Laporan Webinar Tema : Dinamika Fatwa DSN-MUI : Subtansi dan Metodologi Narasumber : Prof. Dr. Jaih Mubarok, SE, MH, M.Ag Wakil Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) DSN-MUI
Resume Materi Webinar :
Dalam fiqih ada beberapa dimensi dalam ilmu syariah yang dimana ketika fatwa dikeluarkan bisa di angkat menjadi sebuah undang-undang atau sebagai peraturan ekonomi atau yang lainya.Dimensi Ilmu Syariah ini, sebagai berikut : 1. Fqih Fiqh merupakan dimensi hukum Islam yang berupa pendapat hasil ijtihad fuqaha yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia; eksistensinya dilembagakan ke dalam madzhab (aliran): antara lain Hanafiah, Malikiah, Syafi`iah, Hanabilah, dan Zhahiriah; masing-masing madzhab memiliki rujukan kitab tersendiri, di antaranya al-Mabsuth (Hanafiah), al-Muwaththa’ dan al-Mudawanah (Malikiah), al-Umm dan al-Muhadzdzab (Syafi`iah), al-Mughni karya Ibn Qudamah al-Maqdisi (Hanabilah), dan al-Muhalla karya Ibn Hazm (Zhahiriah). 2. Fatwa Fatwa merupakan dimensi hukum Islam yang berupa pendapat hasil ijtihad mufti yang pada umumnya bersifat spesifik karena didasarkan atas hubungan harmonis antara mufti dan mustafti yang mempertanyakan hukum peristiwa tertentu (al-as’ilah) yang memerlukan jawaban atau ketetapan hukum (fatwa) dari mufti. 3. Qanun Qanun merupakan dimensi hukum Islam kontemporer yang berhubungan dengan kekuasaan negara modern; kesepakatan Eksekutif dan Legislatif pada bidang legislasi pada umumnya melahirkan peraturan perundang-undangan; peraturan perundang-undangan dibedakan menjadi dua: peraturan perundang-undangan yang berisi tentang substansi (hukum materil) dan peraturan perundang-undangan yang berisi tentang hukum acara (hukum formil). 4. Watsiqah Watsiqah merupakan dimensi hukum Islam kontemporer yang berhubungan dengan bisnis (hukum bisnis); akad yang dilakukan pihak-pihak dalam melakukan usaha dituangkan dalam akta perjanjian (al-watsiqah); kedudukan akad yang dilakukan oleh pihak-pihak merupakan undang-undang yang mengikat bagi mereka yang melakukannya (al-muslimun `inda syuruthihim [atau asas facta sun servanda dalam hukum perdata). 5. Qadha Qadha’ merupakan dimensi hukum Islam kontemporer yang berhubungan dengan penegakan hukum; yaitu dokumen berupa putusan pengadil atas sengketa yang terjadi di antara pihak-pihak; putusan pengadil kadang disebut law in concreto; putusan pengadil secara umum dapat dibedakan menjadi dua: pengadil dalam domain ranah litigasi (disebut putusan hakim dari tingkat pertama hingga kasasi dan upaya luar biasa [PK]); dan domain yang termasuk dalam domain ranah nonlitigasi Dalam DSN-MUI menggunakan ijtihad jama’i dalam membuat. Adapun ijtihad jama’i adalah Ijtihad jama‘i merupakan musyawarah (syura) yang dilakukan pakar guna menjawab dan/atau menjelaskan musykilah tertentu. Beberapa kaidah yang digunakan dalam membuat fatwa, sebagai berikut: 1. Al-ashl fi al-asyya’ al-ibahah. 2. Al-tahlil wa al-tahrim haqq Allah wahdah. 3. Tahrim al-halal wa tahlil al-haram qarin al-syirk bi Allah. 4. Al-tahrim yattabi‘ al-khabats wa al-dharar. 5. Fi al-halal ma yughni ‘an al-haram. 6. Ma adda ila al-haram haram. 7. Al-tahayul ‘ala al-haram haram. 8. Al-niyah al-hasanah la tubarir al-haram. 9. Ittiqa’ al-syubhat khasyyat al-wuqu‘ fi al-haram. 10. Al-haram haram ‘ala al-jami‘. 11. Al-dharurat tubih al-mahzhurat. Dalam hal ini, Prof. Dr. Jaih Mubarok, SE, MH, M.Ag mengatakan bahwa fatwa DSN-MUI ini dibuat untuk dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan aktifitas terutama sebagai landasan bagi pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan bisnisnya sesuai dengan syariah. Lampiran