Anda di halaman 1dari 20

Keluarga Silat

Nasional Indonesia
Perisai Diri

Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri atau disingkat Kelatnas Indonesia Perisai Diri[1] adalah organisasi
olahraga beladiri yang didirikan oleh R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo pada tanggal 2 Juli 1955 di Surabaya,
Jawa Timur.[2]

Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri

Tanggal pendirian 1955 oleh R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo di Surabaya

Tipe Perguruan Pencak Silat

Kantor pusat Surabaya, Indonesia

Wilayah layanan Indonesia, Australia, Belanda, Inggris, Jepang, Jerman,


Swiss, Timor Leste, Prancis, Amerika Serikat dan Swedia

Ketua Umum Dr. Ir. Dwi Soetjipto, M.M.

Tokoh penting R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo

Kelatnas Indonesia Perisai Diri merupakan salah satu anggota IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia),[3] induk
organisasi resmi pencak silat di Indonesia di bawah naungan KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia).
Kelatnas Indonesia Perisai Diri merupakan salah satu dari 10 perguruan pencak silat yang mendapatkan
predikat Perguruan Historis Pencak Silat[4] karena memberikan kontribusi dan pengaruh terhadap sejarah
perkembangan IPSI serta pencak silat secara umum pada era awal terbentuknya IPSI.

Sejarah Kelatnas Indonesia Perisai Diri

R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan pura
Pakualaman. Dia adalah putra pertama dari R.M. Pakoe Soedirdjo, buyut dari Sri Paduka Paku Alam II. Sejak
berusia 9 tahun dia telah dapat menguasai ilmu pencak silat yang ada di lingkungan keraton sehingga
mendapat kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan Pakualaman. Di samping pencak silat dia
juga belajar menari di istana Pakualaman sehingga berteman dengan Wasi dan Bagong Kussudiardja.

R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo, pendiri Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri.

R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo yang pada masa kecilnya dipanggil dengan nama Soebandiman atau
Bandiman oleh teman-temannya ini, merasa belum puas dengan ilmu silat yang telah didapatkannya di
lingkungan istana Pakualaman itu. Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, setamat HIK (Hollands
Inlandsche Kweekschool) atau sekolah pendidikan guru, dia meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa
membawa bekal apapun dengan berjalan kaki.

Tempat yang dikunjunginya pertama adalah Jombang, Jawa Timur. Di sana dia belajar silat pada K.H. Hasan
Basri, sedangkan pengetahuan agama dan lainnya diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Di samping
belajar, dia juga bekerja di Pabrik Gula Peterongan untuk membiayai keperluan hidupnya. Setelah menjalani
gemblengan keras dengan lancar dan dirasa cukup, dia kembali ke barat. Sampai di Solo dia belajar silat pada
Sayid Sahab. Dia juga belajar kanuragan pada kakeknya, Ki Jogosurasmo.
Dia masih belum merasa puas untuk menambah ilmu silatnya. Tujuan berikutnya adalah Semarang, di sini dia
belajar silat pada Soegito dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan di Pondok
Randu Gunting Semarang. Rasa keingintahuan yang besar pada ilmu beladiri menjadikan R.M. Soebandiman
Dirdjoatmodjo masih belum merasa puas dengan apa yang telah dia miliki. Dari sana dia menuju Cirebon
setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini dia belajar lagi ilmu silat dan kanuragan dengan tidak bosan-
bosannya selalu menimba ilmu dari berbagai guru. Selain itu dia juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh.

Tekadnya untuk menggabungkan dan mengolah berbagai ilmu yang dipelajarinya membuat dia tidak bosan-
bosan menimba ilmu. Berpindah guru baginya berarti mempelajari hal yang baru dan menambah ilmu yang
dirasakannya kurang. Dia yakin, bila segala sesuatu dikerjakan dengan baik dan didasari niat yang baik, maka
Tuhan akan menuntun untuk mencapai cita-citanya. Dia pun mulai meramu ilmu silat sendiri. R.M. Soebandiman
Dirdjoatmodjo lalu menetap di Parakan dan membuka perguruan silat dengan nama Eka Kalbu, yang berarti
satu hati.

Di tengah kesibukan melatih, dia bertemu dengan seorang pendekar Tionghoa yang beraliran beladiri Siauw
Liem Sie (Shaolinshi), Yap Kie San namanya. Yap Kie San adalah salah seorang cucu murid Louw Djing Tie
melalui Hoo Tik Tjay alias Suthur. Menurut catatan sejarah, Louw Djing Tie merupakan seorang pendekar
legendaris dalam dunia persilatan, baik di Tiongkok maupun di Indonesia, dan salah satu tokoh utama pembawa
beladiri kungfu dari Tiongkok ke Indonesia. Dalam dunia persilatan, Louw Djing Tie dijuluki sebagai Si Garuda
Emas dari Siauw Liem Pay. Saat ini murid-murid penerus Louw Djing Tie di Indonesia meneruskan perguruan
kungfu Garuda Emas.

R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa lalu
mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari biara Siauw Liem (Shaolin) ini dari Yap Kie San selama 14 tahun. Dia
diterima sebagai murid bukan dengan cara biasa tetapi melalui pertarungan persahabatan dengan murid Yap
Kie San. Melihat bakat R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo, Yap Kie San tergerak hatinya untuk menerimanya
sebagai murid.

Berbagai cobaan dan gemblengan dia jalani dengan tekun sampai akhirnya berhasil mencapai puncak latihan
ilmu silat dari Yap Kie San. Murid Yap Kie San yang sanggup bertahan hanya enam orang, di antaranya ada dua
orang yang bukan orang Tionghoa, yaitu R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo dan R. Brotosoetarjo yang di
kemudian hari mendirikan perguruan silat Bima (Budaya Indonesia Mataram). Dengan bekal yang diperoleh
selama merantau dan digabung dengan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang diterima dari Yap Kie San, R.M.
Soebandiman Dirdjoatmodjo mulai merumuskan ilmu yang telah dikuasainya itu.

Setelah puas merantau, dia kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara yang masih
pakdenya, meminta R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo mengajar silat di lingkungan Perguruan Taman Siswa di
Wirogunan.[5] Di tengah kesibukannya mengajar silat di Taman Siswa, R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo
mendapatkan pekerjaan sebagai Magazijn Meester di Pabrik Gula Pleret.
Anies Rasyid Baswedan, Ph.D. (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I.), Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Mayjen TNI (Pur) Eddie
Marzuki Nalapraya pada acara Kejurnas Pelajar Silat Perisai Diri II di Jakarta tahun 2015.

Pada tahun 1947 di Yogyakarta, R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo diangkat menjadi Pegawai Negeri pada
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Seksi Pencak Silat, yang dikepalai oleh Mochammad Djoemali.
Berdasarkan misi yang diembannya untuk mengembangkan pencak silat, R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo
membuka kursus silat melalui dinas untuk umum. Dia juga diminta untuk mengajar di Himpunan Siswa Budaya,
sebuah unit kegiatan mahasiswa UGM (Universitas Gadjah Mada). Murid-muridnya adalah para mahasiswa
UGM pada awal-awal berdirinya kampus tersebut. R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo juga membuka kursus silat
di kantornya. Beberapa murid R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo saat itu di antaranya adalah Ir. Dalmono, Prof.
Dr. Suyono Hadi dan R.M. Bambang Moediono Probokusumo yang di lingkungan keluarga silat Perisai Diri akrab
dipanggil Mas Wuk.

Tahun 1954 R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo diperbantukan ke Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Urusan
Pencak Silat. Murid-muridnya di Yogyakarta, baik yang berlatih di UGM maupun di luar UGM, bergabung menjadi
satu dalam wadah HPPSI (Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia) yang diketuai oleh Ir. Dalmono.

Tahun 1955 dia resmi pindah dinas ke Kota Surabaya. Dengan tugas yang sama, yakni mengembangkan dan
menyebarluaskan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia, R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo membuka
kursus silat yang diadakan di Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Surabaya. Dengan dibantu oleh Imam
Ramelan, dia mendirikan kursus silat PERISAI DIRI pada tanggal 2 Juli 1955.[2]

Para muridnya di Yogyakarta pun kemudian menyesuaikan diri menamakan himpunan mereka sebagai silat
Perisai Diri. Di sisi lain, murid-murid perguruan silat Eka Kalbu yang pernah didirikan oleh R.M. Soebandiman
Dirdjoatmodjo masih berhubungan dengan dia. Mereka tersebar di kawasan Banyumas, Purworejo dan
Yogyakarta. Hanya saja perguruan ini kemudian memang tidak berkembang, namun melebur dengan sendirinya
ke silat Perisai Diri, sama seperti HPPSI di Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan ini menjadi
mudah.

Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang dikuasainya kemudian
dicurahkannya dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia,
tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah.
Dengan motto "Pandai Silat Tanpa Cedera", silat Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk
dipelajari sebagai ilmu beladiri.

Dr. Ir. Dwi Soetjipto, M.M. (Direktur Utama PT Pertamina (Persero)) menggantikan Ir. Nanang Soemindarto sebagai Ketua Umum
Pengurus Pusat Kelatnas Indonesia Perisai Diri berdasarkan hasil Munas Kelatnas Indonesia Perisai Diri XXIII Tahun 2015 di Yogyakarta.

Pada tahun 1969, murid R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo, Dr. Suparjono, S.H., M.Si., menjadi staf Bidang
Musyawarah PB PON VII di Surabaya. Dengan inspirasi dari AD/ART organisasi-organisasi di KONI Pusat yang
sudah ada, Suparjono bersama Bambang Moediono Probokusumo, Totok Sumantoro, Mondo Satrio dan anggota
Dewan Pendekar lainnya pada tahun 1970 menyusun AD/ART Perisai Diri dan nama lengkap organisasi silat
Perisai Diri disetujui menjadi Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI yang disingkat Kelatnas Indonesia
PERISAI DIRI.[1] Dimusyawarahkan juga mengenai pakaian seragam silat Perisai Diri yang baku, yang mana
sebelumnya berwarna hitam diubah menjadi putih dengan atribut tingkatan yang berubah beberapa kali hingga
terakhir seperti yang dipakai saat ini. Lambang Kelatnas Indonesia Perisai Diri juga dibuat dari hasil usulan
beberapa murid R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo, yaitu usulan gambar dari Suparjono, Both Sudargo dan
Bambang Priyokuncoro, yang kemudian usulan dari Suparjono yang terpilih, kemudian disempurnakan dan
dilengkapi oleh R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo.

Pada tahun 1982, R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo mengangkat 23 orang muridnya menjadi Pendekar. Para
Pendekar yang diangkat langsung oleh RM Soebandiman Dirdjoatmodjo ini disebut Pendekar Historis. Pendekar
Historis yang berjumlah 23 orang tersebut adalah:

1. Mat Kusen, dari Surabaya.

2. Dr. Suparjono, S.H., M.Si., dari Surabaya.

3. Drs. Noerhasdijanto, S.H., dari Surabaya.

4. Hari Soejanto, dari Surabaya.

5. F.X. Supi'i, dari Surabaya.

6. Ir. Nanang Soemindarto, dari Surabaya.


7. Prof. Dr. dr. Hari K. Lasmono, M.S., dari Surabaya.

8. Drs. Siaman, dari Surabaya.

9. Prof. Dr. M. Hidajat, Sp.O.T., dari Surabaya.

10. Drs. I Made Suwetja, M.B.A., dari Denpasar.

11. Arnowo Adji, dari Tangerang.

12. Yahya Buari, dari Lamongan.

13. Bambang Soekotjo Maxnoll, dari Cimahi.

14. Tonny S. Kohartono, dari Surabaya.

15. Mondo Satrio Hadi Prakoso, dari Surabaya.

16. Koesnadi, dari Surabaya.

17. Letkol Soegiarto Mertoprawiro, dari Serang.

18. Totok Soemantoro, B.Sc., dari Klaten.

19. Moeljono, dari Nganjuk.

20. Wardjiono, dari Jakarta.

21. Gunawan Parikesit, dari Semarang.

22. I Gusti Ngurah Dilla, dari Surabaya.

23. Ruddy J. Kapojos, dari Surabaya.

Tanggal 9 Mei 1983, R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Sang Pencipta.[6] Tanggung jawab
untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah
menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara di Eropa, Amerika dan Australia. Dengan di bawah
koordinasi Dr. Ir. Dwi Soetjipto, M.M., sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat, saat ini Kelatnas Indonesia Perisai
Diri memiliki cabang hampir di setiap provinsi di Indonesia serta memiliki komisariat di 10 negara lain. Untuk
menghargai jasanya, pada tahun 1986 pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pendekar Purna
Utama bagi R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo.

Berkas:Pdicjakarta2010.jpg

Perisai Diri International Championship, kejuaraan internasional yang diselenggarakan setiap 2 tahun.
Di Australia, Kelatnas Indonesia Perisai Diri mulai dikembangkan di Brisbane pada tahun 1979 oleh Dadan
Muharam, seorang pelatih silat Perisai Diri dari Bandung. Kelatnas Indonesia Perisai Diri berkembang pesat di
Australia dengan cabang di berbagai daerah, di antaranya yaitu di Tarragindi, Kuraby, Logan, Ashmore, Burleigh
Heads, Springbrook, Maleny, Nambour, Noosaville, Yandina, Gympie, Townsville, Coffs Harbour, Newcastle,
Moruya Heads, Melbourne, Adelaide, Perth, dsb.

Kelatnas Indonesia Perisai Diri juga dikembangkan di Belanda oleh Ronny Tjong A-Hung sejak tahun 1979. Saat
ini Kelatnas Indonesia Perisai Diri di Belanda telah berkembang dengan tempat latihan di Amsterdam,
Hilversum, Maarssen, Nieuwegein, Utrecht, dsb.

Pada tahun 1983, salah satu pelatih silat Perisai Diri yaitu Otto Soeharjono M.S. pindah tugas ke London, Inggris.
Dia mendirikan Kelatnas Indonesia Perisai Diri Komisariat Inggris Raya dan menjadi pelopor PSF UK (Pencak
Silat Federation of United Kingdom).

Both Sudargo, salah satu pendekar silat Perisai Diri yang pernah menjabat sebagai Pengurus Bidang
Pembinaan Pencak Silat Olahraga PB IPSI, pada tahun 1996 ditugaskan oleh pemerintah sebagai Atase
Perhubungan di Kedutaan Besar RI di Tokyo, Jepang. Di negeri yang dikenal sebagai pusat beladiri dunia ini, dia
berhasil mengembangkan pencak silat dengan mendirikan JAPSA (Japan Pencak Silat Association). Dengan
dibantu oleh Soesilo Soedarmadji, dia mengembangkan Kelatnas Indonesia Perisai Diri Komisariat Jepang.

Pada tahun 1997, Chandrasa Sedyaleksana yang sedang menjalani pendidikan di Technical University of Berlin
dan kemudian bekerja di Cologne membuka kembali Kelatnas Indonesia Perisai Diri di Jerman yang sebelumnya
sudah pernah dirintis oleh Mokhamad Hendayun. Kelatnas Indonesia Perisai Diri Komisariat Jerman memiliki
tempat latihan di Bonn.

Pada tahun 2009, Fabien Markiewicz dengan dibantu oleh Chandrasa Sedyaleksana membuka latihan silat
Perisai Diri di Audresseles, Prancis. Kemudian disusul oleh Graeme Fullarton yang pada tahun 2013 membuka
latihan silat Perisai Diri di Ockelbo, Swedia. Latihan silat Perisai Diri di Swedia bergabung dengan Prancis, Swiss
dan Jerman, membentuk komisariat Kelatnas Indonesia Perisai Diri 4 negara dengan Chandrasa Sedyaleksana
sebagai Penanggung Jawab Teknik.

Selain itu Kelatnas Indonesia Perisai Diri juga berkembang di beberapa negara lainnya.

Kelatnas Indonesia Perisai Diri telah beberapa kali menggelar even kejuaraan internasional yang dikenal
dengan nama Perisai Diri International Championship (PDIC), yaitu:

Invitasi Internasional Perisai Diri I di Semarang tahun 1991

Invitasi Internasional Perisai Diri II di Surabaya tahun 1995

3rd Perisai Diri International Championship di Denpasar tahun 2003

4th Perisai Diri International Championship di Yogyakarta tahun 2005


5th Perisai Diri International Championship di Bandung tahun 2007

6th Perisai Diri International Championship di Jakarta tahun 2010

7th Perisai Diri International Championship di Samarinda tahun 2012

8th Perisai Diri International Championship di Denpasar tahun 2014

9th Perisai Diri International Championship di Malang tahun 2017

Even kejuaraan ini diagendakan setiap dua tahun sekali.

Materi Pendidikan dan Latihan Silat Perisai Diri

Tingkatan pesilat Perisai Diri dibagi dalam beberapa tingkatan yang masing-masing ditempuh dalam jangka
waktu tertentu. Secara garis besar, tingkatan tersebut dikelompokkan dalam Tingkat Dasar dan Tingkat
Keluarga.[7]

Berkas:Tingkatpd.jpg

Tingkatan pendidikan dan latihan Kelatnas Indonesia Perisai Diri.

Tingkat Dasar terdiri dari Dasar I (Sabuk Putih), Dasar II (Sabuk Hitam) dan Calon Keluarga (Sabuk Merah).
Tingkat Keluarga (Sabuk Merah) terdiri dari beberapa tingkatan yang ditandai dengan warna strip pada badge
di dada kiri.

Tahapan pelajaran silat Perisai Diri terdiri dari pengenalan, pengertian, penerapan, pendalaman dan
penghayatan.

Senam Kombinasi

Senam Kombinasi merupakan rangkaian gerak silat Perisai Diri yang dilatihkan kepada pesilat sebagai bahan
pemanasan sebelum masuk ke sesi latihan inti. Sekilas seperti rangkaian jurus di perguruan pencak silat pada
umumnya, namun Senam Kombinasi bukanlah rangkaian yang perlu dihafalkan sebagaimana jurus di perguruan
pencak silat pada umumnya.

Rangkaian gerak Senam Kombinasi dibuat oleh para pelatih setempat pada saat latihan berlangsung.
Rangkaian gerak ini disusun oleh pelatih dengan pedoman teknik seolah-olah pesilat melakukan Serang Hindar
dengan lawan. Rangkaian yang dibuat oleh pelatih tersebut dilaksanakan dengan tenaga dan kecepatan
maksimal dan diulang berkali-kali.
Tujuan dari latihan Senam Kombinasi ini adalah untuk menciptakan kebiasaan dalam melakukan teknik yang
benar dan menciptakan refleks yang baik terhadap para pesilat. Latihan ini juga akan membentuk otot-otot
para pesilat agar dapat beradaptasi dengan teknik Perisai Diri. Senam Kombinasi ini selalu berbeda-beda di
setiap sesi latihan, baik tangan kosong ataupun menggunakan senjata.

Teknik Senjata

Berkas:Pdsenjata.jpg

Teknik silat Perisai Diri dengan menggunakan senjata.

Mulai tingkat Dasar akan diajarkan teknik-teknik beladiri tangan kosong. Pada tingkat selanjutnya diajarkan
juga teknik permainan senjata dengan senjata wajib pisau, pedang dan toya. Dengan dasar penguasaan tiga
senjata wajib, pisau mewakili senjata pendek, pedang mewakili senjata sedang, dan toya mewakili senjata
panjang, pesilat Perisai Diri dilatih untuk mampu mendayagunakan berbagai peralatan yang ada di sekitarnya
untuk digunakan sebagai senjata. Teknik tersebut juga dapat digunakan untuk memainkan senjata lain, seperti
celurit, trisula, abir, tombak, golok, katana, pentungan, kipas, teken, payung, roti kalong, senapan, bayonet, dsb.

Teknik permainan senjata pisau mulai diajarkan kepada pesilat yang telah menduduki tingkat Putih. Namun di
tingkat Calon Keluarga, pesilat sudah diperkenalkan dengan pelajaran dasar teknik senjata pisau. Sedangkan
teknik permainan senjata pedang mulai diajarkan kepada pesilat tingkat Hijau, tetapi pelajaran dasar teknik
senjata pedang sudah mulai diperkenalkan kepada pesilat di tingkat Putih. Teknik permainan senjata wajib
yang terakhir yaitu toya, mulai diajarkan kepada pesilat tingkat Biru Merah. Tetapi mulai tingkat Putih Hijau
pesilat sudah diperkenalkan dengan pelajaran dasar teknik senjata toya.

Tujuan dari pelajaran senjata adalah memberikan pemahaman bagi pesilat tentang berbagai macam senjata.
Dengan mengenal karakteristik senjata, maka anggota akan cepat beradaptasi dengan berbagai senjata.
Sebagai contoh, dengan mempelajari pisau, maka pesilat akan mengerti kelebihan dan kekurangan dari senjata
pendek. Bahkan pesilat akan dapat mengadaptasi benda-benda serupa seperti keris sebagai senjata, atau
bahkan pena dan pensil. Dengan memahami karakteristik senjata ini pula, seorang pesilat akan mengerti
bagaimana cara menghadapi berbagai macam senjata bila memang keadaan sudah mendesak.

Serang Hindar

Metode praktis yang sangat penting untuk dipelajari oleh pesilat Perisai Diri adalah latihan Serang Hindar. Pada
latihan ini akan diajarkan cara menyerang dan menghindar yang paling efisien, cepat, tepat, tangkas, deras
dan bijaksana. Sekalipun berhadapan langsung dengan lawan, kemungkinan cedera amat kecil karena setiap
siswa dibekali prinsip-prinsip dasar dalam melakukan serangan dan hindaran. Risiko kecil pada metode Serang
Hindar inilah yang melahirkan motto "Pandai Silat Tanpa Cedera". Dengan motto inilah Perisai Diri menyusun
program pendidikan dengan memperhatikan faktor psikologis dan kurikulumnya.

Dalam latihan Serang Hindar, dua orang pesilat saling berhadapan satu sama lain. Di dekat mereka ada seorang
pelatih yang memperhatikan. Seorang pesilat disebut sebagai A dan seorang lagi disebut dengan B. Pelatih
memberi aba-aba "hup !", bersamaan dengan itu A menyerang B dengan satu gerakan, sementara B menunggu
serangan itu dekat dan kemudian bergerak menghindar. Pelatih terus memberi aba-aba hingga 5 kali untuk A
menyerang dan B harus menghindar saat serangan A sudah dekat. Setelah selesai, giliran B yang menyerang
pada 5 aba-aba kedua.

Itulah salah satu metode latihan berpasangan di silat Perisai Diri yang dikenal dengan sebutan Serang Hindar.
Metode Serang Hindar ini telah diformulasikan oleh R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo agar bisa memberi rasa
aman bagi kedua pesilat. Selama berlatih, pesilat diminta untuk melakukan serangan dan hindaran yang sesuai
dengan pedoman teknik silat Perisai Diri.

Berkas:Pdseranghindar2.jpg

Serang Hindar, metode latihan silat Perisai Diri dengan motto Pandai Silat Tanpa Cedera.

Metode selanjutnya adalah Serang balas. Pada metode Serang balas, dalam satu aba-aba, A melakukan
serangan dan B menghindar, kemudian B membalas menyerang dan A menghindar. Satu set A serang B hindar
dan B balas A hindar, adalah implementasi dari metode Serang balas. Pada 5 aba-aba pertama, A mendapatkan
kesempatan menyerang pertama kali dan B membalas setelah melakukan hindaran sempurna, kemudian pada
5 aba-aba kedua akan ditukar oleh pelatih, yaitu B menyerang terlebih dahulu.

Tujuan dari latihan Serang balas ini adalah untuk melatih pesilat, terutama bagi si penghindar, untuk menghindar
ke arah yang sulit dilihat oleh lawan, tetapi akan sangat mudah untuk melakukan serangan balasan. Inilah yang
disebut hindaran yang mengunci posisi lawan. Si penghindar juga harus mempelajari bagaimana ia harus
meletakkan langkah mereka agar dapat mempercepat serangan balasan berikutnya.

Metode berpasangan lain yang dilatihkan di Perisai Diri adalah Beladiri. Beladiri adalah dimana saat A
menyerang, B menghindar sambil melepaskan serangan ke A. Dalam hal ini, B disebut melakukan Beladiri. Jadi
perbedaannya dengan metode sebelumnya adalah, bahwa B tidak melakukan hindaran sempurna baru
membalas, namun B melakukan hindaran dan serangan dalam satu gerakan.
Sebagai ilustrasi yang sederhana, misalnya A melakukan pukulan ke arah depan, ketika pukulan tersebut dekat
maka B bergerak menghindar ke samping sambil menusukkan buku tangannya ke arah mata. Dalam hal ini,
maka B melakukan Beladiri.

Serang Hindar, Serang Hindar Balas dan Beladiri akan diajarkan kepada pesilat Perisai Diri baik dari tingkat
Dasar sampai tingkat yang tinggi sekalipun. Metode ini akan diaplikasikan baik menggunakan tangan kosong
ataupun menggunakan senjata seperti pisau, pedang dan toya.

Teknik Asli

Teknik silat Perisai Diri mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia yang dipilah dan
dikelompokkan sesuai dengan karakter dari masing-masing aliran. Teknik Asli dalam silat Perisai Diri juga digali
dari aliran Siauw Liem Sie (Shaolinshi) yang dengan kreativitas R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo gerakan
maupun implementasinya sudah dijiwai oleh karakter pencak silat Indonesia. Hal ini yang menjadikan ilmu silat
Perisai Diri mempunyai sifat unik, tidak ada kemiripan dengan silat yang lain. Disebut Asli karena mempunyai
frame tersendiri, bukan merupakan kombinasi dari beberapa aliran silat.

Teknik Asli dalam silat Perisai Diri di antaranya yaitu:

1. Burung Meliwis

2. Burung Kuntul

3. Burung Garuda

4. Harimau

5. Naga

6. Satria

7. Pendeta

8. Putri

Selain teknik tersebut di atas, ada beberapa teknik yang menjadi kekayaan teknik silat Perisai Diri, di
antaranya yaitu Kuda Kuningan, Lingsang, Satria Hutan dan Kera, serta beberapa teknik dari beberapa daerah
di Indonesia, di antaranya yaitu Minangkabau, Jawa Timuran, Cimande, Bawean dan Betawen.

Teknik Minangkabau

Berkas:Pdminangkabau.jpg
Gerakan teknik Minangkabau mirip dengan tarian tradisional dari Minangkabau, Sumatra Barat. Salah satu
tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk memperkuat otot-otot paha dan otot belakang. Teknik ini juga
memberikan pengalaman tentang bagaimana rasanya bila kita berada pada posisi yang merendah ke tanah.
Rangkaian teknik Minangkabau diajarkan kepada pesilat yang menduduki tingkat Calon Keluarga.

Untuk menyerang lawan, teknik Minang sering kali mendahului dengan membuka bagian lemah dari badannya
dengan gerakan yang lambat. Ini adalah pancingan yang disengaja agar lawan menyerang terlebih dahulu.
Ketika lawan datang dengan serangan, saat itulah teknik Minang akan bergerak sangat cepat dan keras
menghancurkan serangan lawan tersebut dengan sikunya dan dilanjutkan dengan serangan berikutnya.

Teknik Burung Meliwis

Berkas:Pdmeliwis.jpg

Burung Meliwis memiliki ciri khas tersendiri dalam bergerak, yaitu bergerak dengan ringan dan cepat. Tujuan
dari mempelajari teknik ini adalah untuk melatih kecepatan, keringanan tubuh dan membiasakan diri menapak
dengan ujung kaki. Dengan mempelajari teknik ini, maka pesilat dengan sendirinya akan melatih otot-otot kaki,
betis dan pinggul. Rangkaian teknik Meliwis diajarkan kepada pesilat yang menduduki tingkat Putih.

Meliwis menggunakan ujung-ujung jari untuk menyerang lawan. Oleh karena itu, ia hanya akan menyerang
bagian-bagian yang sangat lemah seperti mata dan leher. Saat menyerang, Meliwis melontarkan tangannya
dengan cepat ke arah lawan dan akan kembali dengan kecepatan yang sama, sehingga mempersulit lawan
untuk menolak.

Selain ujung-ujung jari, Meliwis juga menggunakan pergelangan tangannya untuk menyerang bagian-bagian
seperti leher dan dagu. Teknik ini juga menggunakan pergelangan tangan bagian dalam untuk menolak dengan
cara mengalihkan arah serangan lawan.

Teknik Burung Kuntul

Berkas:Pdkuntul.jpg
Setelah mempelajari teknik Meliwis, pesilat tingkat Putih Hijau akan menerima pelajaran teknik berikutnya,
Burung Kuntul. Bila saat berlatih Meliwis, pesilat diajarkan untuk bergerak ringan, kini pesilat diajarkan untuk
melibatkan tenaga saat bergerak ringan.

Dibandingkan dengan Meliwis, Kuntul tidak hanya menyerang bagian lemah, tetapi juga bagian lain seperti lutut.
Teknik ini memiliki satu tendangan yang digunakan untuk merusak lutut lawan.

Pada saat menyerang, sifat serangan Kuntul adalah memecut. Serangan dilontarkan sangat cepat dari badan
ke arah sasaran dan dengan sendirinya kembali ke arah badan dengan kecepatan yang sama. Namun pola
serangan Kuntul tidak pernah lurus kedepan seperti teknik beladiri pada umumnya, serangan Kuntul selalu
mengarah ke samping.

Untuk menyerang depan, maka Kuntul akan memposisikan dirinya sedemikian rupa, sehingga lawan menjadi
berada di samping saat serangan mencapai target.

Teknik Burung Garuda

Garuda adalah simbol burung terkuat di antara jenis burung lainnya. Oleh karena itu, dibandingkan dengan
teknik burung sebelumnya, Garuda memiliki kemampuan bertarung yang paling tinggi. Rangkaian teknik Garuda
diajarkan kepada pesilat yang menduduki tingkat Hijau.

Berkas:Pdgaruda.jpg

Saat berlatih teknik Garuda, pesilat akan dikenalkan bagaimana cara menggunakan perubahan badan sebagai
tenaga tambahan saat menyerang atau menolak. Karena kemampuannya dalam menggunakan badan inilah,
tenaga yang dimiliki oleh teknik Garuda menjadi lebih besar dibandingkan dengan Meliwis dan Kuntul.

Garuda menggunakan sisi tangan dan sikunya sebagai perlengkapan dalam menyerang dan menolak. Teknik ini
selalu mengembangkan kelima jarinya selebar mungkin untuk memperkuat otot tangan bagian samping.

Target serangan Garuda sering ke arah leher. Dengan menggunakan sikunya, Garuda akan menotok bagian
leher dan mengiris leher tersebut dengan sisi luar tangan, untuk merusak tulang leher lawan sekaligus merobek
kulit lawan. Tidak hanya leher, Garuda juga dapat menyerang ke bagian tengah di antara dua alis mata lawan
dan mengirisnya ke sepanjang garis mata.
Dalam jarak yang sangat rapat, Garuda memanfaatkan sikunya ke bagian lemah lawan ataupun memanfaatkan
tumitnya untuk melakukan tendangan jarak pendek ke arah kemaluan lawan.

Untuk melindungi diri dari serangan lawan, Garuda memanfaatkan kaki untuk menolak bagian bawah dan
tangan untuk bagian tengah dan atas.

Teknik Harimau

Dibandingkan dengan Garuda, teknik Harimau memiliki kemampuan yang lebih besar, baik itu tenaga,
kecepatan, keuletan, keganasan dan fleksibilitas gerakan. Rangkaian teknik Harimau diajarkan kepada pesilat
yang menduduki tingkat Hijau Biru.

Berkas:Pdharimau.jpg

Teknik ini diadaptasi dari karakter hewan aslinya yang disesuaikan dengan anatomi tubuh manusia.
Kemampuan Harimau lebih baik dibanding Garuda karena teknik ini sudah menggunakan perputaran badan
untuk meningkatkan kecepatan dan tenaga.

Posisi Harimau bisa berbeda-beda, baik itu merendah, sedang ataupun tinggi. Pada saat posisi merendah,
teknik ini akan melebarkan kuda-kuda agar lebih merendah ke tanah dan akan menyerang ke daerah bawah
dari lawan, dilanjutkan dengan menggulung untuk menjauhkan diri dari lawan. Pada saat posisi tinggi, teknik ini
akan mengincar daerah atas seperti dada dan kepala. Teknik inipun kadang menggunakan lompatannya untuk
menyerang kepala.

Saat menyerang, Harimau menggunakan perlengkapan seperti cakar, telapak tangan, lutut, tumit dan telapak
kaki. Saat menolak, teknik ini akan menggunakan perlengkapannya seperti kaki, tangan dan juga cakarnya.
Target sasaran yang menjadi sasaran serangan antara lain mata, muka, telinga, leher, dada, pergelangan
badan, kemaluan, lutut dan kulit.

Teknik Naga

Berkas:Pdnaga.jpg
Naga dilambangkan sebagai binatang terkuat di jajaran teknik silat Perisai Diri. Oleh karena itu, Naga diberikan
pada jenjang teknik hewan terakhir di silat Perisai Diri. Keunikan dari teknik Naga terdapat pada cara
langkahnya yang selalu mengandung putaran. Hal ini dilakukan untuk menuju poros tengah lawan saat
menghindar, memapas ataupun menyerang. Tenaga yang dikeluarkan pun lebih besar dibanding teknik
sebelumnya karena teknik ini telah menyatukan kemampuan perputaran badan dan perpindahan berat badan
sebagai tambahan tenaganya.

Ditambah lagi, pesilat yang menerima teknik ini adalah mereka yang telah menduduki tingkat Biru. Di tingkat ini,
mereka mendapatkan pelajaran pernafasan tahap 1 yang berfokus untuk meningkatkan tenaga. Oleh karena itu,
teknik Naga pun akan semakin kuat lagi karena pesilat tingkat Biru mengkombinasikan teknik dan pernafasan
ke dalam aplikasinya.

Saat menyerang, teknik Naga akan merusak persendian leher, paha dan tangan. Daerah lemah seperti dagu
dan kemaluan juga bisa menjadi sasaran serangan apabila daerah tersebut terbuka.

Teknik Satria

Berkas:Pdsatria.jpg

Setelah mempelajari teknik hewan, di tingkat Biru Merah pesilat akan mulai mempelajari teknik manusia. Teknik
manusia yang pertama dipelajari adalah Satria. Pada tingkat ini, pesilat dianggap telah mampu menerapkan
seluruh kemampuan dari teknik hewan pada tingkatan-tingkatan sebelumnya. Sebagai suatu teknik manusia,
Satria akan mulai meninggalkan karakter kehewanannya, seperti liar, buas dan brutal. Satria akan berpikir tepat
sebelum bertindak dan melaksanakan geraknya dengan penuh percaya diri.

Bersamaan dengan penerimaan pelajaran teknik ini, seorang pesilat juga menerima pelajaran pernafasan
tahap 2 yang difokuskan untuk meledakkan tenaga. Karena kemampuan dari dua tahap pernafasan tersebut,
sifat teknik Satria menjadi penuh dengan rasa percaya diri. Ketika serangan datang, Satria akan menolak,
memapas dan merusak perlengkapan serangan lawan dengan memukul titik persendian. Saat bergerak, teknik
ini tidak melakukan gerakan-gerakan yang rumit seperti pada teknik Harimau dan Naga.

Teknik Pendeta

Berkas:Pdpendeta.jpg
Dalam Bahasa Jawa, pandito artinya adalah orang yang selalu memberikan falsafah jalan kebaikan pada orang
lain. Karakter ini pun terbawa ke dalam teknik itu sendiri. Teknik ini tidak menunjukan kebrutalan dan juga tidak
banyak merusak ataupun menghancurkan persendian lawan. Walaupun kemampuan seorang pesilat yang
mempelajari Pendeta tetap memiliki kemampuan seluruh teknik di bawahnya, namun teknik ini sendiri tidak
akan merusak bila tidak diperlukan. Rangkaian teknik Pendeta diajarkan kepada pesilat yang menduduki
tingkat Merah.

Pola gerak yang dilakukan teknik ini pun jauh lebih sederhana. Serangannya hanya berpola lurus, dengan jarak
yang dekat. Serangan yang dilakukan sepenuhnya menggunakan putaran badan. Perlengkapan yang digunakan
saat menyerang adalah kepalan tangan, sisi samping badan, kepala dan tumit. Bentuk tangan dari teknik ini
selalu mengepal. Sasaran serangan umumnya adalah ulu hati, kepala, rusuk dan beberapa bagian persendian.

Teknik Putri

Berkas:Pdputri.jpg

Teknik Putri adalah teknik tertinggi di silat Perisai Diri. Rangkaian teknik Putri diajarkan kepada pesilat mulai
tingkat Merah Kuning. Karakter dari teknik ini bisa berubah-ubah. Terkadang lembut, namun tiba-tiba berubah
menjadi sangat cepat dan keras, kemudian lembut kembali. Putri menggabungkan seluruh kemampuan yang
ada pada teknik-teknik sebelumnya, ditambah dengan kemampuan fleksibilitas gerak yang tidak baku seperti
teknik lain. Tenaga yang digunakan bersifat kosong isi. Istilah ini berarti bahwa Putri akan selalu kosong tidak
bertenaga, namun di dalam kekosongannya, keluar tenaga yang sangat besar saat terjadi sentuhan dengan
lawan.

Putri sering kali melakukan dua macam tindakan dalam satu gerakan. Baik itu menyerang sambil menghindar
ataupun menyerang sambil menolak. Teknik inipun sering memanfaatkan tenaga lawan untuk menyerang,
sehingga tenaga yang ia keluarkan semakin sedikit. Perputaran badan selalu diaplikasikan dalam tekniknya
ditambah dengan pernafasan tahap 3 yang selalu mengiringi geraknya. Serangannya bersifat gelap, yang
artinya sulit untuk dilihat lawan. Putri biasanya hanya bereaksi terhadap serangan lawan. Ia tidak berinisiatif
melakukan serangan terlebih dahulu.

Teknik Olah Pernafasan


Ketika pesilat telah menduduki tingkat Biru, ia akan mulai menerima pelajaran teknik olah pernafasan yang
berguna baik untuk kebugaran maupun untuk menunjang beladiri. Teknik pernafasan Perisai Diri dibagi menjadi
3 tahap.

Berkas:Pdpernafasan.jpg

Teknik olah pernafasan untuk kebugaran maupun untuk menunjang beladiri.

Tahap pertama tujuannya untuk menghimpun tenaga. Seorang pesilat akan belajar teknik pernafasan untuk
meningkatkan tenaga dan membuat otot-ototnya menjadi keras. Ketika seorang pesilat telah menyelesaikan
latihan pernafasan tahap 1, maka ia harus langsung melanjutkannya ke latihan pernafasan tahap 2. Pada tahap
2 ini akan difokuskan untuk meledakkan tenaga. Tenaga yang telah mampu dihimpun sebagai hasil latihan di
tahap 1, kini diarahkan untuk dilepaskan dalam bentuk-bentuk teknik, baik serangan, tolakan, papasan dan
bahkan hindaran.

Tahap terakhir dari latihan teknik pernafasan ini adalah pernafasan tahap 3. Pada tahap 3 akan ditekankan
pada implementasi nafas ke dalam seluruh gerakan silat. Setelah implementasi tahap 3, seorang pesilat akan
mampu bernafas dengan lembut, bergerak dengan cepat dan seketika menghasilkan tenaga saat diperlukan.
Seluruh pola pernafasan, cara implementasi dan penghayatannya akan dilatihkan pada tahap ini. Oleh karena
itu, pelajaran ini hanya akan diberikan kepada Pelatih yang dituntun langsung oleh seorang Pendekar.

Kerokhanian

Berkas:Pdkerokhanian.jpg

Pendidikan kerokhanian untuk membina pesilat Perisai Diri agar berbudi luhur.

Pesilat yang memiliki keterampilan bertarung setelah mempelajari teknik silat dan teknik olah pernafasan
sangat perlu diberikan pendidikan mental spiritual agar menjadi pesilat yang berbudi luhur, yang dalam silat
Perisai Diri dikenal dengan istilah pendidikan kerokhanian.[8] Pendidikan kerokhanian diberikan secara bertahap
untuk memberi pengertian dan pelajaran tentang diri pribadi dan manusia pada umumnya, sehingga diharapkan
tercipta pesilat yang bermental baja dan berbudi luhur, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, berperangai
lemah lembut, serta bijaksana dalam berpikir dan bertindak. Keseimbangan antara pengetahuan silat dan
kerokhanian akan menjadikan anggota Kelatnas Indonesia Perisai Diri waspada dan mawas diri, tidak sombong,
dan setiap saat sadar bahwa di atas segala-galanya ada Sang Pencipta.

Pranala luar

Website Kelatnas Indonesia Perisai Diri Unit Balima Bandung (https://www.pdbalima.com) Diarsipkan (htt
ps://web.archive.org/web/20190109093131/http://www.pdbalima.com/) 2019-01-09 di Wayback Machine.

Website Kelatnas Indonesia Perisai Diri Kota Batam (http://bungasepasang.blogspot.com)

Website Kelatnas Indonesia Perisai Diri Kota Malang (http://perisaidirimalangraya.blogspot.com)

Website Kelatnas Indonesia Perisai Diri Kota Pekanbaru (http://pdpku.blogspot.com)

Website Kelatnas Indonesia Perisai Diri Unit ITB (Institut Teknologi Bandung) (http://perisaidiri.itb.ac.id)

Website Kelatnas Indonesia Perisai Diri Unit Unesa (Universitas Negeri Surabaya) (http://padepokanperisai
diriunesa.blogspot.com)

Website Kelatnas Indonesia Perisai Diri Unit UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta (htt
p://www.perisaidiriuinjkt.com) Diarsipkan (https://web.archive.org/web/20150821184035/http://www.p
erisaidiriuinjkt.com/) 2015-08-21 di Wayback Machine.

Website Kelatnas Indonesia Perisai Diri Komisariat Belanda (http://www.perisaidiri.nl)

Website Kelatnas Indonesia Perisai Diri Komisariat Australia (http://www.silatperisaidiri.org)

Website Kelatnas Indonesia Perisai Diri Komisariat Jepang (http://perisaidiri.awardspace.com) Diarsipkan


(https://web.archive.org/web/20190215113445/http://perisaidiri.awardspace.com/) 2019-02-15 di
Wayback Machine.

Website Kelatnas Indonesia Perisai Diri Komisariat Inggris Raya (http://www.perisaidiri.com)

Website Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa) (http://www.persilat.org/ipsi.htm) Diarsipkan


(https://web.archive.org/web/20130530183109/http://www.persilat.org/Ipsi.htm) 2013-05-30 di
Wayback Machine.

Website Kelatnas Indonesia Perisai Diri Kabupaten Tasikmalaya (http://www.pdkabtasikwilbarat.hol.es)


Diarsipkan (https://web.archive.org/web/20180323183307/http://pdkabtasikwilbarat.hol.es/) 2018-03-
23 di Wayback Machine.

Referensi

1. Pasal 1 Ayat (1) Anggaran Dasar Kelatnas Indonesia Perisai Diri.

2. Pasal 2 Anggaran Dasar Kelatnas Indonesia Perisai Diri.


3. "Website Persilat" (https://web.archive.org/web/20130530183109/http://www.persilat.org/Ipsi.htm) .
Diarsipkan dari versi asli (http://www.persilat.org/ipsi.htm) tanggal 2013-05-30. Diakses tanggal
2015-08-13.

4. Pasal 2 Anggaran Rumah Tangga IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia).

5. "Majalah Tempo" (https://www.tempo.co) . 21 Mei 1983.

6. "Koran Kompas" (http://www.kompas.com) . 16 Juni 1983.

7. Pasal 4 Anggaran Rumah Tangga Kelatnas Indonesia Perisai Diri.

8. Pasal 5 Ayat (5) Anggaran Rumah Tangga Kelatnas Indonesia Perisai Diri.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?


title=Keluarga_Silat_Nasional_Indonesia_Perisai_Diri&oldi
d=18582722"


Terakhir disunting 10 bulan yang lalu oleh HsfBot

Anda mungkin juga menyukai