Anda di halaman 1dari 9

JPF | Volume | Number | |

p - ISSN:
e - ISSN:

Jurnal Pendidikan Fisika


https://journal.unismuh.ac.id/index.php/jpf
DOI:

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MITIGASI BENCANA


ALAM DI DAERAH PESISIR TELUK TOMINI UNTUK MENDORONG TERCAPAINYA SDGs
GOALS 4 DAN 13

Nurul Fitriah Duda*, Raghel Yuninger, and Nova Elysia Ntobuo

Program Studi Magister Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo, 96128, Indonesia

*Corresponding author: nurulfotriah250@gmail.com

Received: Accepted: Published:

Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis mitigasi bencana
alam dengan melihat kualitas perangkat melalui kevalidan, kepraktisan serta keefektifan perangkat. Jenis
penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengacu pada desain model 4-D yaitu dengan tahap define,
design, develop dan disseminate.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perangkat yang dikembangkan telah
memenuhi kualitas kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. Perangkat pembelajaran dikatakan valid berdasarkan
hasil penilaian dari 2 validator ahli yang di dukung dengan perolehan data kevalidan dengan kriteria Valid. Hasil
Kepraktisan berdasrkan analisis keterlaksanaan proses pembelajaran dan juga pengamatan aktivitas siswa.
Keterlaksanaan proses berada pada kategori sangat baik yaitu 90,79 %. Sedangkan presentasi sangat baik untuk
aktivitas siswa sebesar 62,5% dan presentasi baik sebesar 37,5%. Keefektifan perangkat dilihat dari penilaian
proyek dalam bentuk laporan hasil pengamatan bencana alam di daerah pesisir yang memperoleh kriteria
penilaian Sangat Baik, dan juga berdasarkan penilaian ketuntasan Hasil belajar siswa sebesar 100% dengan N-
Gain sebesar 0,69 yang termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil analisis dta kualitas perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkanmaka dapat disimpulkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran
fisika berbasis mitigasi bencana alam di daerah pesisir teluk tomini untuk mendorong pencapaian SDGs Goals 4
dan 13 dikatakan valid, praktis, dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran.

Kata Kunci: Pembelajaran mitigasi bencana alam, pesisir teluk tomini, Project Based Learning

© 2021 Physics Education Department, Universitas Muhammadiyah Makassar, Indonesia.


