulus keruntuhan lentur beton = 0,7* ' = 3,492993 Mpa
Nilai perbandingan modulus elastis = / = 8,9540963
* = 18003,279 mm²
Jarak garis netral terhadap sisi atas beton = * / = 18,003279 mm
Faktor ketergantungan waktu untuk beban mati (jangka waktu > 5 tahun),nilai:
ζ = 2,0
λ = ζ /(1+ 50* ) = 1,2428
Lendutan jangka panjang akibat rangkak dan susut
4
δ = λ *5/ 384* * /( * ) = 0,070
#$&$; "
% %
+ ,
,
+
1
- . -
* -
0
)
. )
3 . !&
)
H1 = 0,75 kN/m
P = 20 kN
q= 5 kPa
H2 = 1,5 kN/m
0 - 2 (*) * (- *)
1 Beban horizontal pada realing (H1) 0,75 1,190 0,8925
2 Beban horisontal pada kerb (H2) 1,5 0,4 0,6
3 Beban vertikal terpusan (P) 20 0,75 15
4 Beban vertikal merata (q*b2) 7,5 0,75 5,625
Momen akibat beban hidup pada pedestrian MTP = 22,1175
#$,$, <
Faktor beban ultimeit untuk berat sendiri peKMS = 1,3
Faktor beban ultimeit untuk beban hidu pede KTP = 2,0
Momen akibat berat sendiri pedestrian MMS = 6,83 kNM
Momen akibat beban hiduppedestrian MTP = 22,1175 kNM
Momen ultimeit rencana slab trotoar MU = KMS*MMS+KTP*MTP
MU = 53,116495 kNm
d / tw < 75 (Ok)
Pada girder baja diberi pengaku samping yang berupa balok diafragma yang berfungsi
sebagai pengaku samping yang merupakan dukungan lateral dengan jarak,
L1 = L / 5 = 4000 mm
c1 =L1*d / (b*tf) = 466,6666667
c2 =0.63*Es / Fs = 826,875 216,7 576,9 48
Karena, 250 < c1 <c2 maka : 0,3755869 18,028
Tegangan kip dihitung dengan rumus :
Fskip = fs4 ( c14 250 ) / ( c24250 ) * 0.3 * fs = 141,972 Mpa
210000
Rasio perbandingan modulus elastis, n = Es/Ec = = 8,9541
23453
1000 * 200
Luas penampang beton transformasi, Act = Be*h / n =
8,9541
= 22336,1 mm2
Luas penampang Komposit, Acom = A+Act = 21150 + 22336
2
= 43486 mm
Momen statis penampang terhadap sisi bawah balok,
Acom * ybs = A * d / 2 + Act * (d + h / 2)
Jarak garis netral terhadap sisi bawah,
ybs = [ A * d / 2 + Act * (d + h / 2) ] / Acom = 606,819
< d maka garis netral di bawah slab beton
Jarak sisi atas profil baja terhadap garis netral, yts = d 4 ybs = 700 4 606,82
= 93,18 mm
Jarak sisi atas slab beton thd. grs. netral, ytc = h + yts = 200 + 93,18
= 293,18 mm
(
(
,% - .
1 Berat sendiri profil baja WF 700.300.13.20 1,66
2 Berat diafragma 0,179
3 Perancah dan bekisting dari kayu 1,750
4 Slab beton 1 0,20 25 5
Total beban mati girder sebelum komposit, QD )*()+ kN/m
Beban hidup sebelum komposit, merupakan beban hidup pekerja pada saat pelaksanaan konstruksi,
dan diambil
qL = 2 kN/m2
Q L = s * qL = 2,96 kN/m
Total beban pada girder sebelum komposit, Qt= QD+ QL = 11,549 kN/m
6
Tegangan lentur yang terjadi, f = M * 10 /Wx = 115,954
< Fskip = 141,972
AMAN (OK)
( , .
Beban
No. Jenis Konstruksi
(kN/m)
1. Girder baja WF 1,66
2. Diagfragma 0,179
3. Slab Lantai 0,2 1 25 5,00
Total berat Sendiri QMS 6,839 kN/m
( , .
Beban
No. Jenis Konstruksi
(kN/m)
1. Aspal 0,1 1 22 2,20
2. Air hujan 0,05 1 9,8 0,49
Total beban mati tambahan QMA 2,69 kN/m
( / /
Beban kendaraan yg berupa beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi rata (Uniformly
Distributed Load), UDL dan beban garis (Knife Edge Load), KEL seperti pada Gambar.
UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya tergantung pada panjang total L yg
dibebani lalu4lintas atau dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
q = 8 kPa untuk L ≤30 m
q = 8.0 *( 0.5 + 15 / L ) kPa untuk L > 30 m
( 0 , .
Pengaruh pengereman dari lalu4lintas diperhitungkan sbg gaya dalam arah memanjang
dan dianggap bekerja pada jarak 1.80 m dari permukaan lantai jembatan. Besarnya gaya
rem tergantung panjang total jembatan (Lt) sebagai berikut :
Gaya rem, TTB = 250 kN untuk Lt ≤ 80 m
Gaya rem, TTB = 250 + 2,5 * ( Lt 4 80 ) kN untuk 80 < Lt < 180 m
Gaya rem, TTB = 500 kN untuk Lt ≥ 180 m
(( , 1.
