Disusun Oleh:
KELOMPOK
1. FENI MUSTIKA SARI 3335200111
2. FERDI OKTAFIANDI 3335200096
3. MAN' US 3335200082
4. NABILAH NURUL AISYAH 3335200074
5. NADIYA RAHADATUL'AISY 3335200090
6. TARIZA HAZNA 3335200099
CILEGON - BANTEN
2022
A. Perbedaan Efisiensi Langsung Dan Tidak Langsung
B. Efisiensi Langsung
Perhitungan juga sebagai metode input – output karena metode ini hanya memerlukan
keluaran / output (steam) dan panas masuk / input (bahan bakar) untuk evaluasi efisiensi.
Adapun persamaan efisiensi adalah sebagai berikut.
Panas Masuk
Efisiensi Boiler (η ¿ = x 100 %
Panas Keluar
Q x (hg−hf )
Efisiensi Boiler (η ¿ = x 100 %
q x GCV
Untuk perhitungan secara langsung dapat diperoleh dari hasil perhitungan pressure steam
sebesar 8,11bar dengan Temperature sebesar 175 C dari Steam Table didapatkan hasil
untuk hg = 2773,1 kJ/kg dari steam,. untuk hf = 105 kj/kg dari temperaruter feed water
sebesar 105 C. dengan Laju Steam sebesar 17538 kg/jam. Sedangkan Kebutuhan batu
bara 4400 kg/jam dengan nilai kalor 3813 kcal/kg. Panas jenis gas buang (Cpf) 0,23
kcal/kg.
Efisiensi dapat dihitung dengan mengurangkan bagian kehilangan panas dari 100
sebagai berikut:
Persentase kehilangan panas yang diakibatkan oeh gas buang yang kering
mf x CPf x ( Tf −Ta )
L 1= x 100 %
CGV bahan bakar
Persen kehilangan panas karena penguapan air yang terbentuk karena adanya H2 dalam
bahan bakar
9 x H 2 x { 584+Cps ( Tf −Ta ) }
L 2= x 100 %
CGV bahan bakar
Persen kehilangan panas karena penguapan kadar air dalam bahan bakar
M x { 584+Cps ( Tf −Ta ) }
L 3= x 100 %
( CGV bahan bakar )
Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/fly
ash
abu
Total x GCV abu
kg bahan bakar
L 5= x 100 %
CGV bahan bakar
Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah/
bottom ash
abu
Total x GCV abu bwh
Kg bahanbakar
L 6= x 100 %
CGV bahan bakar
Persen kehilangan panas karena radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung
Dimana :
[( ) ( ) ]
Ts 4
(√ 196,8568,9 )
4
Ta 1,25 xvm+68,9
radiation los=0,548 x − + 1,957 x ( Ts−Ta ) x
55,55 55,55
kg kcal
19 x 0,23 x (152 C−32 C )
kg kg
L 1= x 100 %
kcal
2813
kg
𝐿1 = 13,17%
Untuk kehilangan panas karena penguapan air yang terbentuk karena adanya H2 dalam bahan
bakar
L2 = 6,2 %
𝐿3 = 5,16%
Untuk langan panas karena kadar air dalam udara
kg
12,3 kg x 0,0024 x 0,635 kcal /kg C x 152 C x 32 C
kg
L 4= x 100 %
3813 kcal/kg
𝐿4 = 0,05%
Untuk kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/ fly ash
abu
0,65 x 452,5 kcal/kg
kg bahan bakar
L 5= x 100 %
3813 kcal/ kg
𝐿5 = 7,71 %
Untuk kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/ fly ash
abu
0,65 x 800 kcal/kg
Kg bahan bakar
L 6= x 100 %
3813 kcal /kg
Untuk kehilangan panas karena radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung
[( ) ( ) ]
175C 4
(√ 196,85 x 2,15 )
4
32C 1,25 m/s+ 68,9
radiation loss=0,548 x − +1,957 x ( 175 C−32C ) x
55,55 55,55 68,9
2 2
337,235 W /m x 120 m
L 7= x 100 %
3813 kcal/kg x 4400 kg / jam
𝐿7 = 0,24%
Efisiensi Boiler()=53,84 %
D. Proses Blowdown
Sebelum air umpan (feed water) dimasukkan ke dalam boiler, air tersebut
harus diolah terlebih dalulu secara kimiawi untuk menghilangkan mineral mineral
yang terkandung di dalam air yang dapat menyebabkan korosi pada boiler, dan juga
mempengaruhi kualitas uap yang diperlukan dalam suatu proses industri. Di dalam
boiler kesetimbangan kimia harus dipertahankan melalui mekanisme pengaturan
blowdown. Untuk mendapatkan kesetimbangan kimia di dalam boiler maka kuantitas
bahan kimia yang keluar dari drum lewat blowdown harus sama dengan kuantitas
bahan kimia yang masuk lewat air umpan. Jika beban uap berubah, maka laju aliran
air umpan akan berubah demikian juga dengan laju aliran blowdown.
Air umpan untuk boiler pada umumnya mengandung padatan terlarut
(dissolved solid ), termasuk mineral-mineral, yang harus dibuang selama proses
pembentukan uap. Ketika air umpan menguap di dalam drum uap boiler, padatan-
padatan yang terkandung di dalam air umpan akan tertinggal, sehingga suspended
solid akan membentuk lumpur (sludge) atau kerak (scale) di dalam boiler, dimana hal
tersebut akan menurunkan proses perpindahan panas pada boiler. Padatan terlarut
dapat menyebabkan air boiler membentuk busa (foaming) yang mengakibatkan
terjadinya water hammer yang dapat merusak sistem perpipaan dan menyebabkan
carryover (uap terkontaminasi oleh padatan) di dalam uap yang terbentuk. Jika tingkat
total dissolved solid (TDS) di dalam boiler terlalu tinggi, dapat mengakibatkan
masalah dalam hal operasi dan perawatan boiler. Untuk menurunkan level suspended
dan total dissolved solid (TDS) ke batas baku mutu, air secara periodik dikeluarkan
(blowdown) dari boiler, dan digantikan dengan air umpan yang bersih dari mineral
(air baku).
Mud blowdown (bottom blowdown) dilakukan secara manual selama beberapa
detik pada interval jam (periodically process). Mud blowdown dirancang untuk
mengeluarkan padatan terlarut yang mengendap di air boiler yang membentuk lumpur
dan kerak. Surface blowdown atau skiming blowdown dirancang untuk mengeluarkan
padatan terlarut yang terkonsentrasi di dekat permukaan cairan. Surface blowdown
biasanya merupakan proses yang kontinyu (continuous process).
Blowdown yang terlalu sering akan mengakibatkan inefisiensi dalam
pengoperasian boiler. Dimana setiap kali blowdown, panas yang terkandung di dalam
air yang dikeluarkan akan terbuang sia sia (heat loss), karena temperatur air yang
dikeluarkan sama dengan temperatur uap yang diproduksi. Maka biaya bahan bakar
boiler secara langsung akan meningkat, begitu pula pada biaya air dan bahan kimia.
Sebaliknya jika blowdown yang dilakukan terlalu sedikit akan menimbulkan
terbentuknya carryover di dalam uap, deposit atau lumpur yang mengurangi efisiensi
perpindahan panas dan aliran air di pipa-pipa boiler. Tidak ada aturan yang pasti
mengenai jumlah blowdown yang harus dilakukan, hal ini karena perbedaan kualitas
air umpan di berbagai tempat dan tekanan operasi dari boiler. Dengan kata lain jumlah
blowdown tergantung dari kualitas air dan tekanan operasi dari boiler. Dalam
kenyataannya jumlah blowdown berada pada rentang 1%-25%. Pada Gambar dibawah
ini akan menunjukkan hubungan antara laju blowdown (%) pada tekanan kerja boiler
tertentu (psig) dengan besar heat loss yang terjadi (%).
Gambar 1 hubungan laju blowdown dan tekanan kerja boiler dengan heat loss
Dari gambar diatas tersebut menunjukkan bahwa semakin besar laju blowdown dan
tekanan kerja yang semakin tinggi, maka jumlah heat loss juga semakin besar. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa heat loss akibat proses blowdown pada boiler dengan tekanan
tinggi adalah besar, sehingga perlu dipasang suatu sistem untuk memanfaatkan panas yang
terbuang tersebut.
E. Manajemen Blowdown
Manajemen blowdown pada dasarnya ada 2 bentuk; yaitu perbaikan kualitas air isian
dan mendapatkan kembali panas dari proses blowdown (heat recovery). Boiler dengan proses
blowdown kontinyu melebihi 5% dari laju uap, adalah merupakan prioritas yang baik untuk
menggunakan blowdown waste heat recovery. Semakin tinggi tekanan kerja boiler, semakin
besar energi yang dapat dihemat/diambil kembali. Tabel 1 dibawah ini menunjukkan
potensial heat recovery dari proses blowdown boiler (berdasarkan laju produksi uap 1000000
lb/hr, temperatur makeup water 60o F, dan 90% heat recovery).
