Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SENI BUDAYA

GAMELAN BALI

DISUSUN OLEH :

SANDRINNA MICHELLE

SMA DON BOSCO JAKARTA SELATAN


2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhana Wata’ala atas segala rahmat-nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan kesempurnaan makalah ini.

Jaksel, 3 Maret 2021


Daftar Isi

Judul.....................................................................................................................................1

Kata Pengantar.....................................................................................................................2

Daftar Isi..............................................................................................................................3

1. Pendahuluan...................................................................................................................4
2. Pembahasan...................................................................................................................5
2.1 Sejarah Gamelan......................................................................................................6
2.2 Fungsi Gamelan D Bali...........................................................................................7
2.3 Jenis – Jenis Gamelan Di Bali.................................................................................8
2.3.1 Gamelan Tua...................................................................................................9
2.3.1.1 Gamelan Gambang.............................................................................10
2.3.1.2 Saron...................................................................................................11
2.3.1.3 Slonding..............................................................................................12
2.3.1.4 Gambelan Gong Luwang....................................................................13
2.3.1.5 Gambelan Angklung...........................................................................14
2.3.2 Gamelan Madya..............................................................................................15
2.3.2.1 Gamelan Gambuh...............................................................................16
2.3.2.2 Semarpagulingan................................................................................17
2.3.2.3 Pelegongan.........................................................................................18
2.3.3 Gamelan Baru.................................................................................................19
2.3.3.1 Pengarjaan..........................................................................................20
2.3.3.2 Gong Kebyar......................................................................................21
2.3.3.3 Pejangeran..........................................................................................22
2.3.3.4 Joged Bung-bung................................................................................23
2.4 Bagian – bagian Gamelan........................................................................................24
2.4.1 Ceng – ceng....................................................................................................25
2.4.2 Gangsa............................................................................................................26
2.4.3 Gong................................................................................................................27
2.4.4 Kajar................................................................................................................28
2.4.5 Kendang..........................................................................................................29
2.4.6 Reyong............................................................................................................30
2.4.7 Suling..............................................................................................................31
2.4.8 Terompong......................................................................................................32
3. Penutup
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................33
3.2 Saran.......................................................................................................................34
4. Daftar Pustaka................................................................................................................35

PENDAHULUAN

DI Bali dalam setiap tari – tarian secara umum selalu menggunakan musik. Musiknya itru
berupa musik modern atau musik tradisional. Dan hampir semua tarian sakral di Bali
menggunakan gamelan. Tidak hanya dalam pertunjukan tari saja menggunakan gamelan bahkan
setiap upacara Yajna gamelan selalu mengiringi jalannya upacara. Misalnya upacara Dewa Yajna
yaitu menggunakan gamelan Gong. Dan dalam upacara Pitra Yajna menggunakan Gamelan
Angklung dan Gambang. Dan tidak hanya itu saja peran atau fungsi gamelan didalam
kebudayaan yang ada di Bali. Gamelan juga dapat di gunakan sebagai hiburan dengan adanya
festival gong kebyar atau yang sejenisnya. Ini juga dapat membantu pariwisata yang ada di Bali.

Bali ditandai dengan kebudayaan Hindu, mempunyai jenis – jenis gamelan (musik) yang
paling tua (sederhana) sampai dengan yang paling baru (modern). Kehidupan gamelan tidak
dapat dipisahkan dengan Agama. Dan perkembangan gamelan di Bali tidak lepas dari
penyebaran Agama Hindu. Dan sampai saat ini ada berjenis – jenis gamelan yang dapat di
golongkan menjadi tiga bagian yaitu: Gamelan Tua, Gamelan Madya dan Gamelan Golongan
Baru.

Gamelan sudah tidak asing lagi bagi orang Bali. Karena di setiap Desa masing – masing
pasti mempunyai seperangkat Gong modern maka mereka sangat mudah mempelajarinya. Dan
mereka tahu nama dari masing – masing gamelan itu, jenis gamelannya, dan cara
menabuhkannya atau cara menggunakan masing – masing gamelan itu sesuai dengan tangga
nada masing – masing. Dimana gamelan itu tidak hanya ada di Daerah Bali saja namun terdapat
pula di Daerah lain, seperti di daerah Jawa, Madura dan Lombok.

