MATA DIKLAT:
PENGUATAN MATERI
DASAR ANTIKORUPSI
TOPIK 1:
CONTOH-CONTOH BERBAGAI USAHA MENCEGAH
DAN MENENTANG KORUPSI
CONTOH USAHA MENCEGAH DAN MENENTANG KORUPSI
Pembangunan Contoh:
sistem
Antikorupsi
Implementasi Telah banyak contoh usaha mencegah dan menentang korupsi dalam bentuk implementasi pendidikan
Pendidikan antikorupsi di berbagai satuan pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, dan tinggi. Untuk, baik
dalam bentuk insersi kurikulum dalam Pembelajaran dan mata kuliah.
Antikorupsi
Untuk menguatkan implementasi pendidikan antikorupsi, berbagai kepala daerah mengeluarkan
kebijakan dalam bentuk Pergub/Perbup/Perwal agar pendidikan antikorupsi dapat diimplementasikan di
Contoh: daerahnya.
Dan sebagainya…..
CONTOH USAHA MENCEGAH DAN MENENTANG KORUPSI
Mencegah dan menentang korupsi bisa dilakukan juga dengan berbasis kajian, riset, penelitian atau studi
Kajian yang fokus pada isu antikorupsi. Oleh karena itu, telah lahir berbagai gerakan antikorupsi di kalangan
antikorupsi kampus dan komunitas untuk berpartisipasi dalam mencegah dan menentang korupsi dengan
mendirikan pusat kajian atau pusat studi antikorupsi
Contoh:
Dan sebagainya…..
CONTOH USAHA MENCEGAH DAN MENENTANG KORUPSI
Penyuluhan
antikorupsi
Mewujudkan cita-cita
kemerdekaan Indonesia
“... melindungi segenap bangsa Meningkatnya Terbangunnya
Indonesia dan seluruh tumpah darah Menurunnya efektivitas integritas
Indonesia dan untuk memajukan tingkat korupsi pencegahan dan pemerintah,
kesejahteraan umum, (ultimate goal) pemberantasan masyarakat,
mencerdaskan kehidupan bangsa, korupsi. politik, dan swasta.
dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial”
Sumber: https://aclc.kpk.go.id/materi/semangat-melawan-korupsi/infografis
TOPIK 3:
Indikator
Survei Indeks
Penilaian Perilaku
Integritas Antikorupsi
(SPI) (IPAK)
Indeks Persepsi Korupsi (IPK)
sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Korupsi
Salah satu Indikator keberhasilan pemberantasan korupsi di Indonesia diukur melalui Indeks Persepsi Korupsi (IPK), yang dikeluarkan
oleh Transparancy International.
Indeks Persepsi Korupsi (IPK), yaitu sebuah publikasi tahunan yang mengurutkan negara-negara di dunia berdasarkan persepsi atau
anggapan publik terhadap korupsi di jabatan publik dan politik. Negara-negara yang berada di rangking atas IPK, berarti menurut survei
adalah negara yang relatif bersih dari korupsi.
37 40 37
Skor IPK tinggi menunjukkan bahwa negara tersebut
memiliki risiko kejadian korupsi yang rendah,
sebaliknya skor IPK rendah menunjukkan bahwa
negara tersebut memiliki risiko kejadian korupsi
yang tinggi. 2018 2019 2020
5 Negara dengan Nilai IPK Tertinggi Beberapa Nilai IPK Negara ASEAN
88 88 85 85 85 85 51 85 36 34
• Memiliki unit pemberantasan korupsi di setiap • Hukuman mati dihapuskan, namun media •Integritas benar-benar teraktualisasi. Bahkan Perdana
Lembaga pemerintahan. sangat proaktif dalam memberitakan kasus Menteri rela mengundurkan diri hanya karen
• Menerapkan Katerbukaan Politik dengan korupsi sehingga menjadi hukuman sosial berbohong saat kampanye.
memodernisasi sektor publi dan manajemen sumber kepada koruptor. •Implementasi undang-undang antikorupsi sangat
daya public melalui peningkatan transparansi dalam • Pendidikan anatikorupsi ditanamkan sejak dini baik.
pengambilan kebijakan, mekanisme akuntabel dan •Kasus korupsi tidak hanya melibatkan uang negara,
• Transparasi pemerintahan dan layanan public
antikorupsi, partisipasi warga dan dialog civil society. tetapi kasus seperti menunda pengumuman penting
berkualitas yang wajib diketahui masyarakat juga dikategorikan
• Pendidikan Gratis. Para siswa dan Mahasiswa juga • PNS wajib melaporkan setiap kegiatan dan sebagai tindakan-tindakan pejabat terkait dengan
mendapat biaya hidup bulanan dari pemerintah harta kekayaannya korupsi.
• Biaya pengobatan di gratis. • Negara yang sejahtera dan banyak ahli science •Hidup sederhana dicerminkan melalui kepemilikan
• WHO memasukkan Denmark sebagai negara paling yang mendunia. mobil yang sangat jarang. Transportasi umum cukup
mudah berbisnis di Eropa. baik.
• Denmark memperolah hadiah 14 Novel. •Memiliki SDM yang unggul dan kompeten
•Sistem pendidikannya menjadi kiblat dunia
•Penemuan di bidang Teknologi Informasi bisa
dikatakan pioner
Sumber: https://aclc.kpk.go.id/materi/semangat-melawan-korupsi/infografis/corruption-perception-index-cpi
Topik 5:
DAMPAK KORUPSI DI BERBAGAI SEKTOR
DAMPAK KORUPSI
• Korupsi merupakan “BENALU SOSIAL” dengan Menurut United Nation Convention Against Corruption
dampak yang sangat besar, (UNCAC) / UU no. 7 Tahun 2006:
• Menurut para ahli, setidaknya 4 dampak utama
yang ditimbukan oleh korupsi:
1. - Worsen income inequality and poverty
(Gupta, Davoodi,and Alonso-Terne,1998)1
2. - Reduce investment rates (Mauro, 1997)2
3. - Lower economic growth (Tanzi and
Davoodi,1998)3 Merusak pasar, harga, &
Meruntuhkan hukum
Menurunkan kualitas
persaingan usaha yang hidup / pembangunan
4. - Diminishes democratization and weaknes sehat berkelanjutan
representation (Ocampo 2001)4
• Korupsi merusak struktur pemerintahan,
menyebabkan terjadinya kerugian negara, serta
melanggar hak-hak sosial dan ekonomi
masyarakat.
----
1) Gupta, Sanjeev, Hamid Davoodi, and Rosa Alonso-Terme. 1998.“Does Corruption Affect Income Inequality and Poverty?” Working Paper
98/76 Merusak proses Menyebabkan kejahatan lain
International Monetary Fund, Washington, DC.
demokrasi Pelanggaran hak asasi
2) Mauro, Paolo. 1997. “The Effects of Corruption on Growth, Investment, and Government Expenditure”, in Corruption and the World
Economy, manusia berkembang
edited by K. Elliott, Institute for International Economics, pp. 83-107.
3) Tanzi ,Vito and Hamid Davoodi. 1998. “ Corruption, Growth, and Public Finances” Washington D.C.: (IMF Working Paper).
4) Masduki, Teten. 2009. “Partisipasi Masyarakat Dalam Pemberantasan Korupsi. Materi Presentasi Transparency International Indonesia.
DAMPAK KORUPSI DI BERBAGAI SEKTOR
Kerusakan Birokrasi
Lingkungan Pemerintahan
Penegakan Hukum
Politik &
• Korupsi menghambat peran negara dalam
Demokrasi pengaturan alokasi
• Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan
akses dan asset
• Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam
menjaga stabilitas ekonomi dan politik
• Hilangnya kepercayan rakyat terhadap Lembaga
negara
Sumber: https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis
Topik 6:
PERBANDINGAN ANTARA KERUGIAN KEUANGAN
NEGARA DAN HUKUMAN FINANSIAL KORUPTOR
Database Korupsi: Putusan Pengadilan
Laboratorium Ilmu Ekonomi, FEB, UGM membangun database korupsi sejak 2009 didasarkan pada putusan
pengadilan yang berketetapan hukum (inkracht).
