DISUSUN OLEH:
1. DZAHRA ZAHROTUSSYARIFAH
2. APRILIA NURJANAH
3. ANEM MAHLINA
4. ElVINA SRI NURHASIAH
5. ANITA JULIANTI
Pertama-tama kami panjatkan puja & puji syukur atas Rahmat & ridho Allah SWT,
tanpa Rahmat & ridho nya kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman kami yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam
makalah ini kami menjelaskan tentang alat musik tradisional dari 5 daerah di Indonesia.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman sekalian. Demi
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
PENGERTIAN ALAT MUSIK TRADISIONAL
Pengertian alat musik yakni segala benda yang bisa digunakan untuk menciptakan
nada dan irama, tentunya agar terdengar indah, maka alat musik dibuat dengan pengaturan-
penagturan tertentu.
Sedangkan arti tradisional sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
merujuk pada hal-hal yang berkaitan dengan tradisi dan budaya.
Tradisional merupakan sesuatu yang sudah ada sejak lama dan masih dipertahankan
hingga saat ini.
Alat musik tradisonal adalah jenis alat musik yang merupakan objek tradisi yang
telah ada sejak periode-periode leluhur dan masih eksis hingga saat ini sebagai sebua
warisan budaya.
1
BAB 1
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
1. Ketambung (Kalimantan Tengah)
Katambung merupakan alat musik perkusi sejenis
kendang yang memiliki panjang 75cm. Alat musik ini
biasa digunakan oleh masyarakat suku Dayak Ngaju
yang tinggal di Kalimantan Tengah dan di perkirakan
berkembang sebelum abad 10 Masehi.
Bentuk alat musik ini tergolong unik karena
menyerupai labu siam atau labu air.Ketambung
digunakan pada upacara besar atau upacara yang
berkaitan dengan upacara gawi belom (memotong
Gambar 1.1 Ketambung pantan) dan gawi matey.
Pada upacara gawi belom katambung digunakan untuk mengiringi penyambutan
tamu, sedangkan pada upacara gawi matey katambung ditabuh pada saat upacara tiwah
(kematian), termasuk pada upacara balian ngarahang tulang (mengangkat tulang belulang),
balian tantulak (penguburan), dan balian untung (upacara syukuran setelah penguburan
maupun mengangkat tulang belulang).
2
3. Garantung (Kalimantan Tengah)
Garantung merupakan nama lain
alat musik gong, tapi ukurannya lebih kecil
dari gong di gamelan Jawa. Dalam
pertunjukkan seni khas Dayak, biasanya
disediakan 3-5 garantung dengan ukuran
berbeda. Masing-masing menghasilkan
nada yang berbeda.
Gambar 1.3 Garantung
Dawai melekat pada pasak atau pasak di ujung leher, yang memiliki beberapa jenis
mekanisme putar untuk memungkinkan pemain untuk mengencangkan ketegangan pada
tali atau melonggarkan ketegangan sebelum bermain (yang masing-masing menaikkan atau
menurunkan nada tali), sehingga setiap dawai disetel ke nada tertentu (atau nada).
3
Kecapi di petik atau di petik dengan satu tangan sedangkan tangan lainnya "feet"
(menekan ke bawah) string pada fingerboard leher. Dengan menekan senar pada tempat
fingerboard yang berbeda, pamain dapat memperpendek atau memperpanjang bagian dari
senar yang bergetar, sehingga menghasilkan nada lebih tinggi atau lebih rendah.
4
BAB 2
PROVINSI JAWA TENGAH
1. Bonang (Jawa Tengah)
Bonang adalah alat musik
pukul yang terbuat dari logam-
logam seperti kuningan, perunggu,
atau besi. Cara memainkannya,
bonang dipukul menggunakan
pemukul khusus yang terbuat dari
kayu yang dilapisi dengan kain atau
Ada dua jenis bonang, pertama adalah bonang barung yang berukuran lebih besar
dan bonang penerus yang berukuran lebih kecil.
a. Bonang Barung
Bonang barung berukuran sedang, beroktaf tengah sampai tinggi, adalah salah satu
dari instrumen-instrumen pemuka dalam Ansambel. Khususnya dalam teknik tabuhan
pipilan, pola-pola nada yang selalu mengantisipasi nada-nada yang akan datang dapat
menuntun lagu instrumen-instrumen lainnya.
