Anda di halaman 1dari 56

D I K L AT C A LO N P E N Y U LU H A N T I KO R U P S I

MATA DIKLAT:
PENGUATAN MATERI
DASAR ANTIKORUPSI
TOPIK 1:
CONTOH-CONTOH BERBAGAI USAHA MENCEGAH
DAN MENENTANG KORUPSI
CONTOH USAHA MENCEGAH DAN MENENTANG KORUPSI

Pembangunan Contoh:
sistem
Antikorupsi

Pemerintah pusat dan daerah


beserta berbagai lapisan
masyarakat terus berusaha
mencegah dan menantang
korupsi melalui inisiatif
pembangunan system yang
antikorupsi, sebagai contoh di
antaranya adalah Zona Integritas,
WBK & WBBM, Stranas PK, Ahli
Pembangun Integritas (API), dsb.
Untuk mendukung
pembangunan system
antikorupsi tersebut, telah
banyak media/tool yang dapat
dipergunakan oleh masyarakat,
seperti aplikasi e-LHKPN,
Gratifikasi Online (Gol), Jaga, dll. Dan sebagainya…..
CONTOH USAHA MENCEGAH DAN MENENTANG KORUPSI

Implementasi Telah banyak contoh usaha mencegah dan menentang korupsi dalam bentuk implementasi pendidikan
Pendidikan antikorupsi di berbagai satuan pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, dan tinggi. Untuk, baik
dalam bentuk insersi kurikulum dalam Pembelajaran dan mata kuliah.
Antikorupsi
Untuk menguatkan implementasi pendidikan antikorupsi, berbagai kepala daerah mengeluarkan
kebijakan dalam bentuk Pergub/Perbup/Perwal agar pendidikan antikorupsi dapat diimplementasikan di
Contoh: daerahnya.

Dan sebagainya…..
CONTOH USAHA MENCEGAH DAN MENENTANG KORUPSI

Mencegah dan menentang korupsi bisa dilakukan juga dengan berbasis kajian, riset, penelitian atau studi
Kajian yang fokus pada isu antikorupsi. Oleh karena itu, telah lahir berbagai gerakan antikorupsi di kalangan
antikorupsi kampus dan komunitas untuk berpartisipasi dalam mencegah dan menentang korupsi dengan
mendirikan pusat kajian atau pusat studi antikorupsi

Contoh:

Dan sebagainya…..
CONTOH USAHA MENCEGAH DAN MENENTANG KORUPSI

Penyuluhan
antikorupsi

Menyuluh antikorupsi bisa


dilakukan oleh seluruh lapisan
masyarakat Indonesia kepada
berbagai target sasaran, mulai
dari pelajar, mahasiswa, guru,
dosen, pegawai negeri, swasta,
hingga masyarakat luas, salah satu
contohnya adalah aksi para
penyuluh Antikorupsi yang
tersebar di seluruh provinsi di
Indonesia
TOPIK 2:
TUJUAN AKHIR DARI BERBAGAI USAHA
MENCEGAH DAN MENENTANG KORUPSI
TUJUAN AKHIR PEMBERANTASAN KORUPSI

Mewujudkan cita-cita
kemerdekaan Indonesia
“... melindungi segenap bangsa Meningkatnya Terbangunnya
Indonesia dan seluruh tumpah darah Menurunnya efektivitas integritas
Indonesia dan untuk memajukan tingkat korupsi pencegahan dan pemerintah,
kesejahteraan umum, (ultimate goal) pemberantasan masyarakat,
mencerdaskan kehidupan bangsa, korupsi. politik, dan swasta.
dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial”

Sumber: https://aclc.kpk.go.id/materi/semangat-melawan-korupsi/infografis
TOPIK 3:

INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBERANTASAN KORUPSI


INDIKATOR KEBERHASILAN
PEMBERANTASAN KORUPSI
Indeks
Persepsi
Korupsi
(IPK)

Indikator
Survei Indeks
Penilaian Perilaku
Integritas Antikorupsi
(SPI) (IPAK)
Indeks Persepsi Korupsi (IPK)
sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Korupsi
Salah satu Indikator keberhasilan pemberantasan korupsi di Indonesia diukur melalui Indeks Persepsi Korupsi (IPK), yang dikeluarkan
oleh Transparancy International.
Indeks Persepsi Korupsi (IPK), yaitu sebuah publikasi tahunan yang mengurutkan negara-negara di dunia berdasarkan persepsi atau
anggapan publik terhadap korupsi di jabatan publik dan politik. Negara-negara yang berada di rangking atas IPK, berarti menurut survei
adalah negara yang relatif bersih dari korupsi.

