Anda di halaman 1dari 48

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENGGUNAAN

KOSMETIK TERKAIT KEJADIAN ACNE VULGARIS DI


DESA SUMBERWRINGIN KECAMATAN KLAKAH
KABUPATEN LUMAJANG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
DELLA VELANIA ARIFIN
NIM. 1012017028

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN BANGSA
JEMBER, 2021
PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENGGUNAAN
KOSMETIK TERKAIT KEJADIAN ACNE VULGARIS DI
DESA SUMBERWRINGIN KECAMATAN KLAKAH
KABUPATEN LUMAJANG

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar sarjana Farmasi
Program Studi Farmasi

DELLA VELANIA ARIFIN


NIM. 1012017028

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN BANGSA
JEMBER, 2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN PROPOSAL SKRIPSI

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENGGUNAAN KOSMETIK


TERKAIT KEJADIAN ACNE VULGARIS DI DESA SUMBERWRINGIN
KECAMATAN KLAKAH KABUPATEN LUMAJANG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
DELLA VELANIA ARIFIN
NIM 1012017028

Proposal Skripsi ini telah disetujui untuk diuji dan dipertahankan dihadapan Tim
Penguji Proposal Skripsi Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Harapan Bangsa

Jember 05 Mei 2021

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Dr. Amelia Lorensia, S.Farm.,M.Farm-Klin.,Apt. Bram Suryantoro, M.Pd


NIDN. NIDN.

ii
iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis hanturkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Bangsa Program Studi S1

Farmasi sekaligus menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik.

Selanjutnya penulis hanturkan ucapan terima kasih seiring doa dan

harapan jazakumullah ahsanal jaza’ kepada semua pihak yang telah membantu

terselesaikannya proposal skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan

kepada:

1. Bram Suryantoro, M.Pd. selaku Ketua STIKes Harapan Bangsa.

2. Ayu Angger Putri M.Sholeh, S.Farm.,M.Farm.,Apt selaku ketua program studi

Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Bangsa.

3. Dr.Amelia Lorensia,S.Farm.,M.Farm-Klin.,Apt dan Bram Suryantoro, M.Pd

selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah banyak memberikan pengarahan

dan pengalaman yang berharga.

4. Segenap sivitas akademika program studi Farmasi, terutama seluruh dosen,

terima kasih atas segenap ilmu dan bimbingannya.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa memberikan doa dan restunya

kepada penulis dalam menuntut ilmu.

6. Teman - teman saya yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan

proposal skripsi ini.

iv
7. Semua pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan proposal skripsi ini

baik berupa materil maupun moril.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal skripsi ini masih

terdapat kekurangan dan penulis berharap semoga proposal skripsi ini bisa

memberikan manfaat kepada para pembaca khususnya bagi penulis secara pribadi.

Amin Ya Rabbal Alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jember, 7 Mei 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM .......................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN PROPOSAL SKRIPSI ...................... ii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN PROPOSAL SKRIPSI ....................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Batasan Penelitian ................................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 6
2.1 Tinjauan Umum Tentang Acne Vulgaris .............................................. 6
2.1.1 Definisi Acne Vulgaris .................................................................. 6
2.1.2 Jenis Jerawat ................................................................................. 6
2.1.3 Penyebab Jerawat (Acne Vulgaris) ............................................... 10
2.1.4 Pencegahan Acne Vulgaris ........................................................... 13
2.2 Penggunaan Kosmetik ............................................................................ 15
2.2.1 Definisi Kosmetik ......................................................................... 15
2.2.2 Jenis Kosmetik .............................................................................. 15
2.2.3 Kosmetik Pembersih ..................................................................... 17
2.2.4 Kosmetik Pelembab ...................................................................... 21
2.2.5 Kosmetik Dekoratif ...................................................................... 23
2.2.6 Komedogenik ................................................................................ 25
2.3 Pengetahuan ........................................................................................... 27
2.3.1 Definisi Pengetahuan .................................................................... 27
2.3.3 Mengukur Pengetahuan ................................................................ 27
2.3.4 Tingkat Pengetahuan .................................................................... 27

vi
2.4 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 30
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 30
3.2 Objek dan Subjek Penelitian ................................................................. 30
3.3 Sumber Data .......................................................................................... 30
3.4 Populasi dan Sampel ............................................................................. 31
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................... 31
3.6 Teknik Pengambilan Subjek Penelitian ................................................ 32
3.7 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 34
3.8 Analisis Data ......................................................................................... 35
3.9 Kerangka Berfikir .................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 37
LAMPIRAN .................................................................................................... 38

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................. 32

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis – Jenis Jerawat ................................................................... 9


Gambar 3.1 Kerangka Berfikir ....................................................................... 36

ix
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jerawat merupakan penyakit kulit yang sering terjadi pada masa remaja

bahkan hingga dewasa yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul,

nodul, dan kista pada daerah wajah, leher, lengan atas, dada dan punggung

(Usman, 2018). Jerawat sering muncul pada remaja pada masa pubertas, yaitu

antara usia 14-19 tahun yang disebabkan oleh perubahan hormon pada remaja.

Biasanya orang mengalami jerawat pada usia 12 – 25 tahun (Mumpuni dan

Wulandari, 2010). Dari penjelasan mengenai jerawat menurut pendapat tersebut,

dapat didefinisikan bahwa jerawat merupakan salah satu penyakit kulit yang dapat

terjadi pada usia 12-25 tahun yang disebabkan oleh perubahan hormon. Tetapi,

tidak menuntut kemungkinan jerawat juga disebabkan oleh faktor lain seperti

kebersihan, keturunan, makanan, tekanan psikologis, dan kosmetik yang

digunakan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Eropa pada tahun 2017 diketahui

dari 10.521 sampel usia 15-24 tahun prevalansi kejadian jerawat yaitu 57,6%.

(Christian et al, 2018) Penelitian yang dilakukan di Perancis menunjukkan bahwa

prevelensi kejadian jerawat yaitu 60,7 % dari 2.266 sampel usia 15-24 tahun.

(Christian et al, 2018). Penelitian yang dilakukan di Provinsi Lampung oleh

Sibero, Sirajudin, dan Anggraini pada tahun 2019 menunjukkan bahwa jerawat

lebih banyak dialami oleh perempuan (69,7%) dibandingkan dengan laki-laki

1
(30,3%), usia muda (16-25 tahun) lebih banyak mengalami jerawat (53,2 %), dan

pengguna kosmetik ternyata lebih banyak mengalami jerawat (59,1 %).

