Anda di halaman 1dari 19

BAB XII.

BEBERAPA BENTUK FUNGSI


PRODUKSI PERTANIAN

12.1. Pendahuluan

Pada bab-bab sebelumnya sudah dibahas pengertian dan

penggunaan fungsi produksi pada kegiatan penelitian di bidang pertanian.

Pengertian fungsi produksi seperti yang sudah dibahas sebelumnya

merupakan hubungan teknis antar input (biasanya beberapa input) dengan

output atau beberapa output. Menurut Debertin (1986), fungsi produksi

menggambarkan juga hukum proporsi yaitu transformasi sekumpulan input

ke dalam satu atau beberapa output. Selanjutnya untuk menyatakan bentuk

fungsi produksi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: (1)

menyebut dan menjelaskan satu persatu jenis input yang digunakan dan

output yang dihasilkan, (2) menyajikan hubungan input dan output dalam

suatu tabel, (3) menggambarkan hubungan input dan output berupa

grafik/diagram atau (4) menyatakan hubungan input dan output dalam

bentuk persamaan matematis.

Beberapa bentuk fungsi produksi terutama dalam sektor pertanian

terjadi akibat adanya perbedaan laju transformasi input menjadi output.

Perbedaan ini disebabkan perbedaan jenis dan karakteristik input serta

teknologi yang digunakan serta faktor diluar kendali pengelola

produksi/petani.

168
Secara empiris masih ditemui banyak masalah dalam menduga fungsi

produksi dalam bidang pertanian. Beberapa masalah yang sering ditemui

dalam estimasi fungsi produksi antara lain:

(1) Fakta menunjukkan bahwa data yang dikumpulkan peneliti dari

pengamatan di lapangan umumnya diperoleh dari kondisi yang

berbeda dan tidak mampu dikendalikan oleh peneliti.

(2) Adanya masalah dalam spesifikasi model dimana umumnya

berkaitan dengan bentuk matematis fungsi produksi yang akan

diestimasi, dimasukkannya variabel yang tidak relevan, atau tidak

dimasukkannya variabel yang sebenarnya relevan ke dalam model

penelitian.

(3) Adanya masalah interpretasi dari hasil estimasi model dimana

dijumpai adanya hasil analisis yang tidak sesuai dengan harapan

(hipotesis) sehingga menyulitkan dalam pembahasan.

(4) Data untuk estimasi fungsi produksi pertanian umumnya bersumber

dari petani dengan asumsi bahwa tingkat teknologi relatif sama

sehingga dapat digunakan fungsi produksi yang juga sama.

Kenyataannya asumsi ini sulit digunakan jika dalam faktanya

ditemukan tingkat teknologi yang relatif berbeda, sehingga tidak

mungkin menggunakan fungsi produksi yang sama.

Pada dasarnya disiplin Ilmu Ekonomi Pertanian masih relatif baru

dimana mulai terpisah sebagai ilmu tersendiri sejak dekade pertama abad

dua puluh. Karya pertama dalam Ekonomi Pertanian dihasilkan melalui

ilmuwan Biologi yang tertarik melengkapi informasi pertanian yang berguna

169
untuk pengaturan dan perencanan pemberian pakan ternak serta

pemupukan tanaman. Meskipun upaya awal ini berkaitan dengan ilmuwan

Biologi dengan sedikit/tanpa pelatihan di bidang Ekonomi, akan tetapi hal ini

justru menjadi fokus utama dalam memperoleh estimasi parameter fungsi

produksi pertanian sebagai dasar untuk mengembangkan rekomendasi

kepada petani.

Dalam studi empiris ada beberapa bentuk fungsi produksi yang dapat

digunakan, sehingga penggunaan salah satu fungsi produksi biasanya

berdasarkan kriteria tertentu antara lain apriori tentang hukum teknik dan

ekonomi produksi, kemudahan dalam komputasi dan lain-lain. Salah satu

bentuk fungsi produksi yang konsisten dengan kreteria tersebut adalah

fungsi produksi Cobb-Douglas dan fungsi produksi bertipe Cobb-Douglas

(pembahasan secara detail tentang fungsi produksi tersebut sudah di bahas

pada Bab IX).

Pada bab tersebut sudah dibahas beberapa keunggulan fungsi

produksi Cobb Douglas sehingga penggunaannya meluas. Akan tetapi perlu

diingatkan bahwa tidak hanya fungsi produksi Cobb-Douglas yang digunakan

dalam penelitian pertanian, karena meskipun memiliki beberapa keunggulan,

fungsi ini juga memiliki beberapa keterbatasan atau kelemahan. Pada bab

ini akan dibahas beberapa alternatif fungsi produksi di bidang pertanian

untuk mengatasi beberapa kelemahan fungsi produksi yang sudah dibahas

sebelumnya.

12. 2. Fungsi produksi Spillman

170
Menurut Debertin (1986), salah satu fungsi produksi yang mula-mula

digunakan untuk mewakili hubungan produksi pertanian seperti diusulkan

oleh Spillman yang dipublikasikan dalam jurnal: Journal of Farm Economic

(selanjutnya berubah menjadi the American of Agricultural Economics) dalam

dua artikel pada dua tahun berturut-turut.

Artikel pertama (tahun 1923) berjudul “ Application of the Law of

Diminishing Returns to Some Fertilizer and Feed Data”, sedangkan artikel

kedua (tahun 1924) berjudul: “ Law of Diminishing Increment in the Fattening

of Steers and Hogs”. Diterbitkannya kedua jurnal ini karena Spillman tertarik

untuk mengetahui apakah hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang

(the law of diminishing return) dapat diuji melalui studi empiris yaitu melalui

beberapa proses produksi mendasar di bidang pertanian.

Hasil karya empiris oleh Spillman diterbitkan sebelum karya Cobb-

Douglas (yang diterbitkan tahun 1928). Jika diamati maka fungsi produksi

yang digunakan Spillman sedikit berbeda dengan bentuk fungsi produksi

Cobb-Douglas, dimana bentuk umum fungsi produksi Spillman adalah:

..................................................................

(12.1)

dimana : A dan R adalah parameter yang akan diestimasi, R 1 dan R2

biasanya terletak antara nol dan satu (0 < R 1 dan R2 <1), jumlah parameter R

biasanya kurang atau sama dengan satu (R 1 + R2 ≤ 1). Contoh fungsi

Spillman adalah:

.............................................................(12. 2)

171
Bentuk fungsi produksi seperti di atas mengandung arti jika salah satu

input meningkat maka output juga akan meningkat tetapi dengan laju

peningkatan yang menurun. Jika dikaji lebih lanjut ternyata bentuk

permukaan fungsi ini agak berbeda dengan fungsi produksi Cobb-Douglas,

bahkan tidak satupun fungsi mencapai maksimum untuk nilai yang terhingga

dari X i. Parameter A di bentuk sebagai limit dari fungsi X 1, sedangkan X2

mendekati tak terhingga, sehingga produk total (Y) yang dihasilkan

merupakan fungsi yang mendekati nilai A. Jika 0 < R i < 1, maka dihasilkan

fungsi produksi yang meningkat dengan tingkat kenaikan yang menurun

terhadap Xi.

Produk marjinal (PM) terhadap X1 dan X2 bernilai positif tetapi menurun

(seperti fungsi Cobb-Douglas), dimana produk marjinalnya (PM i) adalah

positif untuk setiap level pengggunaan input. Produk marjinal terhadap input

pertama (PM1 ) adalah:

............................................(12. 3)

karena A dan R1 > 0, sedangkan . Seperti halnya fungsi

produksi Cobb Douglass, produk marjinal (PM) berrnilai positif pada setiap

level penggunaan input. Selanjutnya derivatif kedua secara parsial dari

fungsi di atas menghasilkan:

........................................ (12.4)

Persamaan (12.4) di atas mengandung arti bahwa Produk Marjinal

(PM) mempunyai slope negatif atau menurun pada setiap level penggunaan

input. Permukaan fungsi produksi Spillman agak berbeda dari fungsi

172
produksi Cobb-Douglas. Dengan menggunakan asumsi nilai parameter

yang sama yaitu R1 = 0,4 dan R2 = 0,6 dan A = 10, ternyata kedua fungsi

(Spillman dan Cobb-Douglas) tampaknya mula-mula meningkat dengan laju

peningkatan yang cepat kemudin menurun dengan laju yang sangat lambat.

Karena “beberapa kelebihan” fungsi Cobb-Douglas, maka fungsi Spillman

jarang digunakan para ekonom pertanian. Adanya ketertarikan historis

menyebabkan penelitian Spillman disajikan lagi sebagai salah satu upaya

pertama untuk mengestimasi parameter fungsi produksi untuk beberapa

proses pertanian mendasar.

12. 3. Fungsi Produksi Transcedental.

Menjelang tahun 1950, para ilmuwan bidang Ekonomi dan Ekonomi

Pertanian menyadari bahwa meskipun fungsi produksi Cobb-Douglas

mempunyai beberapa kelebihan, tetapi juga ditemui banyak keterbatasan,

terutama ketidakmampuan mewakili fungsi produksi neo klasik yang

mempunyai tiga tahap produksi. Selain itu dari fungsi produksi Cobb-

Douglas dihasilkan nilai elastisitas produksi yang tetap (fixed production

elasticities) sehingga memerlukan nilai PM dan PR yang juga mempunyai

proporsi tetap.

Halter, Calter dan Hocking sangat memperhatikan keterbatasan fungsi

produksi Cobb-Douglas dan fungsi produksi neoklasik, sehingga mereka

melakukan modifikasi agar dapat menghasilkan fungsi produksi dengan tiga

tahap produksi dan nilai elstisitas produksi, tetapi pada saat yang sama

fungsi ini masih mempunyai keunggulan fungsi produksi Cobb-Douglas

terutama kemudahan dalam estimasi.

173
Fungsi produksi yang diperkenalkan Halter et al. pada tahun 1957

tampaknya mirip dengan fungsi produksi Cobb-Douglas, dimana

ditambahkan pangkat berupa fungsi jumlah input yang digunakan pada

unsur logaritma natural dasar ( ), dikenal sebagai “fungsi produksi

transcedental”. Jika menggunakan dua input maka disebut fungsi produksi

transcedental dengan dua input (the two input transcendental production

function) yang dinyatakan sebagai bentuk umum sebagai berikut:

........................................................ (12.5)

dimana Y adalah output, X1 dan X2 adalah input atau faktor produksi, A

adalah parameter, e merupakan logaritma natural dasar ( ln = 2,718281),

dan adalah parameter. Fungsi ini digunakan untuk menunjukkan semua

bentuk fungsi tiga tahap produksi, apabila nilai α > 1 dan < 0 maka

dalam versi input tunggal dapat dinyatakan dengan fungsi produksi berikut :

........................................................................... (12.6)

Produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (PR) dari fungsi ini dapat

diperoleh dengan menggunakan aturan fungsi komposit sebagai berrikut:

.....................(12.7)

........................................................ (12.8)

Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya bahwa elastisitas produksi

(Ep) untuk fungsi produksi adalah Ep = PM/PR. Dari fungsi produksi

transcedental dengan input tunggal dapat diperoleh nilai elastisitas produksi

sebagai berikut :

Ep = .................................................

(12.9)

174
Berdasarkan asumsi yang berhubungan dengan parameter α dan

maka beberapa propertis fungsi produksi transcedental dengan input tunggal

disajikan sebagai berikut (Halter et al. dalam Debertin (1986)):

(1) Jika 1 ≥ α > 0 dan < 0 , fungsi (Y) meningkat pada tingkat yang

menurun hingga , kemudian menurun begitu X meningkat

dan Ep menurun.

(2) Jika α > 1 dan < 0 , kasus neoklasik , dimana fungsi (Y) naik pada

tingkat kenaikan yang bertambah (produk marjinal meningkat) hingga

, selanjutnya Y meningkat dengan tingkat kenaikan

yang menurun hingga , kemudian Y menurun meskipun X

meningkat dan nilai Ep juga menurun.

(3) Jika 1 > α > 0 dan = 0 , fungsi (Y) meningkat pada tingkat yang

menurun , Ep bernilai konstan sebesar α.

(4) Jika α = 1 dan γ = 0 , fungsi (Y) meningkat pada tingkat yang tetap ,

Ep bernilai satu, sehingga PM dan PR selalu bernilai sama.

(5) Jika α > 1 dan = 0 , fungsi (Y) meningkat pada tingkat yang

meningkat , Ep bernilai konstan sebesar α.

(6) Jika 1 > α > 0 dan > 0 , fungsi (Y) meningkat pada tingkat yang

menurun hingga , kemudian meningkat pada tingkat

kenaikan yang meningkat, nilai Ep juga naik.

(7) Jika α ≥ 1 dan > 0 , fungsi (Y) meningkat pada tingkat kenaikan

yang meningkat , nilai Ep juga naik.

175
Beberapa catatan penting yang harus diperhatikan dari uraian di tas

adalah berkaitan dengan Elastisitas produksi (Ep) yang merupakan rasio PM

dan PR. Nilai Ep ini sangatlah tergantung pada jumlah input yang

digunakan. Perubahan pada nilai elastisitas produksi (Ep) akibat perubahan

penggunaan X atau dEp/dX adalah sama dengan . Dengan kata lain

ukuran menunjukkan laju penurunan nilai Ep. Dalam kasus fungsi

produksi dengan input tunggal misal:

..................................................................................

(12.10)

maka Ep bernilai konstan sebesar α, sehingga dEp/dX bernilai nol. Fungsi

ini merupakan kasus khusus dari fungsi produksi transcedental dengan input

tunggal dimana bernilai nol ( = 0). Ilustrasi fungsi produksi neo klasik

menunjukkan Ep yang menurun dengan meningkatnya penggunaan input

(X), maka fungsi produksi transcedental dengan input tunggal menjadi

sangat menarik jika bernilai negatif ( < 0).

Halter et al. mengusulkan pengembangan fungsi produksi

transcedental dengan input tunggal menjadi fungsi produksi transcedental

dengan dua input (the two input transcendental production function) dengan

bentuk umum:

......................................................... (12.11)

dimana Y adalah output, X 1 dan X2 adalah input/faktor produksi, A dan 1

& 2 adalah parameter, sedangkan e menyatakan logaritma natural dasar

(ln = 2,718281).

176
Produk marjinal dari X1 (PM1) adalah , produk

rata-rata dari X1 (PR1) adalah , sedangkan produk rata-rata dari X 2

(PR2 ) adalah . Elastisitas produksi (Ep) parsial untuk masing-masing

input adalah:

Ep1 = ..........................................................................

(12.12)

dan Ep2 = .......................................................................... (12.13)

Masing-masing nilai elastisitas produksi parsial (Ep i) hanya tergantung

pada penggunaan jumlah input yang digunakan dan tidak tergantung pada

input lain. Jadi jika mengukur nilai Ep 1 maka nilai elastisitas hanya

tergantung pada jumlah input X1 tidak tergantung pada input X2 dan berlaku

sebaliknya untuk mengukur nilai Ep2. Contoh aplikasi jika fungsi produksi

ditinjau dari dua sudut (nilai dari ) adalah :

................................................... (12.14)

Karena fungsi berbentuk perkalian maka jika salah satu input bernilai

nol (tidak digunakan) maka tidak dapat dihasilkan output, dengan kata lain

kedua input (X1 & X2 ) harus digunakan dalam proses produksi menghasilkan

output (Y) yang bernilai positif. Kurva iso produk yang dihasilkan dari fungsi

ini merupakan asimptot terhadap sumbu datar dan vertikal. Nilai maksimum

fungsi berkaitan dengan penggunaan X 1 (asumsi abaikan X2 ) terjadi pada

nilai X1 yang konstan. Garis tembereng/punggung (ridge line) pada tahap

dua untuk kedua input adalah paralel terhadap sumbu X 1 dan sumbu X2 dan

saling berpotongan pada saat fungsi mencapai maksimum.

177
Dengan memasukkan unsur produk perkalian dalam eksponen e,

maka fungsi tersebut mempunyai garis punggung yang tidak lagi paralel

terhadap sumbu X1 dan sumbu X2 . Bentuk permukaan fungsi produksi yang

dihasilkan tergantung pada nilai yang diasumsikan oleh parameter-

parameternya.

Jika 0 < α i ≤ 1 untuk i = 1 dan 2 dan i < 0 maka fungsi akan

meningkat pada tingkat kenaikan yang menurun hingga nilai dan

bentuk fungsi produksi menurun, contoh:

.................................................. (12.15)

Selanjutnya bentuk fungsi akan meningkat pada tingkat yang menurun

hingga nilai dan kemudian meningkat dengan tingkat

kenaikan yang bertambah. Ilustrasi bentuk fungsi ini adalah:

.....................................................(12.16)

Jika nilai parameternya diasumsikan α i ≥ 1 dan i > 0 , untuk i = 1

dan 2 maka fungsi akan meningkat pada tingkat kenaikan yang bertambah.

Ilustrasi bentuk fungsi ini berupa :

........................................................(12.17)

12.4. Fungsi Produksi dengan Elastisitas Substitusi Tetap.

Fungsi produksi dengan elastisitas substitusi tetap (constant elasticity

of substitution production function) atau sering disingkat dengan fungsi

produksi CES mewakili angka murni dari tingkat substitusi marjinal X 1

178
terhadap X2 yang relatif menurun terhadap rasio begitu X1 digantikan

oleh X2 sepanjang isoproduk. Konsep elastisitas substitusi mempunyai

aplikasi penting sehingga menjadi isu kunci berkaitan dengan produksi

pertanian. Elastisitas substitusi (Es ) dapat didefinisikan sebagai berikut :

Es = ..............................................................

(12.18)

Setiap fungsi perkalian dengan bentuk umum mempunyai

elastisitas substitusi yang konstan yaitu bernilai satu ( Es = 1), sedangkan

fungsi produksi CES memungkinkan Es tidak harus sama dengan satu.

Bentuk umum fungsi produksi CES adalah:

...............................................(12.19)

dimana Y adalah output X1 dan X2 adalah input/faktor produksi sedangkan

A, α, ρ adalah parameter. Parameter ρ berkaitan dengan persamaan:

Es = ... .........................................................................(12.20)

Atau ρ = ................................................................................

(12.21)

Handerson dan Quandt (1980) menggaris bawahi lima kasus dengan

asumsi beberapa alternatif nilai ρ. Setiap nilai menurunkan pola iso produk

yang berbeda, antara lain:.

179
(1) Jika δ  0, ρ  ∞, permukaan fungsi produksi berupa bentuk

piramida.

(2) Jika 0 < δ < 1 , ρ > 0 , berkaitan dengan iso produk yang mendekati

(asimptot) pada sumbu X1 dan X2

dan ................................(12.22)

dimana:

(3) jika ρ adalah angka yang relatif kecil bernilai positif antara nol dan

satu ( 0 < ρ < 1 ) seperti yang ditunjukkan oleh fungsi produksi berikut:

..................................................(12.23)

(4) Jika δ = 1 , ρ = 0 pada fungsi produksi CES menjadi kasus

khusus dari bentuk fungsi Cobb-Douglas.

(5) Jika δ > 1 dan -1 < ρ < 0 maka isoproduk akan memotong kedua

garis sumbu (sumbu x dan y) dimana output (Y) yang dihasilkan akan

positif jika salah satu input bernilai positif. Hal ini berbeda dengan

kasus khusus fungsi produksi CES (fungsi produksi Cobb-Douglas),

dimana kedua input harus positif agar menghasilkan output (Y) positif.

Permukaan fungsi produksi adalah berupa fungsi sebagai berikut:

.....................................................(12.24)

(6) Jika δ  + ∞ dan ρ  - 1, pada batas limit maka iso produk yang

terjadi adalah berupa garis diagonal, dimana output (Y) yang

dihasilkan akan positif jika salah satu input bernilai positif. Permukaan

fungsi produksi yang diturunkan berupa fungsi:

...............................................................(12.25)

180
12. 5. Fungsi produksi Polynomial

Fungsi produksi yang sudah diuraikan sejauh ini memerlukan

sejumlah input (X harus bernilai positif) untuk menghasilkan output (Y).

Kurva isoproduk hanya mendekati (asimptot) terhadap kedua sumbu (sumbu

datar dan sumbu vertikal) tetapi kurva tidak pernah memotong kedua sumbu.

Jika kurva isoproduk memotong salah satu sumbu, maka output yang

dihasilkan mungkin tanpa menggunakan salah satu input.

Fungsi produksi polynomial pada dasarnya merupakan bentuk fungsi

pertambahan (additive form) bukan bentuk perkalian (mulitiplicative form),

sehingga jika unsur interaksi tidak dimasukkan (berupa bentuk perkalian

kedua input), maka masih tetap ada pengaruh/dampak penjumlahan (bukan

sinergik) pada output sebagai hasil peningkatan pada level penggunaan

input. Fungsi ini sudah lama populer digunakan pada bidang ekonomi

pertanian karena mewakili semua tahap produksi (tiga tahap) karena

mempunyai bentuk fungsi sederhana secara komparatif. Bentuk umum

fungsi produksi polynomial adalah

...........................(12.26)

dimana a, b, c adalah parameter (konstan) sedangkan X 1, X2 dan Y adalah

variabel. Seleksi dari nilai yang tepat untuk parameter polynomial akan

menghasilkan fungsi yang permukaannya berupa diagram tiga dimensi dan

bentuknya sangat mirip dengan fungsi produksi transcendental dengan dua

input. Fungsi ini akan menghasilkan output (Y) yang positif jika salah satu

input/faktor produksi bernilai positif. Produk marjinal X 1 adalah:

PM1 = b + 2 c X1 .......................................................................(12.27)

181
dan produk marjinal untuk X2 adalah:

PM2 = d + 2 e X2 . ......................................................................(12.28)

Produk marjinal X1 (PM1) tidak terkait dengan nilai X 2 yang ada, demikian

juga produk marjinal X2 (PM2) tidak terkait dengan nilai X1 yang ada. Fungsi

akan mencapai maksimum (atau minimum) bila PM 1 atau (b + 2 c X1 ) dan

PM2 atau (d + 2 e X2 ) bernilai nol.

Ingat! syarat pertama (first order condition) untuk masalah optimasi yaitu

derivatif pertama fungsi produksi dalam hal ini PM 1 dan PM2 harus

sama dengan nol.

Garis tembereng (ridge line) berbentuk siku-siku yang memotong titik

maksimum output secara global. Syarat kedua (second order condition)

untuk maksimisasi memerlukan nilai c dan e negatif dan ce positif

Ingat! syarat kedua maksimisasi (second order condition) yaitu derivatif

kedua secara parsial fungsi produksi terhadap kedua input harus lebih

kecil dari nol.

Syarat kedua ini memberikan impliksi bahwa kedua PM mempunyai

slope negatif atau berupa kurva yang turun dari kiri atas ke kanan bawah.

Parameter b dan d harus positif atau tidak akan ada titik dimana peningkatan

penggunaan input akan menghasilkan PM yang positif.

Jika terdapat unsur perkalian dalam fungsi polynomial maka akan

dihasilkan representasi yang hampir sempurna dari fungsi produksi dua input

seperti yang sering dibahas pada buku-buku teks. Sekarang perhatikan

bentuk fungsi berikut ini:

182
. ......................................(12.29)

Produk Marjinal dari X1 adalah:

PM1 = b + 2 c X1 + f X2 ..............................................................(12.30)

dan produk marjinal untuk X2 adalah:

PM2 = d + 2 e X2 + f X1 ..............................................................(12.31)

Produk marjinal untuk setiap input berkaitan dengan jumlah input lain

yang digunakan pada proses produksi sepanjang nilai f tidak nol, sehingga

nilai fX2 > 0 pada persamaan (12.30) atau fX 1 > 0 pada persamaan (12.31).

Syarat pertama (first order condition) maksimisasi produksi memerlukan

produk marjinal bernilai sama dengan nol (PM i = 0).

Syarat kedua (second order condition) maksimisasi memerlukan 2c

dan 2e bernilai negatif (2c = f11 < 0 dan 2e = f22 < 0) dan (2c. 2e – f²)

bernilai positif (karena syarat kedua (f11.f22 – f12.f21) > 0). Fungsi produksi

polinomial ini dan fungsi produksi polinomial lainnya adalah linier terhadap

parameterrnya sehingga bisa diestimasi menggunakan metode kuadrat

terkecil sederhana (ordinary least square disingkat OLS). Contoh aplikasi

fungsi polinomial:

.......................

(12.32)

Tiga tahap produksi terjadi pada fungsi produksi di atas, dan output

masih tetap dihasilkan meskipun salah satu input tidak digunakan.

Isoproduk-isoproduk yang terbentuk memotong kedua garis sumbu. Nilai

maksimum fungsi produksi terhadap penggunaan input pertama (X 1) jika

menggunakan input kedua (X2) dalam jumlah yang lebih kecil akan berada

183
disebelah kiri daripada nilai maksimum untuk fungsi produksi terhadap X 1 jika

menggunakan input X2 dalam jumlah yang lebih besar.

