Nim : 05011182025012
a. Resume
Jenis kebijakan non tarif
Kuota impor
Kuota impor adalah kebijakan impor yang membatasi jumlah suatu produk yang akan
diimpor dalam jangka waktu tertentu. Pemerintah memberlakukannya untuk melindungi
industri dalam negeri yang rentan terhadap tekanan dari produk impor. Kuota impor juga
mencegah pasar domestik suatu negara dibanjiri produk luar negeri yang seringkali lebih
murah karena biaya produksi di luar negeri yang lebih rendah.
Hal ini tentu saja akan meningkatkan permintaan produk dengan adanya dumping, sehingga
suatu perusahaan dapat menguasai pasar internasional. Karena itu, pasar domestik atau
produk dalam negeri akan kehilangan daya saing dikarenakan barang impor yang lebih
murah. Agar hal tersebut tidak terjadi, akhirnya dibuatlah kebijakan berupa pembatasan
jumlah impor atau disebut juga kuota impor untuk mencegah limpahan produk luar negeri
datang ke pasar dalam negeri. Dengan adanya kebijakan tersebut, tentunya keberadaan
perusahaan dalam negeri akan tetap terjaga karena jumlah produk yang diimpor ke pasar
dalam negeri terbatas.
Tidak hanya itu, adanya kebijakan kuota impor juga bertujuan untuk menekan kebutuhan
neraca pembayaran. Jika kegiatan impor terlalu tinggi, hal tersebut dapat menekan neraca
pembayaran. Jika hal ini tidak diimbangi dengan ekspor, maka akan terjadi defisit. Ini berarti
dapat memperkecil mata uang negara karena kegiatan impor lebih banyak daripada ekspor
Mata uang cadangan pun akan habis hanya untuk menyelesaikan pembayaran impor. Oleh
karena itu, pembatasan impor menjadi hal yang sangat penting demi terjaganya stabilitas
ekonomi dan kelangsungan produk dalam negeri.
1. Kuota Tarif
Kuota tarif atau tarif impor adalah ukuran resmi yang berlaku secara luas. Dalam sistem
ini, ada izin untuk mengimpor produk luar negeri dalam jumlah tertentu, bebas bea atau
dengan tarif khusus yang lebih rendah. Dalam prosesnya, kuota tarif menggabungkan
fitur tarif dan kuota dan jika produk yang diimpor melebihi batas tertentu, akan dikenakan
bea masuk yang lebih tinggi
2. Kuota Impor Unilateral
Kuota sepihak atau unilateral ini memberikan batasan mutlak pada produk yang diimpor
untuk jangka waktu tertentu. Tentunya penerapan sistem ini dilakukan tanpa negosiasi
terlebih dahulu dengan negara asing.
3. Kuota Bilateral
Sistem ini berlaku dengan adanya negosiasi antar negara yang melakukan kegiatan impor
dan ekspor. Ada beberapa keuntungan dengan menerapkannya kebijakan kuota impor ini,
seperti kesepakatan bersama dalam penentuan kuota, meminimalkan rasa saling curiga
dalam melakukan kegiatan impor. Selain itu, sistem ini juga cenderung dapat
menghindari atau mencegah fluktuasi impor yang berlebihan, mengurangi konflik, dan
tidak masuk dalam monopoli ekspor.
5. Lisensi Impor
Lisensi impor memberikan jaminan berupa kepastian pendistribusian produk yang baik.
Sehingga terjadi kesamaan terhadap sumber daya dengan patokan harga yang sesuai.
Cara kerja kuota impor
Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menetapkan kuota untuk melindungi kepentingan
pasar domestik. Berdasar pada hukum penawaran dan permintaan, memberlakukan kuota
impor yang membatasi penawaran suatu barang akan menyebabkan harganya naik.
Pembatasan tersebut dilakukan melalui pembatasan ekspor sukarela juga kuota tersembunyi.
Sumber Pustaka :
akibat dari kebijakan kuota dan pembatasan impor biasanya akan terjadi : Jumlah barang di
pasar turun, harga barang naik, produksi dalam negeri meningkat, dan impor barang
turun. Subsidi merupakan kebijakan pemerintah untuk membantu mengurangi sebagian
biaya produksi per unit barang produksi dalam negeri.
Kuota ekspor
Berdasarkan buku Kerja Sama Perdagangan Internasional (2007) karya Bank Indonesia,
kuota ekspor atau disebut voluntary export restrain (VER) merupakan pembatasan yang
dikenakan pemerintah negara eksportir terhadap kuantitas barang yang diekspor
dalam jangka waktu tertentu.
P P P
b S’A
DA ES SB
SA
DB
P’d
Pw a b cd
e 1 2 3 4
P’w
ED’ ED
b. Istilah
Biasanya VER muncul ketika industri yang bersaing mencari perlindungan dari lonjakan
impor dari negara-negara pengekspor tertentu. VER kemudian ditawarkan oleh eksportir
untuk menenangkan negara pengimpor dan untuk menghindari dampak dari pembatasan
perdagangan yang mungkin terjadi pada pihak importir. Jadi, VER jarang sepenuhnya
sukarela. VER biasanya diterapkan secara bilateral, yaitu, dari satu eksportir ke satu
negara pengimpor.
Dampak ver
VER membuat produsen di negara pengimpor mengalami peningkatan kesejahteraan,
karena persaingan yang menurun, kenaikan harga, laba, dan kesempatan kerja. Terlepas
dari manfaat ini bagi produsen, VER mengurangi kesejahteraan konsumen, dengan
menciptakan efek perdagangan negatif, distorsi konsumsi negatif, dan distorsi produksi
negatif.
2. Ecolabeling
3. Ecolabelling adalah salah satu bentuk standar yang diciptakan untuk memberikan
keseimbangan antara kepentingan perdagangan dan upaya pelestarian lingkungan.
4.
5. Liberalisasi perdagangan (pembukaan arus perdagangan internasional seluas-luasnya)
memang telah sangat membuka peluang ekspor bagi tiap negara tapi juga menimbulkan
dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan secara global. Kita dapat mengambil
contoh yang paling sederhana yaitu ekspor kayu mentah di Indonesia yang pada beberapa
periode ke belakang diketahui cenderung eksploitatif hingga melampaui daya dukung
lingkungan ditambah dengan proses produksinya yang tidak memperhatikan lingkungan.
6. Surplus kinsmen
7. Kesejahteraan nasional bersih
8. Monopoly profit
9. Safeguard