Beban garis merata tambahan arah horisontal pada permukaan lantai jembatan akibat
angin yang meniup kendaraan di atas jembatan dihitung dengan rumus :
2
TEW = 0,0012 * Cw * Vw kN
Cw = koefisien seret = 1,2
Vw = kecepatan angin rencana = 35 m/det
2
TEW = 0,0012 * Cw * Vw = 1,764 kN
Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan dengan tinggi
2.00 m di atas lantai jembatan h = 2m
Jarak antara roda kendaraan x = 1,75 m
Transfer beban angin ke lantai jembatan, QEW = [ 1/2 * h / x * TEW ]
= 1,008 kN/m
(2 , 3.
Gaya gempa vertikal pada balok dihitung dengan menggunakan percepatan vertikal ke
bawah sebesar 0.1*g dengan g = percepatan grafitasi.
Gaya gempa vertikal rencana : T EW= 0.10 * Wt
Wt = Berat total struktur yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan.
2
Wtc = 13721848 mm
2
Wts = 43173910 mm
2
Wbs = 6629626,1 mm
n = 8,9540963
6
Tegangan pada sisi atas beton, ftc = M * 10 / ( n * Wtc )
6
Tegangan pada sisi atas baja, fts = M * 10 / Wts
Tegangan pada sisi bawah baja, fbs = M * 106 / Wbs
Tegangan yang terjadi pada sisi atas beton atas baja bawah baja
5&6 5&! 54!
! 4"
,% . , #". , #". , #".
1. Berat sendiri (MS) 341,95 2,7831 7,9203 51,5791
2. Beban Mati tambahan (MA) 134,5 1,0947 3,1153 20,2877
3. Beban lajur "D" (TD) 708 5,7623 16,3988 106,7934
4. Gaya rem (TB) 53,5795 0,4361 1,2410 8,0818
5. Beban angin (EW) 50,4 0,4102 1,1674 7,6022
6. Beban gempa (EQ) 47,645 0,3878 1,1036 7,1867
) 0
":" !
! 4"
; ,% .
1. Berat sendiri (MS) 68,3900
2. Beban Mati tambahan (MA) 26,9000
3. Beban lajur "D" (TD) 110,8000
4. Gaya rem (TB) 5,3580
5. Beban angin (EW) 10,0800
6. Beban gempa (EQ) 9,5290
KOMBINASI 4 2 125%
":" !
! 4"
; ,% .
1. Berat sendiri (MS) 68,3900
2. Beban Mati tambahan (MA) 26,9000
3. Beban lajur "D" (TD) 110,8000
4. Gaya rem (TB)
5. Beban angin (EW) 10,0800
6. Beban gempa (EQ)
Vmax = 216,1700
KOMBINASI 4 3 140%
":" !
! 4"
; ,% .
1. Berat sendiri (MS) 68,3900
2. Beban Mati tambahan (MA) 26,9000
3. Beban lajur "D" (TD) 110,8000
4. Gaya rem (TB) 5,3580
5. Beban angin (EW) 10,0800
6. Beban gempa (EQ)
Vmax = 221,5280
KOMBINASI 4 4 150%
":" !
! 4"
; ,% .
1. Berat sendiri (MS) 68,3900
2. Beban Mati tambahan (MA) 26,9000
3. Beban lajur "D" (TD) 110,8000
4. Gaya rem (TB) 5,3580
5. Beban angin (EW) 10,0800
6. Beban gempa (EQ) 9,5290
Vmax = 231,0570
700.300.13.20
Data teknis
Gelagar 700.300.13.20
Berat sendiri = 166 kg/m
305 Tinggi tampang = 700 mm
Lebar sayap = 300 mm
Tebal badan = 20 mm
Tebal web = 13 mm
Luas tampang = 211,5 cm2
Momen inersia (I) = 172000 cm4
Momen tahanan (Wx) = 4980 cm3
Tegangan ijin profil (σ ijin) = 1600 kg/cm2
Tegangan ijin baut = 1600 kg/cm2
Momen kapasirtas profil = σijin . Wx
= 7968000 kgcm
Menurut PPBBI, mei, 1984, ukuran maksimal dari diameter lubang paku
keling/baut ditambah 1 mm. Jadi diameter baut yang diperhitungkan adalah :
Pada badan (web)
D = 4 cm
Pada sayap (flens)
D = 4 cm
Σx2 = 6480
Σy2 = 6480
Perhitungan sambungan
Beban beban yang bekerja
berat sendiri profil = 30,6 kg/m
muatan thd konstruksi= 100 kg/m
!"
Momen maksimum
M max = 1/8 x Wd x L^2
M max = 36,731 kgm
Gaya lintang (D)
D = 1/2 x beban total x jarak antar gelagar
D = 97,95 kg
Pemasangan baut menurut PPBBI 1984
2,5 d ≤ s ≤ 7d
3,25 ≤ s ≤ 9,1
Diambil = 9 cm
2,5 d ≤ u ≤ 7d
3,25 ≤ u ≤ 9,1
Diambil = 9 cm
1,2 d ≤ S1 ≤ 3d
1,56 ≤ S1 ≤ 3,9
Diambil = 3 cm
Kontrol alat penyambung
Tp ≥ 0.7 tw
Tp ≥ 1,68
Diambil Tp = 1,8 cm
Gaya horizontal pada sambungan (Tm) adalah kopel dari momen
yang bekerja
Tm = M max / L
Tm = 408,125 kg
Gaya yang ditahan oleh baut akibat gaya lintang (Td)
Td = D / Σbaut
Td = 24,488 kg/cm2