Anda di halaman 1dari 10

RESOURCE BASED VIEW

Resource Based View (RBv) menjadi pendekatan dan acuan penting bagi perusahaan, karena
pendekatan ini membantu perusahaan dalam mengidentifikasi dan menilai kondisi internal salah
satu komponen penting dalam perumusan strateginya.

Tujuan pembelajaran

1. Mengetahui dan memahami sudut pandang penyusunan strategi perusahaan.


2. Mengetahui dan memahami resource based view sebagai salah satu pendekatan yang digunakan
perusahaan dalam penyusunan strategi.
3. Mengetahui dan memahami alasan penting mendasar kehadiran perusahaan dalam perspektif
manajemen strategi.
4. Mengetahui dan memahami komponen dalam resource based dan sebagai pembentuk view
strategi perusahaan.

BEDAH KASUS

iPhone

iPhone yang diproduksi oleh apple inc. Dibawa kepemimpinan Steve Jobs merupakan sebuah produk
handphone telepon genggam seluler fenomenal, diluncurkan pada bulan Januari tahun 2007. Pada
peluncurannya Steve Jobs katakan bahwa hari itu adalah sebuah sejarah karena Apple melakukan
invensi ulang telepon genggam. Secara spesifik Jobs menyebut sebagai sebuah revolusi telepon
seluler (seluler), khususnya menggabungkan tiga perangkat: iPod layar sentuh, telepon seluler dan
internet komunikator.

Pada masa itu, seperti diketahui, teknologi ponsel hanya sebagai alat komunikasi bergerak (mobile
communication), belum ada teknologi tambahan lain seperti pemutar lagu, kamera atau akses
internet. Konsumen harus memiliki perangkat tambahan jika ingin memutar lagu-misalnya iPod
keluaran Apple juga, atau perangkat lain; untuk terkoneksi dengan internet, terdapat perangkat yang
disebut dengan PDA (personal digital assistant).

Sedangkan untuk memotret, konsumen harus memiliki kamera digital khusus. Menurut
perancangnya Tony Fadel, pada dasarnya konsep iPhone adalah iPop phone, yaitu iPod yang bisa
berfungsi sebagai ponsel. Pada tahun 2001 Apple meluncurkan iPod, pemutar lagu digital genggam
yang ramping dan berhasil menjual jutaan unit. Tidak berlebihan apabila Jobs mengatakan bahwa
kehadiran iPhone merevolusi ponsel, oleh karena iPhone mengintegrasikan ketiga teknologi
tersebut.

Brain merchant (2017) dalam bukunya, the one device: the secret history of the iPhone, menuliskan
bahwa iPhone merupakan inovasi pengubah permainan (dalam industri ponsel) dengan teknologi
yang di bawahnya, yaitu layar sentuh, kamera berkualitas tinggi, sensor tertanam akselerometer dan
gyroscopic.

Pada masa itu pesaing utama iPhone di pasar bisnis maupun konsumsi, antara lain adalah LG perda,
LG viewty, Samsung ultra smart f700, Nokia N95, Nokia e61i, palm treo 750, palm Centro, HTC touch,
Sony Ericsson w960, Sony Ericsson c905, dan BlackBerry.
Inovasi yang dibawa iPhone, menurut merchant (2017), bukan hanya merevolusi industri ponsel,
akan tetapi bahkan mentransformasi kehidupan masyarakat secara keseluruhan. masyarakat ke
mana-mana seperti membawa komputer berkoneksi internet, baik saat kita di rumah maupun saat
bekerja; melakukan obrolan di ruang chatting WhatsApp, telegram, line; menggunakan peta
interaktif, kamera, video streaming, mengakses berbagai channel media sosial Twitter, Instagram
Facebook atau memesan Uber dan lain-lain.

Kondisi tersebut pada masa sekarang dipicu oleh pandemi covid-19 masih terjadi bahkan mungkin
lebih banyak waktu yang digunakan masyarakat mengakses berbagai platform yang mengubah
metode komunikasi, hidup, menjalin menjalin relasi dan lain-lain.

Prestasi iPhone bukan hanya sebagai perangkat dengan daya inovasi tinggi di masa tersebut, namun
juga merupakan produk yang berhasil dengan tingkat penjualan tertinggi berdasarkan daftar yang
dibuat oleh Horace Dediu, Ahli Apple dan analisis industri teknologi pada tahun 2016.

Produk-produk tersebut adalah Toyota untuk merek mobil dengan penjualan 43 juta unit, Sony
PlayStation untuk permainan konsul sebanyak 382 juta unit, Harry Potter untuk kategori buku
sebanyak 450 juta buku, dan iPhone sebanyak 1 miliar unit (merchant, 2017). Merchant
menambahkan bahwa angka 1 miliar itu adalah sembilan digit dengan tujuan ingin menekankan
keberhasilan iPhone yang luar biasa. Bahkan, dikatakannya bahwa iPhone bukan hanya penjualan
terbaik untuk kategori ponsel, namun juga untuk kategori pemutar lagu, kamera, layar video, dan
penjualan terbaik komputer sepanjang waktu.

Selain itu, pada tahun 2014, analis wall street berusaha mengidentifikasi produk paling
menguntungkan di seluruh dunia nomor 1 adalah iPhone, tempat di atas rokok Marlboro. Dapat
dikatakan bahwa iPhone lebih menguntungkan daripada produk yang dipasarkan tanpa henti yang
secara fisik membuat ketagihan pelanggannya. Lebih jauh, merchant menegaskan bahwa pada
dasarnya iPhone juga membuat ketagihan dan ketergantungan pemakainya.

A. TEORI DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN

Kisah revolusi iPhone tersebut menggambarkan pendekatan resource based view (rbv).
Pengembangan iPhone didasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh Apple, kompetensi Steve
Jobs dan orang-orang penting dalam perusahaan Apple Inc. dalam rangka memahami konsep rbv,
maka kita akan mengawalinya dengan memahami perusahaan (firm), karakteristiknya, faktor yang
mendukung kehadirannya, termasuk orientasinya. Pada dasarnya, konsep perusahaan dapat kita
pahami melalui sirkulasi kegiatan ekonomi seperti tampak pada gambar di bawah ini.
Berdasarkan gambar tersebut, merupakan salah satu dari empat pelaku dalam aktivitas ekonomi.
Secara klasik, perusahaan sendiri dapat kita pahami sebagai sebuah aktivitas produksi yang
menghasilkan barang dan jasa dengan memanfaatkan berbagai sumber daya, baik material dan atau
kompetensi orang.

Dalam aktivitasnya tersebut, perusahaan melakukan transformasi input menjadi output khususnya
pada jenis perusahaan manufaktur ring atau pabrikan, sedangkan pada perusahaan jasa tidak terjadi
transportasi input menjadi output, karena sifat jasa adalah tidak berwujud intangible. Perusahaan
jasa melakukan proses penyampaian delivering jasa kepada konsumen sasarannya.

Bisa kita pahami bukan hanya dari teori atau pendekatan-pendekatan ekonomi khususnya teori
mikro ekonomi yaitu berdasarkan dengan analisis pasar sumber daya organisasional ekonomi atau
industri ekonomi akan tetapi juga dari perspektif sosiologi dan psikologikal.

Secara sosiologis untuk memahami karakteristik sebuah perusahaan, Becerra (2009) menyatakan
bahwa kita bisa mendasarkan pada karakteristik sebagai
1. Unit produksi,
2. Proses pengambilan keputusan,
3. Solusi kontrak,
4. Sekumpulan sumber daya.