Pembahasan

2.1 Sejarah Gamelan

Di Bali ditemukan sebuah prasasti yang menyebutkan ada istilah musik atau gamelan yaitu
prasasti Bebetin yang antara lain bunyinya: Pande mas, Pande besi, Pande tembaga, pemukul
(juru tabuh bunyi – bunyian), pagending (biduan), pabunjing (penari), papadaha (juru gepek),
pabangsi (juru rebad), partapuka (tapel-topeng), parbwang (wayang) turun dipanglapuan
Singhamandawa (dibuat oleh pegawae di Singhamandawa), dibulan besksha (bulan ke X), hari
pasaran Wijaya manggala, tahun caka 818 atau 896 Masehi, yaitu pada pemerintahan raja
Ugrasena di Bali.

Dalam perkembangan – perkembangan sejarah di mana sejak abad ke VIII adanya kontak
antara Jawa dan Bali yang meyebabkan terbawanya bayak barang – barang kesenian, khususnya
gamelan, kendatipun berupa instrumen yang terpisah. Bentuk gamelan yang di buat dari besi. .
dan berbagai jenis – jenis Gong yang ada di Bali merupakan instrumen kebudayaan Asia
Tenggara yang tergolong kebudayaan Melayu Kuno. (Bandem I Made 1 Made, 1986).

Berarti gamelan yang ada di Bali sudah ada sejak jaman dulu, karena dengan bukti adanya
prasasti Bebetin yang berangka tahun 896 Masehi. Dan gamelan Bali dipengaruhi pula oleh
kebudayaan dari Jawa. Berarti gamelan yang ada di Bali ini tidak murni dari Bali saja, namun
sudah adanya instrumen – instrumen gamelan dari Jawa. Makanya gamelan di Bali dengan di
Jawa hampir mirip. Hanya saja nada yang di lantukan berbeda – beda. Bila di cermati Gamelan
di Bali lebih cepat di bandingkan Gamelan yang ada di Jawa.

2.2 Fungsi Gamelan di Bali

Ada beberapa fungsi dari gamelan yang ada di Bali, diantaranya; berfungsi untuk mengiringi
upacara keagamaan, hiburan, presentasi yang artistik, (Bandem 1 Made. 1986:46). Dimana
gamelan berfungsi mengiringi upacara yaitu gamelan mengiringi upacara yang sedang
dilaksanakan. Dalam upacara Dewa Yajna sudah pasti gamelan yang dipakai itu adalah Gong.
Dan gong ini akan mengiringi jalannya pelaksanaan upacara dengan berbagai jenis tetabuhan,
dan mengiringi tarian sakral yang dipentaskan pada saat upacara berlangsung. Dan dalam
upacara Pitra Yajna gamelan yang digunakan itu adalah Angklung dan Gambang. Yang
mengiringi jalannya pelaksanaan upacara tersebut. Pada saat penguburan, pembakaran atau pada
saat pengabenan.dan fungsi gamelan sebagai hiburan, yaitu diadakannya pertunjukan gamelan,
atau gamelan itu mengiringi tarian hiburan maka maka gamelan itu berfungsi sebagai hiburan
karena dapat menghibur masyarakat. Dan sebagai presentasi artistik yaitu dengan mengadakan
lomba – lomba guna menambah semangat serta wawasan dalam gamelan tabuh. Dan gamelan
juga dapat berfungsi sebagai pengiring sebuah tarian.

2.3 Jenis – jenis Gamelan di Bali

Banyak jenis gamelan yang ada di bali yang dikelompokan ke dalam tiga kelompok, atau di
golongkan, yaitu: gamelan tua, gamelan madya, dan gamelan baru. Gamelan tua yaitu Gamelan
Gambang, Saron, Selonding Besi, Gong luwang, Gamelan Angklung. Gamelan Madya yaitu
Pengambuhan, Semarpagulingan, Pelegongan. Sedangkan Gamelan Baru yaitu Pengarjaan, Gong
kebyar, Pejangeran, Joged Bung – bung.

