Anda di halaman 1dari 1

Dengan mengubah orientasi dan fokus pengajaran agama yang semula bersifat subject matter oriented,

yakni dari yang semula berpusat pada pemberian pengetahuan agama dalam arti memahami dan
menghafal ajaran agama sesuai kurikulum, menjadi pengajaran agama yang berorientasi pada
pengalaman dan pembentukan sikap keagamaan melalui pembiasaan hidup sesuai dengan agama.

2. Dengan cara menambah jam pelajaran agama yang diberikan di luar jam pelajaran yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Dalam kaitan ini kurikulum tambahan atau kegiatan ekstrakurikulum perlu
ditambahkan dan dirancang sesuai dengan kebutuhan, dengan penekanan utamanya pada pengalaman
agama dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini seperti sholat berjamaa'ah, tadarus bersama di bulan
Ramadhan, khotmil Qur'an, manasik haji, dan sebagainya.

3. Dengan cara meningkatkan perhatian, kasih sayang, bimbingan, dan pengawasan yang
diberikan oleh kedua orangtuanya di rumah. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa anak-
anak yang sedang tumbuh dewasa dan belum membentuk sikap keagamaannya sangat
memerlukan bantuan dari kedua orangtuanya. Anak-anak sangat membutuhkan kasih sayang
yang secara psikologis dapat menentramkan jiwanya. Mereka mendapatkan sesuatu yang
diharapkan di rumahnya, sehingga ia akan mau tinggal di rumah. Sebaliknya, bila jiwa anak-anak
tidak mendapatkan kasih sayang di rumahnya, maka ia akan mencari kasih sayang di luar rumah,
dengan cara berteman dengan kelompoknya yang tidak selamanya mengajak kepada kebaikan.
4. 4. Dengan cara melaksanakan tradisi keislaman yang didasarkan pada Al-Qur'an dan sunnah
yang disertai dengan penghayatan akan makna dan pesan moral yang terkandung di dalamnya.
5.
6. 5. Pembinaan sikap keagamaan tersebut dapat pula dilakukan dengan memanfaatkan berbagai
mass media yang tersedia, seperti radio, surat kabar, buku bacaan, televisi, dan lain sebagainya.
Diketahui bahwa salah satu ciri era modern saat ini adalah tersedianya berbagai media dan
komunikasi tersebut di samping menawarkan berbagai pilihan yang negatif, juga menawarkan
berbagai pilihan yang positif.
7.
8. Namun, lebih dari itu, hal terpenting yang dapat dilakukan adalah dengan menjadikan guru
sebagai tauladan yang baik untuk siswanya. Seperti guru BK, beliau sebagai fasilitator di sekolah
haruslah menjadi tauladan yang baik untuk siswanya. Oleh karena itu, seorang guru wajib
memiliki etika-etika serta sikap yang terpuji.
9.
10. Sebab, guru adalah cerminan pertama yang dapat dicontoh oleh siswanya, dan pengajaran
terbaik adalah pengajaran yang tidak hanya sekedar teori, melainkan langsung dipraktekkan
atau di aplikaiskan. Untuk itu, guru haruslah menjadi tauladan dengan menerapkan akhlak yang
baik sesuai tuntunan agama, untuk menghasilkan siswa yang berakhlak baik pula. Semoga
bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai