i
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, berkat rahmat dan karunianya telah
memberikan pemakalah kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya tentunya pemakalah tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda alam yakni Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wassalam, yang kita nanti nantikan syafa’atnya pada hari kiamat.
Makalah ini disusun dari hasil penyusunan data-data yang pemakalah peroleh, tak lupa
pemakalah ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sesama yang telah mendukung, sehingga
bisa menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tiada hambatan.
Tim Penyusun
)Kelompok 1(
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia.
Pendidikanlah yang menentukan dan menuntun masa depan dan arah hidup seseorang.
Bakat dan keahlian seseorang akan terbentuk dan terasah melalui pendidikan. Pendidikan
juga umumnya dijadikan tolak ukur kualitas setiap orang.
Setiap bangsa mengembangkan sistem pendidikan yang dipandang unggul dan mampu
menjadi sarana yang ideal bagi pencapaian tujuan-tujuan pendidikan. Saat ini bisa kita
lihat beragam sistem pendidikan di dunia, yang seringkali dibangun berdasar prinsip
pendidikan yang persis sama, namun tetap kaya dengan perbedaan di berbagai tingkatan
kebijakan dan teknis pelaksanaan.
Seiring dengan derasnya pertukaran informasi mengenai sistem pendidikan yang
beragam di berbagai kawasan, berkembang pula sebuah disiplin baru yang dipandang
mulai berperan nyata sejak 1960, yang disebut dengan comparative education (Syah Nur
2003:1). Tujuan dari comparative education utamanya adalah untuk mengetahui berbagai
macam perbedaan yang berimbas pada berbedanya sistem pendidikan di dunia, dengan
kata lain, bertujuan untuk mengetahui berbagai prinsip yang mendasari pengaturan
perkembangan sistem pendidikan nasional. Tujuan dari kajian ini adalah mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh sistem pendidikan antar negara. Pada
gilirannya upaya-upaya memahami beragam sistem pendidikan di berbagai belahan dunia
telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan dan perbaikan
pendidikan di banyak negara ke arah yang lebih baik.
Terletak di pusat Eropa dan sebagai salah satu negara dengan teknologi paling maju di
dunia, Jerman menawarkan pendidikan yang bermutu dan terjangkau. Secara keseluruhan,
Jerman adalah salah satu negara OECD (Organisation for Economic Co-Operative
Development) dengan kinerja terbaik dalam literasi membaca, matematika, dan sains
dengan rata-rata skor siswa 515 dalam Tes Penilaian PISA , jauh di atas rata-rata OECD
sebesar 497 poin. Jerman memiliki sistem yang kurang kompetitif, yang menyebabkan
rendahnya tingkat intimidasi dan siswa memiliki rasa takut yang lemah akan kegagalan
tetapi tingkat kepercayaan diri dan kebahagiaan umum yang tinggi dibandingkan dengan
negara-negara OECD lainnya seperti Korea Selatan. Selain itu, Jerman memiliki salah
satu persentase terbesar dari kinerja teratas dalam membaca di antara siswa yang
beruntung secara sosial-ekonomi, peringkat ke-3 dari 76 negara OECD. Hal ini
menyebabkan Jerman memiliki salah satu angkatan kerja berpendidikan tertinggi di antara
negara-negara OECD.
1ii
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pendidikan yang ada di negara Jerman ?
2. Bagaimanakah perbandingan pendidikan di negara Jerman dengan negara Indonesia?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sistem dan kebijakan pendidikan di Jerman secara umum.
2. Untuk megetahui perbandingan pendidikan negara Jerman dengan Indonesia untuk
diambil nilai-nilai positifnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
3
5
untuk seni dan ilmu pengetahuan, penelitian dan mengajar, kebebasan untuk percaya,
menyakini (conscience) dan menyatakan suatu agama, kebebasan untuk memililih sebuah
tempat tinggal dan tempat belajar atau pelatihan, persamaan hukum dau hak asasi dasar
dari orang tua untuk memperhatikan dan mendidik anak-anak mereka.