Sumber data yang digunakan untuk menyusun IPK Indonesia adalah


1. Bertelsmann Foundation Transformation Index: Efektivitas Pencegahan dan Pemberantasan
2. Economist Intelligence Unit Country Risk Ratings: Akuntabilitas dana publik, audit independen, rekrutmen, peradilan
independen, suap untuk mendapatkan kontrak dan layanan publik.
3. Global Insight Country Risk Ratings: Pengaruh korupsi terhadap kegiatan di sektor bisnis (perizinan usaha, kebijakan publik,
perencanaan publik)
4. World Competitiveness Yearbook: Eksistensi Suap-menyuap
5. Political and Economic Risk Consultancy Asian Intelligence: Korupsi di pemimpin publik dan PNS; dan persepsi korupsi terhadap
lembaga publik (polisi, pengadailan, bea cukai, perpajakan, perizinan, badan pemeriksa, militer)
6. Political Risk Services International Country Risk Guide: Permintaan Suap terkait izin ekspor/impor, kontrol perdagangan,
penilaian pajak, jasa keamanan, dan kredit.
7. World Economic Forum Executive Opinion Survey : Prelensi suap-menyuap
8. World Justice Project Rule of Law Index: Penyalahgunaan wewenang publik di lembaga publik (eksekutif, yudisial, kepolisian &
militer, legislatif)
poin
INDEKS PERSEPSI
KORUPSI (IPK)
37
urutan
ke 102
Menunjukkan penilaian responden dari 180
terhadap risiko korupsi dan efektivitas negara
pemberantasan korupsi yang dilakukan tahun
Transparency International Indonesia 2020

37 40 37
Skor IPK tinggi menunjukkan bahwa negara tersebut
memiliki risiko kejadian korupsi yang rendah,
sebaliknya skor IPK rendah menunjukkan bahwa
negara tersebut memiliki risiko kejadian korupsi
yang tinggi. 2018 2019 2020

5 Negara dengan Nilai IPK Tertinggi Beberapa Nilai IPK Negara ASEAN

88 88 85 85 85 85 51 85 36 34

Selandia Baru Denmark Finlandia Singapura Swiss Swedia


Sumber: Transparency International Indonesia Malaysia Singapura Thailand Filipina
CATATAN IPK INDONESIA
• Tahun 2020, IPK Indonesia menurut Transparency International adalah 37 dan
masih berada di peringkat 102 dari 180 negara di dunia
• Pada Kawasan Asia Tenggara, IPK Indonesia di tahun 2020 masih berada di
bawah negara Singapura (85), Brunei Darussalam (60), Malaysia (51), dan Timor
Leste (40)
• Jika mengacu pada nilai IPK Tahun 2020, negara Indonesia, lebih korup
dibandingkan negara Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia , dan Timor Leste.
• Dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2019, terjadi penurunan tingkat korupsi di
Indonesia yang ditandai dengan peningkatan IPK
• Dampak pendirian KPK pada tahun 2002 baru terlihat signifikan pada tahun 2005
• Pada tahun 2005, IPK naik menjadi 20 dan terus mengalami peningkatan sampai
dengan tahun 2019, yaitu IPK Indonesia sampai pada titik 40.

Sumber: Paparan KPI 2020


Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK)
sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Korupsi
• Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur Indeks Perilaku Anti Indikator Penilaian:
Korupsi melalui Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK). SPAK telah 1. Persepsi terhadap Kebiasaan di Masyarakat
diselenggarakan sejak 2012. 2. Pengalaman Masyarakat Mengakses Pelayanan Publik
• Tujuan SPAK memperoleh gambaran secara lengkap mengenai dalam hal perilaku penyuapan (bribery), pemerasan
situasi dan kondisi perilaku anti korupsi masyarakat terkini. Hal (ekstortion), dan nepotisme (nepostism)
ini dilihat dari aspek pendapat, pengetahuan, perilaku, dan 3. Pengalaman Lainnya
pengalaman individu terkait perilaku anti korupsi di Indonesia.
• IPAK menggunakan skala 0-5. Nilai indeks semakin mendekati 5 Skor IPAK 2012-2020
menunjukkan bahwa masyarakat berperilaku semakin
antikorupsi, sebaliknya nilai IPAK yang semakin mendekati 0
menunjukkan bahwa masyarakat berperilaku semakin permisif
terhadap korupsi.
• Perilaku anti korupsi masyarakat Indonesia semakin meningkat.
Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia tahun 2020
menunjukkan angka sebesar 3,84 dengan skala 0 sampai 5.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan capaian tahun 2019 sebesar
3,70.
Survei Penilaian Integritas (SPI)
sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Korupsi
SPI merupakan upaya untuk memetakan kondisi integritas dan capaian upaya pencegahan korupsi pada
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah (K/L/PD) yang menjadi target kegiatan pencegahan korupsi oleh KPK.
Dengan bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik, SPI telah dilaksanakan sejak 2016 dengan berbagai K/L/PD di
Indonesia.
Tujuan SPI:
1. Memetakan resiko korupsi seperti suap/ gratifikasi dalam layanan,
penggelembungan anggaran, nepotisme dan suap dalam perekrutan pegawai,
jual-beli jabatan hingga rekayasa dalam pengadaan barang dan jasa.
2. Melihat efektivitas sosialisasi mengenai korupsi, whistleblower system dan upaya
anti korupsi lainnya.
3. Menilai pengelolaan anggaran, kasus suap di lembaga, perlakuan terhadap pelapor
tindak pidana korupsi dan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) di lembaga.
4. Menyajikan gambaran umum permasalahan integritas yang dialami K/L/PD

Aspek yang dinilai dalam SPI:


1. Budaya Organisasi -> Informasi terkait institusi, keberadaan calo, nepotisme tugas,
prosedur layanan, dan kejadian suap/gratifikasi
2. Sistem Anti Korupsi -> Sosialisasi anti korupsi, pengaduan pelaku korupsi,
perlindungan pelapor korupsi dan partisipasi atasan terhadap antikorupsi
3. Pengelolaan Sumber Daya Manusia -> Nepotisme terhadap penerimaan pegawai,
promosi jabatan dan peningkatan kualitas SDM
4. Pengelolaan Anggaran -> penyelewengan anggaran, perjalanan dinas fiktif dan
honor fikti
2017
6 Kementerian/Lembaga
30 Pemerintah Daerah Indeks SPI
Skala 0-100
Survei yang dilakukan dengan
tujuan membantu institusi untuk 2018 2018
memetakan risiko korupsi dan 6 Kementerian/Lembaga 2019
mengukur efektivitas upaya
20 Pemerintah Daerah
68 76
pencegahan korupsi yang telah 2017
dilakukan
2019 66
Dimensi Pengukuran 27 Kementerian/Lembaga
• Budaya Organisasi 100 Pemerintah Daerah
• Pengelolaan SDM
• Sistem Antikorupsi
• Pengelolaan Anggaran
2020
84 Kementerian/Lembaga
Topik 4:
REFERENSI/ROLE MODEL
NEGARA/DAERAH/INSTANSI YANG ANTIKORUPSI
BELAJAR DARI NEGARA-NEGARA
DENGAN IPK YANG TINGGI 88 88 85 85 85 85
Denmark Selandia Baru Finlandia Singapura Swiss

DENMARK SELANDIA BARU FINLANDIA

• Memiliki unit pemberantasan korupsi di setiap • Hukuman mati dihapuskan, namun media •Integritas benar-benar teraktualisasi. Bahkan Perdana
Lembaga pemerintahan. sangat proaktif dalam memberitakan kasus Menteri rela mengundurkan diri hanya karen
• Menerapkan Katerbukaan Politik dengan korupsi sehingga menjadi hukuman sosial berbohong saat kampanye.
memodernisasi sektor publi dan manajemen sumber kepada koruptor. •Implementasi undang-undang antikorupsi sangat
daya public melalui peningkatan transparansi dalam • Pendidikan anatikorupsi ditanamkan sejak dini baik.
pengambilan kebijakan, mekanisme akuntabel dan •Kasus korupsi tidak hanya melibatkan uang negara,
• Transparasi pemerintahan dan layanan public
antikorupsi, partisipasi warga dan dialog civil society. tetapi kasus seperti menunda pengumuman penting
berkualitas yang wajib diketahui masyarakat juga dikategorikan
• Pendidikan Gratis. Para siswa dan Mahasiswa juga • PNS wajib melaporkan setiap kegiatan dan sebagai tindakan-tindakan pejabat terkait dengan
mendapat biaya hidup bulanan dari pemerintah harta kekayaannya korupsi.
• Biaya pengobatan di gratis. • Negara yang sejahtera dan banyak ahli science •Hidup sederhana dicerminkan melalui kepemilikan
• WHO memasukkan Denmark sebagai negara paling yang mendunia. mobil yang sangat jarang. Transportasi umum cukup
mudah berbisnis di Eropa. baik.
• Denmark memperolah hadiah 14 Novel. •Memiliki SDM yang unggul dan kompeten
•Sistem pendidikannya menjadi kiblat dunia
•Penemuan di bidang Teknologi Informasi bisa
dikatakan pioner

Sumber: https://aclc.kpk.go.id/materi/semangat-melawan-korupsi/infografis/corruption-perception-index-cpi
Topik 5:
DAMPAK KORUPSI DI BERBAGAI SEKTOR
DAMPAK KORUPSI
• Korupsi merupakan “BENALU SOSIAL” dengan Menurut United Nation Convention Against Corruption
dampak yang sangat besar, (UNCAC) / UU no. 7 Tahun 2006:
• Menurut para ahli, setidaknya 4 dampak utama
yang ditimbukan oleh korupsi:
1. - Worsen income inequality and poverty
(Gupta, Davoodi,and Alonso-Terne,1998)1
2. - Reduce investment rates (Mauro, 1997)2
3. - Lower economic growth (Tanzi and
Davoodi,1998)3 Merusak pasar, harga, &
Meruntuhkan hukum
Menurunkan kualitas
persaingan usaha yang hidup / pembangunan
4. - Diminishes democratization and weaknes sehat berkelanjutan
representation (Ocampo 2001)4
• Korupsi merusak struktur pemerintahan,
menyebabkan terjadinya kerugian negara, serta
melanggar hak-hak sosial dan ekonomi
masyarakat.
----
1) Gupta, Sanjeev, Hamid Davoodi, and Rosa Alonso-Terme. 1998.“Does Corruption Affect Income Inequality and Poverty?” Working Paper
98/76 Merusak proses Menyebabkan kejahatan lain
International Monetary Fund, Washington, DC.
demokrasi Pelanggaran hak asasi
2) Mauro, Paolo. 1997. “The Effects of Corruption on Growth, Investment, and Government Expenditure”, in Corruption and the World
Economy, manusia berkembang
edited by K. Elliott, Institute for International Economics, pp. 83-107.
3) Tanzi ,Vito and Hamid Davoodi. 1998. “ Corruption, Growth, and Public Finances” Washington D.C.: (IMF Working Paper).
4) Masduki, Teten. 2009. “Partisipasi Masyarakat Dalam Pemberantasan Korupsi. Materi Presentasi Transparency International Indonesia.
DAMPAK KORUPSI DI BERBAGAI SEKTOR

Ekonomi Sosial dan kemiskinan Birokrasi Pemerintahan


• Penurunan Produktivitas • Mahalnya harga jasa dan pelayanan public • Birokrasi dan layanan publik tidak efisien
• Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi • Pengentasan Kemiskinan Berjalan Lambat • Matinya Etika Sosial – Politik
Ekonomi • Rendahnya kualitas barang dan jasa untuk Publik • Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin • Runtuhnya Otoritas Pemerintahan
• Menurunnya pendapatan dari sector pajak • Meningkatnya angka kriminalitas
• Meningkatnya hutang negara • Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin
• APBN/APBD menguap • Solidaritas social semakin langka
• Meningkatkan kesenjangan pendapatan • Demokralisasi (Masyarakat menjadi semakin
Pertahanan individualis)
Sosial dan
dan
kemiskinan
Keamanan
Politik & Demokrasi Kerusakan Lingkungan Pertahanan dan Keamanan
DAMPAK • Munculnya Kepemimpinan Korup
• Menguatnya Plutokrasi (sistem politik yang dikuasai
• Menurunnya Kualitas Lingkungan
• Banjir, kerusakan tanah, kekeringan, kelangkaan air,
• Lemahnya alutsista dan SDM
• Lemahnya Garis Batas Negara
KORUPSI pemilik modal/kapitalis) dan menurunnya kualitas air dan udara, tingginya • Menguatnya Sisi Kekerasan dalam Masyarakat
• Hancurnya Kedaulatan Rakyat pencemaran di perairan sungai dan laut sehingga
• Hilangnya Kepercayaan Rakyat Terhadap Demokrasi sangat beracun, dan sebagainya
• Menurunnya Kualitas Hidup

Kerusakan Birokrasi
Lingkungan Pemerintahan

Penegakan Hukum
Politik &
• Korupsi menghambat peran negara dalam
Demokrasi pengaturan alokasi
• Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan
akses dan asset
• Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam
menjaga stabilitas ekonomi dan politik
• Hilangnya kepercayan rakyat terhadap Lembaga
negara

Sumber: https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis
Topik 6:
PERBANDINGAN ANTARA KERUGIAN KEUANGAN
NEGARA DAN HUKUMAN FINANSIAL KORUPTOR
Database Korupsi: Putusan Pengadilan
Laboratorium Ilmu Ekonomi, FEB, UGM membangun database korupsi sejak 2009 didasarkan pada putusan
pengadilan yang berketetapan hukum (inkracht).

V2 2001-2012 V4 2001-2015
• 549 kasus • 1,518 kasus
• 831 terdakwa • 1,289 kasus • 2,142 • 2,321 kasus
• 1,831 terdakwa • 3,109
terdakwa terdakwa

V1 2001-2009 V3 2001-2013

Hasil analisis dimuat di situs: CegahKorupsi.feb.ugm.ac.id.


Hukuman Finansial Menurut Skala Korupsi

Avg Putusan
Rata-rata Kerugian Rata-rata Tuntutan
Skala Korupsi Terpidana B/A (%) Pengadilan C/A (%)
Negara (A) Jaksa (B)
(C)

Gurem 62 119,934 2,037,049 1698.5% 4,111,515 3428.1%

Kecil 512 10,198,507 21,405,450 209.9% 101,505,468 995.3%

Sedang 1062 154,962,172 170,303,109 109.9% 664,341,936 428.7%

Besar 779 1,417,735,018 699,716,427 49.4% 516,807,423 36.5%

Kakap 148 48,453,559,408 10,710,261,681 22.1% 4,021,250,522 8.3%

Hasil analisis dimuat di situs: CegahKorupsi.feb.ugm.ac.id.


Menurut Anda, Apa Amanah UU Tipikor?

Pasal Nilai Jenis Korupsi Denda Penjara


Korupsi Maksimal Maksimal
Pasal 5 Rp 5 jt - ∞ Penyogokan Rp 50-250 juta 1-5 th
PNS/penyelenggara negara

Pasal 6 Rp 5 jt - ∞ Penyogokan Hakim, aparat Rp 150-750 juta 3-15th


hukum & saksi ahli

Pasal 8 Rp 5 jt - ∞ Penggelapan uang oleh PNS Rp 150 – 750 juta 3-15th

Pasal 12 Rp 5 jt - ∞ Korupsi oleh PNS Rp 200 jt – Rp 1 M 4-20th

Catatan: Jaksa dan hakim belum tentu menuntut/menjatuhkan hukuman


pembayaran uang pengganti sebesar jumlah uang yang dikorupsi
25
Mengapa?
Kerugian Negara vs Biaya
Sosial Korupsi Beda Nilai
509,8
465,5

Kerugian
• Biaya sosial korupsi minimal
2,5 kali lipat daripada nilai
kerugian negara (minimum 203,9
irreducible approach) 182,6

• Biaya sosial akan jauh lebih 128,2 114,6

besar jika korupsi terkait


dengan sumber daya alam. HARGA BERLAKU HARGA KONSTAN
(2015)
BIAYA SOSIAL
MINIMUM
Biaya Korupsi Subsidi Koruptor
Subsidi Kepada Koruptor, Beban Siapa?

