Anda di halaman 1dari 11

MAJU, p-ISSN: 2355-3782

Volume 5 No. 2, September 2018 e-ISSN: 2579-4647


Page : 119-129

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN


KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL DAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Henra Saputra Tanjung

STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan Peunaga Cut Ujong
Kec. Meureubo Kab. Aceh Barat 23615,
E-mail: hnrsaputra@gmail.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir
kritis dan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang diajar dengan Model
Pembelajaran Kontekstual dengan siswa yang diajar dengan Model pembelajaran kooperatif
learning tipe Numbered Heads Together. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif,
dengan jenis penelitian quasi eksperimen. Populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA 2
Kuala. Madinatussalam Sei Rotan Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 60 siswa.
Analisis data dilakukan dengan analisis varian (ANAVA). Hasil temuan ini menunjukkan: 1)
Kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang diajar
dengan Model pembelajaran kontekstual lebih baik daripada siswa yang diajar dengan
pembelajaran kooperatif learning tipe Numbered Heads Together pada materi pokok
persegi panjang dan persegi; 2) kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan Model
pembelajaran kontekstual lebih baik daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran
kooperatif learning tipe Numbered Heads Together materi pokok persegi panjang dan
persegi; 3) kemampuan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang diajar dengan
pembelajaran kontekstual lebih baik daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran
kooperatif learning tipe Numbered Heads Together pada materi pokok persegi panjang dan
persegi; 4) Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran terhadap
tingkat kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.
Simpulan penelitian ini menjelaskan bahwa siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis
dan kemampuan berpikir kreatif matematika lebih sesuai diajarkan dengan Model
pembelajaran Kontekstual daripada pembelajaran kooperatif learning tipe Numbered Heads
Together.

Kata-kata kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Model
Pembelajaran Kontekstual, Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Numbered
Heads Together.

PENDAHULUAN berikutnya diformat sedemikian rupa dengan


Di zaman globalisasi ini, ilmu harapan generasi mendatang akan lebih banyak
pengetahuan dan teknologi informasi (IPTEK) mendapat pilihan, terbimbing untuk
sangat berkembang pesat. Dan itu juga secara mendapatkan kesejahteraan. Dalam UUSPN
langsung akan mempengaruhi terhadap No. 20 tahun 2003 (Saiful Sagala, 2005 :11),
perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan dijelaskan bahawa tujuan pendidikan nasional
di Indonesia. Pendidikan adalah proses transfer adalah mengembangkan kemampuan dan
nilai budaya dari satu generasi kepada generasi membentuk watak serta peradaban bangsa yang

119
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 5 No. 2, September 2018 e-ISSN: 2579-4647
Page : 119-129

