Hari ini, aku berangkat ke kantor jauh lebih awal. Sekitar pukul
setengah tujuh pagi aku sudah tiba di depan gerbang. Lelaki yang
membuatku penasaran dengan kelakuannya itu juga sudah ada di
sekitar tempat kerja. Dia mulai menjajakan bunganya ke setiap orang
yang hilir mudik melewatinya. “Beli neng, bunga mawarnya cantik-
cantik. Silahkan dibeli Bu, bunga-bunganya masih wangi dan
menarik.,” kata lelaki tersebut cukup lantang terdengar di telingaku
ketika aku berada di depan gerbang kantor. Bukan hanya suaranya
saja yang terdengar, sorotan matanya juga tidak lalu dari menatapku.
Tidak hanya sebentar, 10-20 detik mungkin tatapan tersebut terjadi.
Di hari itu pula aku coba keluar dan berdiri di depan gerbang
kantor untuk menunggu kiriman makanan dari sahabat karibku. Aku
menunggu di depan gerbang dengan tak sebentar.
Di tengah keramaian pembeli atau calon pembeli bunga
jualan lelaki tersebut, dia masih juga menyempatkan untuk
menatapku. Entah apa yang dipikirkan lelaki tersebut kepadaku. Itu
yang masih aku pertanyakan hingga saat ini.
-----
Aku kemas beberapa topi yang pernah aku miliki dan juga
beberapa kaos yang kupikir dapat dikenakan lelaki penjual bunga itu.
Ada satu tas kantong plastik ukurang sedang yang ternyata mampu
menampung topi dan kaos itu. Tak terlalu banyak isinya, namun
semoga lelaki penjual bunga itu bersedia dengan senang hati
menerima pemberianku ini.
Aku bawa tas kantong plastik berisi topi dan kaos itu ke kantor
pada keesokkan harinya. Akan tetapi di hari itu, kebetulan lelaki
penjual bunga itu tidak ada di tempat biasanya dia berjualan. Aku
tunggu kehadirannya di sore, lelaki itu juga tak muncul batang
hidungnya. “Ah, apa mungkin ini cara Tuhan supaya aku tidak bisa
berkenalan dengan dia. Mungkin lelaki itu punya niat yang tidak baik
kepadaku, sehingga aku tidak dipertemukan dengannya saat aku
punya niat yang baik”, pikirku sejenak.
Hari-hari berikutnya, lelaki penjual bunga itu juga tak datang
untuk berjualan di tempat biasanya. Aku jadi penasaran dan mungkin
juga cemas akan keadaannya.
“Iya, aku tahu bapak itu tinggal tidak jauh dari rumahku.
Namanya Pak Setiawan.”, jawab Hasan membuka sedikit rasa
penasaraku akan lelaki itu.