: KURNIA KINANTAN
Nim : 20086442
Lingkungan bisnis adalah konsep atau fenomena yang dinamis dari tren yang muncul
dalam etika bisnis, tanggung jawab sosial perusahaan, tata kelola perusahaan, perubahan dari
sisi konsumen, dll (Hans, 2018) Dikatakan selanjutnya setiap manajer harus memiliki
kerangka kerja konseptual dan kebijakan yang kuat untuk mendukung pengembangan dan
penggunaan informasi bisnis dan lingkungan dalam pengambilan keputusan.
Dengan memahami lingkungan perusahaan, maka perusahaan akan selalu dinamis dan
mudah menyesuaikan terhadap perubahan
perusahaan, maka perusahaan elektronik mulai memproduksi televisi LED dan Smart
TV daripada membuat televisi berwarna atau hitam putih. Contoh lain, sebuah perusahaan
dapat menawarkan pembayaran pajak yang lebih praktis daripada datang ke kantor pajak dan
sebagainya. Contoh perusahaan Indonesia yang memanfaatkan peluang dalam konteks ini
adalah OVO, GoPay, Shopee, Tokopedia dan banyak lagi, yang menyediakan berbagai
fasilitas baru kepada pelanggannya, yang sebelumnya belum pernah ada.
Perusahaan yang terus memantau dan mengadopsi praktik bisnis yang sesuai, tidak hanya
dapat meningkatkan kinerja mereka tetapi juga menjadi pemimpin dalam industri. Dia juga
mengerti kekuatan yang dipunyainya. Sebagai contoh, perusahaan Apple telah berhasil
mempertahankan pangsa pasarnya karena pemahamannya yang baik tentang lingkungan dan
membuat inovasi yang sesuai dalam produknya karena ia juga memahami kekuatan dalam
perusahaannya.
Sebuah bisnis atau perusahaan tidak beroperasi di ruang hampa melainkan dalam
lingkungan dinamiis yang memilik pengaruh langsung pada cara mereka beroperasi dan
apakah mereka akan mencapai tujuan mereka ( OER, 2021). Dikatakan selanjutnya,
lingkungan bisnis ini meliputi lingkungan bisnis ekternal yang terdiri dari banyak organisasi
dan kekuatan luar yang dapat dikelompokkan ke dalam 7 sublingkungan utama. (1) Ekonomi
(economic) (2) politik dan hukum (Political/legal) (3) Demografi (demographic) (4) Sosial
(Social) ,(5) Kompetetif (Competetive), (6) Global , (7) Teknologi. Masing-masing sektor ini
menciptakan serangkaian tantangan dan peluang unik bagi bisnis. Pemilik dan manajer
bisnis/perusahaan memiliki banyak kendali atas lingkungan internal bisnis, yang mencakup
keputusan sehari-hari. Mereka memutuskan persediaan yang mereka beli, karyawan mana
yang mereka pekerjakan, produk yang mereka jual, dan di mana mereka menjual produk
tersebut. Mereka menggunakan keterampilan dan sumber daya mereka untuk menciptakan
barang dan jasa yang akan memuaskan pelanggan yang sudah ada dan calon pelanggan.
Namun, kondisi lingkungan eksternal yang mempengaruhi bisnis umumnya berada di luar
kendali manajemen dan terus berubah. Untuk bersaing dengan sukses, pemilik dan manajer
bisnis harus terus mempelajari lingkungan dan menyesuaikan bisnis mereka.
Kekuatan lain, seperti bencana alam, juga dapat berdampak besar pada bisnis. Sebagai
contoh, kejadian Badai Katrina yang menimpa Amerika Serikat pada 2005 telah
memporakporandakan lingkungan bisnis di sana dan membutuhkan waktu untuk
memulihkannya. Demikian pula yang terjadi kecelakaan yaitu ledakan pada anjungan minyak
Deepwater Horizon di Teluk AS pada April 2010 yang menewaskan 11 pekerja saat
mengirimkan lebih dari 3 juta barel minyak. ke Teluk Meksiko. Peristiwa tersebut sangat
berdampak pada lingkungan, bisnis, pariwisata, dan mata pencaharian masyarakat.
Perusahaan penyebab ledakan adalah Konglomerat minyak global BP, yang bertanggung
jawab atas tumpahan minyak, telah menghabiskan lebih dari $60 miliar untuk menanggapi
bencana dan pembersihan tersebut. Kejadian itu membutuhkan waktu tujuh tahun setelah
ledakan, dengan kondisi pariwisata dan bisnis lainnya secara perlahan pulih, meskipun para
ilmuwan tidak yakin tentang konsekuensi lingkungan jangka panjang dari tumpahan minyak.
Bagian-bagian inti , yaitu 7 komponen tersebut memiliki panah yang menunjuk ke dalam
lingkungan internal inti, yang menunjukkan bahwa komponen-komponen tersebut memberi
pengaruh kepada lingkungan internal perusahaan. Pengaruh ekstenal dari setiap perusahaan
sangat besar sehingga tidak ada bisnis besar yang cukup kuat untuk menciptakan perubahan
besar di lingkungan eksternal (OER, 2021). Dikatakan selanjutnya, dengan demikian,
manajer pada dasarnya adalah adaptor, bukan agen perubahan terhadap lingkungan
perusahaan.
Persaingan global pada dasarnya merupakan elemen yang tidak dapat dikendalikan di
lingkungan eksternal. Dalam beberapa situasi, bagaimanapun, perusahaan dapat
mempengaruhi peristiwa eksternal melalui strateginya. Misalnya, perusahaan farmasi besar
AS telah berhasil membuat Food and Drug Administration (FDA) mempercepat proses
persetujuan untuk obat barunya (Healy, 2017). Demikian juga contoh yang terjadi pada lima
perusahaan terbesar dalam Indeks saham S&P ( S&P 500 Index) : Google, Facebook,
Amazon, Microsoft, dan Apple, telah menghabiskan hampir $50 juta untuk kegiatan lobi
dengan Pemerintah AS dalam upaya membantu pembuat kebijakan memahami industri
teknologi dan pentingnya inovasi dan internet "terbuka". (Shaban, 2018).
Dari tujuh komponen yang mempengaruhi lingkungan bisnis, terdapat empat komponen
yang merupakan faktor kuat dalam mempengaruhi lingkungan perusahaan, sebagai berikut
(OER, 2021) :
1. Pengaruh Ekonomi
Kategori ini adalah salah satu pengaruh eksternal yang paling penting pada bisnis.
Fluktuasi tingkat aktivitas ekonomi menciptakan siklus bisnis yang mempengaruhi bisnis dan
individu dalam banyak hal. Ketika ekonomi tumbuh, misalnya, tingkat pengangguran rendah,
dan tingkat pendapatan meningkat. Inflasi dan suku bunga merupakan bidang lain yang
berubah sesuai dengan kegiatan ekonomi. Melalui kebijakan yang ditetapkannya, seperti
pajak dan tingkat suku bunga, Pemerintah selalu berusaha untuk merangsang atau membatasi
tingkat kegiatan ekonomi. Selain itu, kekuatan penawaran dan permintaan menentukan
bagaimana harga dan jumlah barang dan jasa berperilaku di pasar bebas.
Iklim politik suatu negara merupakan faktor penting lain bagi manajer untuk
dipertimbangkan dalam operasional bisnis sehari-hari. Jumlah kegiatan pemerintah, jenis
undang-undang yang disahkan, dan stabilitas politik umum suatu pemerintahan adalah tiga
komponen iklim politik. Misalnya, perusahaan multinasional seperti General Electric akan
mengevaluasi iklim politik suatu negara sebelum memutuskan untuk menempatkan pabrik di
sana, maka perusahaan itu akan mempertimbangkan : Apakah pemerintah di negara yang
akan dibangun pabrik itu stabil ? atau mungkinkah akan terjadi kudeta yang akan
mengganggu keamanan negara? Seberapa ketat peraturan untuk bisnis asing termasuk
kepemilikan asing atas properti bisnis dan perpajakan? Demikian pula apabila sebuah
perusahaan asing akan melakukan perdagangan dengan suatu negara, maka ia akan
mempertimbangkan : berapa tarif impor?, berapa sistem kuota impor yang berlaku di negara
yang akan dituju?, dan apakah ada pembatasan ekspor ? Hal – hal semacam ini menjadi
pertimbangan yang menentukan aktivitas perusahaan dan hal ini juga harus diperhitungkan.
Di Amerika Serikat, Agen Federal memainkan peran penting dalam operasi bisnis. Ketika
Pfizer ingin membawa obat baru untuk penyakit jantung ke pasar, maka ia harus mengikuti
prosedur yang ditetapkan oleh Food and Drug Administration untuk pengujian dan uji klinis
serta mendapatkan persetujuan FDA. Sebelum menerbitkan saham, Pfizer harus
mendaftarkan sekuritas tersebut ke Securities and Exchange Commission. Komisi
Perdagangan Federal akan menghukum Pfizer jika iklannya yang mempromosikan manfaat
obat itu menyesatkan. Hal ini menunjukkan betapa politik dan hukum itu memberi pengaruh
terhadap ingkungan perusahaan dan kejadian ini hanyalah beberapa kasus yang terjadi dalam
kaitan dengan lingkungan politik dan hukum yang akan mempengaruhi keputusan bisnis.
Demikian juga terjadi di pemerintah negara bagian AS yang juga melakukan kontrol atas
bisnis — dengan mengenakan pajak, menerbitkan piagam perusahaan dan izin usaha,
menetapkan peraturan zonasi, dan peraturan lain yang serupa.
3. Faktor Demografis
Faktor demografi merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan dalam lingkungan
bisnis dan sangat penting bagi para manajer. Demografi adalah studi tentang statistik yang
vital mengenai populasi, seperti usia, jenis kelamin, ras dan etnis, serta lokasi. Demografi
membantu perusahaan menentukan pasar untuk produk mereka dan juga menentukan ukuran
dan komposisi tenaga kerja.
Demografi adalah jantung dari banyak keputusan bisnis. Bisnis saat ini harus berurusan
dengan preferensi belanja yang unik dari generasi yang berbeda, yang masing-masing
memerlukan pendekatan pemasaran dan barang serta jasa yang ditargetkan untuk kebutuhan
target pasar. Misalnya, lebih dari 75 juta anggota generasi milenial lahir antara tahun 1981
dan 1997 di Amerika Serikat. Pada tahun 2017 jumlah generasi melinial melampaui generasi
baby boomer , yang artinya sebagai generasi terbesar di Amerika Serikat ( Fry, 2020). Arti
lebih lanjut adalah terdapat pasar yang sangat besar dan dampak pemasaran kaum milenial
akan terus menjadi besar. Mereka adalah orang-orang muda yang melek teknologi dan
makmur, dengan ratusan miliar dolar untuk dibelanjakan. Mereka cenderung melakukan
pembelanjaan—dengan bebas, meskipun mereka belum mencapai pendapatan puncak dan
pengeluaran mereka juga belum mencapai maksimal serta masih ada bertahun-tahun
mendatang pasar yang semakin besar dihadapi oleh produsen ( Lutz, 2016).
Selanjutnya diuraikan, kelompok usia lain, seperti Generasi X , yaitu orang yang lahir
antara tahun 1965 dan 1980 — serta baby boomer : lahir antara tahun 1946 dan 1964,
memiliki pola pengeluaran mereka sendiri. Banyak kaum baby boomer yang mendekati masa
pensiun memiliki uang dan bersedia membelanjakannya untuk kesehatan, kenyamanan,
rekreasi, dan mobil mereka. Seiring bertambahnya usia populasi, bisnis menawarkan lebih
banyak produk yang menarik bagi pasar paruh baya dan senior ( Gross, 2016).
OER (2021) memperhatikan bahwa kaum minoritas mewakili lebih dari 38 persen dari
total populasi, dengan imigrasi membawa jutaan penduduk baru ke negara Amerika Serkat
selama beberapa dekade terakhir, yang tentu hal ini juga membawa dampak terhadap
pemasaran produk di AS.
Adapun pada 2060, Biro Sensus A.S. memproyeksikan populasi minoritas meningkat
menjadi 56 persen dari total populasi A.S (Colby and Ortman, 2015). Dengan demikian,
perusahaan menyadari hal ini dengan turut mempekerjakan tenaga kerja dengan usia dan ras
beragam yang mencerminkan masyarakat Amerika Serikat. Selanjutnya Colbu dan Ortman
(2015) menambahkan, daya beli minoritas juga meningkat secara signifikan, dan perusahaan
perlu terus mengembangkan produk dan kampanye pemasaran yang menargetkan kelompok
etnis yang berbeda.
4. Faktor sosial
Faktor sosial, termasuk sikap, nilai, etika, dan gaya hidup warga Amerika Serikat ,
mempengaruhi apa, bagaimana, di mana, dan kapan orang membeli produk atau layanan
( OER, 2021). Selanjutnya dikatakan, kondisi faktor sosial ini sulit untuk diprediksi,
didefinisikan, dan diukur karena mereka bisa sangat subjektif. Mereka juga berubah ketika
orang bergerak melalui tahap kehidupan yang berbeda. Orang-orang dari segala usia memiliki
minat yang lebih luas, menentang profil konsumen tradisional. Mereka juga mengalami
"kemiskinan waktu" (kekurangan waktu) dan mencari cara untuk mendapatkan lebih banyak
kendali atas waktu mereka.Demikian pula terjadi kepada perubahan peran yag telah
membawa lebih banyak perempuan ke dunia kerja. Perkembangan ini meningkatkan
pendapatan keluarga, meningkatkan permintaan akan barang dan jasa yang menghemat
waktu, mengubah pola belanja keluarga, dan mempengaruhi kemampuan individu untuk
mencapai keseimbangan kehidupan kerja. Selain itu, penekanan baru pada perilaku etis dalam
organisasi di semua tingkat perusahaan membuat manajer dan karyawan sama-sama mencari
pendekatan yang tepat dalam hal ketidaksetaraan gender, pelecehan seksual, dan perilaku
sosial lainnya yang berdampak pada potensi kesuksesan bisnis yang berkelanjutan.
Kondisi ini tentu tidak banyak berbeda di Indonesia, terutama di kota-kota besar
seperti Jakarta, Surabaya, Medan dll. Perubahan masyarakat di Amerika Serikat, tentu
membawa dampak yang besar bagi perubahan masyarakat di tempat lain, terlebih di
Indonesia (dan juga negara-negara lain) yang masih menganggap Amerika Serikat sebagai
pemegang hegomoni dunia. Apa yang sedang populer di Amerika Serikat, dengan cepat
menyebar ke seluruh dunia dan membawa perubahan “meniru” terutama dalam konteks
perilaku dan perubahan sosial