Manajemen lintas budaya menyajikan topik bahasan tentang strategi dan kecakapan khusus
tentang seluk beluk perbedaan-perbedaan budaya untuk menuju sinergi budaya, baik dalam
kepentingan bisnis, ekonomi, politik, maupun kepentingan-kepentingan lainnya. Bagi pihak-
pihak yang berkepentingan (terutama para manajer MNC), pemahaman atas manajemen lintas
budaya merupakan bekal yang mutlak dikuasai untuk tetap mampu bersaing dalam kompetisi
bisnis internasional yang semakin keras dan ketat.
Dalam perkembangannya, analisis ini terkategori dalam dua model pemikiran mengenai
penjelasan “keberadaan budaya” dalam ilmu manajemen, yaitu model Farmer-Richman (1965)
dan model Negandhi-Prasad (1971).
Defisini Managing Across Culture
Managing Across Cultures itu melibatkan kemampuan untuk mengenali dan merangkul
persamaan dan perbedaan di antara bangsa dan budaya dan kemudian mendekati masalah
organisasi dan strategis dengan pikiran terbuka dan ingin tahu.
Kebudayaan : Pola hidup, berpikir, dan berkeyakinan yang dominan yang dikembangkan dan
diturunkan oleh manusia secara sadar, kepada generasi berikutnya.
Nilai-nilai budaya : Secara sadar dan tidak sadar menyebarkan kepercayaan yang dianut yang
menentukan preferensi umum, perilaku, dan menentukan apa yang benar dan salah.
Model Farmer-Richman dikembangkan pada saat berbagai pihak (termasuk MNC yang sudah
terbentuk pada saat itu) masih mengabaikan akan perlunya pengkajian atas aspek budaya dalam
hubungan internasionalnya. Sedangkan model Negandhi-Prasad muncul pada saat berbagai pihak
mulai memperhatikan perlunya analisis budaya.
Pada kedua model tersebut terdapat beberapa perbedaan pendekatan dalam hal menunjukan
pentingtidaknya kedudukan budaya dalam manajemen. Model Farmer-Richman menegaskan
bahwa budaya merupakan variabel utama dalam menentukan efektifitas manajerial dan
organisasional, sedangkan model Negandhi-Prasad menyatakan bahwa philosophy of
management adalah merupakan suatu variabel yang bersifat independen dan cenderung tidak
terpengaruh secara langsung oleh aspek budaya.
Manajemen lintas budaya (Cross Cultural Management) sangat diperlukan dalam suatu
kelompok internasional karena perbedaan latar belakang dari masing–masing komponen dalam
kelompok tersebut tentunya mempengaruhi sifat dan cara kerja dari kelompok tersebut sehingga
budaya perusahaan (Corporate Culture) ini memiliki peranan penting dalam mengembangkan
perusahaan dalam pengambilan keputusan. Karena manajemen perusahaan ini sebagai alat
komunikasi agar saling mengerti satu sama lain, supaya kinerja dari masing-masing divisi dapat
berjalan dengan maksimal.
CONSTITUENTS OF CULTURE
- Sistem Nilai
Asumsi bersama dari suatu kelompok tentang hal-hal yang harus dilakukan atau ide-ide
abstrak tentang apa yang diyakini oleh suatu kelompok. Sistem nilai juga bervariasi
diantara manajer berbagai negara.
- Norma
Pedoman atau aturan sosial yang menentukan perilaku yang sesuai dalam situasi tertentu.
Manajer Internasional perlu tahu apa yang dapat diterima maupun tidak dapat diterima
dalam budaya asing. mereka juga perlu mengetahui toleransi budaya terhadap kebiasaan
bisnis yang dapat dikelompokkan sebagai imperatif budaya, eksklusivitas budaya, dan
adiaphora budaya.
- Estetika
Gagasan dan persepsi yang dijunjung tinggi oleh suatu kelompok budaya dalam hal
keindahan dan selera yang baik.Itu termasuk bidang yang berkaitan dengan musik, tari,
lukisan, drama, arsitektur, dll
- Adat dan Tradisi
- Bahasa
- Agama
STRATEGIC PREDISPOSITIONS
ETHNOCENTRIC PREDISPOSITIONS
Filosofi Nasionalistis manajemen dimana nilai-nilai dan kepentingan perusahaan induk
memandu keputusan strategis.
POLYCENTRIC PREDISPOSITIONS
Sebuah filosofi manajemen dimana keputusan strategis adalah disesuaikan dengan
budaya negara-negara di mana MNC beroperasi
REGIOCENTRIC PREDISPOSITIONS
Sebuah filosofi manajemen dimana perusahaan mencoba untuk memadukannya sendiri
secara regional.
GEOCENTRIC PREDISPOSITIONS
Sebuah filosofi manajemen dimana perusahaan mencoba untuk mengintegrasikan
pendekatan sistem global untuk membuat keputusan.