2.3.1 Gamelan Tua

2.3.1.1 Gamelan Gambang


Gamelan ini yang sering dipergunakan pada waktu upacara Pitra Yajna “ngaben” di Bali.
Dan kadangkala di daerah – daerah Karangasem gamelan gambang dapat di pergunakan untuk
mengikuti upacara lainnya.

2.3.1.2 Saron

Nama lain dari Gambelan Luang yang terdiri satu oktaf di pasang di atas resonator kayu
yang dipukul dengan sebuah panggul seperti saron yang terdapat Gong Luang (Bandem I Made.
1986:46).

2.3.1.3 Selonding Besi

Gamelan sakral yang terbuat dari besi yang hanya terdapat di daerah Karangasem yaitu di
Desa Tenganan Pegringsingsn dan di Desa Bongaya. Kata selonding berasal dari kata Salon dan
Ning yang berarti tempat suci. Dan dilihat dari fungsinya bahwa gamelan Selonding adalah
sebuah gamelan yang dikeramatkan atau disucikan (Bandem I Made. 1986:53). Suara selonding
sakral sebagai suara Pranawa. Gambelan Slonding adalah gamelan kuno yang paling sakral
dalam melengkapi upacara keagamaan (Hindu) di Bali yang berlaras Pelog Sapta Nada,
contohnya seperti selonding yang ada di Trunyan, di Bugbug, Tenganan, Ngis Selumbung,
Timbrah, Asak, Bungaya, Besakih, Selat, Bantang, dan lain – lainnya. Dalam konteks Desa Adat
Bugbug, selonding (yang disimpan didekat Pura Piit Bugbug) ini selalu mengiringi prosesi
upacara besar di Pura – pura di Bugbug, seperti Usaba Sumbu dan rangkaian Usaba Gumang di
Bukit Juru. Dan Para penabuhnyapun bukanlah orang sembarangan. Dan selonding merupakan
gamelan Bali yang usianya lebih tua dari gamelan – gamelan yang kini populer dipakai dalam
kesenian maupun dalam upacara adat dan agama. Dan kebesaran dari jaman Bali kuno, sampai
pada akhir abad XX ini gambelan selonding itu tetap mendapat tempat yang paling sakral dalam
upacara agama. : http://forum.isi-dps.ac.id. Bahwa gamelan salonding dari masa kemasa,
ternyata penggunannya tidak pernah lepas dari kegiatan – kegiatan upacara keagamaan
masyarakat Bali, yang merupakan gamelan yang usianya tua dan disakralkan. Karena tidak
terdapat disemua derah yang ada di Bali, hanya terdapat di daerah Karangasem.

2.3.1.4 Gambelan Gong luwang

Gamelan sakral yang dipergunakan untuk mengiringi upacara kematian (ngaben). Di Bali
masih ada beberapa gamelan Luwang yang masih aktif yaitu di Desa Apuan, Sesah (Klungkung),
Krobokan (Badung), Kasiut (Tabanan), dan Gelulunga (Sekawati-Gianyar). Bentuk gamelan
Luwang sama dengan gamelan Gong kebyar, yang hanya terdiri dari 8 atau 9 dari 25-30
instrument gong kebyar . dan gamelan Luwang terdiri dari lagu – lagu (gending – gending),
seperti: Ginada, Pandji Marga, Lilit, Kebo Dungkul, Angklungan dan yang lainnya. (Bandem I
Made, 1986:34)

2.3.1.5 Gambelan Angklung

Gamelan yang tergolong tua dan dipergunakan untuk mengiringi upacara ngaben. Nama
angklung berasal dari angklung bambu sejenis instrument yang juga digunakan dalam barungan.
Angklung mempunyai 4 bilah dan sekaligus mempunyai 4 nada. Dan ada pula jenbis angklung
yang mempergunakan 7 nada yang terdapat di Bali utara, yang disebut dengan Gamelan
Tembang Kirang. Tembang Kirang disamping untuk mengiringi upacara kematian juga
dipergunakan untuk mengiringi tari – tarian upacara seperti: Rejang dan Baris. (Bandem I Made.
1986:1). Gamelan angklung tergolong gamelan yang tua, dan bisa juga dikatakan sakral karena
memiliki fungsi yaitu mengiringi upacara Pitra Yajna (ngaben). Dan hampir semua daerah di
Bali menggunakan gamelan angklung untuk mengiringi upacara kematian.