Masalah-masalah lingkungan hidup dapat menjadi
I. PENDAHULUAN bencana yang dapat mempengaruhi kualitas hidup
Perkembangan lingkungan yang semakin manusia. Tanda-tanda masalah lingkungan hidup seperti
tercemar memungkinkan terjadinya suatu krisis adanya polusi, global warming, fotokimia kabut, erosi,
terhadap lingkungan sosial. Krisis terhadap banjir, instrusi dan lain sebagainya sudah mulai terlihat.
lingkungan hidup merupakan suatu tantangan yang Masalah lingkungan yang mendominasi mencakup
sangat besar. Tantangan ini didapati berlaku perubahan iklim, dan hilangnya sumber daya alam.
terutama di negara-negara yang sedang Masalah mengenai kerusakan lingkungan tentunya harus
membangun karena adanya berbagai aktivitas mulai lebih diperhatikan dalam rangka memberikan suatu
pembangunan yang bertujuan meningkatkan cara pandang yang baru agar dapat memberikan cara
kesejahteraan umat manusia yang sering pula pandang yang mengedepankan adanya suatu upaya
membawa dampak terhadap perubahan perlindungan terhadap lingkungan.
lingkungan. Indonesia sebagai negara yang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
memiliki kekayaan alam menjadi penting dalam Indonesia No 21 Tahun 2008 pasal 14 tentang
pembahasan mengenai lingkungan terlebih seiring penyelenggaraan penanggulangan bencana yang
perkembangannya kerusakan lingkungan menjadi menjelaskan bahwa untuk mengurangi dampak terjadinya
sebuah isu yang sering terjadi akibat berbagai bencana alam, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah
macam faktor. korban serta mengurangi kerugian yang sebabkan oleh
bencana, maka perlu adanya mitigasi bencana hari termasuk tentang kebencanaan.
yang dapat diselenggarakan oleh pemerintah Hal ini juga di dukung melalui pernyataan beberapa
daerah dalam bentuk pendidikan formal dan orang siswa, dimana kurangnya kesadaran mereka
pendidikan nonformal. terhadap pencemaran lingkungan. Disaat peneliti
Dalam pembelajaran, seorang guru dapat melakukan wawancara mengenai kebencanaan pada
menanamkan nilai-nilai moral dan karakter kepada beberapa siswa, tidak seorang pun yang mengetahui apa
peserta didiknya, baik sikap sosial maupun sikap itu mitigasi dan seperti apa kesiapsiagaannya apabila
religius. Selain itu, sikap terhadap potensi daerah terjadi bencana. Siswa adalah agen penerus yang dapat
Indonesia yang rawan juga diperlukan, seperti berkontribusi meminimalisir bencana alam dengan
sikap peduli lingkungan, sikap tanggap bencana, perubahan karakter yang dimiliki. Perubahan karakter
dan sikap kesiapsiagaan. Sikap peduli lingkungan tersebut terjadi jika siswa mengetahui dan mengubah
sangat diperlukan oleh peserta didik terutama pada perilaku dengan menjaga, mencegah, dan mencari solusi
lingkungan yang rawan banjir, kekeringan dan jika sudah terjadi. Sehingga menurut Desfandi (2014)
tanah longsor. Bahan ajar terintegrasi bencana dengan adanya pendidikan juga diharapkan
banjir dapat meningkatkan sikap peduli berkembangnya karakter empati dan kerelaan membantu
lingkungan peserta didik. Bahan ajar terintegrasi orang lain secara hati-hati.
bencana gempa bumi mampu meningkatkan sikap Sementara berdasarkan tujuan pembangunan
tanggap bencana peserta didik. Indonesia berkelanjutan Sustainable development Goalst (SDGs)
merupakan daerah yang sangat rawan akan gempa mengharuskan adanya upaya penanganan perubahan iklim
bumi, sehingga sikap tanggap bencana gempa ( Goals 13 ) yang sering menimbulkan bencana alam. Ini
bumi sangat diperlukan. Sikap kesiapsiagaan artinya tidak hanya kemampuan belajar siswa dalam
sangat diperlukan mengingat peserta didik yang mendorong pendidikan berkualitas (Goals 4) tetapi siswa
mayoritas tinggal di lingkungan yang rawan juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
bencana alam. Adanya sikap ini dapat menjadi mencapai goals 13 dalam SDGs.
salah satu cara untuk mengurangi risiko dari SDGs terdiri atas 17 tujuan dan 169 target, dan
bencana alam. terdiri dari beberapa indikator yang meliputi aneka isu
Mitigasi bencana dalam bentuk pendidikan pembangunan berkelanjutan. Pada penelitian ini hanya
formal dilakukan melalui pendidikan kebencanaan. berfokus pada tujuan yang ke 4 dan ke 13. Pada SDGs 4
Pendidikan kebencanaan diterapkan dengan cara Pendidikan (Education) – Menjamin pendidikan yang
mengintegrasikan materi bencana alam ke dalam berkualitas, inklusif dan adil, meningkatkan kesempatan
materi salah satu mata pelajaran di sekolah. Salah belajar sepanjang hayat bagi semua. Sedangkan SDGs 13
satu mata pelajaran yang cocok untuk Iklim (Climate) – Mengambil langkah-langkah tindakan
diintegrasikan dengan materi kebencanaan adalah yang segera untuk mengatasi perubahan iklim dan
mata pelajaran Fisika, karena Fisika merupakan dampaknya (Francis, Tazoacha, 2001).
mata pelajaran yang mempelajari tentang Berdasarkan metadata SDGs, pada penelitian yang
fenomena alam beserta penyebabnya yang akan dilakukan SDGs tujuan ke 4 hanya berfokus pada
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. target 4.7. Target 4.7 yaitu menjamin semua peserta didik
Adapun alasan yang mendasari memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
dilakukannya penelitian pengembangan perangkat diperlukan untuk meningkatkan pembangunan
pembelajaran berbasis mitigasi bencana alam di berkelanjutan. Sedangkan tujuan ke 13 berfokus pada
daerah pesisi Teluk Tomini menggunakan SDGs 4 target 13. 3. Target 13.3 yaitu meningkatkan pendidikan,
dan 13 ini yaitu karena Indonesia sering disebut penumbuhan kesadaran serta kapasitas manusiaa dan
dengan supermarket bencana. Indonesia memiliki kelembagaan terkait mitigai, adaptasi, pengurangan
resiko tinggi terhadap bencana karena kondisi dampak, dan peringatan dini perubahan iklim.
geologis, geografis, dan demografis. Secara Keterkaitan SDGs 4 dan 13 pada penelitian ini yaitu
geografis Indonesia mengandung potensi alamiah terletak pada perangkat pembelajaran yang
seperti potensi gempa bumi, tsunami, badai, menginterfensinya dengan mitigasi kebencanaan yang
gunung berapi, banjir, hingga tanah longsor. secara terpadu dengan goals 4. Meningkatkan pendidikan
Selaian itu berdasarkan data dari Badan terkait dengan mitigasi, adaptasi kebencanaan yaitu
Penanggulangan Bencana Daerah yaitu kabupaten dengan melalui pendidikan. Dalam SDGs, pendidikan
Pohuwato, bencana yang sering terjadi adalah mutlak merupakan hak asasi manusia yang mendasar.
Banjir, angina putting beliung, dan tanah longsor SDGs 4 meliputi berbagai aspek pendidikan, termasuk
(BPBD Kab Pohuwato) kualitas dan hasil pembelajaran. Dalam pencapaian target
Berdasarkan hasil observasi di sekolah SDGs ke-4 terkait pendidikan, tantangan terbesar yang
SMK Negeri 1 Popayto materi pembelajaran yang dihadapi adalah bagaimana menjamin pendidikan yang
terintegrasi dengan kebencanaan, khusunya materi berkualitas secara inklusif dan merata terkhusus di sekolah
Fisika masih kurang diterapkan. Hal ini formal.
dikarenakan materi Fisika yang diajarkan hanya II. METODE
berfokus pada bagian inti dan hanya sebagian kecil Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian
mengaitkan dengan penerapan kehidupan sehari- Reseach and Development (R&D) dengan model 4-D yang
dikembangkan oleh Thiagarajan yang terdiri dari dikembangkan menjadi perangkat pembelajaran berbasis
empat tahap yaitu: tahap Define (Pendefinisian), mitigasi bencana alam yang yang memenuhi kriteria
tahap Design (Perancangan), tahap Develop praktis. Hasil pengembangan perangkat pembelajaran
(Pengembangan), dan tahap Disseminate berupa Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Penyebaran). Penelitian ini mengembangkan (RPP), bahan ajar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Mitigasi instrument untuk memenuhi kriteria kepraktisan adalah
Bencana Alam Di Daerah Pesisir Teluk Tomini lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, dan
Untuk Mendorong Tercapainya Sdgs Goals 4 Dan instrument ang digunakan untuk mencapai kriteria
13. keefektifan adalah instrument Tes Hasil belajar dan lembar
Produk yang dikembangkan berupa penilaian keterampilan proyek laporan.
perangkat pembelajaran Pembelajaran Fisika A. Hasil
Berbasis Mitigasi Bencana Alam Di Daerah 1. Tahap Pendefinisian (Define)
Pesisir Teluk Tomini Untuk Mendorong Dalam tahap pendefinisian (define) terdiri dari
Tercapainya Sdgs Goals 4 Dan 13 yang divalidasi beberapa tahap analisis, yaitu ; analisis ujung depan,
oleh 3 orang dosen ahli. Subyek yang diteliti yaitu analisis siswa, analisis konsep, analisis tugas, dan analisis
siswa kelas X SMK Negeri 1 Popayato tahun tujuan pembelajaran.
ajaran 2021/2022. Analisis ujung depan
Selanjutnya, untuk mengukur tingkat Analisis ujung depan merupakan proses identifikasi
kepraktisan dapat dilihat dari apakah guru dan masalah yang dihadapi saat melaksanakan peroses
pakar mempertimbangkan bahwa materi mudah pembelajaran. Analisis ujung depan bertujuan untuk
dan dapat digunakan oleh guru dan peserta didik. menetapkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran
Kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan Fisika di sekolah. Data analisis ujung depan diperoleh
kepraktisan materi. Sejalan dengan hasil penelitian melalui kegiatan wawancara dengan guru Fisika di SMK
sebelumnya yang dilakukan, bahwa praktikalitas Negeri 1 Popayato.
yang diukur adalah aspek kemudahan penggunaan Berdasarkan hasil wawancara langsung,
dan aspek penyajian materi. Untuk aspek menunjukan bahwa masih terdapat permasalahan yang
kemudahan penggunaan meliputi kemudahan dihadapi dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Masalah yang
memahami materi dan bahasa yang digunakan. dihadapi dalam kegiatan pembelajaran fisika yaitu
Sedangkan aspek penyajian fokus pada tampilan pembelajaaran fisika masih menekankan aspek kognitif
(Agustyaningrum & Gusmania, 2017). Hal ini siswa sehingga kurang melibatkan siswa secara aktif
sesuai dengan pernyataan (Sehe, Tolla, dalam proses pembelajaran. Pembeajaran yang diberikan
Kamaruddin, & Hamsa, 2016) bahwa kepraktisan oleh guru juga hanya menggunakan metode ceramah yang
materi pembelajaran diukur berdasarkan kelayakan kurang menerapkan konsep fisikanya dalam kehiupan
pembelajaran dan pengelolaan kegiatan sehari – hari, sehingga pemahaman siswa hanya terfokus
pembelajaran Uji kepraktisan dilaksanakan setelah pada rumus dan prhitungan. Terkait perangkat
instrumen dan produk sudah dinyatakan valid. pembelajaran, sejauh ini tidak terdapat kesulitan yang
Kriteria praktis mengacu pada pertanyaan tentang dihadapi oleh guru Fisika dalam penyusunan perangkat
kejelasan perangkat pembelajaran yang pembelajaran, termasuk dalam mencari sumber belajar.
dikembangkan, ketepatan waktu, dan manfaat Analisis siswa
perangkat pembelajaran bagi guru dan peserta Analisis siswa merupakan telaah karakteristik siswa
didik. Kepraktisan perangkat pembelajaran yang meliputi kemampuan, latar belakang pengetahuan
ditentukan oleh penilaian ahli atau praktisi dan dan tingkat perkembangan kognitif siswa. Berdasarkan
kenyataan bahwa yang dikembangkan dapat hasil analisis wawancara dari siswa kelas X SMKN 1
diterapkan, Agar perangkat dapat diterapkan, Popayato, diperoleh informasi bahwa siswa kurang
aspek kepraktisan dikaitkan dengan dua hal, yaitu memahami materi fisika pada umumnya dan terkhusus
(1) apakah para ahli dan praktisi menyatakan pada materi fluida yang terintegrasi dengan mitigasi
perangkat yang dikembangkan dapat diterapkan, bencana. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi
(2) secara nyata di lapangan perangkat yang Fisika, merupakan salah satu kendala dalam proses
dikembangkan dapat diterapkan dengan kriteria pembelajarn fisika. Pada proses pembelajaran, siswa lebih
praktis (Kurniati, 2013). Teknik yang yang menginginkan gaya belajar dimana mereka bisa melihat
dilakukan untuk mengumpulkan data kepraktisan langsung tanpa membayangkan penjelasan yang diberikan
perangkat pembelajaran berbasis mitigasi bencana guru. Atau dengan kata lain siswa lebih menginginkan
alam adalah dengan menggunakan instrument pembelajaran yang menampilkan Vidio-vidio dan di
lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dukung dengan adanya LKPD. Hal ini juga bisa membantu
dan angket respon peserta didik siswa mengatahui bencana apasaja yang bisa terjadi di
III. HASIL DAN PEMBAHASAN daerah pesisir dan bagaimana penanggulangannya.
Penelitian ini adalah penelitian Analisis tugas
pengembangan (development research). Penelitian Analisis tugas dilakukan untuk menguraikan tugas-
ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat suatu tugas yang harus diselesaikan oleh siswa dan
produk perangkat pembelajaran yang mengelompokkannya sesuai dengan pelaksanaan
pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara pembelajaran serta kegiatan pembelajaran yang berkaitan
dengan guru Fisika SMKN 1 Popayato Ibu Limna dengan mitigasi bencana alam. Pada RPP, peneliti
Iron Bioto, S.Pd, tugas yang diberikan kepada merancang untuk 3 kali pertemuan dengan tujuan
siswa hanya berupa tugas dalam bentuk pembelajaran yang berbeda dalam tiap pertemuannya.
penyelesaian soal. Pembahasan soal perhitungan Bahan Ajar yang digunakan tercantum materi ajar tentang
yang tidak dicukupi waktu pembelajaran akan topik Fluida yang terdiri dari Tekanan Hidrostatis, Hukum
dijadikan Pekerjaan Rumah (PR), bukan tugas Pascal, hukum Archimedes yang semua topik dikaitkan
yang berkaitan dengan penerapan lingkungan dengan bencana alam serta mitigasi bencana alamnya.
sehingga kurangnya keinginan siswa dalam Penyusunan rancangan instrument penilaian perangkat.
mencari informasi tentang persoalan fisika yang Instrumen yang dirancang berupa lembar validasi
berhubungan dengan lingkungan terkhususnya perangkat pembelajaraan dan lembar pengamatan
mengenai bencana alam dan penanggunlangannya. keterlaksanaan pembelajaraan untuk mengetahui kevalidan
Analisis konsep dan kepraktisan perangkat pembelajaran yang telah
Perumusan konsep dilakukan dengan cara dikembangkan yang teridiri dari RPP, bahan ajar, LKPD,
mengidentifikasi hal-hal yang disajikan pada THB dan instrument lembar validasi penilaian
perangkat pembelajaran yang dikembangkan. keterampilan dalam bentuk laporan hasil pengamatan
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru Fisika di lingkungan pesisir yang berkaitan dengan bencana alam
SMKN 1 Popayato, materi fisika yang berkaitan serta mitigasinya. Selanjutnya untuk instrument penelitian
dengan mitigasi kebencanaan adalah Fluida, hasil belajar terdiri dari beberapa indikator yang peneliti
getaran dan gelombang. Bencana banjir bisa sesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
dipelajari dalam materi fisika Fluida. Sedangkan 3. Tahapan Pengembangan (Development)
gempa bumi dapat dipelajari melalui materi Pada tahap Development diperoleh data tentang
Fluida. Analisis konsep disesuiakan dengan materi validitas, kepraktisan, dan keefektifan dari pengembangan
yang dijadikan penelitian. perangkat pembelajaran Fisika berbasis mitigasi bencana
Analisis tujuan pembelajaran alam. Validitas mengacu pada penilaian ahli terhadap
Perumusan tujuan pembelajaran atau perangkat pembelajaran yang dikembangkan seperti
indikator pencapaian hasil belajar dibuat Silaus, RPP, bahan ajar, LKPD dan juga lembar instrument
berdasarkan kompetensi dasar yang tercantum penilaian yang digunakan pada penelitian. Kepraktisan
pada silabus. Dalam menuliskan tujuan mengacu pada keterlaksanaan proses pembelajaran,
pembelajaran, peneliti dapat mengetahui kajian sedangkan keefektifan mengacu pada tes hasil belajar
apa saja yang akan dibelajarkan sehingga dapat siswa dan juga penilaian keterampilan dalam bentuk
menentukan seberapa besar capaian pembeajaran proyek laporan hasil pengamatan.
pada materi Fluida. Kepraktisan Perangkat pembelajaran berbasis mitigasi
Hasil analisis tersebut dijadikan sebagai bencana alam
pengetahuan awal bagi penliti untuk dapat Kepraktisan perangkat pembelajaran berbasis mitigasi
mengetahui karakter peserta didik dan analisis bencana alam ditunjukan oleh data keterlaksanaan proses
proses pembelajaran di skolah. Sehingga pembelajaran terhadap penerapan perangkat pembelajaran
memudahkan peneliti untuk dapat melanjutkan ke berbasis mitigasi bencana alam dengan menggunakan
tahap selanjutnya yaitu mendesain perangkat model pembelajaran PJBL, dan juga data aktivitas siswa
pembelajaran yang akaan digunakan dalam selama proses pembelaajaran pada mata pelajaran Fisika
melakukan penelitian. materi Fluida
2. Tahap Perancangan (Design) Analisis Keterlaksanaan proses pembelajaran
Tahapan selanjutnya dari model Kepraktisan perangkat pembelajaran berbasis
pengembangan 4D adalah tahap Perancangan. mitigasi bencana alam ditunjukan oleh data keterlaksanaan
Pada tahap ini peneliti akan merancang produk proses pembelajaran terhadap penerapan perangkat
yang dikembangkan yaitu perangkat pembelajaran pembelajaran berbasis mitigasi bencana alam dengan
Fisika yang berbasis mitigasi bencana alam. menggunakan model pembelajaran PJBL, dan juga data
Perangkat pembelajaran yang meliputi Silabus, aktivitas siswa selama proses pembelaajaran pada mata
RPP, Bahan ajar, dan LKPD. Serta instrument – pelajaran Fisika materi Fluida.
instrument penelitian yang akan digunakan pada Pengamatan keterlaksanaan dilakukan dalam 3 kali
saat melakukan penelitian. pertemuan menggunakan model Project Based Learning
Penyusunan rancangan perangkat pembelajaran (PJBL) yang diamati oleh 2 pengamat. Hasil analisis di
Pada rancangan perangkat pembelajaran analisis berdasarkan kegiatan pembelajaran yang tiap
yang telah peneliti susun yaitu merancang silabus, pertemuannya terdapat 3 kegiatan pembelajaran.
RPP, bahan ajar dan LKPD dengan format Hasil pengamatan ketrlaksanaan pertemuan 1 dapat
pengembangan menggunakan model pembelajaran dilihat pada Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3. Hasil
Project Based Learning yang diintegrasikan pengamatan keterlaksanaan pertemuan 2 dapat dilihat pada
dengan mitigasi bencana alam. Silabus yang Gambar 4, Gambar 5, Gambar 6, Sedangkan untuk hasil
digunakan pada penelitian ini sudah keterlaksanaan untuk pertemuan 3, dapat dilihat pada
dikembangkan dengan mencantumkan indikator Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9.
Gambar 1. Diagram hasil pengamatan kegiatan
pendahuluan pertemuan 1
Berdasarkan hasil analisis seperti pada Gambar 4. Diagram hasil pengamatan kegiatan
Gambar 2, diagram hasil pengamatan kegiatan pendahuluan pertemuan 2
pendahuluan pada pertemuan 1 diperoleh skor Berdasarkan hasil pengamatan pada pertemuan 2,
sempurna dari kedua pengamat. diperoleh hasil seperti pada Gambar 4. diagram hasil
pengamatan kegiatan pendahuluan yang terdiri dari 6
aspek, 4 diantaranya memiliki nilai yang lebih tinggi
sedangkan pada 2 aspek yaitu pemberian apersepsi dan
motivasi memiliki skor terendah.

