Anda di halaman 1dari 2

2.3.4 Bagaimana dengan Metakognisi?

Metakognisi merupakan keadaan partisipan yang tidak melaporkan pemikiran mereka


secara langsung, melainkan melaporkan apa yang mereka pikirkan tentang pemikiran
mereka sendiri. Contoh: Anda ingin mengetahui seberapa sering orang menggunakan kata-
kata umpatan dalam konteks sehari-hari. Caranya menggunakan alat kuesioner. Namun, ini
tidak terlalu akurat karena orang tidak akan merekam penggunaan bahasa sehari-hari dan
melakukan penghitungan frekuensi yang tepat. Jawaban orang akan sama karena mereka
akan mencerminkan apa yang mereka pikir mereka lakukan, bukan apa yang sebenarnya
mereka lakukan.
2.3 Bagaimana Psikolog Kognitif Menganalisis Bahasa
Untuk mengetahui seberapa sering mereka benar-benar menggunakan kata-kata umpatan,
Anda dapat meminta mereka untuk mencatat setiap contoh kata umpatan beserta
konteksnya Namun, hasil ini akan mencerminkan seberapa sering orang ingat untuk
mencatat penggunaan kata umpatan. Jawabannya pasti : seberapa sering orang mengira
mereka menggunakan kata-kata umpatan. Kemudian, bisa menjadi target penelitian untuk
mengetahui seberapa sadar masyarakat akan penggunaan kata-kata makian.
Bahasa sebagai Representasi Pikiran
Orang yang diminta untuk mengungkapkan pikiran mereka dalam tugas eksperimental
mulai berpikir tentang bagaimana mereka berpikir tentang tugas mereka, terkait dengan
apa yang diharapkan. Ini mengubah cara alami memikirkannya, atau memicu jenis pikiran
sadar baru (Smagorinsky, 1998). Untuk mengatasi masalah ini, Ericsson dan Simon (1998)
menetapkan eireumstances metodologis di mana proses kognitif cukup aman untuk
diasumsikan dengan dieksternalisasi tanpa perubahan. Dan Ericsson dan Simon (1998)
mengusulkan bahwa menjelaskan (seperti dalam pidato sosial) mewakili berbagai jenis
wacana yang melibatkan pertimbangan lebih lanjut sehubungan dengan situasi komunikatif.
2.3.5 Apa yang Dapat Ditambahkan Analisis Linguistik (CODA) ke Analisis Protokol Verbal
Tradisional dalam Psikologi Kognitif?
Kontribusi utama CODA untuk analisis protokol verbal terletak pada analisis sistematis
struktur linguistik, berdasarkan wawasan dari linguistik kognitif dan sumber daya lain.
Ericsson dan Simon (1993) menyarankan untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang menarik
dan mengekstraknya dari kumpulan data asli untuk eksplorasi lebih lanjut. Ini akan menjadi
aspek konseptual yang disadari oleh pembicara itu sendiri. Untuk mencapai hal ini, isi data
verbal menjadi fokus, mengabaikan sebagian besar struktur linguistik yang digunakan untuk
mengekspresikan konten ini.
Bahasa sebagai Representasi Pemikiran
(atau) dan negasi (tidak ada, tidak, tidak pernah, tidak ada) lebih sering daripada pemecah
masalah yang sukses. Penanda linguistik seperti itu mungkin menunjukkan perbedaan
individu yang relevan dalam cara orang menghadapi tantangan, seperti ketika informasi
penting hilang di awal tugas. Analisis linguistik juga dapat meningkatkan pemahaman
konten. Kategori berbasis konten cenderung sangat bergantung pada intuisi analis, terlepas
dari upaya tulus untuk melakukan ini secara sistematis, misalnya, mengikuti prosedur yang
sangat rinci yang disarankan oleh Krippendorff (2012).
2.3 Bagaimana Psikolog Kognitif Menganalisis Bahasa
Verbalisasi ini biasanya mencerminkan proses kognitif yang disadari oleh pembicara itu
sendiri. Analisis linguistik juga menyoroti pola-pola sistematis yang diterima begitu saja
oleh para partisipan, dan yang tidak langsung terlihat hanya dengan membaca kata-katanya
dengan cermat. Ini mendasari perspektif pembicara, tingkat perincian yang dipilih, Jenis hal
yang mereka ambil sebagai informasi yang diberikan, apa yang mereka hadiri, dan
sejenisnya: semua aspek konseptual spesifik ini tercermin dalam bahasa secara sistematis
tanpa memerlukan kesadaran sadar pembicara.
Bahasa sebagai Representasi Pemikiran Penelitian
Wawasan yang relevan datang dari bidang analisis wacana dan linguistik teks. Misalnya,
sebuah situasi wawancara berbeda dari situasi berpikir keras di mana penerima langsung
terlibat. Dalam hal ini, wawancara mirip dengan dialog tugas dalam aksi bersama, atau
instruksi untuk pemecah masalah di masa depan. Ericsson dan Simon (1993), protokol
think-aloud adalah versi yang paling netral, karena pengaruh pihak yang dituju dijaga
seminimal mungkin. Namun demikian, seorang peneliti yang hadir mungkin menjadi
'penerima' untuk protokol berpikir-keras dalam pikiran peserta.

Anda mungkin juga menyukai