bermartabat dalam rangka mencerdaskan Terlihat jelas, bahwa pelajaran


kehidupan bangsa. matematika mendidik siswa untuk dapat
berpikir kritis dan berpikir kreatif. Dalam upaya
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan
meningkatkan kualitas pembelajaran
nasional pada perkembangan zaman globalisasi
matematika maka usaha-usaha untuk mencari
ini dalam perubahan-perubahan di bidang
penyelesaian terbaik guna mengembangkan
pendidikan, untuk itu maka salah satu cara
kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa
untuk mengatasi problematika tersebut adalah
dalam matematika perlu terus dilakukan. Untuk
dengan memperbaiki pelaksanaan
itu, sudah sepatutnya seorang pengajar
pembelajaran, yaitu dengan menggunakan
matematika membiasakan menggunakan model
model-model pembelajaran yang dipandang
pembelajaran yang membawa ke arah taraf
mampu mengatasi kesulitan guru serta kesulitan
berpikir kritis dan kreatif. Namun berdasarkan
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di
hasil survei yang dilakukan peneliti di sekolah,
kelas. Salah satu mata pelajaran yang sering
dengan mewawancarai kepala sekolah MTs.
dijadikan alasan sebagai kesulitan siswa dalam
Madinatussalam, bahwa proses pelajaran
proses pembelajaran adalah pelajaran
matematika di kelas masih dipusatkan pada
matematika. Banyak siswa masih beranggapan
guru (teacher center). Sehingga, siswa tidak
matematika sebagai mata pelajaran yang sangat
dapat mengembangkan berpikir kritis dan
rumit.
berpikir kreatif siswa dalam pelajaran tersebut.
Matematika itu sendiri merupakan
Guna mengembangkan kemampuan
sebuah ilmu yang selalu berhubungan dengan
berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif
kehidupan di mana siswa berada. Kegiatan
matematika pada siswa dalam pembelajaran
apapun yang siswa lakukan dalam keseharian
matematika dan untuk mewujudkan
tentunya akan berhubungan dengan ilmu
pembelajaran matematika yang menarik bagi
matematika.
siswa maka diperlukan model pembelajaran
Dalam standar isi untuk satuan inovatif yang sesuai dengan karakteristik
pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran pembelajaran matematika. Salah satu model
matematika (Peraturan Menteri Pendidikan pembelajaran yang dapat menjadi pilihan dan
Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 23 mei diduga dapat meningkatkan keterampilan
2006 tentang standar isi) telah disebutkan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif
bahwa mata pelajaran matematika perlu siswa dalam pembelajaran matematika adalah
diberikan kepada semua siswa mulai dari model pembelajaran kontekstual dan model
sekolah dasar untuk membekali siswa dengan pembelajaran Numbered Heads Together
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, (NHT).
kritis, dan kreatif, serta kemampuan
Menurut Elaine B.Johnson (Rusman
bekerjasama.
2012: 187) mengatakan bahwa pembelajaran
120
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 5 No. 2, September 2018 e-ISSN: 2579-4647
Page : 119-129

kontekstual adalah sebuah sistem yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis


merangsang otak untuk menyusun pola-pola dan kreatif siswa dalam matematika, dipandang
yang mewujudkan makna. Lebih lanjut Elaine oleh penulis menjadi sangat urgen dan utama.
mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual Dalam hubungan ini, maka penulis mencoba
adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok mengadakan penelitian yang berkaitan dengan
dengan otak yang menghasilkan makna dengan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
menghubungkan muatan akademis dengan kreatif matematika, yang dilaksanakan di SMA
konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. 2 Kuala, dan diberi judul “ Perbedaan
Kemampuan Berpikir Kritis dan
Pembelajaran kooperatif learning tipe
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
NHT adalah salah satu tipe pembelajaran
Siswa Dengan Menggunakan Model
kooperatif yang menekankan pada struktur
Pembelajaran Kontekstual Dan
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe
pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
Numbered Heads Together
meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini
dikembangkan oleh Kagen dengan melibatkan Berdasarkan identifikasi di atas, maka
para siswa dalam menelaah bahan yang yang menjadi rumusan masalah dalam
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek penelitian ini adalah: (1). Apakah kemampuan
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif
tersebut. matematika siswa yang diajar dengan Model
pembelajaran Kontekstual lebih baik daripada
Dengan demikian, inti dari
siswa yang diajar dengan pembelajaran
pembelajaran kontekstual dan pembelajaran
Kooperatif Learning tipe Numbered Heads
kooperatif learning tipe Numbered Heads
Together? (2). Apakah kemampuan berpikir
Together adalah model pembelajaran yang
kritis matematika siswa yang diajar dengan
mengutamakan siswa aktif untuk mencapai
Model pembelajaran Kontekstual lebih baik
hasil belajar yang lebih baik dibandingkan
daripada siswa yang diajar dengan
dengan pembelajaran konvensional. Dengan
pembelajaran Kooperatif Learning tipe
demikian, diduga untuk membawa ke arah
Numbered Heads Together? (3). Apakah
pembelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan kreatif matematika siswa yang
kemampuan berpikir kritis dan kreatif harus
diajar dengan Model pembelajaran Kontekstual
berangkat dari pembelajaran yang membuat
lebih baik daripada siswa yang diajar dengan
siswa aktif.
pembelajaran Kooperatif Learning tipe
Dengan memperhatikan uraian di atas, Numbered Heads Together? (4). Apakah
maka keperluan untuk melakukan studi yang terdapat interaksi antara model pembelajaran
berfokus pada pengembangan model terhadap tingkat kemampuan berpikir kritis dan
pembelajaran yang diduga dapat kemampuan berpikir kreatif matematika siswa?

121
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 5 No. 2, September 2018 e-ISSN: 2579-4647
Page : 119-129

Adapun tujuan penelitian ini adalah : alternatif atau variasi model pembelajaran
(1). Untuk mengetahui perbedaan kemampuan matematika untuk mencapai tujuan
berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
matematika siswa yang diajar dengan Model kualitas pembelajaran. (3). Bagi Peneliti,
pembelajaran Kontekstual dengan siswa yang mendapatkan pengalaman langsung dan
diajar pembelajaran Kooperatif Learning tipe gambaran dalam pelaksanaan model
Numbered Heads Together. (2). Untuk pembelajaran kontekstual dan pembelajaran
mengetahui kemampuan berpikir kritis kooperatif learning tipe Numbered Heads
matematika siswa yang diajar dengan Model Together yang efektif dan berguna untuk
pembelajaran Kontekstual dengan siswa yang meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
diajar pembelajaran Kooperatif Learning tipe berpikir kreatif matematika pada siswa. (4).
Numbered Heads Together . (3). Untuk Bagi Pembaca, sebagai bahan informasi bagi
mengetahui kemampuan berpikir kreatif pembaca atau peneliti lain yang ingin
matematika siswa yang diajar dengan Model melakukan penelitian sejenis.
pembelajaran Kontekstual dengan siswa yang
Matematika berasal dari perkataan Yunani,
diajar pembelajaran Kooperatif Learning tipe
mathematike, yang berarti “relating to
Numbered Heads Together. (4). Untuk
learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata
mengetahui apakah terdapat interaksi antara
mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu
model pembelajran terhadap tingkat
(knowledge, science). Perkataan mathemathike
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
berhubungan pula dengan kata mathanein yang
berpikir kreatif matematika siswa.
mengandung arti belajar (berpikir).
Sesuai dengan tujuan penelitian diatas,
Menurut Russel (Hamzah:2007)
maka hasil penelitian ini diharapkan akan
mendefenisikan matematika adalah sebagai
memberi manfaat sebagai berikut: (1). Bagi
suatu studi yang dimulai dari pengkajian
Siswa, penerapan model pembelajaran
bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah
Kontekstual dan pembelajaran Kooperatif
yang tidak kenal. Arah yang dikenal tersusun
Learning tipe Numbered Heads Together
baik (konsrtuktif) secara bertahap menuju arah
memberikan dorongan kepada siswa agar
yang rumit (kompleks), dari bilangan bulat ke
terlibat aktif dalam pembelajaran dan memiliki
bilangan pecah, bilangan real ke bilangan
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
kompleks dari penjumlahan dan perkalian ke
kreatif matematika, serta kemampuan kerja
defrensial dan integral, dan menuju matematika
sama dalam berkelompok. Diharapkan hasil
yang lebih tinggi.
belajar siswa meningkat serta pembelajaran
matematika menjadi lebih bermakna dan Pada pandangan konstruktivisme
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. (2). (Hamzah:2007) hakikat belajar matematika
Bagi Guru Matematika dan Sekolah, memberi bahwa seorang anak yang belajar matematika

122
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 5 No. 2, September 2018 e-ISSN: 2579-4647
Page : 119-129

dihadapkan pada masalah tertentu berdasarkan mendefenisiakan, menganalisis, dan


konstruksi pengetahuan yang diperolehnya memikirkan solusi permasalahan,
ketika belajar dan anak berusaha menyederhanakan, mengorganisasi,
memecahkannya. mengklasifikasi, menghubungkan, dan
menganalisis masalah matematika,
Berpikir kritis (Izhab: 2007) adalah
mengintegrasikan informasi dan melihat
proses mental untuk menganalisis informasi.
hubungannya untuk menarik kesimpulan,
Informasi yang didapatkan melalui pengamatan,
selanjutnya memeriksa kelayakan kesimpulan,
pengalaman, komunikasi, dan membaca. Untuk
menerapkan pengetahuan dan pemahaman yang
memunculkan berpikir kritis dan kreatif
diperoleh ke permasalahan matematika yang
diperlukan beberapa syarat.
baru.
Menurut Ennis (1985), kemampuan Dalam membahas berpikir kreatif tidak
berpikir kritis menurut Ennis terdiri atas 12 akan lepas dengan istilah kreativitas. Beberapa
komponen yaitu: ahli bahkan memberikan indikasi bahwa
kreativitas sama dengan berpikir kreatif itu
1. Merumuskan masalah,
sendiri. James J. Gallagher mengatakan bahwa
2. Menganalisis argumen,
”creativity is a mental process by which an
3. Menanyakan dan menjawab pertanyaan,
individual creates new ideas or products, or
4. Menilai kredibilitas sumber informasi,
combines existing ideas and product, in fashion
5. Melakukan observasi dan menilai laporan
that is novel to him or her.”(kreativitas
hasil observasi,
merupakan suatu proses mental yang dilakukan
6. Membuat deduksi dan menilai deduksi,
individu berupa gagasan ataupun produk baru,
7. Membuat induksi dan menilai induksi,
atau mengombinasikan antara keduanya yang
8. Mengevaluasi,
pada akhirnya akan melekat pada dirinya).
9. Mengidentifikasi dan menilai indentifikasi,
Proses kreatif menurut Parnes hanya akan
10. Mengidentifikasi asumsi,
terjadi jika dibangkitkan melalui masalah yang
11. Memutuskan dan melaksanakan,
memacu pada lima macam perilaku kreatif
12. Berinteraksi dengan orang lain.
yaitu:
Berpikir kritis matematika meliputi
a. Fluency (kelancaran)
kemampuan untuk beraksi terhadap masalah
b. Flexibility (keluwesan)
matematika dengan menvediakan pendapat dan
c. Originality (keaslian)
fakta, kesimpulan dan pertimbangan,
d. Elaboration (keterperincian)
argumentasi induktif dan deduktif, serta
e. Sensitivity (kepekaan)
objektif dan subjektif. Selanjutnya kemampuan
Berpikir (Izhab: 2007) adalah suatu
untuk membuat pertanyaan, mengkonstruksi,
rahmat dan karunia dari Allah SWT yang
dan mengenali struktur argumentasi, alasan-
dengannya Dia membedakan dan menaikkan
alasan yang mendukung argumentasi,
derajat/kedudukan manusia dari seluruh
123
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 5 No. 2, September 2018 e-ISSN: 2579-4647
Page : 119-129

ciptaan-Nya. Menurut Wijaya, ketika adalah model pembelajaran yang materi


membahas kreativitas dalam pembelajaran pembelajarannya dikaitkan dengan kehidupan
matematika adalah terkait manfaat kreativitas sehari-hari yang langsung dirasakan oleh
bagi siswa dalam mempelajari matematika. peserta didik, dimana yang dapat mendorong
Selama ini target dan orientasi pembelajaran siswa berpikir kritis dan kreatif.
matematika adalah penguasaan materi atau Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
konsep matematika yang cenderung Menurut Johnson (Rusman:2012) ada
menekankan pada aspek menghapal rumus dan delapan komponen utama dalam sistem
prosedur terlihat lebih penting. pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
Kemampuan berpikir kreatif
a. Melakukan hubungan yang
matematika yang akan dicapai siswa dalam
bermakna (making meaningful
penelitian ini dapat dilihat dari: 1) kelancaran
connections).
(fluency), 2) keluwesan atau fleksibel
b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang
(flexibility), 3) kerincian atau kolaborasi
signifikan (doing significany work).
(elaboration), 4) orisinilitas (originality).
c. Belajar yang diatur sendiri (self
Pembelajaran kontekstual adalah regulated learning).
pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau d. Bekerja sama (collaborating).
tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) e. Berpikir kritis dan kreatif (critical
yang terkait dengan dunia nyata kehidupan and creative thinking).
siswa (daily life modeling), sehingga akan f. Mengasuh atau memelihara pribadi
terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, siswa (nurturing the individual).
motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa g. Mencapai standar yang tinggi
menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif, (reaching high standards).
nyaman dan menyenangkan. h. Menggunakan penilaian autentik.

Menurut Howey R, Keneth, (Rusman:2012)


Prinsip Pembelajaran Kontekstual
mendefenisikan CTL sebagai berikut:
Ada tujuh prinsip pembelajaran
( CTL adalah pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya proses kontekstual yang harus dikembangkan oleh
belajar dimana siswa menggunakan guru, yaitu :
pemahaman dan kemampuan
akademiknya dalam berbagai konteks 1. Konstruktuvisme (Constructivism)
dalam dan luar sekolah untuk 2. Menemukan (Inquiry)
memecahkan masalah yang bersifat
3. Bertanya (Questioning)
simulatif ataupun nyata, baik sendiri-
sendiri maupun bersama-sama.) 4. Masyarakat Belajar (Learning
Community)
Dari beberapa pendapat di atas, dapat
5. Pemodelan (Modelling)
disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual
124
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 5 No. 2, September 2018 e-ISSN: 2579-4647
Page : 119-129

6. Refleksi (Reflection) diawali dengan Numbering. Guru membagi-


7. Penilaian Sebenarnya (Authentic bagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil.
Assessment) Jika jumlah peserta didik terdiri dari 40 orang
Pembelajaran kooperatif adalah model dan terbagi menjadi 5 kelompok, maka tiap
pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa kelompok terdiri dari 8 orang. Tiap-tiap orang
dalam suatu kelompok kecil untuk saling dalam tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-8.
berinteraksi. Menurut Tom, V. Savage bahwa
cooperative learning adalah suatu pendekatan
METODE
yang menekankan kerja sama dalam kelompok.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Suak
Pembelajaran kooperatif learning tipe Timan Aceh Barat. Adapun waktu penelitian ini
Numbered Heads Together (NHT) merupakan dilakukan pada semester 2 tahun ajaran
rangkaian penyampaian materi dengan 2016/2017 dengan jadwal pelaksanaannya
menggunakan kelompok sebagai wadah dalam dikoordinasikan dengan kegiatan sekolah.
menyatukan persepsi/pikiran siswa tehadap Subjek dalam penelitian ini adalah
pertanyaan yang dilontarkan atau diajukan guru, seluruh siswa kelas VII MTs Madinatussalam
yang kemudian akan dipertanggungjawabkan Sei Rotan. Dengan jumlah siswa 60 siswa.
oleh siswa sesuai dengan nomor permintaan Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar
guru dari masing-masing kelompok. Dengan matematika siswa dalam kemampuan berpikir
demikian, dalam kelompok siswa diberi nomor kritis dan kemampuan berpikir kreatif
masing-masing sesuai dengan urutannya. matematika siswa.

Pembelajaran dengan menggunakan Adapun desain yang digunakan pada


model pembelajaran kooperatif learning tipe penelitian ini ialah desain faktorial dengan taraf
Numbered Heads Together (Istarani: 2012) 2 x2

Tabel 1 Tabel 1 Desain Faktorial dengan Taraf 2 x 2


Pembelajaran Model Pembelajaran Pembelajaran
Kontekstual (A1) Kooperatif Learning
Kemampuan tipe NHT (A2)

Berpikir Kritis (B1) A1B1 A2B1

Kreatif Matematika (B2) A1B2 A2B2

Adapun teknik pengambilan data kreatif matematika pada kelas model


adalah sebagai berikut: pembelajaran kontekstual dan kelas
1. Memberikan pos-tes untuk pembelajaran kooperatif learning tipe
memperoleh data kemampuan berpikir Numbered Heads Together.
kritis dan data kemampuan berpikir

125
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 5 No. 2, September 2018 e-ISSN: 2579-4647
Page : 119-129

2. Melakukan analisis data pos-tes yaitu 3. Melakukan analisis data pos-tes yaitu
uji normalitas, uji homogenitas pada uji hipotesis dengan menggunakan
kelas model pembelajaran kontekstual teknik Analisis Varian lalu dilanjutkan
dan kelas pembelajaran kooperatif dengan Uji Tuckey.
learning tipe Numbered Heads
Together.

Tabel 2 Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Kritis Matematika


Aspek Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Mengidentifikasi Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan dengan benar dan


memberi alasan dengan benar

Menggeneralisasi Menemukan konsep dan menunjukkan bukti pendukung untuk


generalisasi dengan benar

Menganalisis Dapat memilih informasi yang penting, tepat dalam memilih


strategi yang benar dalam meyelesaikannnya, dan benar dalam
memberi alasan atau melakukan perhitungan

Mengklarifikasi Memperbaiki kesalahan dalam pemecahan masalah dan memberi


penjelasan dengan benar

Tabel 3 Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika


Jenis Kemampuan
Indikator Yang Diukur
Berpikir Kreatif

Fluency (Kelancaran) - Menuliskan banyak cara dalam menjawab soal.


- Menjawab soal lebih dari satu jawaban
Fleksibilitas (Keluwesan) - Menjawab soal secara beragam/bervariasi

Elaborasi (Kejelasan) - Mengembangkan atau memperkaya gagasan jawaban suatu soal

Originality (Keaslian) - Memberikan cara penyelesaian lain dari yang sudah biasa.

Adapun Perhitungan validitas dan bawah. Tingkat kesukaran soal


instrumen butir soal dilakukan dengan dikategorikan sukar, sedang, dan mudah.
menggunakan rumus korelasi Product Moment
Untuk melihat tingkat kemampuan berpikir
Pearson dengan standar interpretasi yang
kritis dan kemampuan berpikir kreatif
dikemukakan Arikunto (2009). Perhitungan
matematika siswa data dianalisis secara
reliabilitas instrumen untuk soal berbentuk
Deskriptif. Sedangkan untuk melihat perbedaan
uraian menggunakan rumus Alpha. Uji daya
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
pembeda menggunakan aturan 27% kelas atas
berpikir kreatif matematika siswa data

126
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 5 No. 2, September 2018 e-ISSN: 2579-4647
Page : 119-129

dianalisis dengan statistik inferensial yaitu lalu dilanjutkan dengan Uji Tuckey.
menggunakan teknik analisis varians (ANAVA)

Tabel 4 Deskripsi Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa yang
Diajar dengan Model Pembelajaran Kontekstual dan Pembelajaran Kooperatif Learning
Tipe NHT.

Sumber
Statistik A1 A 2
Jumlah
(KONTEKSTUAL) (Numbered Heads Together)
n = 30 n = 30 n = 60

 X = 1951  X = 1595  X = 3546


2 2 2
 X = 130883  X = 90177  X = 221060
B 1
(KRITIS)
Sd = 11,749 Sd = 13,616 Sd = 12,682

Var = 138,033 Var = 185,385 Var = 161,709

Mean = 65,033 Mean = 53,167 Mean = 59,100

n = 30 n = 30 n = 60

 X = 1982  X = 1656  X = 3638


2 2 2
B 2  X = 134122  X = 97494  X = 231616
(KREATIF)
Sd = 10,468 Sd = 14,483 Sd = 12,475

Var = 109,582 Var = 209.752 Var = 159,667

Mean = 66,067 Mean = 55,200 Mean = 60,633

n = 60 n = 60 n = 120

 X = 3933  X = 3251  X = 7184


2 2 2

Jumlah  X = 265005  X = 187671  X = 452676

Sd = 11,108 Sd = 14,049 Sd = 12,579

Var = 123,807 Var = 197,568 Var = 160,688

Mean = 65,550 Mean = 54,183 Mean = 59,867

Berdasarkan tabel di atas yang diperoleh pembelajaran kooperatif learning tipe NHT
melalui hasil post test terlihat jelas bahwa rata- adalah 59,100. Dan rata-rata kemampuan
rata kemampuan berpikir kritis dengan berpikir kreatif menggunakan pembelajaran
menggunakan pembelajaran kontekstual adalah kontekstual adalah 66,067, sedangkan rata-rata
65,033, sedangkan rata-rata kemampuan kemampuan berpikir kritis menggunakan
berpikir kritis dengan menggunakan pembelajaran kooperatif learning tipe NHT 55,
127
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 5 No. 2, September 2018 e-ISSN: 2579-4647
Page : 119-129

200. Selanjutnya rata-rata kemampuan berpikir 3. Kemampuan berpikir kreatif


kritis dan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang diajar dengan
matematika dengan model pembelajaran Model pembelajaran kontekstual lebih
kontekstual diperoleh 65,550 sedangkan nilai baik daripada siswa yang diajar dengan
rata-rata kemampuan berpikir kritis dan model pembelajaran kooperatif
kemampuan berpikir kreatif matematika dengan learning tipe NHT pada materi persegi
menggunakan pembelajaran kooperatif learning panjang dan persegi di SMA Negeri 1
tipe NHT 54,183. Di lihat dari kedua nilai rata- Kuala
rata tersebut terlihat bahwa ada perbedaan 4. Tidak terdapat interaksi yang
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan signifikan antara model pembelajaran
berpikir kreatif matematika dengan terhadap tingkat kemampuan berpikir
menggunakan model pembelajaran kontekstual kritis dan kemampuan berpikir kreatif
dan kooperatif learning tipe NHT. matematika siswa pada materi persegi
panjang dan persegi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
DAFTAR PUSTAKA
diperoleh, serta permasalahan yang telah
B.Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran
dirumuskan, peneliti membuat kesimpulan
Menciptakan Proses Belajar Mengajar
sebagai berikut :
yang Efektif dan Kreatif. Jakarta: Bumi
1. Kemampuan berpikir kritis dan
Aksara
Kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa yang diajar dengan Hudojo, Herman. 2001. Pengembangan
Model pembelajaran kontekstual lebih Kurikulum dan Pembelajaran
baik daripada siswa yang diajar dengan Matematika. Malang: UM Press.
metode pembelajaran kooperatif
Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran
learning tipe NHT pada materi persegi
Inovatif. Medan: Media Persada.
panjang dan persegi di SMA Negeri 1
Kuala Jaya, Indra. 2010. Statistik Penelitian Untuk
2. Kemampuan berpikir kritis matematika Pendidikan. Medan: Cita Pustaka.
siswa yang diajar dengan Model
Purwanto.2011. Evaluasi Hasil Belajar.
pembelajaran kontekstual lebih baik
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
daripada siswa yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif Mohammad Takdir Illahi. 2012. Pembelajaran
learning tipe NHT pada materi persegi Discoveri Strategi & Mental Vocational
panjang dan persegi di SMA Negeri 1 Skill Yogyakarta: Diva Press.
Kuala

128
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 5 No. 2, September 2018 e-ISSN: 2579-4647
Page : 119-129

Munandar , Utami, 2009 Pengembangan Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna
Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: PT Pembelajaran. Bandung: Alfabeta ,
Rineka Cipta.
Sudjiono, Anas, 2008. Pengantar Evaluasi
Muslich, Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grapindo.
Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Zaleha Izhab Hassoubah. 2004. Developing
Jakarta: Bumi Aksara.
Creative & Critical Thinking Skills Cara
Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Berpikir Kreatif & Kritis. Bandung:
Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Nuansa.
Pressindo.
http://furahasekai.wordpress.com/2011/10/06/k
Rachmawati , Yeni, dkk. 2010. Strategi emampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-
Pengembangan Kreativitas Pada Anak matematika/ diunduh tgl 22-01-2014
Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: pukul 22.10 WIB
Kencana.
http://www.lpmpjabar.go.id/?q=node/910
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran diunduh tgl 22-01-2014 diunduh tgl 22-
Mengembangkan Profesionalisme Guru. 01-2014 pukul 21.00WIB
Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

129

Anda mungkin juga menyukai