2.3.2 Gamelan Madya

2.3.2.1 Gamelan Gambuh

Sebuah gamelan untuk mengiringi drama tari Gambuh, dan merupakan sumber dari
beberapa gamelan yang ada di Bali. Seperti nada, gambelan Gambuh masih terdengar pada
gamelan – gamelan lainnya seperti: Semarpagulingan, gamelan pelegongan, gamelan
bebarongan, gamelan pengarjaan, gamelan gong kebyar dan yang lainnya. Dan gending –
gending pada Gambuh terdiri dari dua komposisi, yaitu pengawak dan pengecet. Gending –
gending Alus dipakai pada pengawak, dan diikiutu dengan pengecet atau bentuk – bentuknya A
dan B. Sedangkan gending – gending keras dimulai denga pengecet, pengawak. Dan pengecet
atau yang disebut dengan bebatuaran pengadeng. (Bandem I Made. 1986:11). Gamelan gambuh
ini bisa digolongkan sebagai hiburan karena dilihat dari fungsinya yaitu: untuk mengiringi
beberapa macam drama tari. Karena drama tari itu sifatnya hiburan atau yang biasa dikatakan
sebagai pertunjukan. Gamelan gambuh ini juga memiliki peran yang sangat penting drama tari
yang sedang dipentaskan. Karena gamelan gambuh ini sebagai music pengiring dari cerita, yang
memperkuat alur cerita. Misalnya dalam drama tari pengarjaan atau drama gong. Apabila yang
keluar itu Raja atau putri, maka gamelannya akan berbeda dengan yang lainnya. Biasanya lebih
lembut namun kalau yang keluar itu adalah Agung Buduh, maka gamelannya pun akan keras.

2.3.2.2 Semarpagulingan

Adalah untuk relasi raja- raja jaman dulu, terletak antara gamelan gambuh dan legong.
Semarpagulingan dipakai untuk mengiringi raja – raja sewaktu diperaduan yang juga mengiringi
tari legong dan gandrung yang semula dilakukan oleh abdi – abdi raja. Gamelan
semarpagulingan mamakai laras pelog 7 nada, terdiri dari 5 nada pokok dan 2 nada pemero.
(Bandem I Made. 1986:52).

Kesamaan unsur – unsur gamelan pegambuhan dengan gamelan semarpagulingan yang


paling menonjol adalah kesamaan ini secara otomatis menyangkut sebagian besar unsur musikal
terutama unsur lagu, pola melodi dan ritme, dinamika juga pola permainan instrumen –
instrumen pengatur mantra dan instrumen – instrumen ritmis. Kesamaan yang lain adalah
penggunaan sebagian besar instrumen ritmis dan pengatur mantra. Beda penggunaan instrumen
dalam gamelan semarpagulingan dengan gamelan pengambuhan hanya terletak pada instrumen –
instrumen melodinya. Kalau gamelan pengambuhan menggunakan suling besar, gamelan
semarpagulingan menggunakan trompong dan keluarga gong (saron yang digantung) sebagai
instrumen melodi. Rebab yang dalam gamelan pengambuhan sebagai pemegang melodi pokok
bersama – sama suling, dalam gamelan semarpagulingan hanya untuk memperkaya dan
memperpanjang durasi melodi. Pola permainan rebab dan suling dalam gamelan
semarpagulingan telah mempunyai pola tersendiri dalam merealisasi melodi – melodi poko yang
dimainkan oleh trompong.

Trompong dan gangsa sebagai instrumen melodi dalam gamelan semarpagulingan dapat
digunakan untuk memainkan hampir semua repertor pengambuhan berikut dengan ragam
patetnya. Trompong adalah instrumen bermoncol (masuk keluarga gong), yang ditempatkan
berjejer mulai dari yang bernada rendah hingga yang tertinggi. Dalam satu pangkon terdiri dari
14-16 moncol satu nada. Gamelan semarpagulingan juga memiliki sistem palarasan pelog tujuh
nada ( saig pitu), ini berarti ada dua oktaf (gemyangan) nada dalam instrumen trompong tersebut.
Instrumen – instrumen keluarga gangsa mulai yang bernada terendah seperti jegogan, jublag,
gangsa pemade, dan gangsa kantilan dalam satu pangkon hanya terdiri dari tujuh bila nada.