Gambar 2. Diagram hasil pengamatan kegiatan


inti pertemuan 1
Berdasarkan hasil analisis seperti pada
Gambar 4.10, diagram hasil pengamatan kegiatan
untuk Kegiatan inti yang terdiri dari 6 aspek
penilaian, terdapat 4 aspek yang memperoleh nilai Gambar 5. Diagram hasil pengamatan kegiatan inti
sempurna tetapi terdapat 3 aspek yang memiliki pertemuan 2
perolehan terendah yakni pada aspek pemaparan Pada pertemuan 2 dilihat hasil pengamatan pada
hasil proyek dan evaluasi. kegiatan inti seperti pada Gambar 5. yang memperoleh
hasil yaitu 4 aspek memiliki skor tertinggi dan 2 aspek
lainnya memiliki skor terendah yaitu pada aspek
monitoring proyek dan pemaparaan hasil proyek.

Gambar 3. Diagram hasil pengamatan kegiatan


penutup pertemuan 1
Berdasarkan hasil analisis, diagram hasil Gambar 6. Diagram hasil pengamatan kegiatan
pengamatan kegiatan untuk kegiatan penutup pada penutup pertemuan 2
pertemuan 1, diperoleh hasil sesuai dengan Kegiatan penutup pada pertemuan 2 memperoleh
Gambar 4.11 memperoleh point tertinggi pada hasil yang seimbang yaitu 2 aspek memiliki skor tertinggi
aspek memberikan penguatan kepada peserta dan 2 aspek memiliki skor lebih rendah, seperti yang
didik. terlihat pada Gambar 6.
Untuk memberikan stimulus awal, guru memberikan
aperespsi yang berkaitan dengan materi yang akan
dibelajarkan. Kemudian guru memberikan motivasi yaitu
tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan demi
untuk meminimalisisr dampak dari bencana alam.
Tabel 1. Hasil pengamatan keterlaksanaan
pembelajaran keas X APPL

Gambar 7. Diagram hasil pengamatan kegiatan


pendahuluan pertemuan 3
Berdasarkan Gambar 7. diagram hasil
pengamatan kegiatan pendahuluan untuk
pertemuan 3 diperoleh hasil ternyata dari 6 aspek
yang disajikan 3 aspek memiliki nilai sempurna Berdasarkan hasil pengolahan nilai dari
tetapiterdapat salah 1 aspek yang memiliki skor pengamatan yang dilakukan oleh 2 pengamat seperti pada
terendah yaitu 3 pada aspek penyampaian tujuan Tabel di atas, diperoleh nilai rata-rata keterlaksanaan
pembelajaran. melalui hasil pengamtan adalah 90,79 %, dimana hasil ini
termasuk dalam kategori “Sangat Baik”.
Analisis pengamatan aktivitas siswa
Data aktivitas belajar siswa ditinjau dari
pengamatan terhadap aktivitas siswa selama prosess
pembelajaran yang menggunakan model PJBL yang terdiri
dari aktivitas menyimak, menulis, mengamati,
mengerjakan soal, presentasi dan menyimpulkan. Peroleh
skor tiap indikator penilaian untuk seluruh responden,
dapat dilihat pada Tabel 2. berikut:
Tabel 2. Perolehan skor dari tiap indikator
pengamatan aktivitas siswa untuk 3 pertemuan
Gambar 8. Diagram hasil pengamatan kegiatan
inti pertemuan 3
Gambar 8. menunjukan hasil pengamatan
kegiatan inti pada pertemuan 2, dimana terdapat 6
aspek yang memiliki skor tertinggi untuk
pengamat 1. sedangkan pada salah satu aspek,
pengamat 2 memberikan skor rendah yaitu pada
aspek penyusunan jadwal Hasil perolehan skor pengamatan dari tiap
pertemuan, dapat dilihat pada Gambar 10 untuk pertemuan
1, Gambar 11 untuk pertemuan 2, dan Gambar 12 untuk
pertemuan 3.

Gambar 9. Diagram hasil pengamatan kegiatan


penutup pertemuan 3
Hasil analisis data pengamatan kegaiatan
penuup pada pertemuan 3 ditunujan oleh Gambar
9, 2 aspek memiliki skor tinggi dan 2 aspek
lainnya memiliki skor terendah.
Pada tahapan pembelajaran terbagi menjadi Gambar 10. Diagram pengamatan aktivitas
3 tahap kegiatan yang menerapkan model siswa pertemuan 1
pembelajaran PJBL yaitu pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan Pendahuluan, Berdasrkan Gambar 10. diagram persentase
diawali dengan berdoa sebelum memulai aktivitas siswa pada pertemuan 1, menunjukan sebesar
pembelajaran hingga mengecek kehadiran siswa. 25,25% siswa melaakukan aktivitas dengan kriteria sangat
baik. Sedangkan 75,75% siswa melakukan Keterlaksanaan pembelajaran di kelas artinya
aktivitasnya dengan kriteria baik melaksanakan pembelajaran sesuai urutan proses
pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Proses
pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup yang menggambarkan pembelajaran dengan
mengintegrasikan materi fisika fluida yang tediri dri topik
tekanan hidrostatis, hukum pascal serta Hukum
Archimedes dengan mitigasi kebencanaan yang sering
terjadi di kawasan pesisir teluk tomini yaitu pada Torsiaje.
Penelitian ini menggunakan model Project Based Learning
yang terdiri dari 3 pertemuan.
Tahapan pembelajaran terbagi menjadi 3 tahap
kegiatan yang menerapkan model pembelajaran PJBL
yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Gambar 11. Diagram pengamatan aktivitas Kegiatan Pendahuluan, diawali dengan berdoa sebelum
siswa pertemuan 2 memulai pembelajaran hingga mengecek kehadiran siswa.
Data perolehan hasil aktivitas siswa pada Untuk memberikan stimulus awal, guru memberikan
pertemuan 2 seperti yang terlihat pada Gambar 11, aperespsi yang berkaitan dengan materi yang akan
sebesar 62,5% siswa melakukan kegiatan siswa dibelajarkan. Kemudian guru memberikan motivasi yaitu
dengan kriteria sangat baik, dan 37,5 % dari tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan demi
keseluruhan jumlah siswa melakukan aktivitasnya untuk meminimalisisr dampak dari bencana alam.
dengan kriteria baik. Kegiatan inti, pada tahap ini sintaks dari model
PJBL mulai diterapkan. Diawali dengan fase 1 yaitu
pengenalan masalah. Salah satu cara untuk mengenalkan
masalah yang akan dipeljari yaitu dengan menampilkan
sebuah video yang pada penelitian ini adalah video
terjadinya tsunami dan juga banjir di kawasan pesisir.
Sehingga dengan adanya pengenalan masalah melalui
tampilan video tersebut, akan memudahkan guru untuk
menjelaskan keterkaitan materi yang dipelajari dengan
bencana alam serta mitigasinya yang akan peserta didik
amati.
Fase 2 yaitu mendesain produk, pada tahap ini guru
Gambar 12. Diagram pengamatan aktivitas membagi peserta didik dalam beberapa kelompok secara
siswa pertemuan 3 heterogen, dimana masing-masing kelompok mendapatkan
1 topik pembelajaran yang akan mereka kaitkan dengan
Gambar 12. menunjukan diagram hasil mitigasi bencana alam yang akan mereka amati. Untuk
analisis data aktivitas siswa pada pertemuan 3, memudahkan proses pengamatan, guru membagi panduan
dimana sejumlah 87,5% siswa melakukan aktivitas kerja proyek dalam bentuk LKPD. Dalam LKPD memuat
siswa dengan kriteria sangat baik, sedangkan penjelasan pengerjaan proyek yang akan dilakukan secara
sejumlah 12,5% siswa melakukan aktivitas siswa berkelompok, waktu pengerjaannya, serta jenis-jenis
dengan kriteria baik. penilaian yang akan dilakukan
Berdasarkan hasil pengolahan data secara Fase 3 penyusunan jadwal, guru memfasilitasi
keseluruhan dari 3 pertemuan, diperoleh nilai rata- peserta didik untuk membuat jadwal aktifitas yang
rata dari pengamatan aktivitas siswa untuk mengacu pada tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan
keseluruhan 3 pertemuan. Sebesar 62,5% atau dan presentasi. Pembuatan jadwal mengacu pada waktu
sejumlah 5 orang siswa melakukan aktivitas maksimal yang disepakati. Setelah melakukan batas waktu
dengan kriteria sangat baik. Sedangkan sejumlah maka peserta didik dapat melakukan penyusunan langkah-
37,5% atau 3 orang siswa mlakukan aktivitas langkah dalam realisasinya.
siswa dengan kriteria baik. Tidak ada siswa yang Fase 4 memonitoring peserta didik dalam
memberikan respon cukup atau kurang penyelesaian proyek. Tahap ini dilakukan pada pertemuan
B. Pembahasan kedua. Pada tahap ini peserta didik mulai melakukan
Perangkat pembelajaran yang layak untuk pengamatan sesuai jadwal yang telah ditetapkan
digunakan dalam proses pembelajaran adaah sebelumnya. Pengematan yang dilakukan peserta didik,
perangkat pembelajaran yang mudah digunakan dibimbing langsung oleh guru yang dalam hal ini adalah
guru dan peserta didik, maka dari itu kepraktisan peneliti sendiri. Pengamatan dilakukan di dalam ruangan
perangkat pembelajaran diukur atau dilihat dari yaitu didalam kelas dan juga di luar ruangan yaitu di
presente hasil pengamatan keterlaksanaan kawasan pesisir dan juga di kawasan torsiaje.
