Anda di halaman 1dari 9

JFRES Vol 1 (1) (2018): 17 – 25, DOI: http://dx.doi.org/10.32830/jfres.

v1i1

J F R E S Journal of Fiscal and Regional Economy Studies


http://jurnal.unipa.ac.id/index.php/jfres

Analisis Tingkat Pendapatan dan Kesejahteraan


Pelaku Usaha di Kawasan Wisata Pantai Pasir Putih
Kabupaten Manokwari
Ketysia Imelda Tewernusa1, Rumas Alma Yap1, Ali Akbar Rafsanjani2
1
Dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Papua
2
Alumni Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Papua

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.32830/jfres.v1i1.1015.g764

Received: April 2018; Accepted: June 2018; Published: September 2018

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat pendapatan dan kesejahteraan para pelaku usaha yang
memiliki usaha di kawasan wisata pantai pasir putih. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi serta
telah pustaka yang dilakukan terhadap para pelaku usaha. Hasil yang diperoleh menunjukkan rata-rata
pendapatan pedagang dari usaha di tempat wisata Pantai Pasir Putih masing-masing sebesar Rp 41.644.000 per
tahunnya. Pendapatan per kapita pertahun Rp 17.196.181 dan termasuk dalam kategori tidak miskin dengan nilai
skor 4 dan pengeluaran perkapita per tahun Rp 6.877.790, dalam jumlah ini dikategorikan tidak miskin dengan
nilai skor 4. Diketahui bahwa skor rata-rata pelaku usaha di kawasan Wisata Pantai Pasir Putih adalah 30 yang
termasuk dalam kategori tinggi untuk tingkat kesejahteraannya.
Kata kunci: pendapatan, pengeluaran, kesejahteraan, tempat wisata

Abstract
The purpose of this study was to analyze the level of income and welfare of business people who have businesses
in white sand beach tourism areas. Data obtained from the results of interviews, observations and literature that
has been carried out on business people. The results obtained show that the average income of traders from
businesses in tourist attractions in Pasir Putih Beach is IDR 41,644,000 per year. Annual per capita income of
Rp. 17,196,181 and included in the category of not poor with a score of 4 and per capita expenditure per year
Rp. 6,877,790, in this amount categorized as not poor with a score of 4. It is known that the average score of
businesses in the tourism area White Sand Beach is 30 which are categorized as high for the level of welfare.
Keywords: income, expenditures, prosperity, tourist attractions

How to Cite: Tewernusa, K.I., Yap, R.A., Rafsanjani, A.A. (2018). Analisis Tingkat Pendapatan dan
Kesejahteraan Pelaku Usaha di Kawasan Wisata Pantai Pasir Putih Kabupaten Manokwari.
JFRES: Journal of Fiscal and Regional Economy Studies, 1 (1), 17-25.
doi: http://dx.doi.org/10.32830/jfres.v1i1.1015.g764