Kesamaan jenis, bentuk fisik, ukuran instrumen dan fungsi terhadap perangkatnya secara
langsung menyebabkan cara memainkannya juga sama. Lain halnya dengan instrumen melodi
pada gamelan semarpagulingan sangat berbeda dengan instrumen melodi gamelan pengambuhan,
yang ini tentu menyebabkan cara permainan instrumen yang berbeda pula. Kalau dalam gamelan
pengambuhan instrumen melodi pokok dimainkan dengan cara ditiup, dala gamelan
semaragulingan instrumen melodi pokok (trompong) dimainkan dengan cara dipukul dengan
sepasang panggul ( alat pemukul).

Kesamaan bentuk musikal terutama repertuar lagu dan hubungan kait antara gamelan
semarpagulingan dengan gamelan pengambuhan juga diperkuat oleh deskripsi yang terdapat
dalam lontar prakempa dan aji gurnita sebagai berikut: “nyata gegambelan semarpagulingan
ngaran semara aturu, gendingnya pegambuhan maka gegambelan barong singa” (dan itu gamelan
semarpagulingan artinya atau bernama samara aturu, lagunya pegambuhan untuk mengiringi tari
barong singa). Gamelan semarpagulingan di Bali bukanlah gamelan khusus iringan tari tertentu.
Gamelan semarpagulingan biasanya dimainkan sebagai musik protokoler pada upacara – upacara
adat dan keagamaan selain itu tari barong singa.

Adanya kesamaan hampir semua repertuar lagu pegambuhan dengan gamelan


semarpagulingan bukan berarti gamelan semarpagulingan tidak memiliki ciri musikal. Perbedaan
jenis, bentuk, bahan, dan teknik permainan instrumen – instrumen melodi semarpagulingan
menyebabkan lagu – lagu pegambuhan menyesuaikan diri dengan medianya yang baru.

Gamelan pegambuhan dan semarpagulingan sama – sama menganut sistem pelarasan pelog
tujuh nada. Apabila gamelan pegambuhan mampu menurunkan lima macam patutan (patet).
Kelima patet tersebut memiliki nama yang sama dengan tetekep yang ada pada gamelan
pegambuhan yaitu patet slisir, tembung, sundaren, baro, dan patet lebeng. Prinsip patet kedua
gamelan pada dasarnya sama, yaitu pada nada yang jumlahnya tujuh terbagi menjadi dua macam
yaitu lima nada pokok dan dua nada pemero. Karakter masing – masing patet dalm gamelan
semarpagulingan kendatipun telah berbeda warna musikalnya dengan pegambuhan ternyata juga
dapat menampilkan kesan yang serupa. Seperti misalnya patet slisir berkarakter halus, tembung
berkarakter keras, dan patet sundaren berkarakter antara halus dan keras.
Jadi banyaknya unsur kesamaan antara gamelan semarpagulingan dan gamelan pegambuhan
menyebabkan gamelan semarpagulingan ini juga sering digunakan untuk mengiringi drama tari
gambuh. Bila dari fungsinya antara semarpagulingan dengan gambuh, yaitu gamelan yang
ditujukan guna mengiringi drama tari dalam gamelan pegambuhan dan untuk mengiringi raja –
raja dalam semarpagulingan. Makan diantar keduanya memiliki kesamaan dan dapat pula
semarpagulingan dipakai mengiringi drama tari, seperti saat raja keluar.
http://www.semarpagulingan.isi-dps.ac.id.

2.3.2.3 Pelegongan Gambelan

Pelegongan yaitu salah barungan gamelan Bali yang biasanya dipakai untuk mengiringi
tarian legong kkeraton. Gamelan ini memakai Panca nada. Dan gamelan ini menyerupai
semarpagulingan dan gambuh. Dan adapun gending – gending pelegongan yang masih
terpelihara, antara lain: Lasem, Pelayon, Candra kanta, Kuntir, Kuntul, Jobog, Guak Macok,
Legod Bawa, Tangis, Kupu – kupu Tarum, Brahmara, Semarandana, Gedung Melati, dan lagu –
lagu lain seperti Gambangan. (Banden I Made. 1986:15).