12.6. Fungsi Produksi Alternatif Lainnya

Pendekatan lainnya untuk mengembangkan fungsi produksi bertipe

Cobb-Douglas adalah dengan menambahkan pada pangkat fungsi tersebut

dengan input yang disumsikan bervariasi sehingga dikenal sebagai fungsi

produksi bertipe Cobb-Douglas dengan elastisitas input variabel. Fungsi ini

dirumuskan sebagai berikut:

................................................................... (12.33)

Parameter dan adalah fungsi dari satu atau lebih input yang

diwakilkan oleh X. Input-input ini tidak hanya berupa input X (seperti dan

diatas), tetapi dapat juga berupa input lain yang tidak termasuk dalam

fungsi secara langsung. Suatu usulan disarankan agar X mewakili input

keterampilan mengelola (management). Dengan penambahan jenis input ini

maka fungsi produksi untuk manajer yang trampil seharusnya mempunyai

elastisitas produksi parsial yang lebih besar daripada fungsi produksi dengan

manajer tanpa ketrampilan.

Fungsi alternatif lainnya adalah fungsi hasil modifikasi de Janvry.

Kontribusi utama dari de Janvry adalah mengembangkan fungsi bentuk

umum yang memasukkan kasus khusus beberapa fungsi lain yang

digunakan oleh ahli Ekonomi Pertanian. Pengembangan fungsi ini karena

de Janvry menyadari kaitan antara fungsi produksi Cobb-Douglas dengan

elastisitas input variabel dan fungsi produksi transcendental dua input. Untuk

184
itu diajukan fungsi produksi pangkat umum (the generalized power

production) atau disingkat dengan the GPPF yang merupakan kasus

khsusus dari fungsi produksi Cobb-Douglas, fungsi produksi Cobb-Douglas

dengan elastisitas input variabel dan fungsi produksi transcedental dua input.

Bentuk umum fungsi hasil modifikasi de Janvry yang dikenal sebagai the

GPFF adalah:

........................................ (12.34)

dimana g, h, j masing-masing menyatakan fungsi input. Jika dilakukan

beberapa modifikasi pada fungsi the GPPF tersebut maka akan diperoleh

bentuk fungsi lain sebagai berikut:

(a) Jika j = 0; g = α dan h = α maka fungsi akan menjadi fungsi

bertipe Cobb-Douglas tradisional.

(b) Jika j ≠ 0; g dan h adalah konstan maka fungsi akan menjadi

fungsi transcedental dua input umum tanpa ditetapkan restriksi khusus

pada bentuk j.

(c)Jika j = 1 X1 + 2 X2 , fungsi yang terbentuk adalah fungsi

transcedental bentuk standar.

(d) Jika j = 0 tetapi g dan h bervariasi ditentukan oleh input X 1 dan

X2 maka akan terbentuk fungsi Cobb-Douglas dengan elastisitas input

variabel.

12.7. Penutup

Ekonom Pertanian sudah membuat penggunaan fungsi produksi

secara luas sejak lebih dari 50 tahun yang lalu. Beberapa usahanya sudah

185
disajikan untuk membuat kaitan secara eksplisit antara spesifikasi matematik

dan fungsi produksi tiga tahap neo klasik tradisional. Upaya yang dilakukan

oleh Halter dan koleganya ditujukan secara jelas sesuai sasarannya,

sebagaimana sudah dilakukan dalam upaya mengestimasi bentuk fungsi

produksi polinomial.

Ekonom pertanian lain melihat masalah ini sedikit berbeda. Upaya ini

dilakukan pada awal tahun 1970 oleh de Janvry dan ekonom lainnya pada

pengembangan bentuk fungsi umum yang menyertai sejumlah spesifikasi

eksplisit sebagai kasus khusus.

Pada tahun 1960 an dan 1970 an, arah penelitian secara umum dan

bidang ekonomi pertanian beralih cepat ke masalah penentuan

pengembangan fungsi dimana dikembangkan jika input-input pada proses

produksi dapat saling bersubstitusi satu sama lain. Hal ini mengantarkan

kepada pengembangan bentuk fungsi yang tidak harus terkait dengan

bentuk tiga tahap neo klasik, tetapi lebih kepada kegunaan dalam estimasi

elstisitas substitusi antar pasangan input yang digunakan. Secara detail

diskusi tentang bentuk-bentuk fungsi ini dapat dibaca pada bahasan yang

berbeda.

186

Anda mungkin juga menyukai