Journal of Fiscal and Regional Economy Studies


17
Tewernusa, dkk JFRES Volume 1, Nomor 1, 2018

PENDAHULUAN Tabel 1. Perkembangan PDB Sektor Pariwisata


Sebagai upaya mendorong pembangunan ekono- Indonesia (Triliun Rupiah)
mi maka penerimaan negara yang bersumber No Tahun Nilai PDB Pariwisata
dari devisa negara sangat penting untuk diting- 1 2010 261,06
katkan. Di berbagai negara sedang berkembang, 2 2011 296,97
pariwisata menduduki tempat kedua sebagai 3 2012 326,24
pemasok devisa negara setelah minyak, bahkan 4 2013 365,02
beberapa negara di kawasan Pasifik dan Ame- 5 2014 394,52
rika, industri pariwisata merupakan primadona 6 2015 461,36
utama pendapatan negara. Sektor pariwisata di Sumber: LAK Kementerian Pariwisata, 2015
Indonesia merupakan sektor yang strategis dan Keberadaan wisata Pantai Pasir Putih merupakan
menjadi media integrasi program dan kegiatan sumber pendapatan bagi masyarakat Kabupaten
antar sektor pembangunan, sehingga pariwisata manokwari yang menggantungkan hidupnya
ditetapkan menjadi leading pembangunan yang dengan mencari nafkah di kawasan wisata
dapat menggerakkan perekonomian bangsa, tersebut serta memberikan kontribusi besar bagi
dengan demikian sektor pariwisata merupakan pendapatan daerah. Dampak ekonomi dari
faktor kunci dalam pendapatan, penciptaan kegiatan wisata Pantai Pasir Putih berpengaruh
lapangan kerja, pengembangan usaha dan pada peningkatan pendapatan masyarakat,
infrastruktur. Berikut ini adalah tabel Produk perluasan lapangan pekerjaan dan perilaku
Domestik Bruto (PDB) Sektor Pariwisata di masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya.
Indonesia. Kontribusi sektor pariwisata terhadap Beberapa penelitian sebelumnya melihat peran
Produk Domestik Bruto (PDB) dalam lima tahun pariwisata terhadap kesejahteraan masyarakat
terakhir yaitu tahun 2010-2015 selalu mengalami diantaranya penelitian Indahsari dan Henny
peningkatan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Oktavianti (2014) meneliti analisis peran
Kementerian Pariwisata, tahun 2010 kontribusi pariwisata Pantai Camplong terhadap kesejah-
sektor pariwisata terhadap Produk Domestik teraan masyarakat lokal dengan menggunakan
Bruto (PDB) sebesar 261,06 triliun dan tahun metode peneltian deskriptif kuantitatif menyim-
2015 sebesar 461,36 triliun rupiah. Manokwari pulkan bahwa pariwisata pantai camplong
merupakan ibukota Propinsi Papua Barat yang mempunyai peran dalam meningkatkan PAD
memiliki luas wilayah 1.556,94 km2 dan Kabupaten Sampang walaupun kontribusinya
berpenduduk kurang lebih 99.488 jiwa. tergolong masih kecil dan memberikan manfaat
Kabupaten Manokwari memiliki keunggulan bagi masyarakat sekitar. Pantai camplong mem-
alami karena secara geografis memiliki pano- punyai peran dalam penyerapan tenaga kerja dan
rama alami dengan keindahan alam yang sangat mempunyai peran terhadap peningkatan kualitas
unik, terdiri dari perbukitan, pegunungan dan SDM melalui pelatihan dan pembinaan terhadap
laut yang kaya akan potensi sumberdaya alam pelaku pariwisata seperti pedagang, tenaga kerja,
dan keanekaragaman hayati sehingga potensial masyaarakat sekitar dan sebagainya. Pantai
bagi pengembangan ekowisata. Salah satu camplong memberikan dampak positif bagi
kawasan wisata di Kabupaten Manokwari yang masyarakat sekitar yang terlibat alngsung dalm
memiliki potensi ekonomi dan sering dikunjungi kegiatan wisata. Made Suyana Utama melihat
oleh wisatawan adalah Pantai Pasir Putih. Pantai pengartuh perkembangan pariwisata terhadap
Pasir Putih Manokwari terletak sekitar 5 (lima) kinerja perekonomian dan perubahan struktur
km dari pusat Kota Manokwari. Wisata Pantai ekonomi Serta kesejahteraan masyarakat di
Pasir Putih merupakan salah satu tempat wisata Provinsi Bali dengan menggunakan analisis
terbaik di Kabupaten Manokwari dan hingga deskriptif, analisis faktor dan analisis jalur
saat ini masih terjaga eksistensinya. menyimpulkan bahwa perkembangan pariwisata

Journal of Fiscal and Regional Economy Studies


18
Tewernusa, dkk JFRES Volume 1, Nomor 1, 2018

berpengaruh langsung dan signifikan terhadap Pantai Pasir Putih Kabupaten Manokwari, yaitu
kinerja perekonomian di Provinsi Bali. para pedagang dan penyedia jasa wisata dan
Perkembangan pariwisata berpengaruh langsung obyek Penelitian yaitu pendapatan dan kesejah-
dan tidak langsung terhadap perubahan struktur teraan para pelaku usaha di kawasan wisata
ekonomi di provinsi Bali. Perkembangan Pantai Pasir Putih Kabupaten Manokwari.
pariwisata tidak memberikan pengaruh langsung Populasi dalam penelitian ini adalah semua para
yang signifikan terhadap kesejahteraan pelaku usaha yang berjualan atau berdagang di
masyarakat di Provinsi Bali. Keberadaan wisata Pantai pasir Putih Kabupaten Manokwari
kawasan wisata Pantai Pasir Putih Kabupaten yaitu berjumlah 50 pelaku usaha. Sampel dalam
Manokwari semestinya berhubungan positif penelitian ini berjumlah 25 responden Penentuan
dengan peningkatan kesejahteraan pedagang sampel menggunakan metode purposive
sehingga dari sisi ekonomi bisa diketahui sampling (sengaja atau dengan pertimbangan
kontribusi wisata terhadap masyarakat yang tertentu).
memanfaatkan kawasan tersebut. Berdasarkan Pengukuran tingkat kesejahteraan rumah tangga
uraian yang telah dipaparkan maka penelitian ini pelaku usaha diukur berdasarkan 11(sebelas)
menganalisis bagaimana tingkat pendapatan dan dari 21 (dua puluh satu) Indikator Tingkat
kesejahteraan pelaku usaha di kawasan Wisata Kesejahteraan yang digunakan Badan Pusat
Pantai Pasir Putih, Kabupaten Manokwari. Statisitik mengacu pada Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS). Indikator pendapatan per
METODE PENELITIAN kapita per tahun menggunakan indikator
Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata kemiskinan Direktorat Jendral Tata Guna Tanah
Pantai Pasir Putih Kabupaten Manokwari. melihat rasio tingkat pendapatan dengan penge-
Waktu penelitian dilaksanakan selama 1 (satu) luaran. Indikator kemiskinan menurut Sajogyo
bulan. Penelitian ini menggunakan Metode sebagai indikator konsumsi rumah tangga per
deskriptif kualitatif Subjek dalam penelitian ini kapita per tahun. Seperti terlihat pada bagan
adalah para pelaku usaha di kawasan wisata berikut ini.

Wisata Pantai Pasir Putih

Pendapatan Pelaku
Usaha

Indikator Kemiskinan Indikator Indikator


menurut Direktorat Jenderal Kemiskinan Kesejahteraan
Tata Guna Tanah menurut Sajogyo BPS

Kesejahteraan Pelaku Usaha


Keterangan :
= Mempengaruhi

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Journal of Fiscal and Regional Economy Studies


19
Tewernusa, dkk JFRES Volume 1, Nomor 1, 2018

Klasifikasi tingkat kesejahteraan dicari dengan orang, sedangkan kelompok usia 58 hingga 67
menggunakan metode skoring baru dari Badan berjumlah 2 orang. Lama usaha yang dijalankan
Pusat Statistik, dimana skor range akan dihitung oleh pelaku usaha atau responden mulai dari 1
dengan cara menggunakan skor tertinggi dengan tahun hingga 23 tahun. Responden yang telah
jumlah skor terendah dari kesebelas indikator berjualan kurang dari 10 tahun sebanyak 21
kesejahteraan yang telah ditentukan sebelumnya orang, jumlah responden yang berjualan lebih
dan hasil pengurangan tersebut dibagi dengan dari 11 tahun sebanyak 4 orang. Dilihat dari
jumlah klasifikasi tingkat kesejahteraan yang tingkat pendidikan responden berlatar belakang
akan diturunkan, yaitu tiga klasifikasi. Jumlah pendidikan SMA dan sederajat sebanyak 17
skor tertinggi dari sebelas indikator orang, responden yang menyelesaikan pendi-
kesejahteraan adalah 35 dan jumlah skor dikan SMP berjumlah 5 orang dan responden
terendah adalah 11, maka range-nya adalah (35- yang menyelesaikan pendidikan SD berjumlah 3
11)/3=8. Sehingga jika diturunkan berdasarkan orang. Sebagian besar responden memiliki
tingkat klasifikasi kesejahteraan adalah sebagai anggota keluarga sebanyak 3-6 orang, sedangkan
berikut: 4 responden memiliki anggota keluarga
a. Tingkat kesejahteraannya tinggi jika menca- sebanyak 7-9 orang. Pendapatan rumah tangga
pai sko r = 27-35 adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dari
hasil kerja anggota rumah tangga (suami, istri,
b. Tingkat kesejahteraannya sedang jika menca- dan anak). Pendapatan yang diperoleh pelaku
pai sko r = 19-27 usaha berasal dari usaha yang dimiliki di pantai
c. Tingkat kesejahteraannya rendah jika men- pasir putih atau atau kegiatan usaha di luar pasir
capai skor = 11-19 putih. Rata-rata pendapatan pedagang dari usaha
wisata Pantai Pasir Putih sebesar Rp 41.644.000
HASIL DAN PEMBAHASAN per tahunnya. Pendapatan pelaku usaha berkisar
antara Rp 14.400.000 sampai Rp 72.000.000 per
Pelaku usaha yang menjadi responden dalam
tahun, dimana pendapatan terbesar berasal dari
penelitian ini adalah mereka yang memiliki
jenis usaha gado-gado dan rujak sedangkan
usaha di kawasan Wisata Pantai Pasir Putih dan
pendapatan terkecil berasal dari jenis usaha
telah berumah tangga. Penentuan jumlah
bakso. Pengeluaran atau konsumsi per kapita per
responden sebanyak 25 responden. Adapun
tahun responden pedagang dapat dibedakan
responden pelaku usaha terdiri dari 8 pelaku
menjadi dua, yaitu konsumsi pangan dan non
usaha gado-gado dan rujak, jasa sewa benen dan
pangan. Rata-rata pengeluaran per kapita per
karpet berjumlah 6 pelaku usaha, 1 jasa sewa
tahun responden rumah tangga pelaku usaha
toilet, 3 pedagang bakso, 2 pedagang sate, 2
adalah sebesar Rp 6.877.790. Adapun penge-
pedagang es buah, 1 pedagang kelapa muda,
luaran per kapita per tahun responden rumah
serta 2 pedagang minuman dan pinang.
tangga pedagang berkisar dari Rp 2.333.333
Karateristik responden pelaku usaha berdasarkan sampai Rp 12.000.000. Pengeluaran per kapita
jenis kelamin terdiri dari 14 responden per tahun terkecil berasal dari responden penjual
perempuan dan 11 responden laki-laki. Usia kelapa muda dan terbesar berasal dari keluarga
responden berkisar antara 27 hingga 67 tahun. responden penjual gado-gado, rujak, jasa sewa
Untuk usia 27 hingga 57 tahun sebanyak 23 bantal berenang dan karpet.

Tabel 2. Kriteria Kemiskinan Menurut Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah


Presentase Pendapatan Kriteria
> 200% > Rp 5.625.000 Tidak Miskin
125-200% Rp 3.516.250 – Rp 5.625.000 Hampir Miskin
75-125% Rp 2.109.750 – Rp 3.516.250 Miskin
75% Rp 2.109.750 Paling Miskin
Sumber: Data Primer Diolah, 2015

Journal of Fiscal and Regional Economy Studies


20
Tewernusa, dkk JFRES Volume 1, Nomor 1, 2018

Kriteria kemiskinan menurut Direktorat Jenderal 9. Kehidupan beragama


Tata Guna Tanah menggunakan pendekatan 10. Rasa aman dari tindakan kejahatan
pendapatan per kapita per tahun responden 11. Kemudahan dalam melakukan kegiatan
rumah tangga pelaku usaha yang dibandingkan olahraga
dengan konsumsi kebutuhan sembilan bahan
pokok dalam setahun sesuai harga yang berlaku Berdasarkan tabel di bawah responden atau
pelaku usaha yang termasuk kategori tidak
di daerah penelitian. Peniliaian tingkat kesejah-
teraan rumah tangga responden menggunakan miskin sebanyak 24 keluarga dan kategori
kriteria Badan Pusat Statisik (BPS) dalam hampir miskin sebanyak 1 keluarga. Pengeluaran
rumah tangga menurut kriteria kemiskinan
SUSENAS 1991 yang dimodifikasi, yaitu
Sajogyo adalah pengeluaran per kapita per
dengan memasukkan kriteria kemiskinan
tahun. Pengeluaran per kapita per tahun diper-
Sajogyo dan kriteria kemiskinan Direktorat
oleh dengan cara membagi total pengeluaran per
Jenderal Tata Guna Tanah. Indikator kesejah-
tahun dengan jumlah anggota keluarga. Untuk
teraan yang diukur menurut BPS pada
membandingkan kriteria kemiskinan Sajogyo
SUSENAS 1991 yang dimodifikasi antara lain
dengan pengeluaran per kapita per tahun dari
yaitu:
rumah tangga harus ditentukan dari harga rata-
1. Pendapatan rumah tangga rata beras dipasaran pada saat penelitian yaitu
2. Konsumsi rumah tangga sebesar Rp 10.000 per kilogram. Berikut adalah
3. Keadaan tempat tinggal tabel empat kriteria konsep kemiskinan Sajogyo
4. Fasilitas tempat tinggal yaitu:
5. Kesehatan anggota rumah tangga
6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kese- Responden pelaku usaha yang termasuk kategori
hatan dari tenaga medis/paramedis (terma- tidak miskin berjumlah 22 keluarga, kategori
suk didalamnya kemudahan mengikuti hampir miskin, miskin dan miskin sekali
Keluarga Berencana (KB) dan memperoleh masing-masing hanya 1 keluarga.
obat-obatan Keadaan tempat tinggal responden yang bertem-
7. Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pat tinggal permanen sebanyak 15 keluarga dan
pendidikan semi permanen sebanyak 10 keluarga. Indikator
8. Kemudahan mendapatkan fasilitas transpor- keadaan tempat tinggal terdiri dari beberapa
tasi (pengangkutan) unsur di antaranya adalah: jenis atap, bilik, status

Tabel 3. Tingkat Kemiskinan Responden Pedagang Menurut Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah
Jumlah
No Kriteria Responden
(Keluarga)
1 Tidak Miskin (pendapatan perkapita per tahun > Rp 5.625.000 24
2 Hampir Miskin (pendapatan perkapita per tahun >Rp 3.516.250 s.d Rp 5.625.000) 1
3 Miskin (pendapatan per kapita per tahun antara Rp 2.109.750 s.d Rp 3.516.250)
4 Paling Miskin (pendapatan per kapita per tahun < Rp 2.109.750)
Jumlah 25
Sumber: Data Primer diolah, 2017

Tabel 4. Kriteria Kemiskinan Menurut Sajogyo


Presentase Pendapatan Kriteria
> 480% > Rp 4.800.000 Tidak Miskin
360-480% Rp 3.600.000 – Rp 4.800.000 Hampir Miskin
240-360% Rp 2.400.00 – Rp 3.600.000 Miskin
< 240% < Rp 2.400.000 Paling Miskin
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Journal of Fiscal and Regional Economy Studies
21
Tewernusa, dkk JFRES Volume 1, Nomor 1, 2018

kepemilikan, jenis lantai, dan luas bangunan. pelaku usaha termasuk dalam kategori bagus
Keadaan tempat tinggal dibedakan menjadi tiga sebanyak 25 responden. Indikator kemudahan
kategori yaitu: permanen dengan skor 15-21, mendapatkan pelayanan kesehatan bahwa
semi permanen dengan skor 10-14, non perma- menunjukan sebanyak 14 responden yang
nen skor 5-9 keadaan tempat tinggal responden mengatakan mudah mendapatkan pelayanan
yang bertempat tinggal permanen sebanyak 15 kesehatan, 9 responden mengatakan cukup dan 2
keluarga dan semi permanen sebanyak 10 responden yang mengatakan sulit mendapatkan
keluarga. Indikator tempat tinggal rumah tangga pelayanan kesehatan.
pelaku usaha, hasil yang diperoleh sebanyak 25 Indikator kemudahan memasukkan anak ke
reponden yang menggunakan seng. Untuk jenis jenjang pendidikan terdiri dari beberapa unsur,
bilik tembok sebanyak 15 responden, setengah yaitu: biaya sekolah, jarak ke sekolah, prosedur
tembok 3 responden, dan kayu 7 responden. penerimaan. Pada indikator ini digolongkan
Untuk jenis status kepemilikan sebanyak 20 menjadi tiga kategori yaitu: mudah (skor 8-10),
responden yang memiliki rumah sendiri, 4 cukup (skor 6-7), dan sulit (skor 4-5). Bahwa
responden sewa dan 1 responden menumpang. sebagian besar untuk biaya sekolah sebanyak 17
Sebanyak 13 respoden yang menggunakan jenis responden mengatakan terjangkau, untuk jarak
lantai tehel dan 12 responden menggunakan ke sekolah sebanyak 15 responden mengatakan
plester semen. sebanyak 19 responden memiliki cukup dan untuk prosedur penerimaan sebagian
jenis luas bangunan kurang dari 50m² dan 2 besar responden mengatakan mudah memasuk-
responden memiliki luas bangunan 50-100m². kan anak ke jenjang pendidikan.
Indikator fasilitas tempat tinggal terdiri dari Indikator kemudahan mendapatkan fasilitas
beberapa unsur di antarannya adalah: luas transportasi mencakup ongkos dan biaya,
pekarangan rumah, hiburan alat pendingin, sum- fasilitas kendaraan, dan kepemilikan kendaraan.
ber penerangan, bahan bakar yang digunakan, Pada indikator ini terbagi menjadi 3 kategori
sumber air, dan fasitas MCK yang dimiliki. yaitu mudah (skor 7-9), cukup (skor 5-6), dan
Keadaan fasilitas tinggal dibedakan menjadi tiga sulit (skor 3-4). Bahwa sebanyak 14 responden
kategori yaitu: lengkap dengan skor 21-27, yang mengatakan mudah mendapatkan fasilitas
cukup dengan skor 14-20, kurang skor 7-13. transportasi, sebanyak 9 responden mengatakan
Sebanyak 10 responden memiliki fasilitas tempat cukup dan sebanyak 2 responden mengatakan
tinggal yang lengkap dan sebanyak 15 responden sulit.sebanyak 16 responden mengatakan ongkos
yang memiliki fasilitas tempat tinggal yang dan biaya terjangkau, sebanyak 19 responden
cukup. Indikator kesehatan ini melihat seberapa mengatakan cukup tersedia, kemudian untuk
banyak anggota rumah tangga yang sakit dalam kepemilikan kendaraan 21 responden menga-
satu bulan. Kesehatan anggota rumah tangga takan memiliki kendaraan sendiri. Indikator
pelaku usaha dibagi 3 kategori yaitu, kategori kehidupan beragama dilihat dari toleransi antar
bagus kurang dari 25% (skor 3), cukup 25-50% umat beragama. Pada indikator ini terbagi atas 3
(skor 2), dan kategori kurang lebih dari 50% kategori yaitu toleransi tinggi (skor 3), toleransi
(skor 1). Berdasarkan data yang diperoleh dapat cukup (skor 2), toleransi kurang (skor 1).
menunjukkan kesehatan keluarga responden Berdasarkan data tabel 6 data yang diperoleh

Tabel 5. Tingkat Kemiskinan Responden Pedagang


Jumlah Responden
No Kriteria
(Keluarga)
1 Tidak Miskin (pengeluaran perkapita per tahun > Rp 4.800.000) 22
2 Hampir Miskin (pengeluaran perkapita per tahun lebih dari Rp3.600.000 s.d Rp 4.800.000) 1
3 Miskin (pengeluaran per kapita per tahun antara Rp 2.000.00 s.d Rp 3.600.000) 1
4 Paling Miskin (pengeluaran perkapita per tahun < Rp 2.400.000) 1
Jumlah 25
Sumber: Data Primer diolah, 2017

Journal of Fiscal and Regional Economy Studies


22
Tewernusa, dkk JFRES Volume 1, Nomor 1, 2018

diketahui bahwa sebanyak 19 rsponden menga- dari usaha wisata dan di luar usaha wisata
takan memiliki kehidupan dengan toleransi kurang mencukupi serta tingkat kesejahteraan
tinggi, dan sebanyak 6 mengatakan toleransi responden tersebut dapat dikatakan sedang.
cukup. Indikator rasa aman didasarkan pada Hasil data yang diperoleh dari masing-masing
sering atau tidaknya terjadi tindak kejahatan di responden tentang hasil pendapatan selama satu
lingkungan tempat tinggal. Pada indikator ini tahun rata-rata pendapatan pelaku usaha dari
terbagi atas 3 kategori yaitu rasa aman (tidak usaha wisata Pantai Pasir Putih sebesar Rp
pernah mengalami gangguan kejahatan), cukup 41.644.000 per tahunnya. Pendapatan pelaku
aman (pernah mengalami gangguan kejahatan), usaha berkisar antara Rp 14.400.000 sampai Rp
dan rasa kurang aman (sering pernah mengalami 72.000.000 per tahun. Pendapatan terkecil
gangguan kejahatan). Bahwa sebanyak 15 berasal dari jenis usaha bakso sedangkan
responden yang mengatakan aman dari kejahatan pendapatan terbesar berasal dari jenis usaha
dan sebanyak 10 responden yang mengatakan gado-gado dan rujak. Pendapatan terbesar
cukup aman dari gangguan kejahatan. Indikator berasal dari jenis usaha gado-gado dan rujak
Kemudahan melakukan olahraga ditunjang karena pelaku usaha gado-gado dan rujak
dengan keberadaan fasilitas olahraga baik itu memiliki banyak pelanggan serta termasuk
ketersediaan lahan berupa lapangan dan pera- makanan favorit di kawasan wisata Pantai Pasir
latan olahraga. Berdasarkan data dari sebanyak Putih sehingga memiliki keuntungan yang paling
20 responden yang mengatakan sulit menda- besar dibandingkan unit usaha lainnya dari
patakan kegiatan berolahraga karena sebagian setiap jenis usaha yang terjual. Sedangkan
besar dari jumlah responden selalu melakukan pendapatan terkecil berasal dari jenis usaha
kegiatan usaha sehingga sulit untuk berolahraga bakso, hal ini disebabkan karena pedagang
dan sebanyak 5 responden mengatakan cukup hanya berjualan pada saat hari minggu dan
mudah memperoleh kegiatan olahraga. terdapat banyak sekali penjual bakso sehingga
Tabel 6. Skor Tingkat Kesejahteraan memiliki keuntungan yang paling kecil tiap
minggunya dibandingkan jenis usaha lainnya.
Jumlah Sebagian besar penjual bakso biasanya hanya
Tingkat Kesejahteraan Skor Responden berjualan pada hari sabtu dan minggu serta hari
(orang)
libur nasional, mereka tidak berjualan di hari
Tingkat Kesejahteraan Tinggi 27-35 24
biasa karena sangat sepi pembeli. Menurut
Tingkat Kesejahteraan Sedang 19-25 1
mereka alasan untuk tidak berjualan di hari biasa
Tingkat Kesejahteraan Rendah 11-18 0
karena keuntungan yang diperoleh pada hari
Total 25 biasa tidak sebanding dengan keuntungan di luar
Sumber: Data Primer diolah, 2017 kawasan pantai Psair Putih, biaya dan curahan
Pengukuran tingkat kesejahteraan berdasarkan waktu kerja yang dikeluarkan mereka.
11 indikator kesejahteraan menurut Badan Pusat Dari pengukuran dengan menggunakan Indikator
Statistik pada SUSENAS 1991 yang dimodifi- Kesejahteraan menurut BPS dalam Susenas 1991
kasi membagi tiga kategori tingkat kesejah- yang telah dimodifikasi, diperoleh hasil bahwa
teraan, yaitu tingka kesejahteraan tinggi (skor skor rata-rata pelaku usaha di kawasan Wisata
27-35), tingkat kesejahteraan sedang (skor 19- Pantai Pasir Putih adalah 30 responden yang
26), dan tingkat kesejahteraan rendah (skor 11- termasuk dalam kategori Tinggi tingkat Kesejah-
18). Berdasarkan perhitungan tabel 6 diketahui teraannya. Untuk mengetahui indikator kesejah-
bahwa sebagian besar dari 25 jumlah responden teraan pendapatan pelaku usaha menggunakan
yang memilik tingkat kesejahteraan yang tinggi kriteria kemiskinan menurut Direktorat Jenderal
sebanyak 24 responden dan 1 responden yang Tata Guna Tanah. Berdasarkan hasil yang telah
memiliki tingkat kesejahteraan sedang. Hal ini di dipaparkan sebelumnya bahwa ada sebanyak 24
sebabkan karena pada responden tersebut responden atau keluarga yang termasuk dalam
memiliki jumlah anggota keluarga yang cukup kategori tidak miskin, hal ini disebabkan karena
banyak yaitu 9 anggota sedangkan pendapatan pendapatan perkapita pertahun yang diperoleh

Journal of Fiscal and Regional Economy Studies


23
Tewernusa, dkk JFRES Volume 1, Nomor 1, 2018

lebih besar dan memiliki jumlah anggota didapat sebelumnya, bahwa kesehatan anggota
keluarga tergolong rendah sedangkan responden rumah tangga responden termasuk dalam kate-
yang termasuk kategori hampir miskin yaitu gori bagus (< 25%) skor 3. Berdasarkan kondisi
penjual kelapa muda, hal ini disebabkan karena kesehatan anggota rumah tangga responden,
pendapatan perkapita per tahun tergolong rendah maka sudah dapat dipastikan bahwa tingkat
dan memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan
9 orang. Jadi dapat disimpulkan bahwa skor termasuk dalam kategori mudah (skor 18-24%)
pendapatan perkapita per tahun adalah 4 (tidak dengan nilai 3.
miskin). Kemudian untuk mengetahui tingkat Indikator kemudahan memasukkan anak ke jen-
kesejahteraan konsumsi rumah tangga menggu- jang pendidikan responden rumah tangga dapat
nakan kriteria kemiskinan Sayogyo. Hasil yang dikategorikan mudah (skor 8-10) dengan nilai 3,
telah diperoleh sebelumnya bahwa terdapat 22 hal ini disebabkan penyediaan sarana pendidikan
responden keluarga termasuk dalam kategori yang juga merupakan tugas pemerintah dalam
tidak miskin. Sedangkan untuk responden yang hal ini merupakan satu paket dengan penyediaan
termasuk dalam kategori hampir miskin, miskin pelayanan kesehatan masyarakat untuk mencip-
dan miskin sekali masing-masing sebanyak 1 takan dan meningkatakan kualitas sumberdaya
responden keluarga hal disebabkan karena manusia. Aktivitas ekonomi daerah wisata
memiliki jumlah anggota keluarga yang cukup Pantai Pasir Putih tergolong tinggi, dengan
banyak. Jadi dapat disimpulkan bahwa skor kondisi tersebut tentu memerlukan ketersediaan
pengeluaran perkapita per tahun adalah 4 (tidak sarana pendukung. Kemudahan alat transportasi
miskin). dapat dikategorikan cukup (skor 5-6) dengan
Berdasarkan analisis dan perhitungan yang telah nilai 2. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa
dilakukan sebelumnya, bahwa kondisi tempat sebagian besar kepemilikan kendaraan milik
tinggal rumah tangga responden dikategorikan pribadi. Adapun ongkos dan biaya tranportasi
permanen dengan skor 15-21 (nilai 3). Hal ini yang pada umumnya menurut responden cukup
disebabkan karena karateristik responden pada terjangkau.
umumnya memperhatikan kondisi lingkungan Kehidupan beragama dan tingkat keamanan di
dan tempat tinggal mereka, serta adanya berba- lingkungan tempat tinggal maupun wisata Pantai
gai anggapan di kalangan responden rumah Pasir Putih tempat berjualan berada pada kate-
tangga bahwa tempat tinggal yang mereka gori toleransi tinggi dengan nilai 3 dan tingkat
tempati perlu diperlakukan secara maksimal keamanan yang berada pada kategori cukup
mengingat status kepemilikan tempat tinggal. aman dengan nilai 2. Hal ini dikarenakan cukup
Adapun fasilitas tempat tinggal responden sering terjadinya gangguan atau konflik di
berada pada kategori cukup dengan (skor 14-20) kawasan tempat berjualan maupun tempat
dengan nilai 2. Hal ini sebagai akibat dari tinggal responden namun masih dalam batas
adanya beberapa fasilitas tempat tinggal yang kewajaran. Pada umumnya anggapan responden
sulit dipenuhi seperti luas pekarangan yang terhadap tingginya toleransi kehidupan bera-
dimiliki cukup sempit kemudian ada beberapa gama sangat dijunjung tinggi. Hanya saja,
anggapan bahwa sebagian besar masyarakat rata- toleransi tinggi umat beragama tidak dibarengi
rata menggunakan bahan bakar minyak tahah dengan penyediaan tempat ibadah di sekitar
untuk memasak serta ada beberapa responden kawasan wisata pantai pasir putih, yang sedikit
yang tidak mendapatkan pelayanan air PDAM banyaknya mempengaruhi aktivitas ibadah.
dan beberapa dari mereka yang mneggunakan Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan
sumur bor. sebelumnya bahwa sebagian besar responden
Kondisi kesehatan anggota rumah tangga sulit melakukan kegiatan berolahraga karena
responden bisa dikatakan cukup terjamin, responden selalu melakukan kegiatan usaha
mengingat besarnya kepedulian dan perhatian sehingga sulit untuk berolahraga. Oleh sebab itu,
pemerintah pada bidang penyediaan pelayanan sudah dapat dipastikan bahwa tingkat kemu-
kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang dahan berolahraga dikategorikan sulit dengan

Journal of Fiscal and Regional Economy Studies


24
Tewernusa, dkk JFRES Volume 1, Nomor 1, 2018

nilai 1, namun banyak anggapan bahwa keadaan DAFTAR PUSTAKA


ini tidak dijadikan sebagai suatu masalah atau Anonim. 2017. “Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
kerugian bagi para responden. Pemuda dan olahraga”. Kabupaten Manok-
wari Propinsi Papua Barat.
KESIMPULAN Anonim. 2015. “Laporan Akuntabilitas Kinerja
1. Rata-rata pendapatan pedagang dari usaha Kementerian Pariwisata Republik Indone-
sia”.
wisata Pantai Pasir Putih masing-masing
Badan Pusat Statistik. 2009. Indikator Kesejah-
sebesar Rp 41.644.000 per tahunnya. Penda-
teraan Rakyat 2009. Badan Pusat Statistik.
patan per kapita pertahun Rp 17.196.181 dan
Jakarta.
termasuk dalam kategori tidak miskin dengan
Badan Pusat Statistik. 2011. Perhitungan dan
nilai skor 4 dan pengeluaran perkapita per Analisis Kemiskinan Makro Indonesia
tahun Rp 6.877.790, dalam jumlah ini dikate- Tahun 2011. Badan Pusat Statistik. Jakarta
gorikan tidak miskin dengan nilai skor 4. Biro Kepegawaian dan Hukum. 2005. Naskah
2. Tingkat kesejahteraan pedagang menurut 11 Akademik Rancangan Undang- Undang
Indikator yang digunakan BPS dalam Sistem Kesejahteraan Sosial Nasional.
SUSENAS 1991 yang telah dimodifikasi Departeman Sosial RI. Jakarta
diketahui bahwa skor rata-rata pelaku usaha Indahsari, Kurniyati, dan Oktaviavianti, Henny.
“Analisis Peran Pariwisata Pantai
di kawasan Wisata Pantai Pasir Putih adalah
Camplong Terhadap Kesejahteraan
30 yang termasuk dalam kategori Tinggi
Masyarakat Lokal”. Universitas Trunojoyo
tingkat Kesejahteraannya. Madura, vol.9 No.2. (2 oktober 2014).

Journal of Fiscal and Regional Economy Studies


25

Anda mungkin juga menyukai