pembelajaran dan aktivitas belajar peserta didik. Fase 5 pemaparan hasil proyek. Hasil pengamatan yang
Keterlaksanaan pembelajaran dilakukan oleh masing-masing kelompok kemudian
dipaparkan di depaan kelas serta Fase 6 Evaluasi, keterlaksanaan proses pembelajaran diketahui bahwa
pada tahap ini guru mengevaluasi hasil proyek. perangkat pembelajaraan memiliki kepraktisan “Sangat
Pada tahap ini juga guru membagikan tes formatif baik” dengan nilai rata-rata 3,9.
sebagai penilaian terhadap indikator pembelajaran Berdasarkan uraian pembahasan dan dukungan
yang tercapai. kajian penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
Kegiatan terakhir dalam proses kualitas perangkat pembelajaran dilihat dari segi
pembelajaran adalah kegiatan penutup. Pada kepraktisannya dengan menggunakan model pembelajaran
kegiatan ini peserta didik dibrikan kesempatan PJBL yang berbasis pada mitigasi bencana alam praktis
memberikan kesimpulan untuk kegiatan digunakan baik dalam pembelajaraan yang berada diruang
pembelajaran yang telah dilakukan. Kesimpulan kelas maupun pembelajaran yang berlangsung pada luar
yang diberikan oleh peserta didik kemudian diberi kelas.
dukungan oleh guru berupa penguatan tentang Aktivitas belajar peserta didik
pentingnya menjaga lingkungan, mengetahui Berdasarkan Tabel 2, aspek pertama mengajukan
bencana alam yang mungkin terjadi di daerah prediksi memperoleh skor yang sama untuk ketiga
pesisir, serta mitigasi bencaana aalam terebut pertemuan. Aspek kedua mengamati untuk pertemuan 1
Sebagaimana yang dikemukakan oleh lebih rendah, karena pada proses pengamatan video yang
Nuryadi (2017) bahwa kepraktisan dilihat dari ditampilkan guru, terdapat siswa yang tidak
pendapat oleh pengguna terutama oleh guru dan memperhatikan video tersebut. Aspek ketiga mengajukan
siswa yang menganggap produk yang dihasilkan pertanyaan untuk pertemuan 2 lebih tinggi dibandingkn
mudah untuk digunakan. Hal tersebut sejalan prtemuan satu dan 3, hal ini karena inisiatif siswa untuk
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Riyadi bertanya lebih banyak di pertemuan 2. Selanjutnya aspek
(2015) dalam pelaksanaan pembelajaran, indikator ke 4 melakukan pengamatan, pada pertemuan 2
untuk menyatakan bahwa keterlaksanaan memperoleh skor lebih tinggi karena pada tahap ini peserta
perangkat pembelajaran ini dikatakan baik adalah didik melakukan proyek pengamatan di luar kelas pada
dengan melihat apakah komponen-komponen pertemuan 2. Mempresentasikan hasil untuk aspek ke 6,
perangkat pembelajaran dapat dilaksanakan oleh pada pertemuan 3 mendapatkan skor lebih tinggi karena
guru dalam pembelajaran di kelas. untuk tahap PJBL mempresentasikan hasil proyek terdapat
Keterlaksanaan pembelajaran artinya pada pertemuan. Selanjutnya untuk aspek ke 7 menanggapi
melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan presentasi mendapatkan skor terendah pada pertemuan
perangkat yang telah dibuat. Kegiatan pertama. Pada pertemuan pertama siswa di arahkan
pembelajaran tersebut dicantumkan dalam RPP menyusun jadwal pengerjaan proyek, beberapa siswa
yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan hanya berfokus pada pembuatan jadwal masing-masing,
inti, kegiatan penutup, yang mengacu pada sintaks shingganya tidak sepenuhnya menanggapi presentasi dari
model pembelajaran Project Based Learning kelompok lain. Menyimak penjelasan guru, pertemuan tiga
Penilaian keterlaksanaan pembelajaraan memperoleh skor lebih tinggi dari kedua pertemuan
pada penelitian ini dilakukan oleh 2 Pengamat sebelumnya, hal ini karena antusias siswa dalam
pada 3 kali pertemuan. Berdasarkan presentase mempresentasikan hasil lebih besar sehingganya siswa
hasil pengamat diperoleh presentase rata – rata lebih serius dalam menyimak penjelasan guru yang
sebesar 90,79 dalam hal ini termasuk dalam diberikan.Aspek terakhir yaitu menyimpulkan materi. Pada
kriteria sangat baik yang artinya keterlaksanaan pertemuan ketiga memperoleh skor lebih tinggi dari kedua
pada perangkat yang telah dikembangkan sudah pertemuan.
berjalan berdasarkan langkah-langkah yang Kepraktisan pembelajaran selain dilihat pada proses
terdapat pada RPP yang telah dirancang keterlaksanaan pembeljaran, juga dapat dilhat berdasarkan
berdasarkan model pembelajaran Project Based pengamatan aktivitas siswa. Berdasarkan Gambar 4.18
Learning. diagram pengamataan aktivitas siswa pertemuan 1,
Melihat banyaknya berbagai bencana alam diperoleh hasil sebesar 25,25 % atau sebanyak 2 orang
yang terjadi di Indonesia baik bencana alam siswa melakukan aktivitas siswa dengan kategori sangat
geologis maupun bencana alam hidroklimatologis baik, dan 75,75% atau sebanyak 6 orang siswa melakukan
maka penting bagi peserta didik untuk aktivitas siswa dengan kategori baik. Selain itu untuk
meningkatkan pengetahuan kebencanaan serta pertemuan 2 dapat dilhat pada Gambar 4.19 yaitu 62,5 %
mitigasi dari bencana tersebut. Sehingga perlunya atau sebanyak 5 siswa melakukan aktivitas dengan
bagaimana memitigasi bencana alam yang terjadi kategori sangat baik, dan sisanya 37,5% atau sebanyak 3
dengan cara memupuk perilaku kecintaan peserta orang siswa melakukan aktivtas siswa dngan kategori baik.
didik terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan untuk pertemuan 3 diperoleh hasil berdasarkan
Seperti halnya penelitian yang dilakukan Gambar 4.20 yaitu sebesar 87,5% ata sebanyak 7 orang
oleh Shela, D.R (2021) yang emnggunakan model siswa melakukan aktivitas sangat baik dan 12,5% atau
pemebelajaran PJBL dalam mengembangkan hanya 1 orang siswa melakukan aktivitas dengan kategori
perangkat pembelajaran daring untuk baik.
meningkatkan literasi lingkungan sangat praktis. Berdasarkan uraian pembahasan dan dukungan
Hasil analisis lembar observasi pengamatan kajian penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
kualitas perangkat pembelajaran dilihat dari segi Francis, Tazoacha, 2001, The Causes and Impact of
kepraktisannya dengan menggunakan model Poverty on Sustainable Development in Africa, A
pembelajaran PJBL yang berbasis pada mitigasi Paper Presented at The Conference “Poverty and
bencana alam praktis digunakan baik dalam Sustainable Development “ Held In Bordeaux,
pembelajaraan yang berada diruang kelas maupun France from November 22-23, 2001
pembelajaran yang berlangsung pada luar kelas.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Mustami, M.K. 2017. Validitas, Kepraktisan, dan
A. Kesimpulan Efektivitas Perangkat Pembelajaran Biologi Integrasi
Berdasarkan hasil penelitian dan Spiritual Islam. Jurnal ''AlQalam" Volume 23
pembahasan yang telah diuraikan pada bab Nomor 1. Makassar: Juni 2017
sebelumnya, dengan judul penelitian
Mustami, M.K. dan D.D Gufran. 2015. “Development of
“Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis
Worksheet Students Oriented Scientific Approach at
mitigasi bencana alam dikawasan pesisir teluk
Subject of Biology”, (pp 917-925). India: Man in
tomini untuk mendorong tercapainya SDGs Goals
India.
4 dan 13” , dengan penelitian yang didukung
penggunaaan model pembalajran Project Based Nuryadi, N., & Khuzaini, N. (2017). Keefektifan Media
Learning dan penggunaan desain penelitian 4D, Matematika Virtual Berbasis Teams Game
dapat ditarik kesimpulan yaitu perangkat Tournament Ditinjau Dari Cognitive Load Theory.
pembelajaran ini memenuhi kualitas perangkat Jurnal Mercumatika : Jurnal Penelitian Matematika
secara kevalidan, kepraktisan, dan keefektivan. Dan Pendidikan Matematika, 2(2), 57–68.
Hal ini ditandai dengan peningkatan hasil belajar https://doi.org/10.26486/jm.v2i2.370
siswa dengan skor N-Gain sebesar 0,69 dengan
kriteria sedang. Perolehan peningkatan hasil Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008 Tentang
belajar peserta didik tersebut menunjukan adanya Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
kemampuan dalam artian pengetahuan peserta
didik terhadap mitigasi bencana alam. Setyowati, N., & Mawardi, M. (2018). Sinergi Project
B. Saran Based Learning dan Pembelajaran Bermakna untuk
Berdsarkan hasil analisis penelitian yang Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. Scholaria:
telah diuraikan, maka peneliti dapat menuliskan Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 8(3), 253–263.
beberapa saran yaitu: https://doi.org/10.24246/j.js.2018.v8.i3.p253-263
1. Lingkungan yang semakin tercemar
memungkinkan terjadinya suatu krisis terhadap Saifiana, A. A. P. (2017). Pengembangan Perangkat
lingkungan seperti terjadinya bencana alam. Pembelajaran Ipa Model Project Based Learning
Adanya integrasi pendidikan dengan (Pjbl) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pengetahuan kebencanaan dapat meminimalisir Kelas Vii Smpn 2 Sidoarjo. Pensa: Jurnal
dampak besar dari terjadinya bencana alam. Pendidikan Sains, 5(02), 92–98.
2. Pengembangan perangkat pembelajaran
berbasis mitigasi bencana alam juga dapat Trianto Ibnu Badar Al-Tabany. 2014. Mendesain model
diterapkan pada beberapa mata pelaran laiinya pembelajaran inovatif, progresif dan kontekstual,
yang disesuaikan dengan lingkungan sekitar. konsep landasan dan implementasinya pada
Selain itu pengembangan kurikulum 2013 (kurikulum tematik integrative).
3. Bisa dilakukan penelitian lanjutan atau Jakarta : Kencana
penelitian yang sejenis dengan keadaan
lingkungan yang berbeda atau dengan bencana
alam yang berbeda Wahyudi, E.K,. Integrasi Peristiwa Gemap Bumi dan
Teknik Mitigasi Dalam Dklat Gejala Gelombang.
REFERENSI Jurnal Pendidikan Fisika. Vol. 2(3). 2013. 167-173

Yuniarti, T., Riyadi, & Subanti, S. (2014). Pengembangan


Asrofi, A., Ritohardoyo, S., & Hadmoko, D. S.,
Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
2017, Strategi Adaptasi Masyarakat Pesisir
Based Learning) dengan Pendekatan Ilmiah
dalam Penanganan Bencana Banjir Ron dan
(Scientific Approach) pada Materi Segitiga Kelas
Implikasinya terhadap Ketahanan Wilayah.
VII SMP se-Kabupaten Karanganyar Tahun
Jurnal Ketahanan Nasional. Vol 23(2. 125-
Pelajaran 2013/2014. Jurnal Elektronik
144
Pembelajaran Matematika, 2(9), 911–921.

Anda mungkin juga menyukai