Kesatuan barungan ini terdiri dari pada jumlah alat – alat yang mempunyai nama – nama
tersendiri dan fungsi terhadap kesatuan batrungannya. Jenis alat yang pernah dipakai atau sampai
kini masih dipergunakan untuk menjadikan barungan gamelan pelegongan.

Gamelan pelegongan itu kalau dilihat bangun instrumennya kemudian bentuk – bentuk
lagunya yang menunjukan ciri – ciri keasliannya, maka dapatlah diyakinkan bahwa gamelan
pelegongan itu tidak termasuk pada kelompok gamelan – gamelan jaman kuno (gamelan tua) di
Bali. Gamelan pelegongan itu baru ada setelah adanya gamelan semarpagulingan yang berlaras
pelog tujuh nada.

Dengan majunya perkembangan yang diiringi dengan gamelan gong kebyar menyebabkan
gamelan pelegongan itu terdesak sehingga banyak yang dilebur dijadikan gamelan gong kebyar.
Tari – tarian yang yang diiringi dengan lagu – lagu gong kebyar sebagian besar dasar – dasar
tariannya diambil dari legong yang sudah ada. http:www.pelegongan.isi-dps.ac.id.

2.3.3 Gamelan Baru

2.3.3.1 Pengarjaan

Gamelan yang digunakan untuk mengiringi drama tari Arja. Dimana gamelan ini mirip
dengan gambuh atau semarpagulingan. Karena dalam pengarjaan itu adalah drama tari yang
berisi cerita – cerita tentang istana senteris.

2.3.3.2 Gong Kebyar

Sebuah barungan yang dipakai untuk mengiringi kebyar dan concert gamelan semata – mata
tergolong musik ciptaan baru. Kebyar timbul di singaraja sekitar tahun 1915, gong kebyar tak
lain dari gong gede yang dihilangkan beberapa instrumennya, diantaranya adalah instrument
trompong. Gangsa jongkok yang berbilah 5 dalam gong gede diubah menjadi gangsa gantung
yang memakai 10 bilah. Cengceng yang terdiri dari 5-6 pangkon dalam gong gede, pada gong
kebyar dipakai 1 pangkon saja. Kendang yang semula dimainkan dengan panggul kini diganti
dengan tangan saja, sehingga berjenis – jenis perbendaharaan bunyi kendang bisa ditimbulkan.
Gong kebyar menggunakan laras pelog 5 nada , tetapi tiap – tiap instrument memakai 1- 12
bilah. Bentuk lagu – lagu gong kebyar lebih bebas dari lagu – lagu klasik, kendatipun pada
bagian – bagian tertentu masih dipergunakan hukum – hukum tabuh klasik seperti tabuh 2, tabuh
3, dan sebagainya.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari materi diatas dapat kami simpulkan bahwa, gamelan yang di Bali, memiliki beberapa
fungsi diantaranya: sebagai pengiring upacara keagamaan, mengiringi tari- tarian yang ada di
Bali tarian yang sakral maupun tarian yang sifatnya hiburan., dan berfungsi sebagai hiburan
karena dapat dipertomtonkan. Dan gamelan di Bali juga dapat dikelompokan kedalam tiga jenis
yaitu gamelan tua, yang terdiri dari gamelan gambang, saron, selonding besi, gamelan gong
luwang, dan gamelan angklung. Gamelan Madya yang terdiri dari gamelan gambuh,
semarpagulingan, dan pelegongan. Dan gamelan baru, yang terdiri dari pengarjaan, gong kebyar,
pejangeran, dan njoged bung – bung.

3.2 Saran

Dengan dibuatnya makalah ini, semoga kita dapat lebih mengenal gamelan – gamelan di
Bali dan dapat terus melestarikan kebudayaan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Banden, I Made. 1986. Gamelan Bali.

Denpasar : Bali Post.

Denpasar : Pendokumentasian Kantor Kebudayaan Provinsi Bali.

http://forum.isi-dps.ac.id

http://www.semarpagulingan.isi-dps.ac.id

http://www.pelegongan.isi-dps.ac.id

Anda mungkin juga menyukai