• Kerugian negara (biaya sosial eksplisit) adalah Rp203,9 T, namun total hukuman finansial
hanya Rp 21,26T (10,42%)
• Lalu siapa yang menanggung kerugian sebesar Rp203,9T – Rp21,26T = 182,64T? Tentu
saja para pembayar pajak yang budiman.
– Ibu-ibu yang membeli susu formula dan makanen tambahan untuk bayi mereka
– Mahasiswa yang membeli pulsa untuk HP mereka
– Keluarga pasien yang membeli obat-obatan
– Generasi muda yang belum lahir dan nantinya menanggung sebagian biaya tersebut
• Sepertinya hanya di Indonesia: para koruptor disubsidi masyarakat dan bahkan generasi di
masa datang (yang bahkan sekarang mungkin belum lahir).
Stop Subsidi Koruptor!!
Realokasi Rp488,5T
Perbandingan Biaya Korupsi
Inkracht
(2011-2015) dalam Rp Triliun 10 PTN sebesar UGM selama
5 tahun = Rp150T

509,75 Subsidi
Rakyat
Kepada 2 Rel Kereta Cepat
Koruptor JKT-SBY = Rp200T
203,9
21,3
PERBANDINGAN BIAYA 15,2 tahun devisit BPJS-Kes
Biaya Sosial Korupsi* Kerugian Negara (2017) = Rp138,5T
Total Hukuman Finansial

Sumber: CegahKorupsi.feb.ugm.ac.id
Topik 7:
PENGERTIAN DAN UNSUR BIAYA SOSIAL KORUPSI
BIAYA SOSIAL KORUPSI (BSK)
• Estimasi biaya sosial kejahatan masih terbatas di Dampak Korupsi
negara maju. Estimasi biaya sosial korupsi masih
terbatas.
• Metoda estimasi biaya sosial korupsi telah disusun Demokrasi

(KPK, 2013)
– Zulaiha dan Anggraeni (2016) Kelembagaan Tata Kelola

https://jurnal.kpk.go.id/index.php/integritas/article/
view/136 Korupsi
• Fungsi estimasi biaya sosial korupsi:
– Mengukur intensitas kerugian akibat praktik Ketimpangan Kesejahteraan
korupsi
– Berpotensi sebagai referensi pengambilan Adverse
keputusan penyusun kebijakan dan aparat penegak Selection

hukum
BIAYA SOSIAL KORUPSI TERCATAT (KPK, 2013)
• Biaya Eksplisit Korupsi
– Nilai uang yang dikorupsi, baik itu dinikmati sendiri maupun
bukan (kerugian negara secara eksplisit)
• Biaya Implisit Korupsi
Biaya
– Opportunity costs akibat korupsi, termasuk beban cicilan
1 Eksplisit bunga di masa datang yang timbul akibat korupsi di masa lalu
Korupsi – Perbedaan multiplier ekonomi antara kondisi tanpa adanya
korupsi dengan kondisi jika terdapat korupsi
2 Biaya • Biaya Antisipasi Tindak Korupsi
Antisipasi – Biaya sosialisasi korupsi sebagai bahaya laten
Biaya Korupsi
Reaksi 3 – Reformasi birokrasi untuk menurunkan hasrat korupsi
(memisahkan orang korupsi karena terpaksa atau karena
Korupsi keserakahan)
• Biaya Akibat Reaksi Terhadap Korupsi
– Biaya peradilan ( jaksa, hakim, dll)
– Biaya penyidikan (KPK, PPATK, dll)
Biaya 4 – Policing costs (biaya operasional KPK, PPATK dll)
Implisit – Biaya proses perampasan aset di luar dan di dalam negeri
Korups
i
Topik 8:
HUBUNGAN ANTARA DAMPAK KORUPSI, BIAYA SOSIAL
KORUPSI, DAN INDIKATOR KEBERHASILAN
PEMBERANTASAN KORUPSI
Pengembalian uang negara pada kasus korupsi lebih kecil dibandingkan
kerugian negara. Misal kerugian negara akibat korupsi adalah sebasar
203 T. Koruptor mengembalikan uang negara melalui sanksi denda
hanya sebesar 21,26 T. Terdapat selisih kerugian negara sebesar 182,64
T

Sumber :https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis/hubungan-antara-dampak-korupsi-dan-biaya-
Hubungan Antara Biaya Sosial Korupsi, Dampak Korupsi, dan Indikator Keberhasilan Pemberantasan Korupsi

Biaya Sosial Korupsi

Jika Jika
Ditanggung Ditanggung
Biaya implisit
rakyat korupsi koruptor

Maka Biaya eksplisit Biaya antisipasi Maka


korupsi tindka korupsi

Pajak Digunakan untuk mensubsidi Biaya akibat Hukuman koruptor menjadi berat
selisih kerugian negara reaksi terhadap (memiskinkan koruptor)
korupsi

Kerugian keuangan negara


pelayanan public Biaya kesehatan Tingginya Kesenjangan tertutupi, memberikan efek jera
Mis alokasi
dan sector bisnis dan Pendidikan angka
tidak optimal mahal kemiskinan
Pendapatan sumber daya pada koruptor dan mencegah
keinginan korupsi