V2 2001-2012 V4 2001-2015
• 549 kasus • 1,518 kasus
• 831 terdakwa • 1,289 kasus • 2,142 • 2,321 kasus
• 1,831 terdakwa • 3,109
terdakwa terdakwa
V1 2001-2009 V3 2001-2013
Avg Putusan
Rata-rata Kerugian Rata-rata Tuntutan
Skala Korupsi Terpidana B/A (%) Pengadilan C/A (%)
Negara (A) Jaksa (B)
(C)
Kerugian
• Biaya sosial korupsi minimal
2,5 kali lipat daripada nilai
kerugian negara (minimum 203,9
irreducible approach) 182,6
• Kerugian negara (biaya sosial eksplisit) adalah Rp203,9 T, namun total hukuman finansial
hanya Rp 21,26T (10,42%)
• Lalu siapa yang menanggung kerugian sebesar Rp203,9T – Rp21,26T = 182,64T? Tentu
saja para pembayar pajak yang budiman.
– Ibu-ibu yang membeli susu formula dan makanen tambahan untuk bayi mereka
– Mahasiswa yang membeli pulsa untuk HP mereka
– Keluarga pasien yang membeli obat-obatan
– Generasi muda yang belum lahir dan nantinya menanggung sebagian biaya tersebut
• Sepertinya hanya di Indonesia: para koruptor disubsidi masyarakat dan bahkan generasi di
masa datang (yang bahkan sekarang mungkin belum lahir).
Stop Subsidi Koruptor!!
Realokasi Rp488,5T
Perbandingan Biaya Korupsi
Inkracht
(2011-2015) dalam Rp Triliun 10 PTN sebesar UGM selama
5 tahun = Rp150T
509,75 Subsidi
Rakyat
Kepada 2 Rel Kereta Cepat
Koruptor JKT-SBY = Rp200T
203,9
21,3
PERBANDINGAN BIAYA 15,2 tahun devisit BPJS-Kes
Biaya Sosial Korupsi* Kerugian Negara (2017) = Rp138,5T
Total Hukuman Finansial
Sumber: CegahKorupsi.feb.ugm.ac.id
Topik 7:
PENGERTIAN DAN UNSUR BIAYA SOSIAL KORUPSI
BIAYA SOSIAL KORUPSI (BSK)
• Estimasi biaya sosial kejahatan masih terbatas di Dampak Korupsi
negara maju. Estimasi biaya sosial korupsi masih
terbatas.
• Metoda estimasi biaya sosial korupsi telah disusun Demokrasi
(KPK, 2013)
– Zulaiha dan Anggraeni (2016) Kelembagaan Tata Kelola
https://jurnal.kpk.go.id/index.php/integritas/article/
view/136 Korupsi
• Fungsi estimasi biaya sosial korupsi:
– Mengukur intensitas kerugian akibat praktik Ketimpangan Kesejahteraan
korupsi
– Berpotensi sebagai referensi pengambilan Adverse
keputusan penyusun kebijakan dan aparat penegak Selection
hukum
BIAYA SOSIAL KORUPSI TERCATAT (KPK, 2013)
• Biaya Eksplisit Korupsi
– Nilai uang yang dikorupsi, baik itu dinikmati sendiri maupun
bukan (kerugian negara secara eksplisit)
• Biaya Implisit Korupsi
Biaya
– Opportunity costs akibat korupsi, termasuk beban cicilan
1 Eksplisit bunga di masa datang yang timbul akibat korupsi di masa lalu
Korupsi – Perbedaan multiplier ekonomi antara kondisi tanpa adanya
korupsi dengan kondisi jika terdapat korupsi
2 Biaya • Biaya Antisipasi Tindak Korupsi
Antisipasi – Biaya sosialisasi korupsi sebagai bahaya laten
Biaya Korupsi
Reaksi 3 – Reformasi birokrasi untuk menurunkan hasrat korupsi
(memisahkan orang korupsi karena terpaksa atau karena
Korupsi keserakahan)
• Biaya Akibat Reaksi Terhadap Korupsi
– Biaya peradilan ( jaksa, hakim, dll)
– Biaya penyidikan (KPK, PPATK, dll)
Biaya 4 – Policing costs (biaya operasional KPK, PPATK dll)
Implisit – Biaya proses perampasan aset di luar dan di dalam negeri
Korups
i
Topik 8:
HUBUNGAN ANTARA DAMPAK KORUPSI, BIAYA SOSIAL
KORUPSI, DAN INDIKATOR KEBERHASILAN
PEMBERANTASAN KORUPSI
Pengembalian uang negara pada kasus korupsi lebih kecil dibandingkan
kerugian negara. Misal kerugian negara akibat korupsi adalah sebasar
203 T. Koruptor mengembalikan uang negara melalui sanksi denda
hanya sebesar 21,26 T. Terdapat selisih kerugian negara sebesar 182,64
T
Sumber :https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis/hubungan-antara-dampak-korupsi-dan-biaya-
Hubungan Antara Biaya Sosial Korupsi, Dampak Korupsi, dan Indikator Keberhasilan Pemberantasan Korupsi
Jika Jika
Ditanggung Ditanggung
Biaya implisit
rakyat korupsi koruptor
Pajak Digunakan untuk mensubsidi Biaya akibat Hukuman koruptor menjadi berat
selisih kerugian negara reaksi terhadap (memiskinkan koruptor)
korupsi
Maraknya praktik korupsi Angka IPK Indonesia yang merupakan Minimnya dampak korupsi dalam sector
(suap menyuap, salah satu indikator keberhasilan kehidupan dapat membuat angka IPK Indonesia
penyalahgunaan wewenang, pemberantasan korupsi, rendah dan slaah yang merupakan salah satu indikator
dll) satu indikator tercapai. keberhasilan pemberantasan korupsi, meningkat.
Topik 9:
PENGERTIAN KORUPSI
PENGERTIAN KORUPSI
Transparansi Internasional:
Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruptio, dari kata Korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus politisi
kerja corrumpere, yang berarti busuk, rusak, maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik
yang dipercayakan kepada mereka.
Secara harfiah berarti: Kebusukan, Keburukan, Kebejatan, World Bank & UNDP:
Ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral The Abuse of public office for private gain.
Penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan
pribadi atau privat yang merugikan publik dengan cara-cara
Menurut KBBI: “Penyelewengan atau penggelapan
bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku.
uang negara atau perusahaan dan sebagainya untuk
kepentingan pribadi maupun golongan”
Korupsi menurut UU No 31 Tahun 1999 jo. UU No 20
Tahun 2001:
Menurut Black Low Dictionary, berarti: “Korupsi adalah suatu “Setiap orang yang dengan sengaja melawan hukum untuk
perbuatan dari sesuatu yang resmi atau kepercayaan melakukan perbuatan dengan tujuan memperkaya diri
seseoranag yang mana dengan melanggar hukum dan penuh sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
kesalahan memakai sejumlah keuntungan untuk dirinya sendiri mengakibatkan kerugian keuangan negara atau
atau orang lain yang bertentangan dengan tugas dan perekonomian negara.”
kebenaran-kebenaran lainnya”.
Topik 10:
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KORUPSI
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI
Robert Klitgaard:
Korupsi dapat terjadi jika ada monopoli kekuasaan yang
dipegang oleh seseorang yang memiliki kemerdekaan
bertindak atau yang berlebihan, tanpa ada
pertanggungjawaban yang jelas.
C
Corruption by
D
Corruption by
Korupsi terjadi karena adanya opportunities Exposure Korupsi tercipta karena adanya
pertemuan antara niat dan tekanan.
kesempatan.
Sumber: https://aclc.kpk.go.id/materi/berpikir-kritis-terhadap-korupsi/infografis/teori-teori-penyebab-korupsi
Topik 11:
DASAR HUKUM PEMBERANTASAN KORUPSI DI
INDONESIA
Sumber Hukum Perundang-undangan Korupsi di
Indonesia
SEBELUM REFORMASI SETELAH REFORMASI
1. Delik korupsi dalam KUHP 1. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi,
2. Peraturan Pemberantasan Korupsi
Penguasa Perang Pusat Nomor Prt/ Kolusi, dan Nepotisme
Peperpu/013/1950 2. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
3. Undang-Undang No.24 (PRP) tahun
1960 tentang Tindak Pidana Korupsi Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
4. Undang-Undang No.3 Tahun 1971 3. Undang-Undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi 4. Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31 tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
5. Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
6. Undang-undang No. 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation Convention Against
Corruption (UNCAC) 2003.
7. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Peranserta Masyarakat dan Pemberian
Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
8. Instruksi Presiden No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi
Topik 12:
30 DELIK TINDAK PIDANA KORUPSI
Delik Tindak Pidana Korupsi
• Diatur di dalam 12 Pasal
di dalam UU No. 31 tahun Kerugian keuangan negara Pasal 2(1); 3
1999. dan UU No. 20
tahun 2001;
• Terdiri atas 7 macam Ps 5(1) a,b; Ps 13; Ps, 5(2);
Pemberian sesuatu/janji
perbuatan utama; Ps 12 a,b; Ps 11; Ps 6(1) a,b;
kpd Peg Neg/PN (Penyuapan) Ps 6(2); Ps 12 c,d
• Apabila dijabarkan lebih Merupakan
rinci menjadi 30 delik-delik yg
(tigapuluh) bentuk
perbuatan; Penggelapan dalam jabatan Pasal 8; 9; 10 a,b,c diadopsi dari
• Hanya 2 (dua) dari 12 KUHP (berasal
Pasal dalam UU tersebut
yang berkaitan dengan Perbuatan pemerasan Pasal 12 huruf e,f,g dari pasal 1
kerugian keuangan ayat 1 sub c
negara dan/atau kerugian Pasal 7 (1) huruf a,b,c,d;
perekonomian negara. Perbuatan curang UU no. 3/71)
Ps 7 (2); Ps 12 huruf h
Kejahatan korupsi tidak
melulu kejahatan yang Benturan kepentingan
menimbulkan kerugian Pasal 12 huruf i
negara. dalam pengadaan
2) Situasi dimana Penyelenggara negara memiliki atau patut diduga memiliki kepentingan
pribadi terhadap setiap penggunaan wewenang sehingga dapat mempengaruhi kualitas
keputusan dan/atau tindakannya (PermenPANRB No. 37 Tahun 2012 tentang Pedoman
Umum Penanganan Benturan Kepentingan)
3) Situasi yang dihadapi oleh seseorang atau kelompok orang yang memiliki atau patut
diduga memiliki kepentingan Pribadi dalam penggunaan wewenang sehingga dapat
mempengaruhi netralitas dan kualitas keputusan dan/atau tindakan yang dibuat dan/atau
dilakukannya ( Kajian Direktorat Monitoring KPK)
UNSUR-UNSUR KONFLIK
KEPENTINGAN S U M B E R KO N F L I K
(MENURUT PERMENPAN) KEPENTINGAN
1) Pejabat pemerintahan atau penyelenggara negara 1) Kepentingan pribadi
2) Adanya kepentingan pribadi 2) Rangkap jabatan dan moonlighting
3) Kewenangan yang dimiliki 3) Hubungan afiliasi
4) Mempengaruhi netralitas atau kualitas keputusan
yang diambil 4) Kepemilikan aset
5) Gratifikasi
Dapat dipahami bahwa adanya jabatan, kepentingan, dan 6) Kelemahan sistem organisasi
kewenangan dapat mempengaruhi netralitas dalam
pengambilan keputusan dan mempengaruhi kualitas
keputusan. Disitulah konflik kepentingan terjadi.
TA H A PA N P E N A N G A N A N KO N F L I K K E P E N T I N G A N
• SEBELUM TERJADI KONFLIK KEPENTINGAN → Pencegahan agar tidak terjadi konflik kepentingan),
dengan refleksi diri sesuai etika, integritas, nilai dan penyusunan kode etik.
• PADA SAAT TERJADI KONFLIK KEPENTINGAN → Melakukan deklarasi atau melaporkan adanya
konflik kepentingan) untuk kemudian didiskusikan dan diambil langkah mitigasi
• SETELAH TERJADI KONFLIK KEPENTINGAN (Penagakan Disiplin dan Dukungan Kelembagaan) Audit
pihak ketiga , penegakan hukuman dan dukungan kelembagaan
S A N K S I H U K U M KO N F L I K K E P E N T I N G A N
• Pasal 12 huruf i Undang-Undang 31 Tahun 1999 Jo Undang Undang 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengatur secara spesifik larangan dan sanksi
pidana konflik kepentingan dalam pengadaan barang dan jasa.