Pada jenis gendhing bonang, bonang barung memainkan pembuka gendhing
(menentukan gendhing yang akan dimainkan) dan menuntun alur lagu gendhing. Pada
teknik tabuhan imbal-imbalan, bonang barung tidak berfungsi sebagai lagu penuntun;
ia membentuk pola-pola lagu jalin-menjalin dengan bonang panerus, dan pada aksen
aksen penting bonang boleh membuat sekaran (lagu-lagu hiasan), biasanya di akhiran
kalimat lagu.
b. Bonang Penerus
Bonang Penerus adalah bonang yang paling kecil, beroktaf tinggi. Pada teknik
tabuhan pipilan, bonang panerus berkecepatan dua kali lipat daripada bonang barung.
Walaupun mengantisipasi nada-nada balungan, bonang panerus tidak berfungsi sebagai
lagu tuntunan, karena kecepatan dan ketinggian wilayah nadanya. Dalam teknik
tabuhan imbal-imbalan, bekerja sama dengan bonang barung, bonang panerus
memainkan pola-pola lagu jalin menjalin.Bonang Penerus cara memainkannya yaitu
sama persis dengan Bonang Barung. Bonang Penerus hanya tinggal mengikuti kemana
alur lagu dari Bonang Barung.
5
2. Demung (Jawa Tengah)
Demung adalah alat musik
tradisional Jawa Tengah yang masih
termasuk di dalam keluarga balungan.
Dalam pagelaran musik gamelan,
biasanya terdapat dua jenis demung, yaitu
demung dengan nada pelog dan slendro.
6
4. Siter (Jawa Tengah)
Tidak berbeda jauh dari
demung, alat musik Jawa Tengah
ini juga memiliki bunyi yang disetel
dengan nada pelog dan slendro.
Namun yang membedakan, siter
menjadi satu-satunya alat musik
tradisional yang dipetik dalam
rangkaian gamelan.
Gambar 2.4 Siter
Siter memiliki 11 dan 13 pasang senar dan dimasukan ke dalam kotak resonator.
Senar siter dimainkan dengan ibu jari, sedangkan jari lain digunakan untuk menahan
getaran ketika senar lain dipetik, ini biasanya merupakan ciri khas instrumen gamelan.
Pada umumnya, siter memiliki panjang sekitar 30 cm, dan dimasukan ke sebuah
kotak yang berguna sebagai resonantor. Siter dimainkan sebagai salah satu dari alat musik
yang dimainkan secara bersamaan, sebagai instrumen yang memainkan cengkok.
7
BAB 3
PROVINSI SUMATRA UTARA
1. Pangora (Sumatra Utara)
Pangora merupakan alat musik sejenis gong
Jawa, bentuk nya pun relatif sama. Namun beda
nya, pangora berbunyi 'Pok'. Hal ini di sebabkan
karena pangora di pukul dengan stik semeni
bagian pinggir nya di rendem dengan pegangan
tangan, untuk ukuran pinggirnya di rendem dengan
pegangan tangan. Untuk ukuran pinggir paling
besar adalah berdiameter 37 cm dengan ketebalan
8
3. Keteng – Keteng (Sumatra Utara)
Keteng-keteng merupakan alat
musik pukul tradisional dari Suku
Karo, Sumatra Utara. Berbahan
dasar bambu, Keteng-keteng
memiliki panjang sekitar setengah
meter dengan senar dari kulit bambu
Alat pemukulnya pun terbuat dari potongan bambu yang terdiri dari dua buah.
Keteng-keteng ditabuh seperti drum, hasilnya adalah suara khas dari perpaduan suara yang
unik antara sumbu bambu yang dipukul dan senar.
9
5. Gonrang (Sumatra Utara)
Hampir sama dengan Gordang, Gonrang merupakan alat musik tradisional Sumatra Utara
yang mirip dengan gendang. Gonrang banyak dijumpai di daerah Kabupaten Simalungun,
Sumatra Utara.cara memainkannya adalah dipukul.
10
BAB 4
PROVINSI PAPUA
1. Pikon (Papua)
Pikon adalah alat musik
tradisional Papua yang namanya berasal
dari kata Pokonane dala, bahasa baliem
maknanya sebagai alat musik bunyi. Di
mana alat musik pikon ini merupakan
alat musik khas dari suku Dani,
seringnga bakat musik ini dimainkan
saat beristirahat ketika berada di honai
Gambar 4.1 Pikon (rumah khas setempat daerah).
Alat musik pikon dibuat menggunakan bahan-bahan bambu yang memiliki ruas dan
juga bambu yang berongga atau yang biasanya disebut dengan hite yakni alat musik ini
juga memiliki bentuk lonjong dengan ukuran yang sangat kecil. Bagian tengah dari alat
musik pikon terdapat seutas tali yang dipasang dengan kencang dan juga terikat pada
sepotong lidi, dimana bagian tersebut berfungsi sebagai penggetar.
Alat musik pikon pada umumnya dimainkan oleh para kaum pria yang berasal dari
suku Dani. Dimana cara memainkan alat musik ini juga cukup menarik, yakni dengan cara
menarik lidi yang ada pada bagian pangkal. Sehingga kemudian potongan penggetar dalam
alat musik akan bergetar dan bisa menghasilkan suara yang khas.
2. Eme (Papua)
Eme ialah alat musik
tradisional Papua yang sering digunakan
oleh masyarakat Suku Kamoro, Papua.
Di mana alat musik ini digunakan
sebagai sarana hiburan dan atau juga
digunakan pada saat melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan adat
Gambar 4.2 Eme istiadat dari masyarakat Kamoro, Papua.
Alat musik eme akan ditampilkan sebagai pengiring nyanyian, biasanya acara
tersebut berupa cerita legenda, pantun atau petuah kebijakan. Para penonton biasanya juga
11
akan menari dan diiringi dengan bunyi pukulan eme. Eme merupakan alat musik yang pada
awalnya dibuat dengan menggunakan campuran kapur dari bia dan juga darah manusia
yang dioleskan di semua ujung eme. Darah tersebut berfungsi sebagai perekat kulit biawak
yang digunakan sebagai bagian tabuh dalam alat musik eme.
Hal ini dikarenakan masyarakat suku Kamoro percaya bahwa kulit yang direkatkan
dengan menggunakan campuran bia dan darah manusia bisa menghasilkan suara yang
lebih baik. Tetapi, belakangan ini, penggunaan darah manusia sudah digantikan dengan
getah pohon mangi-mangi atau getah pohon ote yang juga mempunyai warna merah. Jika
menginginkan suara yang bervariasi, maka kulit eme akan ditempeli dengan menggunakan
getah damar yang dibentuk menjadi bulat-bulatan kecil. Apabila bulatan getah yang
ditempelkan semakin banyak, maka suara yang dihasilkan akan semakin rendah.
3. Tifa (Papua
12
Alat musik tifa merupakan bakat musik yang menjadi simbol perdamaian dari
masyarakat Papua pada zaman dahulu. Dimana pada zaman dahulu apabila terjadi
peperangan antar suku yang ada di Papua, para tetua adat langsung menabuh alat musik
tifa sebagai panggilan yang ditujukan kepada wakil dari kedua belah pihak untuk
melakukan perjanjian dTapi, saat ini alat musik tifa sudah beralih fungsi menjadi alat
musik yang digunakan dalam berbagai macam ritual dan juga kesenian adat, baik itu pesta
adat, perkawinan, penyambutan tamu-tamu penting dan juga pengiring tari-tarian dan
masih banyak lagi yang lainnya.
Alat musik tifa juga mempunyai makna sosial yang tergantung dengan fungsi dan
juga bentuk dari hiasan ukiran badan tifa. Misalnya pada suku Malin Anime yang
mempunyai bentuk dan juga motif serta nama yang berbeda pada setiap masing-masing tifa
yang ada di klan.
4. Atowo (Papua)
13
5. Fuu (Papua)
Fuu merupakan alat musik yang
dimainkan dengan cara ditiup pada
bagian yang berlubang atau terbuka.
Selain digunakan untuk memanggil
penduduk, alat musik ini juga biasa
digunakan untuk mengiringi tari-tarian
khas Papua khususnya masyarakat Suku
Asmat, Kabupaten Merauke.