Maraknya praktik korupsi Angka IPK Indonesia yang merupakan Minimnya dampak korupsi dalam sector
(suap menyuap, salah satu indikator keberhasilan kehidupan dapat membuat angka IPK Indonesia
penyalahgunaan wewenang, pemberantasan korupsi, rendah dan slaah yang merupakan salah satu indikator
dll) satu indikator tercapai. keberhasilan pemberantasan korupsi, meningkat.
Topik 9:
PENGERTIAN KORUPSI
PENGERTIAN KORUPSI
Transparansi Internasional:
Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruptio, dari kata Korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus politisi
kerja corrumpere, yang berarti busuk, rusak, maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik
yang dipercayakan kepada mereka.
Secara harfiah berarti: Kebusukan, Keburukan, Kebejatan, World Bank & UNDP:
Ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral The Abuse of public office for private gain.
Penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan
pribadi atau privat yang merugikan publik dengan cara-cara
Menurut KBBI: “Penyelewengan atau penggelapan
bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku.
uang negara atau perusahaan dan sebagainya untuk
kepentingan pribadi maupun golongan”
Korupsi menurut UU No 31 Tahun 1999 jo. UU No 20
Tahun 2001:
Menurut Black Low Dictionary, berarti: “Korupsi adalah suatu “Setiap orang yang dengan sengaja melawan hukum untuk
perbuatan dari sesuatu yang resmi atau kepercayaan melakukan perbuatan dengan tujuan memperkaya diri
seseoranag yang mana dengan melanggar hukum dan penuh sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
kesalahan memakai sejumlah keuntungan untuk dirinya sendiri mengakibatkan kerugian keuangan negara atau
atau orang lain yang bertentangan dengan tugas dan perekonomian negara.”
kebenaran-kebenaran lainnya”.
Topik 10:
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KORUPSI
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI
Robert Klitgaard:
Korupsi dapat terjadi jika ada monopoli kekuasaan yang
dipegang oleh seseorang yang memiliki kemerdekaan
bertindak atau yang berlebihan, tanpa ada
pertanggungjawaban yang jelas.

Menurut Gone Theory, faktor peyebab korupsi adalah

Dilakukan karena ingin memenuhi Dilakukan karena adanya sifat


keserakahan untuk bisa hidup
kebutuhan hidupnya sehari-hari yang
tidak tercukupi oleh gajinya yang A B secara berlebihan (bermewah-
mewahan).
rendah. Berhubungan dengan Niat Corruption Corruption
dan Perilaku. by need by greed Berhubungan dengan Niat dan
Perilaku.

C
Corruption by
D
Corruption by
Korupsi terjadi karena adanya opportunities Exposure Korupsi tercipta karena adanya
pertemuan antara niat dan tekanan.
kesempatan.

Sumber: https://aclc.kpk.go.id/materi/berpikir-kritis-terhadap-korupsi/infografis/teori-teori-penyebab-korupsi
Topik 11:
DASAR HUKUM PEMBERANTASAN KORUPSI DI
INDONESIA
Sumber Hukum Perundang-undangan Korupsi di
Indonesia
SEBELUM REFORMASI SETELAH REFORMASI

1. Delik korupsi dalam KUHP 1. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi,
2. Peraturan Pemberantasan Korupsi
Penguasa Perang Pusat Nomor Prt/ Kolusi, dan Nepotisme
Peperpu/013/1950 2. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
3. Undang-Undang No.24 (PRP) tahun
1960 tentang Tindak Pidana Korupsi Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
4. Undang-Undang No.3 Tahun 1971 3. Undang-Undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi 4. Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31 tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
5. Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
6. Undang-undang No. 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation Convention Against
Corruption (UNCAC) 2003.
7. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Peranserta Masyarakat dan Pemberian
Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
8. Instruksi Presiden No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi
Topik 12:
30 DELIK TINDAK PIDANA KORUPSI
Delik Tindak Pidana Korupsi
• Diatur di dalam 12 Pasal
di dalam UU No. 31 tahun Kerugian keuangan negara Pasal 2(1); 3
1999. dan UU No. 20
tahun 2001;
• Terdiri atas 7 macam Ps 5(1) a,b; Ps 13; Ps, 5(2);
Pemberian sesuatu/janji
perbuatan utama; Ps 12 a,b; Ps 11; Ps 6(1) a,b;
kpd Peg Neg/PN (Penyuapan) Ps 6(2); Ps 12 c,d
• Apabila dijabarkan lebih Merupakan
rinci menjadi 30 delik-delik yg
(tigapuluh) bentuk
perbuatan; Penggelapan dalam jabatan Pasal 8; 9; 10 a,b,c diadopsi dari
• Hanya 2 (dua) dari 12 KUHP (berasal
Pasal dalam UU tersebut
yang berkaitan dengan Perbuatan pemerasan Pasal 12 huruf e,f,g dari pasal 1
kerugian keuangan ayat 1 sub c
negara dan/atau kerugian Pasal 7 (1) huruf a,b,c,d;
perekonomian negara. Perbuatan curang UU no. 3/71)
Ps 7 (2); Ps 12 huruf h
Kejahatan korupsi tidak
melulu kejahatan yang Benturan kepentingan
menimbulkan kerugian Pasal 12 huruf i
negara. dalam pengadaan

Gratifikasi Pasal 12B jo Pasal 12C


Topik 13:
PERBEDAAN GRATIFIKASI, PEMERASAN, DAN SUAP
Perbedaan
Gratifikasi, Suap
dan Pemerasan
Topik 14:
STRATEGI DAN RENCANA AKSI PEMBERANTASAN
KORUPSI
S T R AT E G I P E M B E R A N TA S A N KO R U P S I
( T H R E E P R O N G E D A P P R O AC H )

