0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan5 halaman
1. Arsitektur bioklimatik adalah pendekatan desain yang mempertimbangkan lingkungan fisik dan kenyamanan manusia dengan memanfaatkan konsep-konsep seperti orientasi bangunan, ventilasi, dan vegetasi.
2. Prinsipnya adalah merancang bangunan yang merespon iklim lokal untuk mencapai kenyamanan termal dengan cara-cara seperti konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
3. Pendekatan bioklimatik dip
1. Arsitektur bioklimatik adalah pendekatan desain yang mempertimbangkan lingkungan fisik dan kenyamanan manusia dengan memanfaatkan konsep-konsep seperti orientasi bangunan, ventilasi, dan vegetasi.
2. Prinsipnya adalah merancang bangunan yang merespon iklim lokal untuk mencapai kenyamanan termal dengan cara-cara seperti konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
3. Pendekatan bioklimatik dip
1. Arsitektur bioklimatik adalah pendekatan desain yang mempertimbangkan lingkungan fisik dan kenyamanan manusia dengan memanfaatkan konsep-konsep seperti orientasi bangunan, ventilasi, dan vegetasi.
2. Prinsipnya adalah merancang bangunan yang merespon iklim lokal untuk mencapai kenyamanan termal dengan cara-cara seperti konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
3. Pendekatan bioklimatik dip
Nim : 210211020031 Mata Kuliah : Fisika/Sains Bangunan Kawasan Pesisir dan Perbukitan Dosen Pengampu : Dr. Ir. Pierre Holy Gosal MEDS, IPU
Dokumentasi kehadiran kuliah umum
Dokumentasi pemaparan pak Joey Setiadi
Dokumentasi pemaparan pak Agung Murti Nugroho
Ringkasan Pak Joey Setiadi Pada umumnya ada beberapa prinsip desain sebagai seorang konsultan yaitu salah satunya proteksi terhadap ganguan masyarakat. Contoh yang bisa diambil dari ganguan terhadap masyarakat tersebut adalah kebisingan, contoh tipe kebisingan yang tidak diinginkan yaitu seperti road traffic noise (kebisingan jalan raya), railway noise (kebisingan rel kereta api), concert performance too loud (performan konser yang terlalu berisik), fireworks (kembang api), building activity (aktivitas dalam suatu bangunan), construction noise (kebisingan dalam suatu konstruksi). Selanjutnya ada beberapa level pada kebisingan, kita dapat mengukur sebuah kebisingan suara dengan suatu pressure (Pa) atau sebuah tekanan, untuk ukuran standar adalah gaya dibagi satuan area. Threshold of hearing adalah suara diambang pendengaran yang berlevel di 20 micropascal dan untuk threshold of pain suara diambang nyeri berlevel di 35 juta micropascal. Untuk level kebisingan kita bisa mengekspresi kan dalam 2 nomor di suatu decibel dan biasanya menggunakan base 10 logaritma. Untuk mengetauhi level tekanan suatu suara, biasanya menggunakan indikator kekuatan gelombang akustik yang paling umum digunakan, dan juga berkolerasi baik dengan persepsi manusia tentang suatu kenyaringan. Peraturan-peraturan dalam membangun suatu bangunan ada 2 yaitu harus mengetahui konteks dari ‘noise ingress’ dan ‘noise egress’ yang dimana keduanya merupakan standar teknis pada setiap proyek. Ada beberapa cara metodologi pengukuran untuk kebisingan dari suatu lingkungan yaitu seperti mengidentifikasi suatu konteks seperti suara dari sisi perindustrian, kebisingan jalan raya, kebisingan rel kereta, kebisingan pada saat pembangunan, dan kebisingan pada musik yang sedang berjalan. Lalu yang kedua yaitu survey kebisingan contohnya seperti pengukuran tanpa pengawasan dan pengukuran dalam pengawasan. Lalu yang terakhir adalah peralatan yang memadai seperti master