1. Perusahaan Sebagai Unit Produksi

Ukuran sebuah perusahaan yang paling penting dan mendasar dalam masyarakat saat ini adalah
bahwa mereka sebagai penyedia produk dan jasa. Ini bentuk oleh teori produksi dalam ilmu ekonomi
yang menyatakan bahwa perusahaan sebagai penyedia barang-barang termasuk jasa, yang secara
formal melalui sebuah kegiatan fungsi produksi. Dalam ilmu ekonomi, perusahaan dipandang
sebagai sebuah "black box", karena para ekonomi tidak terlampau tertarik untuk memahami aspek
yang berkaitan dengan aspek internal perusahaan secara lebih spesifik termasuk menganalisis
perilakunya, selain bahwa perusahaan merupakan semata-mata unit produksi yang
mentransformasikan input berupa (tenaga kerja, modal, dan tanah) menjadi barang-barang yang
dijual di pasar. Perusahaan juga dipandang bahwa tujuan utamanya adalah memaksimalkan
keuntungan melalui keputusan-keputusan terkait jumlah dan pilihan bahan baku yang pada
gilirannya akan berkontribusi pada pembentukan harga pasar dan kurva penawaran permintaan.

Konsep ilmu ekonomi atas perusahaan bisa kita pahami dikarenakan secara tradisional, ilmu
ekonomi memang fokus pada pemahaman mengenai pasar dan faktor penentu harga. Sama dengan
pertengahan abad 21, menurut Becerra (2009), para ekonom komandan perusahaan sebagai
konstruksi mental yang yang memungkinkan kita untuk memodelkan sisi penawaran pasar, tetapi
bukan organisasi nyata yang kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari.

2. Perusahaan Sebagai Proses Pengambilan Keputusan.


Berbeda dengan ekonomi, ahli dalam bidang organisasi memfokuskan pada hal yang terjadi di dalam
perusahaan dan hubungannya dengan lingkungan dengan demikian, perspektif ini melihat peran
utama perusahaan, yaitu mengoordinasikan unit-unit khusus dan individu yang ada di dalamnya.
Meskipun demikian koordinasi yang efektif tidak terjadi begitu saja dan otomatis. Hal tersebut hanya
dapat terjadi melalui keputusan pemimpin yang memadai, khususnya terkait keselarasan tujuan
individu dan organisasi, pembagian tugas, pengendalian, insentif dan tujuan. Oleh karenanya,
mempelajari bagaimana para manager membuat keputusan menjadi penting dalam analisis
organisasi dan perilakunya. Pendekatan perilaku ini akan membantu kita memahami pengambilan
keputusan strategis di dalam perusahaan.

Beberapa tindakan dapat juga ditempuh melalui proses pencarian sederhana, meskipun seringkali
bias, namun dapat diatasi dengan mengadaptasi pembelajaran organisasi secara konsisten. Hal lain
adalah tujuan seringkali tidak konsisten dikarenakan divisi yang berbeda mencoba melaksanakan
tanggung jawabnya sendiri. Kondisi ini berikutnya memunculkan koalisi di dalam perusahaan,
akibatnya muncul sikap toleran terhadap tujuan dan keputusan yang paling mudah dicapai,
dibandingkan pada usaha mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Oleh karenanya, untuk mencapai kinerja yang lebih baik terutama karena karakteristik perusahaan
sebagai sebuah proses pengambilan keputusan, maka dapat dicapai dengan meningkatkan
pengetahuan dan informasi di dalam perusahaan dan kaitannya dengan lingkungan eksternal.
Dengan demikian tampak jelas bahwa perusahaan jauh lebih komplek daripada sekedar fungsi
produksi yang mengubah input menjadi output melalui optimasi terbatas.

Struktur internal mereka sangat bervariasi dan dapat membuat beberapa perusahaan lebih efisien
atau bereaksi lebih cepat terhadap perubahan lingkungan, yang seharusnya menjadi bagian dari
teori perusahaan dalam strategi.

3. Perusahaan Sebagai Solusi Kontrak.

Dari perusahaan sebagai solusi kontrak, keberadaan sebuah perusahaan ditentukan oleh efektivitas
dan efisiensi kontrak pasar dibandingkan dengan pengaturan organisasi. Teori-teori yang berbeda
mengikuti konsep yang dikembangkan oleh Ronald Coase, yang menyatakan perusahaan sebagai
struktur tata kelola transaksi. Teori-teori tersebut meyakini bahwa efektivitas dan biaya dalam
kontrak tertulis adalah hal yang esensial dalam memahami mengapa perusahaan eksis di pasar.
Untuk semua teori ini, sifat dan kontraktibilitas pertukaran, pembeli pemasok atau atasan -bawahan,
menentukan apakah sebuah organisasi harus muncul dan manajemen intrernal dari pertukaran itu
dalam organisasi atau melalui pasar.

4. Perusahaan Sebagai Sekumpulan Sumber Daya

Resource based view (RBV) sebagai konsep utama tentang perusahaan, pertama kali dikemukakan
oleh Edith Penrose pada tahun 1959 yang kemudian dikembangkan secara substansial pada tahun
1990, perusahaan merupakan sekumpulan sumber daya di bawah kendali satu kerangka kerja
administratif.

Edith Penrose, fungsi utama ekonomi adalah perusahaan industri, yaitu untuk menggunakan sumber
daya produktif dengan tujuan untuk menyediakan barang dan jasa sesuai dengan rencana yang telah
dikembangkan di dalam perusahaan.
Fitur yang paling penting dari rbv adalah bahwa dalam melakukan analisis atas strategi, maka hal
tersebut adalah pada sumber daya internal perusahaan, yaitu aspek keuangan, manusia atau orang,
fisik dan sumber daya yang tidak berwujud, yang merupakan aset dan digunakan oleh perusahaan
untuk memahami dan mengimplementasikan strategi mereka. Sudut pandang ini terutama sangat
berguna dalam menjalankan proses pertumbuhan sebuah perusahaan. Bawa proses pertumbuhan
perusahaan dapat membantu memahami tentang ukuran dan cakupan yang akan terkait juga pada
produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Evolusi kumpulan sumber daya perusahaan mengalami
perubahan dari waktu ke waktu dalam hal mana langkah yang diambil di tahap awal akan
mempengaruhi langkah selanjutnya.

Penekanan pada pertumbuhan berdasarkan faktor internal juga menjadi faktor yang dijadikan acuan
oleh beberapa pandangan dalam melihat karakteristik perusahaan, seperti pendekatan evolusionary
ekonomi (Nelson dan Winter, 1982), kompetensi inti (Prahalad dan Hamel, 1980), teori knowledge
based ( Grant, 1996) dan dynamic capabilites (Teece et.al.,1997). Dari sudut pandang ini,
kemampuan perusahaan mengakumulasi sumber daya secara superior yang menjadi penentu
kinerjanya. Karakteristik sumber daya sumber daya yang spesifik tersebut menjadi inti dari RBV.

B. Teori Perusahaan Untuk Manajemen Strategi

Untuk mendapatkan jawaban secara spesifik dalam rangka mengembangkan teori mengenai
perusahaan dari perspektif strategi, maka terdapat empat pertanyaan mendasar yang harus dijawab,
yaitu sebagai berikut.
1. Definisi
A. Apa yang dimaksud dengan perusahaan?
B. Apa fitur-fitur penting dari definisi perusahaan
C. Bagaimana hal tersebut bisa dikonseptualisasikan
2. Peran
A. Mengapa perusahaan?
B. Apa peran yang dijalankan di masyarakat?
C. Bagaimana ia bisa hadir dan eksis?
3. Cakupan
A. Apa yang paling menentukan ukuran sebuah perusahaan?
B. Seberapa jauh mereka dapat bertumbuh?
C. Apa yang mendorong cakupan aktivitasnya- berkaitan dengan produk integrasi vertikal
horizontal dan geografikal internasionalisasi?
4. Kinerja
A. Apa yang paling menentukan kinerja mereka?
B. Mengapa kinerja tiap perusahaan berbeda-beda?
C. Bagaimana mereka bisa bertahan dari waktu ke waktu?

Setiap teori tersebut memiliki kontribusi pada teori perusahaan berkaitan dengan strategi, namun
demikian, masing-masing teori tersebut memiliki keterbatasan karena mereka menekankan pada
pertanyaan yang berbeda dan tujuan. Dua perspektif terakhir perusahaan sebagai solusi kontrak dan
perusahaan sebagai kumpulan sumber daya RBV.
Neo-Klasik

Perilaku

Kontrak

Sumber Daya

Nilai

1. The resource Based view of the firm

Kajian dalam manajemen strategi membuat perbedaan antara kapabilitas dan sumber daya.
Kapabilitas adalah kemampuan untuk menjalankan tugas atau aktivitas yang melibatkan koordinasi
dan kerjasama kompleks antara orang dan sumber daya lainnya. Kapabilitas meliputi keahlian dalam
penelitian dan pengembangan, layanan pada pelanggan, dan pabrikan dengan kualitas tinggi.
Sementara itu keahlian mengarah pada hal yang lebih spesifik, seperti dalam hal mengoperasikan
komputer, memperbaiki mesin dan juga pencatatan. Lebih jauh, fokus kajian manajemen strategi
adalah pada bagaimana sumber daya dan kapabilitas tersebut menghasilkan profit.

Kumpulan tersebut kapabilitas dan sumber daya kemudian dikenal sebagai aset strategis atau
kompetensi inti, khususnya, apabila kapabilitas dan sumber daya tersebut secara spesifik dapat
menciptakan keunggulan daya saing bagi perusahaan. Dengan demikian, perusahaan memiliki tugas
yang strategis yaitu mempertahankan keuntungan tersebut secara terus-menerus dengan
meningkatkan dan melindungi keunggulan daya saingnya serta asas strategisnya.

Berdasarkan Barney 1986 serta hamel dan Prahald 1996, konsep RBV fokus pada upaya perusahaan
untuk membangun atribut sumber daya yang sulit ditiru, dan hal tersebut merupakan sumber
keunggulan bersaing dan kinerja superior perusahaan.

Menurut corner 1991, keragaman kinerja di antara perusahaan bergantung pada kemampuannya
untuk memiliki kapabilitas dan input-input yang unik atau langka.Barney 1991, menyatakan bahwa
sumber daya tersebut haruslah valuable bernilai rare langka, inimitable tidak bisa ditiru dan non
substitusibel tidak bisa diganti sering disingkat menjadi VRIN.
Penjelasan VRIN adalah sebagai berikut

A. Valuable (v) sumber daya memiliki nilai

Nilai strategik bagi perusahaan serta dapat membantu perusahaan mengeksploitasi peluang-peluang
yang ada di pasar atau mengurangi ancaman pasar. Tidak ada keunggulan yang dimiliki perusahaan
jika sumber daya tersebut tidak bisa menambah atau meningkatkan nilai perusahaan.

B. Rare (R): sumber daya yang dimiliki perusahaan haruslah sulit didapatkan oleh pesaing. Bahkan
sumber daya tersebut harus langkah dan unik, sehingga dapat memberikan keunggulan daya saing.
Sumber daya yang bisa dimiliki oleh banyak perusahaan sejatinya tidak bisa memberikan keunggulan
daya saing, karena sumber daya tersebut tidak bisa dirancang dan dijadikan andalan dalam strategi
perusahaan dibandingkan pesaingnya.

C. Imperfect imitability (I): sumber daya tersebut tidak bisa ditiru. Hambatan untuk imitabilitas yang
tidak sempurna bisa banyak, antara lain misalnya kesulitan dalam memperoleh sumber daya,
hubungan yang ambigu antara kemampuan dan keunggulan kompetitif, atau kompleksitas sumber
daya. Sumber daya dapat menjadi dasar keunggulan kompetitif yang berkelanjutan hanya jika
sumber daya tersebut tidak bisa ditiru oleh pesaing.

D. Non-substitubality (N): ini berarti bahwa sumber daya perusahaan tidak bisa digantikan oleh
sumber daya alternatif. Dalam hal ini perusahaan tidak mencapai kinerja yang sama hanya dengan
menggantikannya dengan sumber daya alternatif.

2. Tipe sumber daya

RBV secara spesifik mengategorikan sumber daya perusahaan yang dapat dijadikan landasan
pengembangan strategi yaitu, aset, proses organisasi, atribut perusahaan, informasi atau
pengetahuan.
Pendekatan rbv memberikan tiga poin untuk memahami sumber daya dan peranannya bagi kinerja
perusahaan.

Pertama sumber daya yang dimiliki perusahaan akan mengarahkan pertumbuhan usahanya. Sumber
daya yang saling berhubungan juga merupakan hal yang sangat strategis bagi pertumbuhan
perusahaan. rbv memberikan tiga poin untuk memahami sumber daya dan peranannya bagi kinerja
perusahaan.

Pertama sumber daya yang dimiliki perusahaan akan mengarahkan pertumbuhan usahanya. Sumber
daya yang saling berhubungan juga merupakan hal yang sangat strategis bagi pertumbuhan
perusahaan. Pada saat terdapat aktivitas baru yang dilakukan oleh perusahaan dengan
mengembangkan dan mengeksploitasi sumber daya yang dimilikinya maka akan muncul peluang
untuk bertumbuh.

Kedua RBV dapat menjelaskan tentang penciptaan dan pengembangan kompetensi yang terjadi di
dalam perusahaan khususnya salah satu tipe sumber daya tak berwujud yaitu pengetahuan.
Pengembangannya akan memberikan pengaruh signifikan pada kinerja perusahaan. Ketiga, RBV
menjelaskan mengapa perusahaan memiliki pertumbuhan dan kinerja yang beragam. Kontribusi
kunci rbv dalam hal ini adalah bahwa penyebab keragaman kinerja perusahaan adalah informasi
yang tersedia tidak sama untuk seluruh pemain di pasar. Hal yang paling mendasar adalah yang
disebut dengan clausal ambigu, ketidakjelasan faktor yang menyebabkan sebuah perusahaan
memperoleh keunggulan bersaing. Sulit untuk melakukan imitasi bahkan perusahaan yang memiliki
keunggulan bersaing pun seringkali tidak mengetahui sumber keunggulan tersebut. Kondisi klausal
ambigu berupa pengetahuan yang tidak teridentifikasi biasanya berbentuk tacit knowledge, sangat
kompleks dan spesifik dimiliki oleh perusahaan, menjadi hambatan substansial untuk ditiru, dan
yang menyebabkan perusahaan-perusahaan heterogen dan berbeda kinerjanya.

3. Pendekatan Nilai Dalam Menganalisis Strategi Perusahaan:

Perusahaan Dalam Konteks Manajemen Strategi

Bacerra (2009) menawarkan pendekatan berbeda dengan pendekatan transaction cost ekonomi dan
rbv dalam hal mana pendekatannya adalah mengintegrasikan ide utama kedua pendekatan tersebut
untuk memberi konseptualisasi yang lebih baik mengenai karakteristik perusahaan yang bersaing.
Becerra berargumentasi bahwa konsep yang berguna dalam memahami perusahaan adalah melihat
perusahaan sebagai unit pencipta nilai yang bersaing secara langsung dengan perusahaan lain untuk
memperoleh sumber daya dan menarik hati konsumen. Perusahaan harus memberikan perhatian
kepada pelanggan, karena mereka merupakan subjek persaingan antara perusahaan dengan pemain
lain di dalam industri. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan, dalam hal
mana ini hanya dapat tercapai apabila perusahaan berhasil menjual produk atau jasanya ke
konsumen, dan bahkan konsumen melakukan pembelian tetap sehingga mereka menjadi pelanggan.

Berdasarkan uraian peran ketiga aktor tersebut bagi perusahaan maka aspek critical atas strategi
yang akan dirumuskan oleh perusahaan adalah dalam hal kombinasi pemanfaatan sumber daya dan
aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam rangka menghasilkan produk dan atau jasa yang
dibutuhkan pelanggan.

Kesimpulannya adalah karakteristik orientasi penyusunan strategi dengan pendekatan resource


based view (RBV) adalah inside-out, yang bermakna bahwa strategi disusun dan dirancang
berdasarkan sumber daya yang dimiliki perusahaan dari dalam, dalam praktiknya, ini berarti
perusahaan perlu mengetahui dan mengidentifikasi sumber daya yang dimilikinya, baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud sebagai kompetensi dan kapabilitasnya. Diyakini oleh
pendekatan ini bahwa ketika perusahaan berhasil membentuk kompetensi inti dan unik serta
kapabilitasnya, maka ia bisa memperoleh keunggulan daya saingnya.

Anda mungkin juga menyukai