Anda di halaman 1dari 4

NAMA KELOMPOK

- CELY LIANI ( 1120210137)


- RICHARD BEETHOVEN HUANG (1120210098)

MANAGING ACROSS CULTURE


Seiring dengan kemajuan ilmu dan pengetahuan yang diwujudkan dalam perkembangan dibidang
teknologi, juga ledakan demokrasi di negara-negara yang semula hidup di bawah tekanan
kolonialisme, feodalisme maupun berbagai bentuk kediktatoran, membuka kesempatan bagai
beratus juta manusia di dunia untuk berpartisipasi secara bebas dalam hubungan internasional.
Peningkatan intensitas secara drastis dalam hubungan internasional, baik hubungan politik,
diplomasi, militer, hukum atau ekonomi membawa kosekuensi pada peningkatan intensitas
hubungan lintas budaya. Dalam konteks ini, terutama dalam hubungan bisnis, fenomena tersebut
memunculkan kebutuhan akan perlunya pemahaman atas manajemen lintas budaya.

Manajemen lintas budaya menyajikan topik bahasan tentang strategi dan kecakapan khusus
tentang seluk beluk perbedaan-perbedaan budaya untuk menuju sinergi budaya, baik dalam
kepentingan bisnis, ekonomi, politik, maupun kepentingan-kepentingan lainnya. Bagi pihak-
pihak yang berkepentingan (terutama para manajer MNC), pemahaman atas manajemen lintas
budaya merupakan bekal yang mutlak dikuasai untuk tetap mampu bersaing dalam kompetisi
bisnis internasional yang semakin keras dan ketat.

 Tujuan utama pengembangan analisis ini adalah :


a. Menelaah perbedaan antar berbagai budaya dan dampaknya terhadap proses pengambilan
keputusan.
b. Menelaah persamaan antar berbagai budaya yang dapat dipergunakan untuk pengambilan
keputusan yang bersifat universal.

Dalam perkembangannya, analisis ini terkategori dalam dua model pemikiran mengenai
penjelasan “keberadaan budaya” dalam ilmu manajemen, yaitu model Farmer-Richman (1965)
dan model Negandhi-Prasad (1971).
 Defisini Managing Across Culture

Managing Across Cultures itu melibatkan kemampuan untuk mengenali dan merangkul
persamaan dan perbedaan di antara bangsa dan budaya dan kemudian mendekati masalah
organisasi dan strategis dengan pikiran terbuka dan ingin tahu.

Kebudayaan : Pola hidup, berpikir, dan berkeyakinan yang dominan yang dikembangkan dan
diturunkan oleh manusia secara sadar, kepada generasi berikutnya.

Nilai-nilai budaya : Secara sadar dan tidak sadar menyebarkan kepercayaan yang dianut yang
menentukan preferensi umum, perilaku, dan menentukan apa yang benar dan salah.

Model Farmer-Richman dikembangkan pada saat berbagai pihak (termasuk MNC yang sudah
terbentuk pada saat itu) masih mengabaikan akan perlunya pengkajian atas aspek budaya dalam
hubungan internasionalnya. Sedangkan model Negandhi-Prasad muncul pada saat berbagai pihak
mulai memperhatikan perlunya analisis budaya.
Pada kedua model tersebut terdapat beberapa perbedaan pendekatan dalam hal menunjukan
pentingtidaknya kedudukan budaya dalam manajemen. Model Farmer-Richman menegaskan
bahwa budaya merupakan variabel utama dalam menentukan efektifitas manajerial dan
organisasional, sedangkan model Negandhi-Prasad menyatakan bahwa philosophy of
management adalah merupakan suatu variabel yang bersifat independen dan cenderung tidak
terpengaruh secara langsung oleh aspek budaya.

 Kemampuan Inti Dari Pengelolaan Lintas Budaya


- Memahami, menghargai, dan menggunakan faktor budaya yang dapat mempengaruhi
perilaku.
- Menghargai pengaruh nilai-nilai yang berhubungan dengan pekerjaan pada keputusan,
preferensi dan praktek.
- Memahami dan memotivasi karyawan dengan nilai dan sikap yang berbeda.
- Berkomunikasi dalam bahasa lokal.
- Berurusan secara efektif dengan kondisi ekstrim di luar negeri memanfaatkan pola pikir
global menggunakan perspektif dunia untuk terus menilai ancaman atau peluang.

Manajemen lintas budaya (Cross Cultural Management) sangat diperlukan dalam suatu
kelompok internasional karena perbedaan latar belakang dari masing–masing komponen dalam
kelompok tersebut tentunya mempengaruhi sifat dan cara kerja dari kelompok tersebut sehingga
budaya perusahaan (Corporate Culture) ini memiliki peranan penting dalam mengembangkan
perusahaan dalam pengambilan keputusan. Karena manajemen perusahaan ini sebagai alat
komunikasi agar saling mengerti satu sama lain, supaya kinerja dari masing-masing divisi dapat
berjalan dengan maksimal.
CONSTITUENTS OF CULTURE
- Sistem Nilai
Asumsi bersama dari suatu kelompok tentang hal-hal yang harus dilakukan atau ide-ide
abstrak tentang apa yang diyakini oleh suatu kelompok. Sistem nilai juga bervariasi
diantara manajer berbagai negara.
- Norma
Pedoman atau aturan sosial yang menentukan perilaku yang sesuai dalam situasi tertentu.
Manajer Internasional perlu tahu apa yang dapat diterima maupun tidak dapat diterima
dalam budaya asing. mereka juga perlu mengetahui toleransi budaya terhadap kebiasaan
bisnis yang dapat dikelompokkan sebagai imperatif budaya, eksklusivitas budaya, dan
adiaphora budaya.
- Estetika
Gagasan dan persepsi yang dijunjung tinggi oleh suatu kelompok budaya dalam hal
keindahan dan selera yang baik.Itu termasuk bidang yang berkaitan dengan musik, tari,
lukisan, drama, arsitektur, dll
- Adat dan Tradisi
- Bahasa
- Agama

STRATEGIC PREDISPOSITIONS
 ETHNOCENTRIC PREDISPOSITIONS
Filosofi Nasionalistis manajemen dimana nilai-nilai dan kepentingan perusahaan induk
memandu keputusan strategis.
 POLYCENTRIC PREDISPOSITIONS
Sebuah filosofi manajemen dimana keputusan strategis adalah disesuaikan dengan
budaya negara-negara di mana MNC beroperasi
 REGIOCENTRIC PREDISPOSITIONS
Sebuah filosofi manajemen dimana perusahaan mencoba untuk memadukannya sendiri
secara regional.
 GEOCENTRIC PREDISPOSITIONS
Sebuah filosofi manajemen dimana perusahaan mencoba untuk mengintegrasikan
pendekatan sistem global untuk membuat keputusan.

Cultural Differences in Selected Countries and Regions


 Melakukan bisnis di Cina
1. Orang Cina menempatkan nilai dan prinsip di atas uang dan kemanfaatan.
2. Pertemuan bisnis biasanya dimulai dengan basa-basi seperti percakapan umum tentang
perjalanan tamu ke negara, akomodasi lokal, dan keluarga.
3. Tuan rumah Cina akan memberikan indikasi yang tepat kapan pertemuan akan dimulai
dan kapan pertemuan selesai. Setelah itu orang Cina memutuskan siapa dan apa yang
terbaik,.
Mereka cenderung tetap pada keputusan ini,meski lambat dalam merumuskan rencana
aksi, begitu mereka memulai, mereka membuat kemajuan yang cukup baik

Anda mungkin juga menyukai