NIM : 11205244039
Kelas : G (2011)
Mata Kuliah : Semantik Bahasa Jawa
4. Ambiguitas dapat terjadi baik dalam bahasa lisan dan bahasa tulis, karena
ambiguitas memiliki makna ganda atau mendua arti yang biasanya terjadi
dalam suatu kalimat dan terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal
yang berbeda. Dalam bahasa tulis ambiguitas dapat ditunjukkan dengan tanda
baca yang digunakan dalam kalimat tersebut. sedangkan dalam bahasa lisan,
ambiguitas dapat ditunjukkan dengan penekanan, jeda, ataupun intonasi pada
saat pengucapan. Adapun contoh ambiguitas yang terjadi pada bahasa lisan
yaitu Kucing mangan tikus mati, dapat ditafsirkan (1) kucing makan tikus
yang sudah mati (2) kucing makan tikus kemudian mati. Untuk memunculkan
makna yang dimaksud penutur harus mengucapkannya dengan penekanan,
jeda, dan intonasi yang sesuai dengan makna apa yang akan disampaikan.
Contoh ambiguitas yang sering terjadi pada bahasa tulis yaitu “Wong mati
dilumpati kucing urip.” dapat ditafsirkan (1) orang meninggal setelah
dilompati oleh kucing menjadi hidup kembali apabila tanda baca yang
diberikan sebagai berikut “Wong mati dilumpati kucing, urip.” dan (2) kucing
hidup melompati orang yang meninggal apabila tanda baca yang diberikan
sebagai berikut “Wong mati, dilumpati kucing urip.”
Ing papan kang dituju, wis kacawisake sawah udakara 2 hektar. Para
transmigran kari nampa, tampa mbayar ing kono uga para transmigran banjur
sengkut nambut kardi, nggarap sawah. Sing maune wis awujud talun, banjur
digarap dadi sawah kang subur.
Sinonimi : Sinonimi adalah suatu istilah yang dapat dibatasi sebagai, (1) telah
mengenai bermacam – macam kata yang memiliki makna yang sama, atau (2)
keadaan dimana dua kata atau lebih memiliki makna yang hampir sama.
Sinonimi yang terdapat pada ketiga paragraf diatas yaitu:
Anyar = enggal
Menyang = tindak
Lawas = bodhol
Kono = ngrika
Arep = badhe
Luwih = langkung
Diayahi = ditindakake