Anda di halaman 1dari 12

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : PERANGKAT DAN MEDIA PEMBELAJARAN


B. Kegiatan Belajar : PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN
INSTRUMEN PENILAIAN (KB 2) (KB 2)

C. Refleksi

BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI

PETA KONSEP

A. PENGEMBANGAN
MATERI AJAR DAN
LEMBAR KERJA PESERTA
DIDIK

PENGEMBANGAN
INSTRUMEN PENIALIAN
PERKEMBANGAN MEDIA
,KETERAMPIALN,,
PEMBELAJARAN
KOMPETENSI,KARAKTER
DAN LITERASI

Konsep
(Beberapa
1 istilah dan
definisi) di
KB
PENEGMBANGAN
PENGEMBANGAN
INSTRUMEN PENIALIAN
SUMBER BELAJAR DIGITAL
PENGETAHUAN BERBASIS

PENGEMBANGAN
INSTRUMEN PENILAAN
SIAKP DAN KARAKTER
(PROFIL PANCASILA )
pendidikan, strategi pembelajaran, dan alat penilaian hasil belajar.
1. Pengertian Materi Pembelajaran
Bahan atau materi pembelajaran (Learning Materials) adalah segala sesuatu
yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh peserta didik, sesuai
dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap
mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Materi pembelajaran juga
dapat diartikan sebagai bahan yang diperlukan untuk pembentukan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam
rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Dalam
mengembangkan materi perlu diperhatikan cakupan pengetahuan yang terdiri
dari 4 jenis pengetahuan, yaitu:
a. Pengetahuan Fakta
Yaitu sifat dari suatu gejala, peristiwa, benda, yang wujudnya dapat ditangkap
oleh panca indra. Jadi semua hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran,
misalnya nama-nama objek, peristiwa, lambang, nama tempat, nama orang,
dan lain sebagainya. Fakta merupakan pengetahuan yang berhubungan
dengan data-data spesifik (tunggal) baik yang telah maupun yang sedang
terjadi yang dapat diuji atau diobservasi. b. Pengetahuan Konsep
Yaitu adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda
atau sifat. Suatu konsep memiliki bagian yang dinamakan atribut. Atribut
adalah karakteristik yang dimiliki suatu konsep. Gabungan dari berbagai
atribut menjadi suatu pembeda antara satu konsep dengan konsep lainnya.
Jadi semua yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul
sebagai hasil pemikiran, seperti definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat,
inti/isi dan sebagainya Materi konsep contohnya pengertian zakat, syarat dan
rukun shalat, dan sebagainya.
c. Pengetahuan Prosedur
Yaitu materi pelajaran yang berhubungan dengan kemampuan peserta didik
untuk menjelaskan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam
melakukan sebuah aktivitas dan kronologi suatu sistem. Contoh: langkahlangkah
dalam pengurusan jenazah. Hubungan antara dua atau lebih konsep
yang sudah teruji secara empiris dinamakan generalisasi (Merril dalam Wina
Sanjaya : 2011).
d. Pengetahuan Metakognitif
Adalah pengetahuan mengenai kesadaran secara umum sama halnya dengan
kewaspadaan dan pengetahuan tentang kesadaran pribadi seseorang.
Metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa
yang tidak diketahui. Dalam konteks pembelajaran, peserta didik mengetahui
bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang
dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif.
Penekanan kepada peserta didik untuk lebih sadar dan bertanggung jawab
terhadap pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri. Perkembangan peserta
didik akan menjadi lebih sadar dengan pemikiran mereka sendiri sama halnya
dengan lebih banyak mereka mengetahui kesadaran secara umum, dan ketika
mereka bertindak dalam kewaspadaan ini, mereka akan cenderung belajar
lebih baik. Dengan demikian, apabila kesadaran tersebut terwujud, maka
peserta didik dapat mengawali proses berpikirnya dengan merancang, memantau, dan
menilai apa yang dipelajari. Aspek psikomotor juga tak luput
menjadi perhatian dalam pengembangan.
materi yakni yang mengarah pada gerak atau keterampilan (skill).
Keterampilan adalah pola kegiatan yang memiliki tujuan tertentu yang
memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi. Kompetensi yang ingin
dicapai dari gerak atau keterampilan, misalnya gerakan shalat, bela diri,
renang, dan sebagainya yang diakomodir pada jenis pengetahuan prosedural.
Keterampilan dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu:
1) Keterampilan intelektual yaitu keterampilan berpikir melalui usaha
menggali, menyusun dan menggunakan berbagai informasi, baik berupa
data, fakta, konsep, ataupun prinsip, dan teori.
2) Keterampilan fisik yaitu keterampilan motorik seperti keterampilan
mengoperasikan komputer, keterampilan mengemudi, keterampilan
memperbaiki suatu alat, dan lain sebagainya.
B. PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
”tengah”, ”perantara” atau ”pengantar”. Dalam bahasa arab, media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Jadi, media
adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran.
Menurut Yusufhadi Miarso, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali. Berdasarkan uraian para ahli
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan media
pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar sehingga
makna pesan yang disampaikan menjadi lebih jelas dan tujuan pendidikan atau
pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
Penggunaan media pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut
Pengalaman (cone of experience), yang melukiskan bahwa semakin konkrit
peserta didik mempelajari bahan pelajaran, maka semakin banyaklah
pengalaman yang didapatkan. Tetapi sebaliknya, jika semakin abstrak peserta
didik mempelajari bahan pelajaran maka semakin sedikit pula pengalaman yang
akan didapatkan oleh peserta didik. Menurut Wina Sanjaya, ada beberapa
fungsi dari penggunaan media pembelajaran yaitu:
1. Fungsi komunikatif
Media pembelajaran digunakan untuk memudahkan komunikasi antara
penyampai pesan dan penerima pesan. Sehingga tidak ada kesulitan dalam
menyampaikan bahasa verbal dan salah persepsi dalam menyampaikan pesan.
2. Fungsi motivasi
Media pembelajaran dapat memotivasi peserta didik dalam belajar. Dengan
pengembangan media pembelajaran tidak hanya mengandung unsur artistic
saja akan tetapi memudahkan peserta didik mempelajari materi pelajaran
sehingga dapat meningkatkan gairah peserta didik untuk belajar.
3. Fungsi kebermaknaan
Penggunaan media pembelajaran dapat lebih bermakna yakni pembelajaran
bukan hanya meningkatkan penambahan informasi tetapi dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk menganalisis dan mencipta. 4. Fungsi penyamaan
persepsi
Dapat menyamakan persepsi setiap peserta didik sehingga memiliki
pandangan yang sama terhadap informasi yang disampaikan.
5. Fungsi individualitas
Dengan latar belakang peserta didik yang berbeda, baik itu pengalaman,
gaya belajar, kemampuan peserta didik maka media pembelajaran dapat
melayani setiap kebutuhan setiap individu yang memiliki minat dan gaya
belajar yang berbeda.
C. PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR DIGITAL
Sumber belajar digital (e Learning) dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk
teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan berupa website yang
dapat diakses di mana saja. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis
dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. E-learning berfungsi
sebagai suplemen, apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih,
apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak.
Ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik yaitu:
1. Suplemen dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila
peserta mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi
pembelajaran elektronik atau tidak.
2. Komplemen (tambahan) d ikatakan berfungsi sebagai komplemen
(pelengkap) apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk
melengkapi materi pembelajaran yang diterima tersebut.
3. Substitusi (pengganti) b eberapa perguruan tinggi di negara-negara maju
memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan
kepada para maha peserta didiknya.
Berikut ini merupakan lima cara teknologi digital yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran, baik dalam pembelajaran formal dan dalam pengaturan
informal (NETP, 2017), yaitu:
a. Teknologi dapat memungkinkan pembelajaran atau pengalaman yang
dipersonalisasi yang lebih menarik dan relevan.
b. Teknologi dapat membantu mengatur pembelajaran di sekitar tantangan
dunia nyata dan pembelajaran berbasis proyek - menggunakan berbagai
perangkat dan sumber belajar digital untuk menunjukkan kompetensi
dengan konsep dan konten yang kompleks.
c. Teknologi dapat membantu belajar bergerak di luar ruang kelas dan
memanfaatkan peluang belajar yang tersedia di museum, perpustakaan, dan
lingkungan luar sekolah lainnya.
d. Teknologi dapat membantu pelajar mengejar cita-cita dan minat pribadi.
e. Kesetaraan akses teknologi dapat membantu menutup kesenjangan digital
dan membuat peluang pembelajaran transformatif tersedia untuk semua
peserta didik di mana pun.
D. PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP DAN
KARAKTER (PROFIL PANCASILA)
Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima
atau memerhatikan (receiving atau attending), merespons atau menanggapi
(responding), menilai atau menghargai (valuing), mengorganisasi atau
mengelola (organization), dan berkarakter (characterization). Dalam
kurikulum 2013 sikap dibagi menjadi dua, yakni sikap spiritual dan sikap
sosial. Bahkan kompetensi sikap masuk menjadi kompetensi inti 1(KI 1) untuk
sikap spiritual dan kompetensi inti 2 (KI 2) untuk sikap sosial (Kunandar, 2013,
hal. 100).
Pada kurikulum 2013, mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), KD pada
KI-1 dan KD pada KI-2 disusun secara koheren dan linier dengan KD pada KI-
3 dan KD pada KI-4. Dengan demikian aspek sikap untuk mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn dibelajarkan secara langsung
(direct teaching) maupun tidak langsung (indirect teaching) yang memiliki
dampak instruksional (instructional effect) dan memiliki dampak pengiring
(nurturant effect). Sedangkan untuk mata pelajaran lain, tidak terdapat KD pada
KI-1 dan KI-2. Dengan demikian aspek sikap untuk mata pelajaran selain
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn tidak dibelajarkan secara
langsung dan memiliki dampak pengiring dari pembelajaran KD pada KI-3 dan
KD pada KI-4. Meskipun demikian penilaian sikap spiritual dan sikap sosial
harus dilakukan secara berkelanjutan oleh semua guru, termasuk guru
bimbingan Konseling (BK) dan wali kelas, melalui observasi dan informasi lain
yang valid dan relevan dari berbagai sumber. Penilaian sikap merupakan bagian
dari pembinaan dan penanaman/pembentukan sikap spiritual dan sikap sosial
peserta didik yang menjadi tugas dari setiap pendidik.
a. Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap harus mengacu pada indikator yang dirinci dari Kompetensi
Dasar (KD) dari kompetensi inti spiritual dan sosial pada kurikulum 2013
dan Capaian Pembelajaran pada kurikulum merdeka yang ada di kerangka
dasar dan struktur kurikulum untuk setiap jenjang dari dasar sampai
menengah. Oleh karena itu, guru harus merinci setiap KD dari Kompetensi
Inti menjadi indikator pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial yang
nantinya akan dinilai oleh guru dalam bentuk perilaku peserta didik seharihari.
(Kunandar, 2013, hal. 115).
1) Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman atau lembar
observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku atau aspek yang diamati
(Kunandar, 2013, hal. 117).
2) Penilaian Diri
Dalam melakukan penilaian diri terhadap kompetensi sikap, baik sikap
spiritual maupun sikap sosial harus mengacu pada indikator pencapaian
kompetensi yang sudah dibuat oleh guru sesuai dengan kompetensi dasar
dari kompetensi inti sikap spiritual dan sikap sosial (Kunandar, 2013, hal.
131).
3) Penilaian Antar Peserta Didik atau Penilaian Antar Teman
Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap,
baik sikap spiritual maupun sosial dengan cara meminta peserta didik
untuk menilai satu sama lain. (Kunandar, 2013, hal. 140).
E. PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PENGETAHUAN
BERBASIS HOTS
Bagaimana mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi? Kemampuan berpikir
tingkat tinggi (HOTS) bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau
mengulang. Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk
memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis (critical thinking),
berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan
kemampuan mengambil keputusan (decision making). Tingkat kesukaran dalam
butirs soal tidak sama dengan kemampuan berpikir tinggi. Contohnya, untuk
mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin
memiliki tingkat kesukaran yang tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab soal
tersebut tidak termasuk higher order thinking skills. Dengan demikian, soal-soal
HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.
Beberapa karakteristik soal-soal HOTS adalah:
1. Bersifat divergen
Maksud bersifat divergen adalah instrumen penilaian berbasis HOTS ini
dapat menumbuhkan ide atau solusi peserta didik dalam memberikan jawabanjawaban.
Karena bersifat divergen, instrumen penilaian berbasis HOTS lebih
mudah dirancang dalam tugas esai, uraian, dan kinerja.
2. Menggunakan multi representasi
Dalam instrumen penilaian berbasis HOTS sebaiknya menggunakan
multirepresentasi antara lain seperti verbal (berbentuk kalimat), visual
(gambar, bagan, grafik, tabel, termasuk video), simbolis (simbol, ikon, inisial,
isyarat), dan matematis (angka, rumus, persamaan).
3. Berbasis permasalahan kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam
kehidupan sehari hari, dimana peserta didik dapat menerapkan konsep-konsep
pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
4. Menggunakan bentuk soal beragam
Terdapat beberapa bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir soal
HOTS yaitu soal pilihan berganda dan uraian. Dalam pembuatan soal pilihan
ganda, soal HOTS yang berbentuk pilihan ganda harus memuat stimulus yang
bersumber pada situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal
(stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci
jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban adalah jawaban yang benar
atau paling benar, sedangkan pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar,
namun memungkinkan peserta didik terkecoh untuk memilihnya apabila
peserta didik tidak menguasai materi pelajaran dengan baik.
Berikut langkah- langkah dalam penyusunan soal berbasis HOTS:
a) Menganalisis KD. Dalam menganalisis KD bertujuan untuk menganalisis KD
yang memiliki tingkat kognitif yang sama karena tidak semua KD
mempunyai tingkat kognitif yang sama. Dalam penyusunan soal HOTS,
terlebih dahulu guru harus merumuskan IPK dengan tingkat kognitif C4
(menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta). Setelah itu, dapat
disusun soal HOTS sesuai dengan KD yang telah dianalisis dengan terlebih
dahulu. b) Menyusun kisi-kisi soal. Kisi-kisi penyusunan soal dapat membantu guru
dalam penulisan soal HOTS, di mana pada kisi-kisi soal terdapat KD yang
akan dibuat soal, lingkup materi dan materi yang berkaitan dengan KD,
merumuskan indikator soal, menentukan nomor soal, menentukan level
kognitif, dan menentukan bentuk soal yang digunakan apakah berbentuk
pilihan ganda atau uraian.
c) Memilih stimulus yang tepat dan kontekstual
Stimulus yang tepat dan kontekstual yaitu stimulus yang dapat membuat
peserta didik mencermati soal dan stimulus tersebut sesuai dengan kenyataan
sehari-hari agar peserta didik tertarik untuk membaca.
d) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS.
Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan
butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi,
sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal
ditulis pada kartu soal, sesuai format yang ditentukan oleh guru.
e) Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.
F. PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN
(KOMPETENSI, KARAKTER, DAN LITERASI
Penilaian keterampilan (psikomotorik) adalah penilaian yang dilakukan guru
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik
yang meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
Kompetensi inti 4 (KI 4), yakni keterampilan tidak dapat dipisahkan dengan
kompetensi inti 3 (KI 3), yakni pengetahuan. Artinya kompetensi pengetahuan
itu menunjukkan peserta didik tahu tentang keilmuan tertentu dan kompetensi
keterampilan ini menunjukkan peserta didik bisa (mampu) tentang keilmuan
tertentu tersebut. (Kunandar, 2013, hal. 251).
1. Teknik Penilaian Keterampilan
Guru menilai kompetensi keterampilan peserta didik dapat dilakukan dengan
berbagai teknik, antara lain (1) penilaian kinerja yaitu penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu tertentu menggunakan
tes praktek (unjuk kerja) dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan
(observasi), (2) proyek dengan menggunakan instrumen lembar penilaian
dokumen laporan proyek, (3) penilaian portofolio dengan menggunakan
instrumen lembar penilaian dokumen kumpulan portofolio dan penilaian
produk. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian
(rating scale) yang dilengkapi rubrik. (Kunandar, 2013, hal. 257).
2. Penilaian Unjuk Kerja/Kinerja/Praktik
Penilaian unjuk kerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara
efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi
tentang bentuk-bentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul
dalam diri peserta didik. (Kunandar, 2013, hal. 257). Penilaian ini dapat
digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta
didik melakukan tugas tertentu, seperti: praktikum di laboratorium, praktik
ibadah, praktik olahraga, presentasi, bermain peran, memainkan alat musik,
bernyanyi, dan membaca puisi.
3. Penilaian ProyekPenilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang
meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data
yang harus diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu atau
periode tertentu. Tugas tersebut bisa berupa investigasi atau penelitian
sederhana tentang suatu masalah yang berkaitan dengan materi KD tertentu
mulai dari perencanaan, pengumpulan data atau informasi, pengolahan data,
penyajian data dan menyusun laporan. Penilaian proyek dimaksudkan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan dari peserta didik secara
jelas. Adapun aspek yang dinilai di antaranya meliputi: kemampuan (1)
pengelolaan, (2) relevansi, dan (3) keaslian. (Kunandar, 2013, hal. 279).
4. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan berdasarkan
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya
peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta
didik, hasil tes (bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan
kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. (Kunandar, 2013, hal. 286).

Daftar materi
pada KB
2 Pengembangan Instrumen Penilaian Pengetahuan Berbasis HOTS
yang sulit
dipahami

Daftar materi
yang sering
mengalami
3 Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap dan Karakter (profil Pancasila)
miskonsepsi
dalam
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai