Anda di halaman 1dari 16

Mata Kuliah : Riset Kesehatan Reproduksi

Dosen : Prof. Dr. Stang, M.Kes

“FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISK PADA REMAJA PUTRI


DI SMK SINGA GEWEH SANGATTA KABUPATEN KUTAI
TIMUR”

DISUSUN OLEH:

Tri Yulia Handayani


NIM : K012212016

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan tugas
Proposal Penelitian dengan tepat waktu. Kegiatan penulisan ini berjudul “Daktor
Risiko Kejadian ISK pada Remaja Putri di SMK Singa Geweh Sangatta
Kabupaten Kutai Timur” untuk tugas mata kuliah Riset Kesehatan Reproduksi.
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih
2.2 Klasifikasi ISK
2.3 Etiologi ISK
2.4 Gejala dan Tanda ISK
2.5 Diagnosis
2.6 Patogenesis
2.7 Epidemiologi ISK pada Remaja Putri
2.8 Faktor Risiko ISK pada Remaja Putri
2.8.1 Kebiasaan menahan BAK
2.8.2 Kebiasaan minum air putih
2.8.3 Perineum hygiene
2.9 Kerangka Teori
2.10 Kerangka Konsep
2.11 Literature Review
Bab III Metodologi Penelitian
3.1 Jenis Penelitian
3.2 Lokasi Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel
3.4 Cara Pengumpulan Data
3.5 Instrumen Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Masa remaja berawal saat usia 10 sampai dengan 19 tahun (WHO). Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014 menjelaskan remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 10–18 tahun. Sedangkan menurut BKKBN, 10–24 tahun
tergolong usia remaja dengan status belum melakukan pernikahan. Remaja akan
melalui banyak peristiwa dalam tahap perkembangan dan pertumbuhan. Adapun
peristiwa tersebut yaitu munculnya beberapa ciri alat kelamin sekunder meliputi
tumbuh suburnya rambut pada area kewanitaan dan bulu ketiak, lingkar pinggul
melebar, mengalami menstruasi, mengencangnya ukuran payudara, kulit kian terasa
halus, dan lebih emosional. Dengan menyepakati bahwa remaja merupakan masa
transisi dari anak-anak ke masa dewasa, oleh karena itu, Kesehatan fisik dan mental
yang baik pada masa anak-anak dan remaja akan menjadikan masa dewasa menjadi
lebih baik pula.
Infeksi saluran kemih merupakan suatu infeksi baik pada saluran kemih atas dan
atau bawah, yang mana jumlah bakteri >105 koloni perunit bakteri permililiter
(CFU/ml) dalam satu speimen urin (Bradley & Colgan et al, 2005). Infeksi saluran
kemih (ISK) adalah jenis infeksi nosokomial yang paling umum yang menyebabkan
sekitar 40% dari semua infeksi per tahun. Infeksi saluran kemih di Indonesia dan
prevalensinya tinggi. Jumlah penderita ISK di Indonesia adalah 95 kasus/ 104
penduduk pertahunnya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun (Depkes, 2014).
Sekitar 60% wanita akan memiliki setidaknya satu episode ISK selama hidup mereka.
Prevalensi ISK lebih tinggi selama masa remaja, periode di mana perubahan
hormonal mendukung kolonisasi vagina oleh strain bakteri nefritogenik, yang dapat
bermigrasi ke daerah periuretra dan menyebabkan infeksi saluran kemih. Hal ini
terkait dengan harga diri yang buruk, gangguan kualitas hidup, isolasi sosial, dan
depresi. Secara signifikan, masalah kesehatan ini berkontribusi pada morbiditas
keseluruhan wanita di semua usia kehidupan mereka.
Menurut IDAI (2011:22) ISK pada masa bayi dan anak seringkali mengakibatkan
dampak kemudian hari hingga jangka panjang terhadap fungsi ginjal yaitu
mengakibatkan gagal ginjal akut, bakteremia, dan sepsis. Komplikasi ISK jangka
panjang adalah parut ginjal, hipertensi, dan gagal ginjal. Anak-anak dengan ISK
bagian atas (pielonefritis) berisiko mengalami kerusakan parenkim ginjal dapat
dibuktikan dengan adanya jaringan parut ginjal. Parut ginjal terjadi pada 8% sampai
40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut (Garin et al., 2007:1003).
Terjadinya parut ginjal disebabkan karena umur muda, keterlambatan pemberian
antibiotik dalam tata laksana ISK, dan infeksi berulang jika komplikasi ISK dialami
oleh anak sekolah maka hal tersebut dapat menggangu pertumbuhan dan
perkembangan mereka (IDAI, 2011:23).
Data prevalensi ISK pada remaja putri di Indonesia masih belum ada data yang
jelas, sehingga perlu mendapat perhatian dan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan
uraian tersebut, peneliti bermaksud untuk meneliti hubungan antara faktor risiko yang
terdiri dari kurangnya intake air minum, sering menahan BAK, menstrual hygiene
yang buruk, perineal hygiene yang buruk dan keputihan terhadap kejadian ISK pada
remaja putri. Hal tersebut diperlukan agar dapat dilakukan tindakan pencegahan
secara dini untuk menurunkan tingkat risiko terkena ISK.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah factor risiko apa saja yang
berhubungan dengan kejadian ISK pada remaja putri di SMK Singa Geweh
Sangatta Kabupaten Kutai Timur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.9 Kerangka Teori
2.10 Kerangka Konsep

Variabel Independen

Kebiasaan
menahan BAK

ISK
Kebiasaan minum
air putih

Perineum hygiene

Variabel Dependen

2.11 Literature Review

Pencarian literature dilakukan menggunakan database Google Scholar dan Pubmed pada
bulan April 2022. Artikel yang diambil dari tahun 2017 – 2022. Kata kunci dalam
literature review ini adalah : remaja putri, , teenage girl; menahan BAK; personal
hygiene; Infeksi saluran kemih; urinary tract infection; minum air putih;
NO PENELITI JUDUL VOLUME METODE HASIL
Halaman
1 Rhaiana Gondim, Risk factors for urinary Vol. 44 (2):, Maret Cross sectional Secara keseluruhan, 326 pasien (214
Roberta Azevedo, Ana tract infection in 2018 - Abril, study perempuan/112 laki-laki) dievaluasi.
Aparecida Nascimento children with urinary 378-383 Usia rata-rata pasien adalah 7,7 ± 3,19
Martinelli Braga , urgency tahun (± standar deviasi). Insiden ISK
Maria Luiza Veiga, demam 39,2%. Menjadi perempuan
Ubirajara Barroso Jr. dan jarang berkemih adalah faktor
yang secara signifikan terkait dengan
demam ISK, baik dalam analisis
univariat dan multivariat. Hasil ini
menunjukkan bahwa menjadi
perempuan dan jarang berkemih
merupakan faktor risiko yang
signifikan untuk diagnosis ISK demam
pada anak-anak ini
2 Tamara Serdinšeka, Lower urinary tract European Journal a questionnaire- Kami memasukkan 2.745 gadis
Monika Sobocan, Špela symptoms in adolescent of Obstetrics & based study remaja. Usia rata-rata mereka adalah
Butb, Martina Špilak- girls: a questionnaire- Gynecology and 16,8 - 1,2 tahun dan 17,8% dari
Gombocc, Igor Buta based study Reproductive mereka secara teratur mengalami
Biology 258 setidaknya satu LUTS. Frekuensi
(2021) 452–45 LUTS sesekali bahkan lebih tinggi.
Gejala yang paling umum adalah
inkontinensia urin (5,9%), diikuti oleh
frekuensi (5,1%), perasaan
pengosongan kandung kemih yang
tidak lengkap (4,8%), urgensi (3,1%),
dan nokturia (2,6%). Faktor risiko
kehadiran LUTS adalah keberhasilan
sekolah perempuan, sering nyeri
panggul, sistitis sebelumnya, riwayat
enuresis malam pada masa kanak-
kanak, dan hubungan seksual dalam
tiga bulan terakhir
3 Dr. Shubha Srivastava Analytical study of International Analitycal study Sebanyak 25 remaja putri
urinary tract infection Journal of berpartisipasi dalam penelitian ini.
in adolescent girls Reproduction, Gejala yang paling umum adalah rasa
Contraception, terbakar saat berkemih yang terjadi
Obstetrics and pada 60% anak perempuan. Ini diikuti
Gynecology oleh frekuensi dan rasa sakit saat
Srivastava S. Int J buang air kecil. ISK berulang hadir
Reprod Contracept pada remaja yang aktif secara seksual.
Obstet Gynecol. Asupan air yang tidak memadai,
2018 menahan urin untuk waktu yang lama
Apr;7(4):1385- dan kebersihan menstruasi dan seksual
1388 yang buruk merupakan faktor etiologi
yang penting
4 Rani Purnama Sari, Angka Kejadian Infeksi Majority | Volume penelitian Jumlah sampel 33 orang karyawan
Muhartono Saluran Kemih (ISK) 7 | Nomor 3 | deskriptif dengan wanita di Universitas Lampung.
dan Faktor Resiko Desember 2018 | pendekatan cross didapatkan bahwa 39,4% karyawan
Yang Mempengaruhi 115 sectional wanita mengalami infeksi saluran
Pada Karyawan Wanita kemih. Faktor resiko yang
di Universitas berhubungan dalam penelitian ini
Lampung adalah terdapat hubungan yang
bermakna antara infeksi saluran kemih
dengan hygiene (p value = 0,019),
menahan buang air kecil (p value =
0,005), kurangnya asupan air putih (p
value = 0,027).
5 Erna Irawan, Hilman Faktor-Faktor Prosiding Seminar Literature review Faktor-faktor yang mempengaruhi
Mulyana Penyebab Infeksi Nasional dan angka kejadian infeksi saluran kemih
Saluran Kemih (ISK) Diseminasi (ISK) dapat dipengaruhi oleh bakteri
Penelitian (uropatogen) pseudomonas aeruginosa
Kesehatan STIKes E.coli (UPEC) yang bermuatan P
Bakti Tunas fimbriae, dan dapat dipengaruhi factor
Husada penyakit seperti penyakit HIV, DM
Tasikmalaya, 21 tipe 2, inkontinensia urin serta dapat
April 2018 dipengaruhi oleh faktor lain seperti
multi-drug resisten terhadap ISK,
penggunaan popok yang lama pada
anak, kebisaan hygiene yang kurang
baik dan anak yang belum di
sirkumsisi.
6 Katarina Canggih PERSONAL Jurnal Promkes, descriptive Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pythagoras HYGIENE REMAJA Vol. 5, No. 1 Juli research design perilaku remaja putri tentang personal
PUTRI KETIKA 2017: 12–24 hygiene saat menstruasi dalam
MENSTRUASI komponen kognitif berkriteria baik
adalah 47 persen, komponen afektif
berkriteria baik sebanyak 26 persen,
dan komponen konatif berkategori
kurang sejumlah 27 persen.
Berdasarkan hasil tersebut, saran atas
penelitian adalah melakukan kerja
sama lintas sektor secara aktif. Bentuk
kerja sama yang diharapkan adalah
melaksanakan kegiatan sosialisasi
seperti komunikasi, informasi, dan
edukasi (KIE) disertai dengan
pemberian poster maupun leaflet
terkait kesehatan reproduksi pada
remaja putri terutama personal hygiene
saat menstruasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat analitik observasional. Penelitian analitik merupakan penelitian yang berupaya
mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain (Sastroasmoro dan Ismael, 2011:108). Penelitian analitik karena penelitian
ini menelusuri dan menganalisis faktor risiko ISK remaja putri di SMK Singa Geweh Sangatta Kabupaten Kutai Timur dan penelitian
observasional karena peneliti mengamati subjek penelitian dan mencari data yang berkaitan dengan penelitian (bukan memberi perlakuan atau
intervensi terhadap subjek penelitian). Data yang diperoleh akan dikumpulkan, diolah, disajikan dan diinterpretasikan sesuai dengan tujuan
penelitian (Budiarto, 2004:100).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus control (case control), yaitu suatu penelitian analitik yang mempelajari factor risiko
dengan menggunakan pendekatan retrospektif, artinya efek (penyakit atau status Kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian factor risiko
diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu. Penelitian ini dilakukan untuk menggali ada hubungan antara factor risiko dengan
kejadian ISK pada remaja putri di SMK Singa Geweh Sangatta Kabupaten Kutai Timur
3.2 LOKASI PENELITIAN
Penelitian akan dilakukan di SMK Singa Geweh Sangatta Kabupaten Kutai Timur pada bulan Agustus-Oktober 2022
3.3 POPULASI DAN SAMPEL
3.3.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2014:81) populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi meliputi subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Penelitian ini membedakan populasi menjadi dua, yaitu populasi kontrol dan populasi kasus.
a. Populasi kasus Populasi kasus adalah seluruh seluruh remaja putri di Sangatta Kabupaten Kutai Timur yang terindikasi ISK
b. Populasi kontrol adalah kelompok yang digunakan sebagai pembanding dan memperkuat ada atau tidaknya hubungan sebab-akibat, sehingga
hasil penelitian dapat lebih valid (Budiarto, 2004:13). Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri di Sangatta Kabupaten
Kutai Timur yang tidak terindikasi ISK
3.3.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi penelitian sehingga dalam pengambilan sampel dibutuhkan
teknik tertentu agar hasil penelitian valid (Notoatmodjo, 2012:115). Penelitian case control banyaknya kontrol tidak harus selalu sama dengan
kasus (1:1) tetapi kontrol bisa lebih banyak dari pada kasus dengan perbandingan satu kasus dengan dua kontrol (1:2) atau satu kasus dengan tiga
kontrol (1:3) dan seterusnya. Hal ini dikarenakan kontrol lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan kasus serta dapat memperkecil jumlah
kasus yang dibutuhkan. Adapun dalam pemilihan sampel, menggunakan teknik inklusi dan eksklusi (Budiarto, 2003:127).
Penelitian ini melibatkan semua siswi dengan keluhan berikut:
• Terbakar saat berkemih
• Peningkatan frekuensi berkemih
• Nyeri saat berkemih
• Darah atau nanah dalam urin
• Gejala sistemik
Dan akan dilakukan skrining tes menggunakan dipstick tes terhadap seluruh populasi.

a. Sampel kasus Sampel kasus dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMK Singa Geweh Sangatta Kabupaten Kutai Timur yang
terindikasi ISK berdasarkan skrining tes
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
b. Sampel kontrol Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMK Singa Geweh Sangatta Kabupaten Kutai Timur yang tidak
terindikasi ISK berdasarkan skrining tes.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang harus dipenuhi agar dapat ikut dalam
penelitian (Sastroasmoro, 2011:56 dan Nursalam, 2011:92).
Kriteria inklusi sampel kasus dalam penelitian ini adalah :
 Siswi SMK Singa Geweh Sangatta Kabupaten Kutai Timur dengan usia ≤ 19 tahun
 Memiliki Salah satu keluhan di atas
 Ditemukan nitrit dan leukosit esterase pada tes dipstick
 Bersedia berpartisipasi dalam penelitian
Kriteria inklusi sampel control pada penelitian ini adalah :
 Siswi SMK Singa Geweh Sangatta Kabupaten Kutai Timur dengan usia ≤ 19 tahun
 Tidak memiliki salah satu keluhan diatas
 Tidak ditemukan nitrit dan leukosit esterase pada tes dipstick
 Bersedia berpatisipasi dalam penelitian

b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi yang harus dikeluarkan dari studi oleh karena berbagai
sebab (Sastroasmoro dan Ismael, 2011:57)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Siswi SMK Singa Geweh Sangatta Kabupaten Kutai Timur dengan usia > 19 tahun
2) Tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian

3.4 CARA PENGUMPULAN DATA


3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini akan dilakukan pengumpulan data menggunakan data primer. Dimana data langsung didapatkan dari
sampel dan dilakukan skrining tes langsung terhadap responden.
3.4.2 Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini adalah data primer dimana meneliti mendata langsung terhadap responden di lokasi penelitian
saat melakukan skrining tes.
3.5 INSTRUMEN PENELITIAN
Alat pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data primer alat tulis, lembar wawancara, telepon
genggam dan alat dipstick tes.

Anda mungkin juga menyukai