Tabel 1. Potensial heat recovery dari proses blowdown
(U.S Departmen of Energy, 2001)
Laju Heat recovery, Million Btu per hour (MMBtu/hr)
Blowdown, Tekanan Operasi Boiler (psig)
%Air Isian 50 100 150 250 300
Boiler
2 0,45 0,5 0,55 0,65 0,65
4 0,9 1,0 1,1 1,3 1,3
6 1,3 1,5 1,7 1,9 2,0
8 1,7 2,0 2,2 2,6 2,7
10 2,2 2,5 2,8 3,2 3,3
20 4,4 5,0 5,6 6,4 6,6
Gambar 1 hubungan laju blowdown dan tekanan kerja boiler dengan heat loss
Dari gambar diatas tersebut menunjukkan bahwa semakin besar laju blowdown dan
tekanan kerja yang semakin tinggi, maka jumlah heat loss juga semakin besar. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa heat loss akibat proses blowdown pada boiler dengan tekanan
tinggi adalah besar, sehingga perlu dipasang suatu sistem untuk memanfaatkan panas
yang terbuang tersebut.
G. Manajemen Blowdown
Manajemen blowdown pada dasarnya ada 2 bentuk; yaitu perbaikan kualitas air isian
dan mendapatkan kembali panas dari proses blowdown (heat recovery). Boiler dengan
proses blowdown kontinyu melebihi 5% dari laju uap, adalah merupakan prioritas yang
baik untuk menggunakan blowdown waste heat recovery. Semakin tinggi tekanan kerja
boiler, semakin besar energi yang dapat dihemat/diambil kembali. Tabel 1 dibawah ini
menunjukkan potensial heat recovery dari proses blowdown boiler (berdasarkan laju
produksi uap 1000000 lb/hr, temperatur makeup water 60o F, dan 90% heat recovery).
Tabel 1. Potensial heat recovery dari proses blowdown
(U.S Departmen of Energy, 2001)
Laju Heat recovery, Million Btu per hour (MMBtu/hr)
Blowdown, Tekanan Operasi Boiler (psig)
%Air Isian 50 100 150 250 300
Boiler
2 0,45 0,5 0,55 0,65 0,65
4 0,9 1,0 1,1 1,3 1,3
6 1,3 1,5 1,7 1,9 2,0
8 1,7 2,0 2,2 2,6 2,7
10 2,2 2,5 2,8 3,2 3,3
20 4,4 5,0 5,6 6,4 6,6
Diketahui
Laju uap = 1000000 lb uap/jam
Tekanan boiler = 200 psig
Temperature cold feed water = 60oF
Laju Blowdown = 5%
Efisiensi boiler = 80%
Bahan bakar = minyak, nilai kalor 150000 Btu/galon, harga 1$/galon
Tekanan flash tank = 5 psig
Menentukan laju blowdown
Laju blowdown = 5% laju feedwater
= 0,05 laju feedwater
Laju feedwater = (20) laju blowdown
Dimana :
Laju feedwater = laju uap + laju blowdown
(20) Laju blowdown = 1000000 lb/jam + laju blowdown
Laju blowdown = 52631 lb/jam
Gumelar, G. P., Dewi, M. N., Miftah, A., Endranaka, W., & P., B. A. (2022). Analisis
Efisiensi Boiler Berbahan Bakar Gas di PT XYZ Menggunakan Metode Langsung
dan Tidak Langsung. Technology of Renewable Energy and Development, 2, 22-28.
Istanto, T. (2005). Sistem Pemanfaatan Panas Terbuang Pada Proses Blow Down di Boiler.
Mekanika, 3(2), 25-30.
Istanto, T. (2005). Sistem Pemanfaatan Panas Terbuang pada Proses Blowdown di Boiler.,
3(2), pp. 25-30.
Prasojo, A., Hakim, L., & Rijanto, A. (2020). Analisis Efisiensi Boiler Hamada dengan
Direct dan Indirect Method di PT Dayasa Aria Prima. 2(2), 103-112.
Sugiharto, A. (2020). PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER DENGAN METODE
SECARA LANGSUNG PADA BOILER PIPA API. Pendekatan Baru untuk
Konversi Energi, 10(2), 1-5.