tingkat suara dan juga kalibrator. Propagasi kebisingan yang pertama pada saat berada diluar ruangan, redaman dari suatu suara diluar ruangan biasa disebabkan terutama dengan suatu jarak. Contohnya seperti Spherical radiation (soft ground) dan ada Hemispherical radiation (hard ground) yang dimana masing-masing memiliki cara perhitungan yang berbeda. Perbedaan level terhadap lahan kosong adalah jika pengukuran level diambil dari sumber yang berjarak beberapa meter, adalah untuk menghitung tuas dari sumber pada jarak lainnya. Harus ada koreksi hitung 3 desibel untuk perhitungan pada fasad. Dalam propagasi dan mengkontrol suatu kebisingan biasanya terdapat sumber yang memadai lalu terdapat suatu jalur dan model dari penerima tersebut. Contohnya seperti pada mengkontrol suatu sumber biasanya memilih tempat yang memiliki sumber suara kebisingan yang minim, lalu pada kontrol jalur yang dipilih adalah memilih seperti suatu penghalang, kendang, dan suatu vegetasi, kemudian pada saat mengkontrol penerima seperti partisi isolasi suatu suara, dan juga situs suatu manajemen. Dari ketiga itu yang paling efektif merupakan hambatan dari difraksi. Hanya dengan memotong garis sudut pandang sampai pengurangan 5dB. Secara signifikan memotong garis pandang sampai pengurangan 10 dB. Kedua yaitu hambatan dari material suatu bangunan contohnya seperti bahan berpori untuk memberikan penyerapan suara yang baik (sabun, wol mineral). Lapisan besar dan tahan terhadap menyediakan isolasi yang baik (beton, dan papan cip). Kesimpulan dari analisis kebisingan dari suatu lingkungan adalah selalu berpikir dahulukan suatu konteks, peran seorang konsultan akustik sangatlah penting, survey kebisingan pra-perkembangan sangat penting, dapat menguasai suatu standar yang relevan yang tertulis dalam (KepMenLh no.48/1996 and SNI 03-6496-2000) dan memilih sumber, jalur, serta model dari penerima. Ada beberapa sumber yang bisa diambil untuk menjadi suatu arahan yang dapat dipelajari seperti buku dari Peters, R. J lalu ada buku dari Kinsler, Lawrence E., et al dan ada buku Standar Nasional Indonesia, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, dan yang terakhir ada pada World Health Organization. Ada beberapa tambahan untuk materi ini seperti kenyamanan akustik masih dianggap sebagai hak paling istimewa dan juga terdapat beberapa kebijakan-kebijakan terhadap kebisingan yang terjadi di Indonesia, dan yang terakhir ada tren dari tingkat kebisingan suatu kendaraan bertenaga listrik. Ringkasan Pak Agung Murti Nugroho Arsitektur Bioklimatik merupakan salah satu cabang ilmu dari Arsitektur Ekologis (Lingkungan). Prinsip yang pada arsitektur lingkungan ini adalah cara yang digunakan, startegi yang ditempuh, untuk merancang Kawasan maupun bangunan, yang merespon iklim pada tapak, skala iklim makro, maupun iklim mikro. Selain itu, arsitektur lingkungan juga merespon cara untuk mencapai kenyamanan thermal yang diharapkan dinikmati oleh pengguna pada bangunan. Arsitektur bioklimatik menawarkan kesempatan menarik untuk mencapi manfaat terkait lingkungan, sosial, dan ekonomi. Banyak hal tentang energi, lingkungan dan proses siklus kehidupan yang dapat dipelajari dan diterapkan. Hal termudah dalam bahasan teknologi adalah temperature, dan dapat dilihat sehari- hari bahwa bentuk umum dari mesin yang melibatkan panas yang melibatkan energi, mesin merubah suhu yang tinggi (biasa disebut source temperature) dan mejadi suhu yang lebih rendah (disebut sink temperature) (Procos, 1996, pp. 200-210). Perubahan dari energi melalui suhu pada lingkungan sekitar menurut caranya dapat dibagi menjadi 4, yaitu: konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Arsitektur Bioklimatik adalah pendekatan desain yang menghubungkan lingkungan fisik dan kenyamanan pada manusia. Lingkungan fisik merupakan hal utama dari parameter yang ada di Arsitektur Bioklimatik, yang mempunyai kontak langsung terhadap indera manusia (akustika, optik, dan thermal) dan kenyamanan fisik diperoleh dari penggunaan material yang tepat, sehingga menjadikan bangunan nyaman, aman dan higienis Kestabilan temperatur bumi bergantung pada masing-masing iklim dan karakteristik geologis. Saat proses perubahan yang kita alami, kita harus fokus pada efek pembersihan alami dan kemampuan self-regeneration dapat ditemukan di hutan dan sungai. Kemajuan ekonomi menggunakan banyak sumber yang terbatas juga menghancurkan lingkungan hanya memberikan kemakmuran yang sifatnya sementara; kurangnya keberlanjutan dan mengancam keberadaannya untuk digunakan di generasi yang akan datang. Sekarang waktunya untuk kembali ke titik awal, untuk memperdalam pengetahuan tentang lingkungan dan memperbaiki kesalahan dalam pendayagunaan hutan di bumi, yang memainkan peran penting dalam membentuk dan pengembangan jiwa manusia (Almusaed, 2011, p. 223). Peran arsitek yaitu dengan pendekatan arsitektur bioklimatik ini merancang bangunan sesuai dengan prinsip dan konsepnya, yang nantinya dengan adanya bangunan yang dibuat, tidak merusak sifat efek pembersihan alami dan kemampuan self- regeneration dari Bumi. Ada beberapaa cara untuk mengetahui sisi keakuratan pada suasana tropis yaitu mempertimbangkan orientasi bangunan, pengaturan bukaan ventilasi alami, terdapat juga ventilasi atap, terdapat layout ruangan, penataan vegetasi lanskap, mempunyai massa termal yang ringan, massa yang ramping, keberadaan suatu ruang transisi, volume suatu atap yang besar, memiliki lantai panggung, dan yang terakhir ada teritisan yang cukup lebar. Dalam pengondisian alami terdapat upaya penyesuaian suhu udara dalam ruang sesuai ambang batas suhu Netral (suhu nyaman pada suatu daerah tertentu didasarkan rerata suhu udara per bulan dalam satu tahun dengan rumus adaptive thermal comfort. Dalam mencapai suatu ketercapaian tinggal yaitu dengan adanya kemajemukan peneduhan, kemahiran pengondisian, kemanfaatan pengeawalembapan, kemajuan/kemantapan penyejukan, dan kemakmuran dari pembiasaan. Untuk kecakapan dsri suatu urai dalam rangkaian inovasi Bio Dinamik adalah memiliki suatu kebaharuan pengertahuan, kebaharuan obyek, kebaharuan teknologi, kebaharuan cara, kebaharuan temuan yang dimana semua itu merupakan keutuhan dari suatu riset untuk melakukan pembaruan-pembaruan dari masa lampau sampai ke masa depan. Kesimpulan yang dapat diambil dari arsitektur bioklimatik anatar lain Pendekatan Bioklimatik diperlukan untuk membantu lingkungan mencapai self- regenerating agar tercapai keseimbangan alam, Pendekatan Bioklimatik dipilih dalam metode desain untuk mencapai energy saving dan pengurangan konsumsi energi yang tidak terbarukan, Dengan perluasan dari konsep desain bioklimatik, desainer (dalam hal ini adalah Arsitek) dapat mengimplementasikan pendekatan desain yang lebih baik terutama kepada lingkungan, Pengembangan metode desain bioklimatik memiliki 3 tahapan desain: 1. Memilih alternatif berdasarkan kebutuhan 2. Memastikan penggunaan energi terbarukan serta memikirkan keterbaharuannya tercapai 3. Memastikan kenyamanan pengguna ruang tercapai.