Anda di halaman 1dari 4

3.

 Muqoddimah Qonun Asasi yang dibacakan oleh Rais Akbar (pemimpin


tertinggi) Hadrotusyekh Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama, adapun
Qonun Asasi berarti Aturan Dasar dan bagi warga Nahdlatul Ulama (NU),
Muqoddimah Qonun Asasi adalah pokok pikiran, yang juga menjadi
pendirian dan pedoman dasar bagi perjalanan Organisasi NU.
Muqoddimah Qonun Asasi sendiri merupakan sebuah Pidato dari Rais
Akbar Nahdlatul Ulama Hadrotusyekh Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari
pada Muktamar NU pertama di Surabaya.
4. Hasyim Asy’ari adalah seorang pahlawan Nasional, ia telah berjasa
membentuk kementerian Agama, selain itu ia juga membujuk Jepang untuk
memberikan latihan militer khusus kepada sang santri, serta mendirikan
barisan pertahanan rakyat secara mandiri.
5. Adab Islami ziarah kubur

1. Anwar, Syaifudin. 2006. Metode penelitian. Yogyakarta: Putaka Pelajar


2. As’ad, Mahrus. 2012. Pembaruan Pendidikan Islam K.H. Hasyim Asy’ari. Jurnal
Tsaqafah Universitas Darussalam Gontor, Vol.08 No.01
3. Asy’ari, Hasyim. Risalah fi Ta’akkud al Akhdzi bi Madzahib al Aimmah Al Arba’ah,
dalam M. Ishomuddin Hadziq (Ed.), Irsyad As Sari fi Jam’i Mushannafati As Syaikh
Hasyim Asy’ari, Jombang: Pustaka Warisan Islam Tebuireng
4. Asy’ari, Hasyim. Al Muqaddimah Al Qanun Al Asasi Li Jam’iyyah Nahdlatul
Ulama’, Jombang: Pustaka Warisan Islam Tebuireng
5. Hakam, Abdullah. 2014. KH. Hasyim Asyari dan Urgensi Riyadah dalam Tasawuf
Akhlaqi. Teosofi: Jurnal Pemikiran Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Vol.4 No. 1
6. Munir Amin, Samsul. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah
7. Muzadi, A. Muhith.1995. NU dan Fiqih Kontekstual. Yogyakarta: LKPSM NU DIY
8. Putra, Afriadi. 2016. Pemikiran Hadis KH. Hasyim Asyari dan Kontribusinya
Terhadap Kajian Hadis di Indonesia, Wawasan : Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial
Budaya UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Vol. 01 No.01
9. R. Lauer. 2001. Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Rineka Cipta
10. Rifa’i, Muhammad. 2010. KH. Hasyim Asy’ari; Biografi Singkat 1871-1947.
Yogyakarta: Garasi House of Book
11. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D, Bandung:
Alfabeta
12. Sumardjan, Selo. 1977. Sosiologi, Suatu Pengantar (dalam Soejono Soekanto).
Yayasan Penerbit Universitas Indonesia
13. https://www.youtube.com/watch?v=FnO2-2EqhIg, diakses pada 9 Oktober 2022

membahas tentang NU, tidak terlepas dari yang namanya

Qanun Asasi adalah sumber moral, ideologi, pegangan atau pondasi yang harus tetap dijaga
karena menjadi tata nilai
Lebih lanjut, Kang Dindin mengungkapkan ketika sebuah jam’iyyah atau organisasi tidak lagi
memegang Qanun Asasi maka jam’iyyah tersebut tidak lagi memiliki pondasi dan tata nilai.
Oleh sebab itu, Qanun Asasi harus benar-benar dijaga karena menjadi penting dalam sebuah
jam’iyyah atau organisasi. “Ketika kita berbicara Qanun Asasi, maka tidak ada kalimat yang
wajib kita ucapkan kecuali sam’an watha’atan. Ini tentu yang menjadi nilai lebih dari Qanun
Asasi

pentingnya pemahaman terhadap Qanun Asasi menjadi pondasi bagi warga nahdliyin
terutama bagi pengurus di semua tingkatan dalam berkhidmat dan menjalankan mesin
organisasi. "Qanun Asasi ini menjadi penting untuk terus menerus disosialisasikan dan
diperbincangkan di kalangan pengurus dan aktifis NU,"

Menurutnya, ada tiga hal mengapa Qanun Asasi penting untuk diketahui khususnya oleh
pengurus NU dan umumnya oleh seluruh warga nahdliyin. Pertama, Qanun Asasi adalah
dasar filosofis bagi pergerakan NU sebagai Jam'iyyah (organisasi) dalam ikhtiar mewujudkan
maksud dan tujuan NU ini dibentuk dan didirikan oleh pendirinya. Dengan mengetahui dan
memahami Qonun Asasi ini maka diharapkan pengurus NU dalam menjalankan aktifitasnya
linier dan paralel dengan maksud tujuan Hadrotusy Syekh Mbah KH Hasyim Asyari. Kedua,
Qanun Asasi sebagai grand norm atau norma dasar yang harus mengejawantah atau harus
dibreakdown dalam norma aplikatif pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga NU
sebagai acuan dalam tataran operasional kerja kerja organisasi. Ketiga, Qanun Asasi adalah
ruh bagi jasad organisasi NU. Spirit batin bagi badan jasad para pengurus dalam aktifitasnya
sebagai individu sebagai jamaah sekaligus sebagai pengurus dan pelayan bagi kemanusiaan,
keislaman dan kebangsaan

Qonun Asasi yang dibuat oleh pendiri Nahdlatul Ulama, yakni Hadratus Syeikh KH Hasyim
Asy'ari mengandung tuntunan bagaimana warga NU harus bersatu dan bersikap setiap
menghadapi berbagai masalah dan cobaan.

, di dalam Qonun Asasi memberikan pelajaran kepada kita tentang pentingnya bagaimana
mengajak kita untuk saling bersatu, mengajak kita saling bersaudara, saling kasih dan saling
menyantuni. 05/10/22 09.09 Khofifah: Qonun Asasi Menjadi Tuntunan Sikap dan Perilaku
Warga NU https://nu.or.id/warta/khofifah-qonun-asasi-menjadi-tuntunan-sikap-dan-
perilaku-warga-nu-uV3F7 3/4 Salah satu contoh bahwa kita tidak taat terhadap Qonun Asasi
ialah meski berdasarkan survey warga nahdliyyin ada sekitar 60 juta lebih, sementara
penduduk Indonesia yang memiliki hak pilih sekitar 120 juta, mestinya untuk mengantarkan
kader terbaik NU menjadi presiden bukan pekerjaan yang sulit. Akan tetapi faktanya adalah
justru yang jadi malah orang lain.

maka NAHDLATUL ULAMA bertekad untuk mengembangkan ukhuwah


Islamiyah, ukhuwah Wathoniyah dan ukhuwah Insaniyah yang mengemban
kepentingan nasional dan internasional dengan berpegang teguh pada
prinsip-prinsipal-ikhlash (ketulusan), al-‘adalah (keadilan), at–tawassuth  (mode
rasi), at-tawazun(keseimbangan) dan  at-tasamuh  (toleransi).

Bahwa Perkumpulan/Jam’iyyah Nahdlatul Ulama tetap menjunjung tinggi


semangat yang melatarbelakangi berdirinya dan prinsip-prinsip yang ada
dalam Qanun Asasi.
Qanun Asasi li Jami'ati Nahdlatil Ulama  dirumuskan oleh KH. Hasyim
Asy’ari   . Qanun Asasi berisi dua bagian pokok,yaitu:
Pertama, risalah Ahlussunnah wal Jamaah, yang memuat tentang kategorisasi sunnah dan
bid’ah dan penyebarannya di pulau Jawa.
 Kedua, keharusan mengikuti mazhab empat.
Namun, dalam Qanun Asasi, KH. Hasyim Asy'ari tidak secara eksplisit
mengemukakan definisi Aswaja. KH. Hasyim Asy'ari hanya mengemukakan keharusan bagi
warga Ahlussunah Wal Jamaah untuk berpegang kepada madzhab fikih empat
(Syafii,Maliki,Hanafi,Hambali) karena hidup bermadzhab lebih dapat menyatukan
kebenaran, lebih dekat untuk merenungkan, lebih mengarah pada ketelitian, dan lebih mudah
dijangkau.Dengan bermadzhab kita akan lebih mudah menemukan jalan yang benar dalam
beribadah kepada Allah dan tidak mudah tersesat pada pendapat-pendapat atau ijtihad yang
tidak jelas kesahihannya.Inilah yang dilakukan oleh salafunasshalih.
Karena dewasa ini banyak kita temukan masyarakat yang dengan mudahnya
mengikuti pendapat orang lain tanpa tahu dasar hukumnya.
Namun demikian, ada rumusan baku yang disajikan KH. Hasyim Asy’ari tentang
"sunnah dan bid'ah". Kata sunnah sebagaimana ia kutip dari Abu al-Baqa' dalam bukunya al-
Kulliyat, secara bahasa berarti  jalan, meskipun jalan itu tidak disukai. Menurut syara',
sunnah adalah sebutan bagi jalan yang disukai dan dijalani dalam agama sebagaimana
dipraktekkan oleh Rasulullah SAW  atau tokoh agama lainnya, seperti para sahabat.
Sebagaimana dikatakan Syeikh Zaruq dalam kitab Uddah al-Murid, menurut syara', bid'ah
adalah munculnya perkara baru dalam agama yang kemudian mirip bagian agama, padahal
bukan bagian darinya, baik formal maupun hakekatnya.
Yang menarik dalam Qanun Asasi, KH. Hasyim Asy'ari melakukan serangan keras
kepada Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Muhammad Ibn Abdil Wahhab, Ibnu Taymiyah,
dan dua muridnya Ibn al-Qayyim dan Ibn Abd al-Hadi yang telah mengharamkan praktek
yang telah disepakati umat Islam sebagai bentuk kebaikan seperti ziarah ke makam
Rasulullah. Dengan mengutip pendapat Syekh Muhammad Bakhit al-Hanafi al-Muti'I dalam
risalahnya Tathir al-Fu'ad min Danas al-'Itiqad, KH Hasyim Asy'ari menganggap kelompok
ini telah menjadi fitnah bagi kaum muslimin, baik salaf maupun khalaf. Mereka merupakan
aib dan sumber perpecahan bagi kaum muslimin yang mesti segera dihambat agar tidak
menjalar ke mana-mana.

Anda mungkin juga menyukai