Penggunaan kosmetik yang berganti-ganti dan tebal merupakan salah satu

faktor resiko terjadinya acne vulgaris. Kosmetik yang digunakan pada wanita

dapat menimbulkan acne vulgaris, karena bahan yang terkandung dalam kosmetik

bersifat komedogenik atau aknegenik yang mengakibatkan produksi sebum

meningkat (Mutiara dan Minerva, 2018). Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Andriana, Effendi, dan Berawi (2014) menunjukkan bahwa penggunaan

kosmetik dapat memicu timbulnya jerawat. Sebanyak 84,8 % responden

menggunakan kosmetik dan yang mengalami jerawat sebanyak 54,3%. Kosmetik

yang digunakan adalah bedak tabur, bedak padat, krim tabir surya, pelembab

wajah, dan alas bedak.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chynintia, Toruan dan Khotimah

pada tahun 2020 di Samarinda menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan terhadap

penggunaan kosmetik sebagian besar dalam kategori baik (79,70%) dan penelitian

yang dilakukan oleh Tarigan, Nababan, dan Hutasoit pada tahun 2017

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mengenai jerawat dari 162 responden,

71 responden (43,2 %) memiliki tingkat pengetahuan baik tentang jerawat, 71

responden (43.8 %) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 21 responden

(13.0%) memiliki tingkat pengetahuan kurang.

PP RI No.51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pada pasal 1

menyatakan pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan

2
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan

kosmetik. Dalam peraturan tersebut seorang farmasis dapat melakukan penelitian

terhadap kosmetik karena kosmetik merupakan bagian dari sediaan farmasi dan

memberi pelayanan langsung kepada masyarakat mengenai jerawat dan

penggunaan kosmetik dengan mengukur tingkat pengetahuan dan penggunaan

kosmetik untuk memberikan informasi kepada masyarakan sehinggga diharapkan

dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Desa Sumberwringin

Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang menunjukkan masih terdapat wanita

usia 17 – 25 tahun yang menderita jerawat dan mayoritas masyarakatnya memiliki

tingkat pendidikan yang rendah dan akses internet sulit dijangkau oleh masyarakat

yang memungkinkan masyarakat sulit untuk mendapatkan informasi mengenai

jerawat (acne vulgaris). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan di Desa

Sumberwringin Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang untuk mengetahui

tingkat pengetahuan dan penggunaan kosmetik pada wanita usia 17-25 tahun yang

menderita jerawat di desa tersebut.

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini meliputi tingkat pengetahuan dan

penggunaan kosmetik kaitannya dengan jerawat di Desa Sumberwringin. Variabel

yang diteliti yaitu tingkat pengetahuan tentang jerawat dan penggunaan kosmetik

wajah yaitu sabun wajah, cleanser, toner, pelembab, bedak, dan alas bedak

(foundation).

3
1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat pengetahuan terkait acne vulgaris di Desa

Sumberwringin Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang?

2. Bagaimana penggunaan kosmetik terkait acne vulgaris di Desa

Sumberwringin Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat pengetahuan terkait acne vulgaris di Desa

Sumberwringin.

2. Mengetahui penggunaan kosmetik terkait acne vulgaris di Desa

Sumberwringin.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada

masyarakat tentang pengetahuan dan penggunaan kosmetik yang dapat

mempengaruhi jerawat.

2. Bagi Peneliti

Peneliti dapat belajar melakukan penelitian ilmiah dan peneliti mampu

menerapkan ilmu yang telah didapatkan untuk diterapkan dalam penelitian

tentang profil tingkat pengetahuan dan penggunaan kosmetik terkait

kejadian acne vulgaris di Desa Sumberwringin

3. Bagi Institusi

Penelitian tentang profil tingkat pengetahuan dan penggunaan kosmetik

terkait kejadian acne vulgaris ini akan memberikan sumbangan pemikiran

4
dan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan memberikan

tambahan informasi kepada mahasiswa STIKes Harapan Bangsa Jember

tentang profil tingkat pengetahuan dan penggunaan kosmetik terkait

kejadian acne vulgaris di Desa Sumberwringin.

5
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum tentang Acne Vulgaris

2.1.1 Definisi Jerawat (Acne Vulgaris)

Jerawat (acne vulgaris) merupakan penyakit peradangan kronis yang

umumnya terjadi pada unit pilossebasea. jerawat sangat umum dan biasanya

dimulai untuk pertama kalinya pada usia 12-24 tahun. Jerawat dialami oleh remaja

dengan kejadian sebesar 16-80% (wanita) dan juga oleh orang dewasa 3-6 %

(wanita) (Fadhilah, 2020). Jerawat merupakan penyakit kulit yang sering terjadi

pada masa remaja bahkan hingga dewasa yang ditandai dengan adanya komedo,

papul, pustule, nodus, dan kista pada daerah wajah, leher, lengan atas, dada dan

punggung (Usman, 2018). Pada dasarnya, jerawat adalah reaksi dari penyumbatan

pori-pori kulit disertai peradangan yang bermuara pada saluran kelenjar minyak

kulit. Akibatnya, sekresi minyak kulit tersumbat, membesar, dan akhirnya

mongering menjadi jerawat (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.1.2 Jenis Jerawat

Menurut Mumpuni dan Wulandari (2010) jerawat dibagi menjadi tipe non

inflamasi dan tipe inflamasi.

1. Tipe Non-inflamasi

Tipe non-inflamasi adalah tipe jerawat yang tidak membuat sakit dan tidak

akan bertumbuh besar. Yang termasuk kategori ini ada dua, yaitu komedo putih

(whiteheads) dan komedo hitam (blackheads). Komedo putih dan komedo hitam

terjadi akibat adanya pori-pori yang tersumbat. Pori-pori tersumbat tersebut

6
disebabkan oleh sel-sel kulit mati dan kelenjar minyak yang berlebihan pada kulit.

Jika komedo itu tertutup maka disebut komedo putih (whiteheads), sedangkan

komedo yang terbuka disebut komedo hitam (blackheads). Warna hitam pada

blackheads bukanlah kotoran, tetapi penyumbatan pori-pori yang berubah warna

karena teroksidasi udara. Komedo termasuk golongan jerawat ringan dan bisa

disembuhkan dengan facial. (Mumpuni dan Wulandari, 2010).

Kedua jenis komedo ini disebabkan oleh sel-sel kulit mati dan kelenjar

minyak yang berlebihan pada kulit. Bila tidak meng-exfoliate atau

mengampelasnya secara berkala agar kulit wajah bersih makan sel-sel kulit mati

akan menumpuk di kulit. Akibatnya, minyak dipermukaan kulit menutup sel-sel

kulit sehingga penyumbatan terjadi. Exfoliate atau pengampelasan wajah bisa

dilakukan dengan scrub atau cuci wajah dengan waslap dan memakai sabun wajah

yang mengandung salicylic acid (Mumpuni dan Wulandari 2010).

2. Tipe Inflamasi

Jerawat tipe inflamasi merupakan jerawat yang sering menimbulkan rasa

sakit dan kemungkinan bisa terus bertambah besar. Jerawat ini biasanya berwarna

merah masak. Berbeda dengan komedo, penyebab jerawat ini tidak hanya karena

pori-pori yang tersumbat, tetapi juga karena pori-pori yang tersumbat tersebut

terinfeksi oleh bakteri. Jenis jerawat tipe ini ada beberapa macam, antara lain

sebagai berikut (Mumpuni dan Wulandari 2010).

a. Papul

Jenis ini termasuk jerawat sedang, warnanya merah dan

kecil.Walaupun kecil, jerawat ini biasanya ada banyak di wajah. Penyebab

7
utamanya adalah wajah yang kurang bersih. Sisa- sisa sabun wajah yang

tidak bersih juga dapat memicu timbulnya jerawat jenis ini (Mumpuni dan

Wulandari 2010). Jerawat yang tidak diobati akan mengalami

pembengkakakan (membesar dan berwarna merah) disebut papule

(Usman,2018).

b. Pustul

Papul berisi pus atau benda putih yang bentuknya seperti nasi.

Warna pustul adalah merah di pinggir dan putih di tengahnya (Mumpuni

dan Wulandari 2010).

c. Nodul

Nodul termasuk jerawat besar. Ukurannya lebih besar dari pustul

dan biasanya sangat sakit jika disentuh (Mumpuni dan Wulandari 2010).

d. Kista (Jerawat batu)

Kista (Cyst) adalah bentuk jerawat yang paling parah dan

ukurannya besar. Cyst biasanya menyebar ke seluruh wajah atau tidak di

satu tempat saja. Kebanyakan pengidap cyst sering kali juga memiliki

anggota keluarga yang mengalami hal serupa. Kemungkinan besar jerawat

jenis ini bersifat genetik (Mumpuni dan Wulandari 2010). Bila terjadi

infeksi jerawat bisa berubah menjadi bisul dan bernanah. Jika jerawat

mengandung nanah, lemak dan cairan-cairan lain berarti jerawat tersebut

sudah berada pada kondisi terparah, disebut cyst (Usman,2018)

8
e. Milia

Milia adalah bintik-bintik putih yang hampir menyerupai

whiteheads, tetapi ukurannya jauh lebih kecil sehingga baru terasa jika

diraba. Orang jawa biasa menyebutnya dengan keringet buntet. Penyebab

milia bermacam-macam, diantaranya penyumbatan pori-pori yang berasal

dari kelenjar keringat. Sumbatan ini dapat disebabkan oleh debu atau

radang pada kulit. Butiran – butiran keringat yang terperangkap di bawah

kulit akan mendesak ke permukaan kulit dan menimbulkan bintik – bintik

kecil yang terasa gatal (Mumpuni dan Wulandari 2010).

Gambar 2.1 Jenis – jenis jerawat


Sumber : http://tipscaradantutorial.blogspot.com

Jenis jerawat menurut Muliyawan dan Suriana (2013) terbagi menjadi dua

macam yaitu :

1. Jerawat Ringan

Jerawat ringan tampak seperti bintik-bintik kecil yang menyerupai

benjolan pada kulit wajah dan tidak disertai dengan infeksi. Biasanya jika

jerawat jenis ini tumbuh di area hidung, disebut juga dengan komedo terbuka

(blackhead) dan tertutup (whitehead).

9
2. Jerawat Berat

Jerawat jenis ini adalah jerawat parah yang disertai dengan infeksi.

Bentuknya dapat berupa benjolan-benjolan bernanah, berkantung-kantung,

dan bersambung-sambung. Jerawat jenis ini bisa merusak kulit wajah dan

sulit dipulihkan secara mandiri. Penanganan terbaik untuk jerawat jenis ini

adalah berkonsultasi langsung dengan dokter.

2.1.3 Penyebab Jerawat (Acne Vulgaris)

Jerawat dapat disebabkan oleh makan makanan berlemak tinggi (minyak),

jarang membersihkan wajah yang kotor dan berminyak, sering memegang,

memencet, atau menggaruk jerawat ( sering dilakukan karena rasanya gatal dan

sangat mengganggu sehingga mendorong penderita untuk menggaruk), memakai

kosmetik atau pelembab yang mengandung terlalu banyak minyak, sering stress

(gelisah, cemas, khawatir), kurang tidur atau istirahat, untuk perempuan bisa

karena pengaruh hormonal akibat pemakaian alat KB atau bisa timbul setiap satu

minggu sebelum haid atau menstruasi. Penyebab sebenarnya mengapa seseorang

mempunyai jerawat dan yang lain tidak mempunyai jerawat belum diketahui

secara pasti dan menyeluruh (Mumpuni dan Wulandari 2010).

1. Kelenjar minyak yang terlalu aktif

Biasanya kondisi ini dipengaruhi oleh faktor keturunan. Orang tua

yang memiliki wajah berminyak, biasanya akan menurunkan jenis kulit itu

pada anak mereka. Minyak yang berlebihan pada kulit wajah membuat

debu lebih mudah menempel dan menyumbat pori-pori, sehingga memicu

munculnnya jerawat. Untuk mencegah jerawat mucul, maka menjaga

10
kebersihan wajah jadi salah satu jalan untuk membersihkan minyak yang

berlebih di wajah. Cucilah muka saat bangun tidur, sepulang melakukan

berbagai aktivitas, dan menjelang tidur. (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2. Faktor Keturunan atau Genetik

Faktor lain yang menyebabkan jerawat adalah keturunan dari

orangtua. Bukan berarti jerawat adalah penyakit keturunan (genetik).

Misalnya, ayah dan ibunya mengidap jerawat maka kemungkinan besar

anak-anak akan berjerawat. Pendapat ini tidak tepat, bukan jerawat yang

diturunkan, melainkan distribusi kelenjar minyak (sebaceous gland), jika

salah seorang dari ayah atau ibunya mempunyai banyak kelenjar lemak

maka keadaan itulah yang akan menurunkan kepada anaknya. Dengan

demikian, besar kemungkinan anak juga akan menderita jerawat

(Mumpuni dan Wulandari 2010).

3. Aktivitas Hormon

Salah satu faktor penting yang menyebabkan timbulnya jerawat

adalah meningkatnya produksi hormon testoteron, yang dimiliki oleh

lelaki dan perempuan. Hormon testoteron memicu timbulnya jerawat

dengan merangsang kelenjar minyak (sebaceous gland) untuk

memproduksi minyak kulit (sebum) secara berlebihan. Penyebab jerawat

yang disebabkan tidak seimbangnya hormon pada tubuh lebih sulit diatasi

karena penyebabnya berasal dari dalam. hormon – hormon lain yang

mempunyai akibat yang serupa adalah hormon tiroid dan hormon

kortison. Obat jenis kortikosteroid mudah menyebabkan timbulnya

11
jerawat. Kortikosteroid biasanya digunakan untuk mengobati alergi atau

asma (Mumpuni dan Wulandari 2010).

4. Bakteri di Pori- pori Kulit

Propionibacterium acnes merupakan bakteri penyebab jerawat atau

bisa disebut sebagai bakteri jerawat yang pertumbuhan dan

perkembangannya relative lambat. Bakteri jerawat dapat menyebabkan

peradangan pada jerawat. Bakteri jerawat hidup di daerah asam lemak

(fatty acid) di kantong kelenjar minyak (sebaceous glands) pada kelenjar

minyak atau sebum yang tersembunyi di dalam pori-pori kulit. Ketika

pori-pori kulit terhalang atau tidak bisa bernapas maka bakteri yang

sifatnya tumbuh dalam lingkungan yang anaerobic (tanpa oksigen) akan

berkembang biak dengan sangat cepat (Mumpuni dan Wulandari, 2010).

5. Makanan

Mengkonsumsi beberapa makanan dicurigai memicu munculnya

jerawat, misalnya cokelat, susu, gula, kafein, dan daging yang berlemak.

Walaupun sebenarnya menjaga kebersihan wajah jauh lebih penting

daripada menghindari makanan tertentu (Muliyawan dan Suriana, 2013).

6. Stress

Seperti banyak keluhan kesehatan dan kecantikan lainnya, stress

dan pola hidup yang tidak sehat bisa mengundang jerawat. Bergadang

misalnya, atau merokok dan kurang berolahraga adalah contoh-contoh

gaya hidup yang dekat dengan jerawat (Muliyawan dan Suriana, 2013).

12
7. Kosmetik

Menggunakan alas bedak, blush on, dan bedak padat bisa memicu

timbulnya jerawat, karena partikel kosmetik itu bisa menyumbat pori-pori.

Saat terpaksa memakai kosmetik lengkap, jangan lupa untuk segera

membersihkan wajah. Setelah menggunakan tata rias seperti ini,

membersihkan muka dengan sabun saja tidak cukup. Sebaiknya gunakan

cleansing milk, sabun, dan astringent dengan lengkap (Muliyawan dan

Suriana, 2013).

2.1.4 Pencegahan Acne Vulgaris

Berikut ini adalah beberapa cara untuk mencegah jerawat dan tip-tip agar

jerawat tidak muncul kembali :

1. Bersihkan wajah minimal dua kali sehari dengan milk cleanser

Gunakan cleanser yang tidak mengandung bahan kimia terlalu

banyak dan tidak mengandung parfum. Wajah yang bersih akan

memungkinkan terhindar dari pekembangbiakan bakteri (Mumpuni dan

Wulandari, 2010).Menjaga kebersihan wajah adalah keharusan. Cucilah

muka sebelum tidur, setelah tidur, dan setelah selesai beraktivitas. Terlalu

sering mencuci muka juga tidak disarankan, karena membuat kelenjar

minyak lebih aktif memproduksi minyak (Muliyawan dan Suriana,2013).

2. Jangan terlalu sering memegang wajah, terutama bila tangan sedang kotor.

Salah satu penyebab munculnya jerawat adalah karena kulit

terkena bakteri dari luar, seperti bakteri yang ada pada tangan (Mumpuni

dan Wulandari, 2010). Hindari memegang jerawat apalagi sebelum

13
mencuci tangan. Bakteri yang ada di tangan bisa membuat jerawat infeksi,

sehingga bisa makin meradang dan bernanah (Muliyawan dan Suriana,

2013).

3. Hindari makanan – makanan yang dapat memicu timbulnya jerawat.

Makanan yang perlu dihindari misalnya makanan dengan kadar

lemak tinggi. Contohnya adalah produk coklat (permen, es krim, susu

coklat), produk kacang – kacangan (termasuk gado-gado, bumbu sate),

produk susu ( susu murni, mentega, es krim, keju), produk gorengan

(pisang, ubi, fried chicken, pizza), lemak hewani ( kulit, jeroan), buah

berkadar lemak tinggi (durian, avokad), makanan dengan bumbu rempah-

rempah (saus, sambal pedas), makanan bersantan,dan makanan berminyak

lainnya. Walaupun makanan tidak menyebabkan jerawat, tetapi bila

berlebihan akan memicu pertumbuhan jerawat lebih pesat (Mumpuni dan

Wulandari, 2013).

4. Memencet jerawat hanya akan membuat kondisi kulit semakin buruk.

Luka yang terjadi karena jerawat diganggu itu bisa meninggalkan

bekas permanen yang sering disebut acne scar. Bekas luka ini membuat

kulit wajah jadi bergelombang, terlihat seperti bolong-bolong mirip kulit

jeruk (Muliyawan dan Suriana, 2013).

5. Selama wajah masih berjerawat, lebih baik menggunakan bedak tabur

Bedak padat, biasanya dipadatkan dengan menggunakan minyak,

sehingga bisa memicu timbulnya jerawat dan komedo bila digunakan pada

kulit wajah yang berminyak. Kalau terpaksa harus menggunakan bedak

14
padat, carilah bedak padat yang diformulasikan khusus untuk kulit

berminyak dan berjerawat (Muliyawan dan Suriana, 2013).

6. Perhatikan kemasan kosmetik yang akan dibeli. Pastikan tertulis

noncomedogenic (Muliyawan dan Suriana, 2013).

7. Cerdas memilih jenis kosmetik yang digunakan.

Sebelum memutuskan memilih jenis kosmetik yang akan

digunakan, pelajari terlebih dahulu jenis kosmetik yang cocok untuk tipe

kulit anda. Jenis kosmetik yang tidak sesuai dapat memperburuk kondisi

jerawat (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.2 Penggunaan Kosmetik

2.2.1 Definisi Kosmetik

Menurut Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 19 Tahun 2015

pengertian kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk

digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan

organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau

badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

2.2.2 Jenis Kosmetik

Menurut Muliyawan dan Suriana (2013) Berdasarkan kegunaannya bagi

kulit, kosmetik dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

15
1. Kosmetik perawatan (skin care cosmetics)

Kosmetik jenis ini berfungsi untuk membersihkan dan merawat kulit dari

faktor lingkungan yang dapat merusak kebersihan dan kemulusannya, yang

termasuk dalam jenis kosmetik ini adalah :

a. Cleanser, yaitu kosmetik yang berfungsi untuk membersihkan kulit.

Misalnya sabun, cleansing cream, cleansing milk, toner, dan sebagainya.

b. Moisturizer, yaitu kosmetik yang beerfungsi untuk melembabkan kulit.

misalnya moisturizer cream, night cream, dan sebagainya.

c. Kosmetik untuk melindungi kulit. Misalnya sun screen cream, sun screen

foundation, dan sun block cream.

d. Peeling, yaitu kosmetik yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan

sel kulit baru dan mengangkat sel-sel kulit mati, sehingga kulit tampak

lebih cerah. Misalnya scrub cream berupa butiran halus (Muliyawan dan

Suriana, 2013).

2. Kosmetik riasan (make up)

Kosmetik jenis ini adalah kosmetik yang paling popular di masyarakat.

Kosmetik ini diperlukan untuk merias dan menutupi ketidaksempurnaan pada

kulit, sehingga penampilan jadi lebih menarik. Kosmetik riasan menjadi sesuatu

yang banyak dibutuhkan manusia dewasa ini. Mengingat kosmetik riasan

memberikan efek psikologis yang positif bagi penggunanya seperti meningkatkan

rasa percaya diri (Muliyawan dan Suriana, 2013).

16
2.2.3 Kosmetik Pembersih

Tujuan utama pemakaian kosmetik pembersih adalah mendapatkan kulit

yang sehat. Membersihkan kulit perlu dilakukan secara teratur. Waktu yang tepat

untuk membersihkan kulit adalah :

1. Sebelum tidur. Setelah beraktivitas seharian, seluruh kosmetik di wajah

sudah bercampur dengan keringat, minyak, dan debu. Membiarkannya di

wajah saat tidur membuat kulit tertutup hingga tidak bisa ‘’bernapas’’.

Padahal, saat tidur malam kulit akan mengalami regenerasi. Proses ini

akan berlangsung lebih optimal saat kulit berada dalam kondisi bersih.

Oleh karena itu, membersihkan wajah sebelum tidur wajib dilakukan

untuk mendapatkan kulit sehat (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2. Setelah bepergian atau beraktivitas. Tak perlu menunggu hingga waktu

tidur tiba untuk membersihkan muka. Segera setelah sampai di rumah,

bebaskan kulit dari sisa kosmetik dan debu. Apalagi untuk jenis kulit

berminyak dan cenderung berjerawat. Tumpukan minyak di wajah menjadi

tempat yang disukai P. Acne yang menyebabkan jerawat. Jadi, malas

membersihkan muka berarti membiarkan jerawat tumbuh leluasa di wajah.

3. Setelah bangun tidur. Cobalah meraba kulit saat bangun tidur. Terasa

berminyak, padahal minyak berlebih pada wajah membuat bedak dan tata

rias lainnya sulit menempel dengan rapi. Oleh karena itu, membersihkan

muka setelah bangun tidur berarti menyiapkan kulit agar tata rias bisa

menempel dengan rapi (Muliyawan dan Suriana, 2013).

17
A. Cleansing

Jenis- jenis cleansing berdasarkan formulanya, yaitu :

a. Cleansing cream

Pembersih jenis ini terbuat dari campuran minyak dan air.

Kandungan minyak yang digunakan, jauh lebih besar daripada air,

sehingga pembersih ini sangat sesuai untuk jenis kulit kering.

Cleansing cream juga berfungsi untuk menghapus make-up yang

sangat tebal (Muliyawan dan Suriana, 2013).

b. Cleansing milk

Pembersih ini juga terbuat dari campuran minyak dan air.

Hanya kadar air yang digunakan lebih besar daripada minyak.

Cleansing milk sangat cocok digunakan untuk membersihkan kulit

yang cenderung berminyak (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Cara Penggunaan Cleansing

1. Tuangkan pembersih ke dalam wadah bersih

2. Totolkan pada 5 titik wajah, yaitu dahi, ujung hidung, kedua pipi,

dan dagu.

3. Ratakan keseluruh wajah menggunakan ujung-ujung jari dengan

gerakan pijatan lembut. Bila perlu gunakan brush elektrik khusus

untuk meratakan pembersih.

4. Hapus dengan menggunakan washlap basah atau basuh dengan

sabun dan air bersih (Muliyawan dan Suriana, 2013).

18
B. Sabun Wajah

Sabun akan mengangkat sisa-sisa debu dan susu pembersih.

(Muliyawan dan Suriana, 2013). Penelitian yang dilakuakan oleh Choi et

al yang mendapatkan bahwa mencuci wajah sekali dalam sehari

meningkatkan jumlah lesi, dan mencuci wajah dengan frekuensi empat

kali dalam sehari tidak memperlihatkan perubahan lesi akne yang

membaik, sedangkan mencuci wajah 2-3 kali sehari mancapai lesi non-

inflamasi yang jauh lebih rendah. Bagi masyarakat terutama usia remaja

disarankan untuk membiasakan mencuci wajah yang baik dengan

frekuensi 2-3 kali sehari menggunakan sabun pembersih wajah untuk

mengurangi akne vulgaris (Sole dkk, 2019).

Sabun dibuat berdasarkan reaksi kimia dari pencampuran minyak

dengan larutan yang sifatnya basa yang merupakan bahan baku utama

pembuatan sabun. Minyak yang umum digunakan adalah minyak sawit,

minyak kelapa, dan minyak zaitun. Sedangkan bahan alkali yang umum

digunakan adalah kalium hidroksida dan natrium hidroksida. Sabun yang

berfungsi untuk melembabkan kulir, akan ditambahkan zat-zat pelembab

seperti lanolin atau minyak zaitun. Benzoil peroksida bisa ditambahkan

pada sabun untuk kulit berjerawat. Sedangkan untuk kulit berminyak, bisa

menggunakan sabun yang diberi zat pengangkat minyak dan dapat

mengeringkan jerawat seperti triclosan (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Umumnya, sabun untuk membersihkan wajah memiliki formula

lebih lembut daripada sabun badan, karena kulit bagian wajah lebih

19
sensitif daripada kulit di bagian tubuh lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya

jangan gunakan sabun badan untuk wajah. Formula sabun badan bisa

membuat kulit wajah menjadi kering dan kusam (Muliyawan dan Suriana,

2013).

C. Toner

Salah satu kosmetik yang digunakan untuk membersihkan wajah

adalah toner atau penyegar. Penggunaan toner adalah step terakhir dalam

rangkaian kosmetik pembersih. Jadi, setelah wajah dibersihkan dengan

susu pembersih, lanjutkan dengan membasuh wajah menggunakan sabun.

Jangan lupa untuk memakai toner. Sisa-sisa kotoran dan susu pembersih

yang mungkin masih tertinggal bisa diangkat dengan toner (Muliyawan

dan Suriana, 2013).

Memilih toner yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan jenis

kulit wajah. Toner untuk kulit berjerawat, sering disebut dengan

astringent, mengandung zat aktif yang berfungsi mengangkat minyak

berlebih dan mengeringkan jerawat. Cara penggunaannya yaitu tuangkan

toner secukupnya pada sepotong kapan bersih. Kemudian, usapkan dengan

lembut pada wajah sambil diangkat (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Secara umum toner dibedakan menjadi 3 jenis. Masing-masing

memiliki kadar alcohol yang berbeda, seperti :

1. Astringent. Astringent adalah toner yang sesuai untuk kulit berminyak

atau berjerawat. Selain alcohol dan air, kadang-kadang dalam astringen

dicampurkan juga bahan-bahan yang berfungsi untuk mengatasi

20
jerawat. Beberapa zat aktif yang terdapat pada astringent berfungsi

mengurangi minyak pada wajah dan mengeringkan jerawat

(Muliyawan dan Suriana, 2013).

2. Face tonic. Toner jenis ini bisa digunakan untuk kulit normal

(Muliyawan dan Suriana, 2013).

3. Penyegar. Toner jenis ini memiliki kadar alcohol paling rendah atau

malah tidak mengandung alcohol sama sekali. Penyegar dibuat dari

campuran air murni dengan ekstrak bunga, misalnya mawar. Toner

jenis ini sesuai untuk kulit yang kering dan sensitif. Menggunakan

toner yang terlalu banyak mengandung alcohol bisa membuat kulit

kering jadi semakin kering. (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.2.4 Kosmetik pelembab

Urutan langkah yang benar dalam perawatan dan tata rias kulit adalah

pembersihan, pelembaban, pelindungan, tata rias. Pemilik kulit yang secara

alamiah sudah berminyak, misalnya pada remaja, apalagi jika berjerawat, tidak

perlu atau bahkan kadang – kadang dilarang memakai kosmetik pelembab.

Beberapa kosmetik pelembab kulit (moisturizer) yang sangat berminyak dan

lengket pada kulit, seperti diperuntukkan bagi kulit kering di iklim dingin dapat

menimbulkan jerawat bila digunakan pada kulit berminyak, terutama di negara-

negara tropis seperti Indonesia karena kosmetik demikian cenderung menyumbat

pori-pori kulit bersama kotoran dan bakteri. Jenis kosmetik demikian disebut

kosmetik aknegenik (Tranggono dan Latifah, 2007).

21
Cara menggunakan krim pelembab tidak begitu sulit dan tidak

membutuhkan trik khusus. Cukup hanya dengan mengoleskan cream tersebut ke

seluruh permukaan kulit secara merata. Namun demikian, tetap ada beberapa hal

penting yang harus diperhatikan, di antaranya yaitu kesesuaian antara jenis kulit

dan krim yang digunakan. Oleh karena itu, kenali terlebih dahulu jenis kulit anda

sebelum memilih krim yang sesuai. Kulit yang lembab bisa menyerap krim

dengan lebih baik. Sebaiknya, gunakan krim pelembab setelah mandi (Muliyawan

dan Suriana, 2013).

Berikut adalah tip-tip memilih pelembab menurut Muliyawan dan Suriana

(2013).

a. Memilih pelembab yang tepat adalah kunci menjaga kulit tetap sehat.

Banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk memilih pelembab

yang tepat. Pertama adalah jenis kulit. Mengenali jenis kulit sangatlah

penting, karena pelembab untuk kulit berminyak tentu berbeda dengan

pelembab untuk kulit kering. Kulit yang berminyak bukan berarti tidak

membutuhkan kelembapan. Kelembapan kulit dipengaruhi oleh air,

tentu sangat berbeda dengan minyak. Iklim tempat tinggal juga

mempengaruhi pemilihan jenis pelembab. Tinggal di tempat yang

dingin dengan kelembapan tinggi membuat kulit lebih cepat kering,

sehingga diperlukan pelembab yang memiliki kadar minyak lebih

tinggi.

22
b. Gunakan krim pelembab sesuai dengan jenis kulit. Pada kemasan

produk pelembab, biasanya terdapat keterangan jenis kulit yang sesuai

untuk menggunakan produk tersebut.

c. Oleskan krim pelembab secukupnya. Mengoleskan terlalu banyak tidak

berarti kulit bisa menyerap lebih banyak.

d. Setelah mengoleskan pelembab, tunggulah beberapa saat agar

pelembab meresap ke dalam kulit. Setelah itu, baru lanjutkan dengan

mengoleskan alas bedak atau bedak.

e. Bila terjadi keluhan kesehatan setelah penggunaan pelembab, misalnya

muncul jerawat atau kulit terasa lengket dan berminyak, berarti cream

pelembab itu kurang cocok. Segera ganti dengan jenis atau merek

pelembab yang berbeda. Jangan biarkan keluhan kesehatan kulit itu

berlanjut hingga makin parah.

2.2.5 Kosmetik dekoratif / Kosmetik riasan (make up)

Kekhasan kosmetik dekoratif (make-up) adalah bahwa kosmetik ini

bertujuan semata-mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih

cantik dan noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Contoh kosmetik

dekoratif yaitu bedak, lipstik, pemerah pipi, eye-shadow, dll (Tranggono dan

Latifah, 2007).

1. Bedak (Face Powder)

Bedak termasuk dalam kosmetik dekoratif yang ditujukan untuk

menyembunyikan kekurangan pada kulit wajah, misalnya untuk menutupi

23
kulit wajah yang mengkilap. Ada 2 bentuk face powder, yaitu loose

powder (bedak bubuk) dan compact powder (bedak padat).

(Tranggono dan Latifah, 2007).

a. Bedak bubuk (loose powder)

Sejak awal, manusia mengenal bedak dalam bentuk bubuk (bedak

bubuk). Bedak bubuk atau bedak tabur adalah bedak yang berbentuk

bubuk, seperti tepung. Bedak jenis ini disarankan untuk digunakan

setelah foundation, sebelum menggunakan bedak. Hal ini dimaksudkan

agar bedak tersebar merata,tidak bertumpuk pada bagian tertentu.

Bedak bubuk biasanya tidak bersifat komedogenik sehingga relatif

aman untuk digunakan pada kulit yang berminyak atau berjerawat.

Bedak jenis ini cocok untuk jenis kulit normal, kulit kombinasi, kulit

kering, ataupun kulit berminyak (Muliyawan dan Suriana, 2013)..

b. Bedak Padat ( compact powder)

Bedak padat (compact powder) adalah bedak bubuk yang dipres

menjadi bentuk padatan atau ‘cake’. Tidak semua bedak bubuk cocok

dijadikan bedak padat. Bedak bubuk yang bisa dijadikan bedak padat

adalah bedak bubuk yang mengandung bahan dasar yang memiliki efek

pengikat tertentu. Adapun bahan dasar yang cocok digunakan untuk

bedak padat adalah tepung beras, alumunium oxide, kaolin, zinc

stearate, barium sulfate, dan strontium sulfate (Muliyawan dan Suriana,

2013).

24
Bedak padat digunakan pada tahap akhir aplikasi kosmetik

dekoratif dasar. Diaplikasikan dengan cara ditepuk-tepuk pada bagian

wajah yang sudah disapu dengan foundation dan bedak tabur. Aplikasi

bedak padat pada wajah akan memberikan kesan halus dan cerah yang

merata pada kulit wajah. Jenis kulit yang cocok pada jenis bedak ini

adalah kulit normal dan kering. Bedak padat mengandung minyak dan

pelembab yang lebih banyak, sehingga bedak jenis ini tidak disarankan

untuk kulit berminyak (Muliyawan dan Suriana, 2013).

c. Two way cake

Secara bentuk, jenis bedak ini mirip dengan bedak padat. Bedanya,

pada two way cake sudah ditambahkan foundation (alas

bedak).sehingga pada aplikasinya, tidak perlu lagi menggunakan

foundation sebelum memulaskan bedak pada kulit wajah, karena fungsi

foundation sudah terdapat pada bedak ini. Bedak ini tahan lama dan

lengket seharian tanpaharus memulas ulang. Namun, kelemahannya

bedak ini mengandung formula yang berat dan berminyak, sehingga

tidak disarankan untuk kulit berminyak dan berjerawat. (Muliyawan

dan Suriana, 2013).

2.2.6 Komedogenik

Kosmetik yang memicu tumbuhnya komedo dikenal dengan istilah

kosmetik yang bersifat komedogenik. Kosmetik jenis ini bersifat menutupi pori-

pori kulit. Jika kita membersihkan wajah tidak sempurna atau menggunakannya

terlalu lama, maka make up yang menempel di wajah akan memicu terjadinya

25
penyumbatan pada pori-pori kulit, sehingga komedo atau bahkan jerawat

bermunculan, baik di hidung maupun di pipi. Komedo yang terinfeksi bakteri

P.Acne akan membuat kulit membengkak.inilah yang disebut jerawat. Produk

kosmetik yang tergolong bersifat komedogenik di antaranya yaitu foundation dan

bedak padat. (Muliyawan dan Suriana, 2013). Kosmetik yang bersifat

comedogenic yaitu :

1. Alas Bedak (Foundation)

Alas bedak adalah make-up wajah yang bersifat melapisi dan

menutupi kulit wajah. Oleh karena itu, foundation sangat berpotensi

untuk menyumbat pori-pori kulit sehingga memicu tumbuhnya komedo

setelah pemakaiannya. Apalagi jika pemakaian terlalu lama, atau saat

membersihkan tidak semua foundation terangkat dari pori-pori wajah

(Muliyawan dan Suriana, 2013).

2. Bedak padat

Bedak padat memiliki butiran yang jauh lebih halus dari pada

bedak tabur. Oleh karena itu, sangat mudah masuk dalam pori – pori

dan terkadang tidak terangkat saat dibersihkan. Akibatnya, butiran

bedak padat tadi menyumbat pori – pori kulit dan memicu tumbuhnya

komedo pada hidung, bahkan jerawat pada bagian kulit wajah lain.

(Muliyawan dan Suriana, 2013).

26
2.3 Pengetahuan

2.3.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tau seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya) (Notoatmodjo,2010). Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu

dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan ‘’what’’, misalnya apa air, apa

manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

2.3.2 Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2006), dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

diukur dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif di

gambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berwujud

angka-angka. Hasil penghitungan atau pengukuran dapat diproses dengan cara

dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dengan diperoleh

persentase. Setelah di persentasekan lalu di tafsirkan kedalam kalimat yang

bersifat kualitatif.

a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100 % dari yang diharapkan

b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% dari yang diharapkan

c. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% dari yang diharapkan.

2.3.3 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat

yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi 6 tingkatan pengetahuan

menurut Notoatmodjo (2010) yaitu :

27
a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur

bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan

(Notoatmodjo, 2010).

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut,

tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut

(Notoatmodjo, 2010).

c. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi

bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis

adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,

mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas

objek tersebut (Notoatmodjo, 2010).

d. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Misalnya dapat membuat atau meringkas kata-

kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar,

28
dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca

(Notoatmodjo, 2010).

e. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,

2010).

2.4 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Chynintia dkk (2020) yang dilakukan pada

responden dengan usia 15 – 17 tahun yang menderita acne vulgaris. Kategori

tingkat pengetahuan yang digunakan yaitu kurang, cukup, dan baik. Pada

penelitian tersebut diketahui bahwa tingkat pengetahuan siswi SMAN di

Samarinda yang menderita Acne Vulgaris terhadap penggunaan kosmetik adalah

baik (79.70%). Sikap responden terhadap penggunaan kosmetik adalah cukup

(83.90%). Perilaku penggunaan kosmetik menunjukkan lebih banyak responden

yang membersihkan wajah <3x/sehari (56.80%). Perilaku penggunaan bedak

diperoleh hanya sedikit responden yang menggunakan bedak padat (18.60%).

Menurut penelitian Tilla A dan Hervina (2019) yang dilakukan pada

responden dengan usia 14 – 18 tahun diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian acne vulgaris dan terdapat

hubungan antara sikap dengan kejadian acne vulgaris.

29
30

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan design

cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui profil tingkat pengetahuan dan

penggunaan kosmetik terkait kejadian acne vulgaris di Desa Sumberwringin

Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang.

3.2 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah wanita dengan rentang usia 17-25 tahun di

Desa Sumberwringin Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang yang diasumsikan

jumlah respondennya 58 orang. Objek dalam penelitian ini yaitu tingkat

pengetahuan dan penggunaan kosmetik.

3.3 Sumber Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi

kedalam dua kelompok yaitu data primer dan data sekunder.

1) Data Primer

Data primer diperoleh dari menyebar kuesioner kepada masyarakat yang

memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi responden dan mengisi

kuesioner.

2) Data Sekunder

Sumber data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini adalah data

masyarakat yang diperoleh dari kantor desa.

30
3.4 Populasi dan Sampel

1) Populasi

Dalam penelitian ini populasi yang ada adalah seluruh wanita usia 17-25

tahun di Desa Sumberwringin Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang.

2) Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara purposive

sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri.

a. Kriteria Inklusi

1. Bersedia menjadi responden dan menandatangani surat persetujuan

(informed consent).

2. Wanita usia 17 – 25 tahun yang menderita jerawat di Desa

Sumberwringin (Sumber :penelitian oleh Sibero (2019) prevalensi

kejadian jerawat usia 16-25 tahun, berdasarkan hasil observasi, data

yang diperoleh dari kantor Desa Sumberwringin tahun 2018).

b. Kriteria eksklusi

1. Wanita hamil dan menyusui

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana

cara menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga defenisi

operasional merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain

yang ingin menggunakan variabel yang sama.

31
Tabel 3.1. Variabel dan Definisi Operasional.
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur
Tingkat Pengetahuan responden Kuesioner Nominal
Pengetahuan tentang jerawat, yang
meliputi definisi, jenis
jerawat, penyebab
jerawat, dan pencegahan
jerawat.
Penggunaan Macam – macam produk Kuesioner Nominal,
Kosmetik kosmetik wajah yang Ordinal
digunakan. Kosmetik
wajah meliputi kosmetik
perawatan wajah yaitu
sabun wajah, cleanser,
toner, pelembab, dan
kosmetik dekoratif atau
kosmetik riasan yang
terdiri dari bedak, alas
bedak (foundation).

3.6 Teknik Pengambilan Subjek Penelitian

Peneitian ini menggunakan pengambilan sampel dengan teknik purposive

sampling dengan cara pengambilan sampelnya yaitu peneliti mendata populasi

wanita yang berusia 17-25 tahun di Desa Sumberwringin ( n = 134 orang, data

masyarakat diperoleh dari kantor desa sumberwringin). Karena data yang

diperoleh dari pihak terkait masih belum diketahui secara pasti. Penentuan

responden yang mengalami jerawat yaitu dengan rumus slovin. Rumus slovin :

𝑁
n=
1 + N𝑑 2

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran Populasi

32
d = Tingkat kesalahan 10%

𝑁
n=
1 + N𝑑 2

134
n=
1+134 𝑥 0,1𝑥 0,1

n = 57,26 dibulatkan menjadi 58 sampel, dengan demikian, jumlah sampel yang

digunakan dapat diasumsikan sebanyak 58 responden.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh adalah data primer yaitu diperoleh langsung dari

responden dengan cara menyebar kuesioner yang berisi pertanyaan dan

pernyataan mengenai latar belakang responden, pengetahuan tentang jerawat, dan

penggunaan kosmetik..Sebelum menggunakan kuesioner sebagai alat ukur

penelitian, peneliti melakukan uji coba di lapangan dengan cara menyebar

kuesioner kepada 25 orang responden untuk mengetahui uji validitas dan

reliabilitas kuesioner.

3.6.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan cara kuesioner diberikan kepada responden

yang sebagai sasaran uji coba kemudian jawaban responden diberi nilai. Jawaban

yang telah diberi nilai kemudian dihitung korelasi antara skor masing – masing

pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan teknik korelasi. Teknik

korelasi yang dipakai pada penelitian ini adalah teknik korelasi ‘’product

moment’’ dari Pearson diaplikasikan dengan menggunakan program SPSS versi

16. Pada uji validitas keputusan dilihat dari perbandingan antara nilai koefisien

pearson hitung (r-hitung) dengan koefisien pearson table (r-table). Jika hasil

33
menunjukkan r-hitung > r-tabel, maka dapat dinyatakan bahwa item pertanyaan

pada kuesioner tersebut valid. Uji validitas dilakukan dengan cara memberikan

kuesioner sebagai uji coba kepada wanita usia 17-25 tahun di Desa

Sumberwringin Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Pada penelitian ini teknik yang digunakan untuk menguji reliabilitas

kuesioner ini adalah teknik uji reliabilitas koefisien Cronbach’s Alpha (α) dengan

menggunakan bantuan program SPSS versi 16. Suatu kuesioner dikatakan reliabel

jika nilai α > 0,60.

3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu tahap penelitian yang dilakukan

sesudah pengumpulan data. Pengolahan data pada penelitian ini melalui empat

tahapan yaitu:

1. Editing data / pemeriksaan data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diperiksa terlebih dahulu

kaitannya dengan kelengkapan dan kejelasan jawaban responden

(memastikan semua pertanyaan sudah terisi dan terjawab dengan jelas).

2. Penilaian skor (skoring)

Setelah semua kuesioner diperiksa, langkah selanjutnya yaitu memberikan

skor atau penilaian sesuai dengan jawaban responden. Pada tahap ini

bertujuan untuk mempermudah dalam memasukkan data.

34
3. Memasukkan data (Data Entry)

Setelah dilakukan penilaian (skoring), data hasil jawaban responden

dimasukkan dalam komputer pada program microsoft excel.

3.7.2 Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif. Dengan metode analisis inilah peneliti berusaha untuk menggambarkan

hasil penelitian yang dilakukan, yaitu mendiskripsikan tentang tingkat

pengetahuan dan penggunaan kosmetik terkait kejadian jerawat di Desa

Sumberwringin Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang.

35
3.8 Kerangka Berfikir

Sampel

Wanita usia 17 – 25
Tahun

Acne Vulgaris

Tingkat Penggunaan
Pengetahuan Kosmetik wajah

1. Definisi Acne
Vulgaris
2. Jenis jerawat /
Kosmetik Kosmetik
Acne Vulgaris
3. Penyebab perawatan Dekoratif
Jerawat / Acne
Vulgaris
4. Pencegahan
1. Sabun wajah 1. Bedak
Jerawat / Acne
2. Cleansing 2. Alas bedak
Vulgaris
3. Toner (Foundation)
4. Pelembab

Baik Cukup Kurang

Gambar 3.1. Kerangka Berfikir

36
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka cipta.

Andriana, R., Effendi, A., Berawi, K. N. 2014. Hubungan Antara Penggunaan


Kosmetik Wajah Terhadap Kejadian Acne Vulgaris Pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Volume 3: Nomor 1: 142-
148. http://juke.kedokteran.unila.ac.id/

Christian R. Juhl, Helle K. M. Bergholdt , Iben M. Miller, Gregor B. E. Jemec,


Jorgen K. Kanters and Christina Ellervik. 2018. Dairy Intake and Acne
Vulgaris: A Systematic Review and Meta-Analysis of 78,529 Children,
Adolescents, and Young Adults. Di dalam: Nutrients. www.ndpi.com.
Halaman 2-13.

Chynintia N, Toruan VML, dan Khotimah S.2020. Gambaran Tingkat


Pengetahuan , Sikap, Perilaku Penggunaan Kosmetik Siswi SMAN di
Samarinda yang Menderita Acne Vulgaris. J.Ked. Mulawarman.
Volume 7 : Nomor 2: 42-52.

Fadhilah, I. 2020. Seputar Kosmetologi. Makassar : Pustaka Taman Ilmu.

Kusantati H, dkk. 2008. Tata Kecantikan Kulit. Jakarta: Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan.

Muliyawan, D dan Suriana, N.2013. A-Z tentang Kosmetik. Jakarta : Kompas


Gramedia

Mumpuni Y dan Wulandari A. 2010. Cara Jitu Mengatasi Jerawat. Yogjakarta :


CV Andi Offset.

Mutiara, S dan Minerva, P. 2018. Pengaruh Penggunaan Kosmetik Skin Care


Terhadap Timbulnya Acne Vulgaris Pada Siswa Kecantikan SMKN 6
dan SMKN 7 Padang. Jurnal Pendidikan dan Keluarga. Volume 10:
Nomor 1: Hal.228-234.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

37
Sibero H.T, Sirajudin A, dan Anggraini D.I. 2019. Prevalensi dan Gambaran
Epidemiologi Akne Vulgaris di Provinsi Lampung. JK Unila. Volume
3: Nomor 2: 309-311.

Sugiyono.2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sole F.R.T, Suling P L, dan Kairupan T.S. 2020. Hubungan Antara Mencuci
Wajah dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Remaja Laki-laki di
Manado.e-Clinic. Volume 8: Nomor 1: Hal.158-162.

Tarigan M, Nababan K.A, Hutasoit E.2017.Tingkat Pengetahuan, Sikap dan


Tindakan Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Kabanjahe Terhadap Acne
Vulgaris Tahun Ajaran 2016/2017. Jurnal Kedokteran Methodist.
Volume 10: Nomor 2: Hal.100-103

Tranggono, R.I dan Latifah, F. 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan


Kosmetik, Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tilla, A dan Herviana. 2019. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Dengan
Kejadian Acne Vulgaris Pada Remaja di SMA Muhammadiyah 02
Medan. Jurnal Pandu Husada. Volume 1, Nomor 1 : 34 -39.

Usman, K.A. 2018. Kosmetik. Jalan Budaya Gowa : Pustaka Taman Ilmu

Yulizawati, Iryani D, Sinta L, dan Insani A Y. 2019. Asuhan Kebidanan Keluarga


Berencana. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.

38

Anda mungkin juga menyukai