Bersama alat musik khas Papua
lainnya seperti tifa dan kelambut,
biasanya fuu dimainkan dan menjadi
paduan harmonisasi yang memberikan
warna tersendiri pada ciri khas musik
Papua.
Gambar 4.5 Fuu
Fuu menjadi salah satu alat musik tradisional yang harus dilestarikan
keberadaannya. Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki masyarakat Papua dan menjadi
kearifan lokal dari identitas sebuah daerah.
14
BAB 5
PROVINSI BALI
1. Gamelam Bali (Bali)
Gamelan adalah ensembel alat musik tradisional Bali yang terdiri dari alat musik
tradisional seperti gong, gambang, gendang, kempul, dan juga bonang. Ansambel gamelan
pada umumnya tersebar di berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa, Madura, Bali, dan
Nusa Tenggara, namun dengan gaya dan ciri khas yang berbeda tiap daerahnya.
Menurut beberapa sumber sejarah, Gamelan di Bali sudah lama ada di Nusantara.
Dilihat dari prasasti Bebetin, alat musik Gamelan ini sudah ada sejak tahun 896 M. Atau
saat Raja Ugrasena memerintah di wilayah Bali. Namun pada saat itu, bentuk gamelannya
tidak persis sekarang, bentuk gamelannya masih sangat sederhana.
Dalam tradisi Bali, Gamelan Bali terkenal dan banyak digunakan dalam berbagai
acara adat Bali dan pada upacara keagamaan. Itulah sebabnya Bali disebut sebagai rumah
bagi sekitar 25 jenis gamelan di desa-desa yang ada di Bali. 10 diantaranya terbuat dari
bambu dan sisanya terbuat dari logam.
Dalam ansambel ini, Gamelan terdiri dari beberapa bagian seperti berikut ini:
Gamelan tua yang terdiri dari gambang, saron, selonding kayu, gong besi, gong luwang,
selonding besi, angklung klentang dan gender wayang Gamelan madya yang terdiri dari
pegambuhan, semar pegulingan, pelegongan, bebarongan, joged pingitan, gong gangsa
jongkok, bebonangan, dan rindik gandrung Gamelan baru antara lain pengerjaan, gong
kebyar, pejangeran, angklung bilah tujuh, joged bungbung, dan gong suling.
15
2. Rindik (Bali)
Rindik merupakan salah satu alat
musik Bali yang dipukul dan terbuat dari
bambu. Alat musik tradisional ini memiliki
lima nada dasar pada bilah bambunya dan
cara memainkannya dengan memukulnya
dengan palu khusus. Rindik sering digunakan
dalam tradisi joged bumbung yang
merupakan seni di mana seorang penari
wanita mengajak salah satu penonton pria
Gambar 5.2 Rindik
untuk menari bersama.
Selain itu, alat ini sering digunakan sebagai pelengkap resepsi pernikahan dan
penyambutan tamu. Instrumen ini memiliki sejarah panjang. Singkatnya, alat musik ini
adalah angklung reyog kerajaan Majapahit, yang dibawa ke Bali oleh invasi kerajaan
Demak. Orang-orang Majapahit yang tiba di Bali pada waktu itu mengalami kesulitan
merakit gamelan berisi angklung karena sudah mengalami pergerakan dan kerusakan.
Angklung tidak dapat dibentuk dengan cara ini, tetapi tetap mengeluarkan suara, jadi
angklung ini adalah Rindik.
Nama Rindik berasal dari bahasa Jawa kuno yang berarti ditempatkan dengan rapi
dan memiliki sedikit celah. Instrumen ini dimainkan oleh dua hingga lima orang, dengan
masing-masing pemain memiliki peran khusus. Dua memainkan Rindik dan sisanya
memainkan suling dan gong puru. Awalnya, Rindik digunakan sebagai alat hiburan petani
ladang dan sebagai musik latar untuk menghibur masyarakat “Shirogen Bunbun”. Namun,
semakin lama Rindik telah digunakan sebagai pengiring acara seperti pernikahan, resepsi
dan penyambutan tamu.
16
3. Gerantang (Bali)
Gerantang merupakan alat
musik tradisional dari Bali, terdiri atas
beberapa bilah bambu yang dideretkan
mendatar dan dimainkan dengan 2 buah
alat pemukul semacam dengan
Gambang alat musik khas Suku Jawa
akan tetapi Gerantang menggunakan
bambu. Dipakai dalam kegiatan
gamelan kelentang atau angklung. Di
Jawa Barat alat musik sejenis gerantang
Gambar 5.3 Gerantang
ini disebut calung.
Gerantang memiliki susunan atas beberapa potongan bambu yang tersusun berderet
dan digunakan dengan 2 alat pemukul khusus seperti contoh Gambang (alat musik dari
Jawa) tetapi alat musik Gerantang memakai bambu.
Alat musik tradisional ini asalnya dari Bali cukup sering dipakai pada kegiatan
gamelan atau angklung. Pada daerah Jawa Barat alat ini disebut calung, jelas pastinya
terdapat perbedaan antara alat musik tradisional Bali dan Jawa. Alat musik Gerantang
digunakan pada pentas seni Cupak Gerantang.
Cupak Gerantang merupakan cerita 2 orang tokoh kakak beradik yang mempunyai
nama Cupak dan Grantang. Yang semuanya memiliki sifatnya masing-masing seperti
Cupak mencerminkan semua sifat buruk manusia, sedangkan Gerantang kebalikannya, ia
mencerminkan sifat baik di diri manusia.
Untuk membuat alat musik tradisional ini, diperlukan bambu, gergaji, parang,
amplas (penghalus) dan beberapa benda tambahan seperti contoh obeng atau palu, Bahan
bambu untuk gerantang sekitar 1 sampai 3 ruas dan mempunyai panjang 45 ~ 95 cm. Pada
bilah bambu tersebut berilah lubang, mungkin berkisar seperempat bagian bambu sebagai
tempat untuk mendapatkan suara yang diinginkan.
Panjang bungbung gerantang sekitar sati ruas sampai dengan tiga ruas, atau kurang
antara 45 cm sampai 95 cm dari nada tertinggi sampai nada rendahnya. Alat yang perlu
disiapkan sebagai pembuat adalah gergaji sebagai pemotong , parang untuk menebas, dan
pengutik sebagai penghalusnya.
17
4. Rebana Bali (Bali)
Rebana sudah terkenal sebagai nama sebuah ansambel musik. Dengan kata lain, itu
adalah musik rebana yang terdiri dari instrumen seperti drum yang berbentuk seperti
payung dengan hanya satu mulut atau Tsukubu.
Dalam tradisi Bali, alat musik rebana ini juga merupakan bagian dari beberapa
balungan gamelan Bali. Seperti alat musik Pajangeran dan Pangaljanganberan. Rebana Jika
dalam musik ada beberapa jenis rebana dengan ukuran dan nada yang berbeda, termasuk di
ansambel Gamelan yang hanya ada satu rebana.
Masing-masing untuk Pajangan dan Panglanjan. Fungsinya berperan sebagai akhir
lagu atau sebagai penanda lengkapnya sebuah ukuran lagu.
5. Gangsa (Bali)
Gangsa adalah salah satu alat
musik Bali yang tergabung dalam
ansambel Gamelan Balung yang
bilahnya terbuat dari bahan perunggu.
Ada banyak gaya Gamelan Balungan
di Bali yang menggunakan Gangsa,
seperti Semara Pagulingan,
Angklung, Gong Kebyar, Gong Gede,
18
Bentuk daun alat musik Gangsa pada setiap Gamelan Balungan memiliki fungsi
yang berbeda-beda. Beberapa bertindak sebagai jaringan guratan dan menentukan dimensi
lagu. Misalnya, Gamelan Gamelan hanya memiliki dua bagian tangguh Gangsa Jongkok
untuk pemegang melodi. Sedangkan Gong Gede memiliki delapan tangguh Gangsa
Jongkok dan dua belas bentuk Gang Gantung.
Berikut ini jenis-jenis Gangsa:
a) Gangsa gantung kantil
b) Gangsa gantung pemade
c) Gangsa jongkok pemade
d) Gangsa jongkok curing
e) Gangsa jongkok kantil
f) Gangsa jongkok pengakep
g) Gangsa jongkok Penunggali
19