Berdasarkan sejarah, pendidikan di Jerman berasal dari dua sumber, yaitu gereja dan
negara. Pengumuman resmi mengenai wajib belajar pada beberapa daerah semenjak akhir
abad ke- 17 dapat dianggap sebagai penanda resmi bahwa masalah pendidikan adalah
tanggung jawab negara bagian. Semenjak itu pengaruh gereja secara umum berkurang.
Maka masalah pendidikan mulai saat itu terletak terutama pada kekuatan politik-para
guru, orang tua, siswa/ mahasiswa sebagai kelompok yang langsung terlibat untuk
menentukan keadaan pendidikan, serta perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan dan
mereka memandang pendidikan sebagai modal utama untuk membangun ekonomi dan
ideologi negara tersebut.
Pemerintah negara bagian (state) yang sosial demokrat cenderung untuk menempatkan
pendidikan sebagai hak asasi dengan penekanan pada: usaha pendidikan itu atas inisiatif
sendiri, persamaan dan tindakan pengimbalan, sementara pihak kristen demokrat
konservatif menginginkan tujuan dan kegiatan pendidikan itu bersifat kolektif untuk
kepentingan masyarakat seperti penyiapan lulusan yang berkualitas.
Maka dalam konstitusi negara (baru) serta dalam pembukaan undang-undang tentang
sekolah khusus dan universitas ditetapkan tujuan umum pendidikan dengan tekanan pada
pengembangan indivisualitas dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat.
Politik pendidikan dan formulasi tujuan merupakan topik yang hangat dalam
kelompok republik demokrasi. Tahun 1949 pejabat administrasi memoloskan undang-
undang mengenai pendirian : ”Sekolah Persatuan Demokrasi”. Dengan maksud untuk
menghalangi monopoli pendidikan kelas masyarakat golongan atas, dan juga menjamin
terbukanya kesempatan bagi masyarakat miskin. Lebih dari 2/3 guru-guru yang bertugas
di bawah partai sosialis nasionalis diganti dengan guru-guru yang telah mendapatkan
pendidikan jangka pendek. Kecocokan dengan peraturan komunis maka berlangsunglah
model Soviet seperti prinsip ”Pengajaran Politeknik” dengan tujuan membentuk pribadi
sosial.
Tujuan pendidikan di Jerman yang dinyatakan dalam undang-undang adalah :
1. Untuk membentuk individu yang maju secara fisik, moral dan intelektual.
2. Untuk membentuk manusia yang kreatif secara sosial yang memiliki minat
terhadap sajak bagaimana terhadap matematika dan ekonomi.
dikumandangkannya wajib belajar pada abad ke-17, masalah pendidikan lambat laun
mulai beralih menjadi kewajiban negara (Nur Syah 2001:156).
Undang-undang dasar menjamin hak setiap orang untuk secara bebas mengembangkan
kepribadiannya dan memilih sekolah, pendidikan kejuruan dan pekerjaan sesuai dengan
keinginan dan kemampuannya. Berdasarkan tata negara federal Jerman, kewenangan
pendidikan dibagi menjadi federasi dan negara bagian. Negara bagian terutama
bertanggung jawab untuk sekolah umum dan sekolah kejuruan serta taman kanak-kanak.
1. Pendidikan Formal
Struktur sistem pendidikan Jerman secara formal meliputi: pendidikan dasar
(Primary Education), pendidikan menengah (Lower Secondary Education), dan
pendidikan tinggi. Wajib sekolah/belajar di Jerman berlaku sembilan atau sepuluh
tahun, dengan normal anak masuk sekolah pada usia enam tahun. Namun demikian,
sebagian anak-anak Jerman ada yang mengikuti pendidikan pra-sekolah
(Kindergarten) secara sukarela pada usia 3-5 tahun.
a) Kindergarten
Kindergarten (Taman Kanak-Kanak) dimulai dari umur 3-6 Tahun. Pendidikan ini
dinamakan "Vorschulische Einrichtungen", yang berarti "Persiapan sebelum
Pendidikan". Konsep taman kanak-kanak di Jerman banyak ditiru oleh negara lain.
Oleh sebab itulah, tingkatan sekolah ini di beberapa negara tetap mengadopsi
nama Jermannya “Kindergarten”. Penyelenggara taman kanak-kanak paling
banyak adalah gereja-gereja, organisasi sosial dan komune, kadang-kadang juga
perusahaan dan perkumpulan.
b) Primary School
Primary School (Pendidikan Dasar) dengan lama pendidikan umumnya 4 tahun
(usia 6-9 tahun) kecuali ibu kota Negara (Berlin) melaksanakan sistem 6 tahun,
sementara beberapa negara bagian yang lain melaksanakan pengajaran tambahan 2
tahun pada grade 5 dan 6 dalam suatu lembaga perantara yang memberikan
berbagai jenis pelajaran sebagai persiapan masuk ke program-program sekolah
menengah. Negara bagian lain menyediakan bentuk yang lain pula dengan
memberikan pelajaran-pelajaran khusus pada grade 5 dan 6, dan siswa dapat
dengan mudah pindah dari sekolah satu ke sekolah yang lainnya sesuai dengan
program yang diinginkan
c) Lower Secondary Education
Lower Secondary Education (Sekolah Menengah) di Jerman dapat dibedakan
menjadi 4 jenis, yaitu : Hauptschule/Restschule, Realschule/Mittelsvhule,
Gymnasium dan Gesamtschule.
Untuk memasuki Hauptschule, Realschule atau Gymnasium, seseorang harus
melalui "Orienterungsstufe" (Tahapan Orientasi). Di tahap ini diteliti bakat dan
7
kemampuan dari anak, dan tahap ini menentukan kemana tujuan seorang anak
selanjutnya.
Hauptschule dan Realschule lebih ditekankan kepada anak yang ingin langsung
kerja bila telah menyelesaikan sekolah. Hauptschule/Restschule merupakan jenis
sekolah menengah yang memberikan pengajaran yang diarahkan untuk memasuki
pemagangan setelah siswa menerima sertifikat tamat belajar. Program ini
memberikan pelajaran khusus untuk mempersiapkan siswa menghadapi kariernya
di masa mendatang, dan juga mengajarkan bahasa asing (biasanya bahasa Inggris).
Program Hauptschule dikategorikan sebagai program yang paling ringan tuntutan
akademiknya di Jerman pada grade 7 sampai 9. Tentu saja setelah melalui
pendidikan di "Berufsfachschule" atau "Fachoberschule". Bagi yang ingin
melanjutkan ke Universitas, jalan tercepat adalah melalui Gymnasium. Jalan
pendidikan lain juga dapat mengikuti kuliah di universitas, tapi dengan melalui
jalan yang panjang. Misal harus melakukan praktek kerja dahulu selama sekian
tahun.
Realschule merupakan program sekolah yang mempersiapkan siswa untuk
memasuki karier sebagai pegawai atau buruh kelas menengah. Program ini
memiliki tuntutan akademik yang lebih tinggi daripada haupschule. Semenjak
tahun 1970-an, tamatan sekolah ini telah menjadi persyaratan untuk memasuki
program-program pemagangan. Sertifikat dari sekolah ini juga menjadi kunci
untuk memasuki berbagai jalur pendidikan yang lebih tinggi.
Gymnasium, bertujuan untuk mempersiapkan siswa ke pendidikan tinggi,
walaupun tidak semua lulusannya melanjutkan ke perguruan tinggi. Pada grade 5
sampai 10, isi kurikulum bervariasi sesuai dengan jenis sekolah yang dimasuki.
Mulai grade 11, siswa dapat memilih spesialisasi dalam susunan yang agak rumit.
Setelah berhasil menyelesaikan ujian pada grade 13 siswa berhak memasuki
perguruan tinggi.
Gesamtschule merupakan sekolah yang menekankan program secara komprehensif
bagi semua anak dalam suatu bidang, dan anak-anak akan memperoleh sertifikat
yang berbeda sesuai dengan bidang yang dipilihnya. Namun karena terjadi banyak
kontroversi pada program sekolah jenis ini, maka tidak semua daerah yang
membuka sekolah ini (hanya dibuka di daerah yang beraliran sosial demokrat).
d) Pendidikan Tinggi
Di Jerman dikenal ada dua jenis pendidikan tinggi utama: yaitu Fachhochschule
dan Universität. Tetapi Sebelum memasuki kuliah, para pria di Jerman diwajibkan
untuk memasuki "Wajib Militer". Bila seseorang dengan alasan kesehatan tidak
dapat mengikuti "Wajib Militer" maka sebagai gantinya ia harus menjalani
"Zivilliansdienst" atau lebih dikenal dengan Zivis. Zivis ini bekerja di rumah sakit,
badan sosial ataupun badan pendidikan dari pemerintah.
8
Tidak ada persyaratan program tertentu untuk memasuki universitas, dan tidak ada
perbedaan yang jelas antara program sarjana dan program pascasarjana. Sertifikat
Pertama dapat diperoleh setelah empat atau enam tahun pelajaran.
Fachhochschule yang sering disebut juga FH ini mirip semacam politeknik di
Indonesia, yaitu lembaga pendidikan yang menekankan pada bidang aplikasi. Studi
di Fachhochschule tak dapat mencapai gelar doktor dan pendidikan di sini
ditujukan bagi mereka yang ingin terjun ke industri langsung. Jenis pendidikan
tinggi lainnya Pedagogische Hochschule adalah Musikhochschule (untuk bidang
musik), (untuk bidang pendidikan, mirip IKIP dahulu) dan Kunsthochschule
(untuk bidang seni). Sistem Universität (Universitas) di Jerman, berbeda dengan di
Indonesia, tidak ada "panduan" ketat per-semesternya, dan urutan mata kuliah A,
B, C, dst. Hal ini berarti bahwa mahasiswa dituntut harus dapat menentukan
sendiri, kuliah, latihan, seminar, ujian yang akan diikutinya, dll. Hal ini secara
langsung memberikan "kebebasan yang sangat besar", tapi bisa juga
“menjerumuskan" mahasiswa ke kondisi kelewat santai (banyak beberapa
mahasiswa Indonesia yang terjebak ke situasi ini, dimana sudah 8 tahun tapi belum
ujian apa-apa, karena keasikan kerja atau kesibukan lainnya). Mahasiswa benar-
benar dituntut untuk mandiri menentukan apa yang ingin dia pelajari, ujian yang
dia ikuti, dan apa yang dia lakukan dan dia inginkan. Terkadang perkuliahan
dilakukan dalam ruang auditorium besar (sampai 600 siswa), sehingga kesiapan
"mental" mahasiswa untuk belajar mandiri perlu benar-benar dipertimbangkan bila
memilih kuliah di Universitas. Kuliah rata-rata dilakukan dalam bahasa Jerman.
Walau demikian di beberapa Universitas (seperti di Universitas Bielefeld,
Universitas Bremen, dll) ada juga beberapa kuliah yang dilakukan dalam bahasa
Inggris.
Model perkuliahan tersusun dari Vorlessung (perkuliahan), Seminar (semacam
diskusi dalam ukuran kecil atau dalam kelompok kecil), dan Übung (latihan).
Ujian dilakukan langsung dengan Profesor yang bersangkutan. Rata-rata ujian
bersifat lisan, walau ada juga yang diberikan secara tulisan. Sistem ujiannya juga
bervariasi ada yang diperbolehkan mengulang (untuk mata kuliah yang tidak
lulus), namun sering juga hanya sekali saja (boleh mengulang namun tahun
berikutnya. bukan semester berikutnya).
Sistem Fachhochschule (nama internasionalnya sekarang sering disebut sebagai
University of Applied Science) lebih diatur secara ketat mirip dengan sistem
perkuliahan di Indonesia, misal urutan perkuliahan, praktek, dan lain sebagainya.
Berdasarkan dua lembaga pendidikan tinggi tersebut, mana yang lebih baik dan
cocok, ini bergantung dengan tujuan sekolahnya. Fachchochschule rata-rata
disukai oleh orang Jerman yang ingin langsung bekerja di industri, sedangkan
9
Universität lebih disukai bagi mereka yang ingin berkarir di bidang riset dan
pengembangan, atau di bidang akademik.
Adapun sistem pendidikan di Jerman dapat divisualisasikan sebagai berikut.
Pada tahun 1989, baik di Jerman Timur maupun Jerman Barat, kira-kira 4% siswa
tercatat pada lembaga-lembaga yang khusus melayani anak-anak cacat. Di samping
itu, Jerman Timur menjalankan sistem sekolah khusus (Spezialschulen) bagi anak-
anak yang punya bakat istimewa dalam bidang seni atau olah raga yang jumlahnya
kira-kira 1% dari kelompok umur.
Biasanya anak-anak cacat diklasifikasikan berdasarkan cacat alami yang
menimpanya, seperti buta, cacat fisik, gangguan mental dan sebagainya. Pengadaan
kelas-kelas khusus, bahkan kadang-kadang sekolah khusus, mengikuti klasifikasi ini.
Ada dua kategori yang termasuk program pendidikan khusus, yaitu yang disebut
“kelainan tingkah laku” dan “kesulitan belajar” pada pendidikan khusus.
guru dibayar oleh Lander. Biaya konstruksi sekolah dan transportasi pelajar disubsidi
oleh Lander.
2. Personalia
Hanya guru-guru Gymnasium dan sebagian guni-guru specialis untuk bidang keuangan
yang dididik di tingkat Universitas (SI), dengan tekanan utama bidang keahlian
daripada bidang keguruan. Namun demikian, sejak tahun 1960, telah mulai
dicanangkan persyaratan kualifikasi yang sama untuk semua guru, minimal telah di
didik di Universitas. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan
metode mengajar ditempuh melalui in-service training.
3. Kurikulum
Kurikulum dirumuskan oleh Kementrian Pendidikan sesuai Negara bagian masing-
masing di bawah kendali Lander (pemerintah daerah).
Pendidikan negara bagian juga menentukan kurikulum mereka sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan mereka melakukan itu melalui tiga
jenis instrumen, yaitu:
1) Tabel yang menguraikan jumlah jam belajar per minggu, serta mata pelajaran
sesuai dengan “grade” dan jenis sekolah
2) Pedoman kurikulum
3) Pemberian wewenang penulisan dan pengadaan buku teks (H. Mohle, 1992: 82).
Secara umum kurikulum pendidikan Jerman dapat diformulasikan sebagai berikut:
a. Tujuan umum kurikulum ditentukan oleh peraturan sekolah atau sering
dinyatakan pada mukaddimah suatu keputusan, sedangkan tujuan khusus
diterbitkan dalam kaitannya dengan pedoman kurikulum.
b. Silabus, rekomendasi metode mengajar dan model rencana pelajaran
diputuskan oleh kementrian negara.
c. Mengenai buku teks, tidak ada yang dapat dipakai tanpa ada persetujuan dari
kementerian negara bagian dan guru boleh menggunakannya sejauh terdapat
dalam daftar rekomendasi buku yang sah.
d. Metode mengajar bukan “teacher centered” tetapi “student centered” yang
sifatnya “open instruction” (murid belajar atas dorongan sendiri).
Dari rumusan sebagian besar Lander mewajibkan mata pelajaran di primary education
sebagai berikut:
1) German;
2) Mathematics;
3) Social Studies (usually taught as Sachunterrichf),
4) History (usually taught as Sachunterricht);
5) Geography (usually taught as Sachunterricht);
6) Biology (aspects of biology are taught within science, which is usually taught
as Sachunterricht);
7) Physics (aspects of physics are taught witliin science, which is usually taught
as Sachunterricht)',
8) Chemistry (aspects of chemistry are taught within science, which is usually
taught as Sachunterricht);
13
9) Art;
10) Music;
11) Sport;
12) Religion; and
13) Modern Foreign Languages.
Sedangkan untuk sekolah menengah, kurikulum berbeda-beda penekannannya, sesuai
jenis sekolah sebagaimana dijelaskan di depan. Namun paling tidak pada setiap jenis
sekolah menengah tersebut memuat materi pelajaran sebagai berikut:
1). German 3) One Foreign Language (usually English)
2). Mathematics 4) Natural and Social
b. Pelatihan Praktik
Setelah sebuah menyelesaikan studi akademis, para calon guru harus mencapai
fase pendidikan ke dua disebut Referendariat dan diakhiri dengan State
Examination Kedua, berlangsung 1,5 atau 2 tahun ketika mereka dibayar gaji
kecil. Pada tahap ini, mereka harus menghadiri dan memberikan pelajaran di
sekolah di bawah instruksi dari guru pembimbing dan para pemimpin pedagogik
dan ilmu seminar pendidikan. Selama fase ini para calon guru harus melewati
beberapa ujian pelajaran dan pada akhir ujian lisan berbatasan pedagogi dan
metode pengajaran sesuai subjek mereka. Selain itu, mereka harus menulis laporan
tentang metode pengajaran dan pelajaran perencanaan dengan hormat dari praktek
mereka sendiri. Adapun struktur pelatihan guru yang diselenggarakan
pelaksanaanya bervariasi dimasing-masing Länder. Masing-masing Länder
memiliki tanggung jawab berbeda untuk pendidikan guru. Setelah lulus dari ujian
kedua, baru kita benar-benar dinyatakan sebagai guru secara resmi.
secara resmi dan mendapatkan gaji sesuai dengan yang ditetapkan pemerntah untuk
guru-guru di Jerman.
Guru di Jerman dapat mengharapkan untuk mendapat upah hidup nyaman.
Sementara tempat tinggal tidak tersedia untuk semua pekerjaan karir, guru akan
menerima bantuan dan sumber daya yang membantu untuk menemukan akomodasi.
Dilansir dari laman siedoo.com tahun 2017, Dari 30 Negara yang menjadi anggota
OECD (Organisation for Economic Co-Operative Development) pada tahun 2013
Jerman berada pada urutan ke-3 gaji guru terbesar, dengan rata-rata gaji guru kisaran
USD 53.730/tahun atau senilai Rp.831.000.000/tahun (kurs USD ke Rupiah 15.472
Oktober 2022), sedangkan Indonesia berada pada urutan ke 30 dengan ata-rata gaji
guru di Indonesia kisaran USD 2.830/tahun atau senilai Rp.43.786.000/tahun (kurs
USD ke Rupiah 15.472 Oktober 2022)
Dikutip juga dari www.oecd-library.org Highlights from Education at a Glance
2014 “How much teachers paid ?” data mengenai rata-rata minimum dan maksimun
gaji guru pada tahun 2012 di sejumlah negara,
Walaupun data diatas menyajikan data angka yang menunjukkan kesenjangan gaji
guru di awal karir mereka, dengan pelatihan bisu dan di atas skala dengan kualifikasi
maksimum, dalam pendidikan menengah, tapi tetap bisa digunakan untuk melihat
perbandingan rata-rata gaji guru di tiap-tiap negara.
F. Analisis Perbandingan Pendidikan Negara Jerman Dengan Indonesia
Secara umum sistem pendidikan Jerman dan sistem pendidikan Indonesia tidak
mempunyai perbedaan yang signifikan. Sistem pendidikan dibangun di atas prinsip
pendidikan dan keilmuan yang relatif sama, namun dengan ideologi dan kekhasan
budaya yang berbeda. Berikut adalah beberapa kesimpulan sederhana mengenai
kajian banding sistem pendidikan di antara dua negara tersebut.
Kesimpulan Hasil Analisis
Perbandingan Pendidikan Negara Jerman Dengan Indonesia
A. Kesimpulan
Ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari sistem pendidikan di Jerman. Upaya untuk
memberikan kualitas pendidikan yang merata di seluruh negara bagian melalui pemerataan
kualitas, fasilitas, dan sistem di masing-masing sekolah perlu juga menjadi perhatian
pendidikan di Indonesia. Melalui pendidikan yang merata di wilayah-wilayah Indonesia tentu
akan memberikan peningkatan kualitas pendidikan manusianya sendiri yang berdampak bagi
kualitas hidup masyarakatnya. Konsistensi Jerman untuk menjaga kualitas pendidikannya
dengan cara memberikan perhatian tinggi mulai dari sistem pendidikan dasar dan menengah.
Sehingga perhatian besar Jerman terhadap kualitas pendidikannya akan berdampak bagi
kualitas sumber daya manusia yang akan dihasilkan.
Dari paparan tentang bagaimana sistem pendidikan yang terjadi di Jerman tersebut
membuat kita bercermin kembali tentang bagaimana sistem pendidikan di Indonesia yang
tentunya lebih rendah kualitasnya. Belajar dari negara-negara yang maju dalam hal
pendidikan salah satunya yaitu Jerman, kita bisa mengulas kembali dan memperbaiki sistem
dan kebijakan pendidikan yang diterapkan di Indonesia. Kolaborasi yang baik dari semua
komponen seperti pemerintah, lembaga, guru, peserta didik dan masyarakat akan menjadikan
masa depan yang baik pula untuk pendidikan Indonesia.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam tulisan ini.
Maka penulis memohon maaf atas itu serta meminta saran yang membangun untuk
perbaikan penulis dalam tulisan kedepannnya.
Kami juga berharap agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pemerhati
pendidikan, khususnya pemerintah dalam menyusun serta menentukan kebijakan-
kebijakan dan sistem pendidikan di Indonesia secara tepat.
Dan juga tulisan ini bisa menjadi salah satu alternatif rujukan dan bahan kajian
pembaca dalam melakukan penelitian terkait dengan pengembangan pendidikan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhtadi, Studi Komparatif Sistem Pendidikan di Jerman dan Korea Selatan, Jurnal
Dinamika Pendidikan Vol.XV/No.2, September 2008.
https://journal.uny.ac.id/index.php/dinamika-pendidikan/article/view/4031 diunduh pada
tanggal 14 Oktober pukul 17.54 WIB
Cecep Wahyu Hoerudin, dkk, Studi Pendidikan Mancanegara Jerman dan Indonesia,
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_JERMAN/195906231987031
-SETIAWAN/Studi_Pend_Mancanegara_Ind-Jerman.pdf, 2009, Diakses pada tanggal 22
Oktober 2022, pukul 22.14 WIB.
Daryanti123. Budayakan Menulis dan Membaca. 2018. Sistem Pendidikan Negara Jerman.
https://daryanti123.wordpress.com/2015/12/02/sistem-pendidikan-negara-jerman/ diakses
pada 14 Oktober 2022 pukul 19.49.
26
Saifullah Isri, "Konsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif
terhadap Mutu Pendidikan Indonesia”. Jurnal Pendidikan Islam Vol.IV/No.1 Juni 2015 :
32.
27