I. STRATEGI PENINDAKAN (REPRESIF)


Penegakan Hukum dengan tujuan untuk menimbulkan efek jera dan
menimbulkan rasa takut untuk melakukan tindak pidana korupsi, selain itu
juga bertujuan untuk membangun kesadaran untuk taat dan patuh pada
hukum yang berlaku

II. STRATEGI PENCEGAHAN (PERBAIKAN SISTEM)


Menutup kesempatan dan mempersempit ruang gerak untuk melakukan
tindak pidana korupsi melalui perbaikan, penyempurnaan dan penguatan
system dengan tujuan agar tidak bisa melakukan tindak pidana korupsi

III. STRATEGI PENDIDIKAN MASYARAKAT (MEMBANGUN INTEGRITAS)


Membangun karakter bangsa yang berintegritas dengan tujuan agar tidak
mau korupsi bukan karena takut ataupun tidak adanya kesempatan tetapi
memang dilakukan dengan penuh kesadaran untuk menginternalisasikan
nilai-nilai integritas dalam kehidupan sehari-hari
R E N C A N A A K S I A PA YA N G D A PAT M A S YA R A K AT
LAKUKAN?
Seluruh lapisan masyarakat dapat berperan serta dalam usaha pencegahan dan pemberantasan korupsi dengan
memilih strategi pemberantasan korupsi sesuai dengan latar belakang, minat, dan bakat, dan kemampuan yang
dimiliki, CONTOH:

STRATEGI PENINDAKAN STRATEGI PERBAIKAN SISTEM STRATEGI PENDIDIKAN


•Membangun Zona Integritas
• Melaporkan Tindak Pidana Korupsi •Insersi pendidikan antikorupsi di sektor
•Memantau Pelayanan Publik
kepada KPK atau apgakum lainnya. •Melakukan kajian dan penelitian terkait permasalahan
pendidikan
•Mengembangkan model-model pendidikan anti
• Eksaminasi/bedah kasus terhadap korupsi.
korupsi
•Mendirikan pusat kajian yang berfokus pada isu anti
putusan peradilan Korupsi •Sosialisasi dan kampanye antikorupsi kepada
• Pemberian keterangan ahli di •Menyampaikan rekomendasi dan perbaikan kepada masyarakat, misalnya dengan menciptakan lagu
persidangan dan narasumber dalam pemerintah antikorupsi, membuat vlog antikorupsi, menulis
•Pengawasan dan mendorong transparansi peradilan cerpen atau puisi tentang antikorupsi, dll.
hal pelatihan •Melakukan penyuluhan antikorupsi
•Membangun system antikorupsi di lingkungannya.
Penyelidik/Penyidik/Penuntut Umum. •Melaporkan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan •Masyarakat dapat menyesuaikan dengan bakat
• dll Penyelenggara Negara) kepada KPK secara langsung dan kemampuan yang dimiliki, misal:
maupun melalui pos menciptakan lagu antikorupsi, membuat vlog
•Melaporkan gratifikasi yang dianggap suap, kepada antikorupsi, dan menulis cerpen atau puisi
KPK melalui UPG (Unit Pengendali Gratifikasi) tentang antikorupsi.
•dll •dll
Topik 15:
INTEGRITAS, NILAI-NILAI ANTIKORUPSI,
DAN KONFLIK KEPENTINGAN
Pe n g e r t i a n I n t e g r i t a s Motivasi Berintegritas
INTEGRITAS adalah Kesesuaian antara Orang yang berintegritas bukanlah orang yang tidak
pola pikir dari hati yang luhur, pernah melakukan kesalahan selama hidupnya,
perkataan yang benar, dan perbuatan berintegritas adalah mengetahui kesalahan yang diperbuat
yang baik dan berani mengakui kesalahan tersebut dengan
mengambil langkah perbaikan, kemudian berusaha
sungguh-sungguh untuk tidak melakukan kesalahan lagi

Karakteristik Orang Berintegritas


• Kesesuaian antara pola pikir dari hati yang luhur, perkataan yang benar, dan perbuatan yang baik
tersebut tercermin dalam kehidupan keseharian orang yang berintegritas
• Menjadi teladan bagi orang lain
• Tidak ragu menyatakan kebenaran dan mempertahankannya meskipun di situasi yang sulit
• Berani mengingatkan atau menegur kawan atau atasan yang salah meskipun dampaknya dapat
merugikan dirinya
N I L A I A N T I KO R U P S I
ASPEK INTI
1. JUJUR: Berkata benar sesuai dengan fakta apa adanya, tanpa menambah, mengurangi atau
memodifikasi dan melakukan perbuatan yang benar sesuai dengan nilai, norma dan etika yang
berlaku
BAGIAN 2. DISIPLIN: Kebiasaan dan tindakan yang konsisten dalam mematuhi segala bentuk peraturan dan
INTI tata tertib yang berlaku
3. TANGGUNG JAWAB: Melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik dan bersungguh-sungguh
sesuai dengan apa yang menjadi tugas dan kewajibannya

JUJUR ASPEK SIKAP


1. ADIL: Bersikap pertengahan, tidak memihak, dan tidak membeda-bedakan berdasarkan suku,
DISIPLIN agama, ras atau golongan tertentu
TANGGUNG JAWAB 2. BERANI: Tidak takut atau gentar dalam menyuarakan kebenaran dan melakukan hal yang benar
MANDIRI meskipun menemui kesulitan, bahaya dan ancaman
3. PEDULI: Memiliki simpati dan empati atas orang lain dan lingkungan sekitar yang tercermin dari
KERJA KERAS sikap dan tindakan yang dilakukan
SEDERHANA
BERANI ASPEK ETOS KERJA
1. KERJA KERAS: Bersedia berkorban demi mencapai tujuan dengan berusaha dan berjuang tanpa
PEDULI menyerah namun tetap mematuhi peraturan perundangan yang ada dan tidak melanggar etika,
BAGIAN
ADIL ETOS nilai dan norma yang berlaku
BAGIAN KERJA 2. MANDIRI: Mampu menyelesaikan, mencari dan menemukan Solusi dari permasalahan yang
SIKAP dihadapi tanpa bergantung dan menjadi beban bagi orang lain
3. SEDERHANA: Sikap bersahaja dengan membeli, memiliki dan menggunakan sesuatu
secukupnya dan tidak berlebih-lebihan keluar dari batas kewajaran dan kepantasan
P E N G E R T I A N KO N F L I K K E P E N T I N G A N
1) Kondisi Pejabat Pemerintahan yang memiliki kepentingan pribadi untuk menguntungkan
diri sendiri dan/atau orang lain dalam penggunaan Wewenang sehingga dapat
mempengaruhi netralitas dan kualitas Keputusan dan/atau Tindakan yang dibuat dan/atau
dilakukannya (UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan)

2) Situasi dimana Penyelenggara negara memiliki atau patut diduga memiliki kepentingan
pribadi terhadap setiap penggunaan wewenang sehingga dapat mempengaruhi kualitas
keputusan dan/atau tindakannya (PermenPANRB No. 37 Tahun 2012 tentang Pedoman
Umum Penanganan Benturan Kepentingan)

3) Situasi yang dihadapi oleh seseorang atau kelompok orang yang memiliki atau patut
diduga memiliki kepentingan Pribadi dalam penggunaan wewenang sehingga dapat
mempengaruhi netralitas dan kualitas keputusan dan/atau tindakan yang dibuat dan/atau
dilakukannya ( Kajian Direktorat Monitoring KPK)
UNSUR-UNSUR KONFLIK
KEPENTINGAN S U M B E R KO N F L I K
(MENURUT PERMENPAN) KEPENTINGAN
1) Pejabat pemerintahan atau penyelenggara negara 1) Kepentingan pribadi
2) Adanya kepentingan pribadi 2) Rangkap jabatan dan moonlighting
3) Kewenangan yang dimiliki 3) Hubungan afiliasi
4) Mempengaruhi netralitas atau kualitas keputusan
yang diambil 4) Kepemilikan aset
5) Gratifikasi
Dapat dipahami bahwa adanya jabatan, kepentingan, dan 6) Kelemahan sistem organisasi
kewenangan dapat mempengaruhi netralitas dalam
pengambilan keputusan dan mempengaruhi kualitas
keputusan. Disitulah konflik kepentingan terjadi.

Namun, pengertian menurut KPK bersifat lebih luas dan


menegaskan bahwa, konflik kepentingan tidak hanya
menyasar kepada para pejabat negara atau
penyelenggara negara saja. Konflik kepentingan dapat
dihadapi oleh siapa saja baik orang per orang ataupun
kelompok. Kita semua pun akan berhadapan dengan
konflik kepentingan
P E N A N G A N A N KO N F L I K K E P E N T I N G A N
TAHAPAN UTAMA:
1. IDENTIFIKASI → (Refleksi Diri dan lingkungan, urai darimana konflik kepentingan berasal) Proses
mengidentifikasi apakah diri kita atau orang lain ada dalam situasi konflik kepentingan dan
menghindari sumber konflik kepentingan)
2. MITIGASI → (Kelola konflik kepentingan) Proses mengelola resiko konflik kepentingan baik
pencegahan sebelum terjadi konflik kepentingan, menangani pada saat terjadi dan setelah
terjadinya konflik kepentingan)

TA H A PA N P E N A N G A N A N KO N F L I K K E P E N T I N G A N
• SEBELUM TERJADI KONFLIK KEPENTINGAN → Pencegahan agar tidak terjadi konflik kepentingan),
dengan refleksi diri sesuai etika, integritas, nilai dan penyusunan kode etik.
• PADA SAAT TERJADI KONFLIK KEPENTINGAN → Melakukan deklarasi atau melaporkan adanya
konflik kepentingan) untuk kemudian didiskusikan dan diambil langkah mitigasi
• SETELAH TERJADI KONFLIK KEPENTINGAN (Penagakan Disiplin dan Dukungan Kelembagaan) Audit
pihak ketiga , penegakan hukuman dan dukungan kelembagaan
S A N K S I H U K U M KO N F L I K K E P E N T I N G A N
• Pasal 12 huruf i Undang-Undang 31 Tahun 1999 Jo Undang Undang 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengatur secara spesifik larangan dan sanksi
pidana konflik kepentingan dalam pengadaan barang dan jasa.

• Meskipun tidak diatur di dalam undang-undang, Konflik Kepentingan yang tidak


ditangani dapat meningkatkan risiko pada kemunculan pelanggaran etika dan tindak
pidana korupsi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai