Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PERBANDINGAN PENDIDIKAN JERMAN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbandingan Pendidikan
Dosen Pengampu: Nurhasan, M.Pd.

Disusun Oleh Kelas PAI 7 C


• Kelompok 1 •
Widianti - 1810631110081
Kurnia Eka Safitri - 1910631110089
Lala Halimatunnisa - 1910631110091
Miftah Nuzulul Azmi - 191063110102
Muhammad Irfan Salahudin - 1901631110110
Nabilla Ar Rona - 1910631110117

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SIGAPERBANGSA KARAWANG
JL. HS. Ronggowaluyo, Puseurjaya Telukjambe Timur, Kab. Karawang, Jawa Barat 41361
Telepon 0267641177, Fax. 0267641367, Info. @unsika.ac.id
DAFTAR ISI

Cover Makalah .............................................................................................................


Daftar Isi ....................................................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Sejarah Perkembangan Pendidikan di Jerman .................................................... 3
1. Republik Weimar .......................................................................................... 3
2. Periode Nazi ................................................................................................. 3
3. Pasca Perang Dunia II .................................................................................. 2
B. Filsafat dan Tujuan Pendidikan di Jerman ......................................................... 4
C. Sistem Pendidikan di Jerman ............................................................................. 5
1. Pendidikan Formal ....................................................................................... 5
2. Pendidikan Non-Formal dan Pendidikan Orang Dewasa ............................. 9
3. Pendidikan Khusus ....................................................................................... 10
D. Manajemen Pendidikan di Jerman ...................................................................... 10
1. Pembiayaan / Pendaaan Pendidikan ............................................................. 10
2. Personalia ..................................................................................................... 11
3. Kurikulum ..................................................................................................... 11
4. Sistem Ujian, Kenaikan Kelas dan Sertifikasi .............................................. 12
5. Evaluasi dan Penelitian Pendidikan .............................................................. 13
E. Tenaga Pendidik (Guru) di Jerman ..................................................................... 13
1. Persyaratan Menjadi Guru ............................................................................ 14
2. Sistem Penggajian Guru ............................................................................... 15
F. Analisis Perbandingan Pendidikan Negara Jerman Dengan Indonesia .............. 16
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 25
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 25
B. Saran ................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 26

i
Kata Pengantar

‫ــــــــــــــــم اﷲِال َّر ْح َم ِن ال َّر ِحيم‬


ِ ‫س‬
ْ ِ‫ب‬

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, berkat rahmat dan karunianya telah
memberikan pemakalah kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya tentunya pemakalah tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda alam yakni Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wassalam, yang kita nanti nantikan syafa’atnya pada hari kiamat.

Pemakalah mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas limpahan


nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga pemakalah dapat
menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Perbandingan Pendidikan dengan judul
“Perbandingan Pendidikan German Dengan Indonesia”. Serta pemakalah ucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Supervisi Pendidikan, Bapak Nurhasan, M.Pd.

Makalah ini disusun dari hasil penyusunan data-data yang pemakalah peroleh, tak lupa
pemakalah ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sesama yang telah mendukung, sehingga
bisa menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tiada hambatan.

Karawang, 17 Oktober 2022

Tim Penyusun

)Kelompok 1(
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia.
Pendidikanlah yang menentukan dan menuntun masa depan dan arah hidup seseorang.
Bakat dan keahlian seseorang akan terbentuk dan terasah melalui pendidikan. Pendidikan
juga umumnya dijadikan tolak ukur kualitas setiap orang.
Setiap bangsa mengembangkan sistem pendidikan yang dipandang unggul dan mampu
menjadi sarana yang ideal bagi pencapaian tujuan-tujuan pendidikan. Saat ini bisa kita
lihat beragam sistem pendidikan di dunia, yang seringkali dibangun berdasar prinsip
pendidikan yang persis sama, namun tetap kaya dengan perbedaan di berbagai tingkatan
kebijakan dan teknis pelaksanaan.
Seiring dengan derasnya pertukaran informasi mengenai sistem pendidikan yang
beragam di berbagai kawasan, berkembang pula sebuah disiplin baru yang dipandang
mulai berperan nyata sejak 1960, yang disebut dengan comparative education (Syah Nur
2003:1). Tujuan dari comparative education utamanya adalah untuk mengetahui berbagai
macam perbedaan yang berimbas pada berbedanya sistem pendidikan di dunia, dengan
kata lain, bertujuan untuk mengetahui berbagai prinsip yang mendasari pengaturan
perkembangan sistem pendidikan nasional. Tujuan dari kajian ini adalah mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh sistem pendidikan antar negara. Pada
gilirannya upaya-upaya memahami beragam sistem pendidikan di berbagai belahan dunia
telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan dan perbaikan
pendidikan di banyak negara ke arah yang lebih baik.
Terletak di pusat Eropa dan sebagai salah satu negara dengan teknologi paling maju di
dunia, Jerman menawarkan pendidikan yang bermutu dan terjangkau. Secara keseluruhan,
Jerman adalah salah satu negara OECD (Organisation for Economic Co-Operative
Development) dengan kinerja terbaik dalam literasi membaca, matematika, dan sains
dengan rata-rata skor siswa 515 dalam Tes Penilaian PISA , jauh di atas rata-rata OECD
sebesar 497 poin. Jerman memiliki sistem yang kurang kompetitif, yang menyebabkan
rendahnya tingkat intimidasi dan siswa memiliki rasa takut yang lemah akan kegagalan
tetapi tingkat kepercayaan diri dan kebahagiaan umum yang tinggi dibandingkan dengan
negara-negara OECD lainnya seperti Korea Selatan. Selain itu, Jerman memiliki salah
satu persentase terbesar dari kinerja teratas dalam membaca di antara siswa yang
beruntung secara sosial-ekonomi, peringkat ke-3 dari 76 negara OECD. Hal ini
menyebabkan Jerman memiliki salah satu angkatan kerja berpendidikan tertinggi di antara
negara-negara OECD.

1ii
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pendidikan yang ada di negara Jerman ?
2. Bagaimanakah perbandingan pendidikan di negara Jerman dengan negara Indonesia?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sistem dan kebijakan pendidikan di Jerman secara umum.
2. Untuk megetahui perbandingan pendidikan negara Jerman dengan Indonesia untuk
diambil nilai-nilai positifnya.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Pendidikan di Jerman


Dalam membincangkan perkembangan pendidikan di Jerman ini ada beberapa periode
yang berpengaruh di dalamnya.
1. Republik Weimar
Konstitusi Weimar yang disahkan pada 1918, mendirikan sebuah federasi negara
bagian berbentuk republic, dan dalam hal ini pendidikan dijadikan sebagai kegiatan
kerjasama antara pemerintah federal, negara bagian, dan kotapraja yang berbagi
tanggung jawab dan kekuasaan. Saat itu diperkenalkan pendidikan dasar empat tahun
di Grundschulen untuk semua anak. Selain itu regulasi yang berhubungan dengan hati
nurani dan menjadikan pendidikan agama sebagai mata pelajaran pilihan baik bagi
guru maupun murid.
2. Periode Nazi
Pada 1933 Nazi mengambil alih kontrol atas Jerman dan menyapu bersih semua
prestasi yang dicapai Republik Weimar. Di bawah kendali Nazi, bentuk pemerintahan
terpusat pertama kali diperkenalkan dan satu-satunya dalam sejarah Jerman.
Pendidikan dijadikan tujuan nasional dan diperkenalkan sebuah sistem sekolah terpadu
yang di mulai dari taman kanak-kanak sampai unversitas. Sekolah menengah dipilih
sebagai sekolah pelatihan untuk para pemimpin orde baru ini dan kurikulum dirombak
sepenuhnya untuk memenuhi tujuan itu. Pendidikan Nazi menekankan doktrin ras,
supremasi Jerman dan keharusan untuk menghukum siapa saja yang melakukan
kejahatan yang dilakukan untuk menentang rakyat Jerman. Selain itu bahasa Latin dan
Yunani dibatasi , bahasa Inggris dijadikan bahasa asing utama.
3. Setelah Perang Dunia II
Setelah Perang Dunia II, Jerman terbagi menjadi dua bagian yakni Jerman Barat
dan Jerman Timur. Pendidikan di Jerman Barat lebih mengacu pada pendidikan
terpadu, hal ini dibuktikan dengan menculnya kembali Grundschulen empat tahun
wajib sekolah yang diikuti oleh semua anak. Dan banyaknya inovasi yang dilakukan
akhirnya empat tahun menjadi enam tahun wajib belajar.

B. Filsafat dan Tujuan Pendidikan di Jerman


Sesuai dengan Konstitusi (Grundgesetz), Republik Federasi Jerman adalah sebuah
republik, sebuah demokrasi, sebuah federal, secara sosial dan konstitutional adalah negara
bagian yang bertanggungjawab. Dengan konstitusi pendidikan yang menjamin: kebebasan

3
5

untuk seni dan ilmu pengetahuan, penelitian dan mengajar, kebebasan untuk percaya,
menyakini (conscience) dan menyatakan suatu agama, kebebasan untuk memililih sebuah
tempat tinggal dan tempat belajar atau pelatihan, persamaan hukum dau hak asasi dasar
dari orang tua untuk memperhatikan dan mendidik anak-anak mereka.
Berdasarkan sejarah, pendidikan di Jerman berasal dari dua sumber, yaitu gereja dan
negara. Pengumuman resmi mengenai wajib belajar pada beberapa daerah semenjak akhir
abad ke- 17 dapat dianggap sebagai penanda resmi bahwa masalah pendidikan adalah
tanggung jawab negara bagian. Semenjak itu pengaruh gereja secara umum berkurang.
Maka masalah pendidikan mulai saat itu terletak terutama pada kekuatan politik-para
guru, orang tua, siswa/ mahasiswa sebagai kelompok yang langsung terlibat untuk
menentukan keadaan pendidikan, serta perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan dan
mereka memandang pendidikan sebagai modal utama untuk membangun ekonomi dan
ideologi negara tersebut.
Pemerintah negara bagian (state) yang sosial demokrat cenderung untuk menempatkan
pendidikan sebagai hak asasi dengan penekanan pada: usaha pendidikan itu atas inisiatif
sendiri, persamaan dan tindakan pengimbalan, sementara pihak kristen demokrat
konservatif menginginkan tujuan dan kegiatan pendidikan itu bersifat kolektif untuk
kepentingan masyarakat seperti penyiapan lulusan yang berkualitas.
Maka dalam konstitusi negara (baru) serta dalam pembukaan undang-undang tentang
sekolah khusus dan universitas ditetapkan tujuan umum pendidikan dengan tekanan pada
pengembangan indivisualitas dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat.
Politik pendidikan dan formulasi tujuan merupakan topik yang hangat dalam
kelompok republik demokrasi. Tahun 1949 pejabat administrasi memoloskan undang-
undang mengenai pendirian : ”Sekolah Persatuan Demokrasi”. Dengan maksud untuk
menghalangi monopoli pendidikan kelas masyarakat golongan atas, dan juga menjamin
terbukanya kesempatan bagi masyarakat miskin. Lebih dari 2/3 guru-guru yang bertugas
di bawah partai sosialis nasionalis diganti dengan guru-guru yang telah mendapatkan
pendidikan jangka pendek. Kecocokan dengan peraturan komunis maka berlangsunglah
model Soviet seperti prinsip ”Pengajaran Politeknik” dengan tujuan membentuk pribadi
sosial.
Tujuan pendidikan di Jerman yang dinyatakan dalam undang-undang adalah :
1. Untuk membentuk individu yang maju secara fisik, moral dan intelektual.
2. Untuk membentuk manusia yang kreatif secara sosial yang memiliki minat
terhadap sajak bagaimana terhadap matematika dan ekonomi.

C. Sistem Pendidikan di Jerman


Pada mulanya, pendidikan di Jerman senantiasa dipengaruhi oleh dua lembaga besar,
yaitu negara dan agama, dalam hal ini gereja. Selain itu, negara bagian juga ikut
mengklaim wewenang untuk mengatur sistem pendidikan secara mandiri. Sejak
6

dikumandangkannya wajib belajar pada abad ke-17, masalah pendidikan lambat laun
mulai beralih menjadi kewajiban negara (Nur Syah 2001:156).
Undang-undang dasar menjamin hak setiap orang untuk secara bebas mengembangkan
kepribadiannya dan memilih sekolah, pendidikan kejuruan dan pekerjaan sesuai dengan
keinginan dan kemampuannya. Berdasarkan tata negara federal Jerman, kewenangan
pendidikan dibagi menjadi federasi dan negara bagian. Negara bagian terutama
bertanggung jawab untuk sekolah umum dan sekolah kejuruan serta taman kanak-kanak.
1. Pendidikan Formal
Struktur sistem pendidikan Jerman secara formal meliputi: pendidikan dasar
(Primary Education), pendidikan menengah (Lower Secondary Education), dan
pendidikan tinggi. Wajib sekolah/belajar di Jerman berlaku sembilan atau sepuluh
tahun, dengan normal anak masuk sekolah pada usia enam tahun. Namun demikian,
sebagian anak-anak Jerman ada yang mengikuti pendidikan pra-sekolah
(Kindergarten) secara sukarela pada usia 3-5 tahun.
a) Kindergarten
Kindergarten (Taman Kanak-Kanak) dimulai dari umur 3-6 Tahun. Pendidikan ini
dinamakan "Vorschulische Einrichtungen", yang berarti "Persiapan sebelum
Pendidikan". Konsep taman kanak-kanak di Jerman banyak ditiru oleh negara lain.
Oleh sebab itulah, tingkatan sekolah ini di beberapa negara tetap mengadopsi
nama Jermannya “Kindergarten”. Penyelenggara taman kanak-kanak paling
banyak adalah gereja-gereja, organisasi sosial dan komune, kadang-kadang juga
perusahaan dan perkumpulan.
b) Primary School
Primary School (Pendidikan Dasar) dengan lama pendidikan umumnya 4 tahun
(usia 6-9 tahun) kecuali ibu kota Negara (Berlin) melaksanakan sistem 6 tahun,
sementara beberapa negara bagian yang lain melaksanakan pengajaran tambahan 2
tahun pada grade 5 dan 6 dalam suatu lembaga perantara yang memberikan
berbagai jenis pelajaran sebagai persiapan masuk ke program-program sekolah
menengah. Negara bagian lain menyediakan bentuk yang lain pula dengan
memberikan pelajaran-pelajaran khusus pada grade 5 dan 6, dan siswa dapat
dengan mudah pindah dari sekolah satu ke sekolah yang lainnya sesuai dengan
program yang diinginkan
c) Lower Secondary Education
Lower Secondary Education (Sekolah Menengah) di Jerman dapat dibedakan
menjadi 4 jenis, yaitu : Hauptschule/Restschule, Realschule/Mittelsvhule,
Gymnasium dan Gesamtschule.
Untuk memasuki Hauptschule, Realschule atau Gymnasium, seseorang harus
melalui "Orienterungsstufe" (Tahapan Orientasi). Di tahap ini diteliti bakat dan
7

kemampuan dari anak, dan tahap ini menentukan kemana tujuan seorang anak
selanjutnya.
Hauptschule dan Realschule lebih ditekankan kepada anak yang ingin langsung
kerja bila telah menyelesaikan sekolah. Hauptschule/Restschule merupakan jenis
sekolah menengah yang memberikan pengajaran yang diarahkan untuk memasuki
pemagangan setelah siswa menerima sertifikat tamat belajar. Program ini
memberikan pelajaran khusus untuk mempersiapkan siswa menghadapi kariernya
di masa mendatang, dan juga mengajarkan bahasa asing (biasanya bahasa Inggris).
Program Hauptschule dikategorikan sebagai program yang paling ringan tuntutan
akademiknya di Jerman pada grade 7 sampai 9. Tentu saja setelah melalui
pendidikan di "Berufsfachschule" atau "Fachoberschule". Bagi yang ingin
melanjutkan ke Universitas, jalan tercepat adalah melalui Gymnasium. Jalan
pendidikan lain juga dapat mengikuti kuliah di universitas, tapi dengan melalui
jalan yang panjang. Misal harus melakukan praktek kerja dahulu selama sekian
tahun.
Realschule merupakan program sekolah yang mempersiapkan siswa untuk
memasuki karier sebagai pegawai atau buruh kelas menengah. Program ini
memiliki tuntutan akademik yang lebih tinggi daripada haupschule. Semenjak
tahun 1970-an, tamatan sekolah ini telah menjadi persyaratan untuk memasuki
program-program pemagangan. Sertifikat dari sekolah ini juga menjadi kunci
untuk memasuki berbagai jalur pendidikan yang lebih tinggi.
Gymnasium, bertujuan untuk mempersiapkan siswa ke pendidikan tinggi,
walaupun tidak semua lulusannya melanjutkan ke perguruan tinggi. Pada grade 5
sampai 10, isi kurikulum bervariasi sesuai dengan jenis sekolah yang dimasuki.
Mulai grade 11, siswa dapat memilih spesialisasi dalam susunan yang agak rumit.
Setelah berhasil menyelesaikan ujian pada grade 13 siswa berhak memasuki
perguruan tinggi.
Gesamtschule merupakan sekolah yang menekankan program secara komprehensif
bagi semua anak dalam suatu bidang, dan anak-anak akan memperoleh sertifikat
yang berbeda sesuai dengan bidang yang dipilihnya. Namun karena terjadi banyak
kontroversi pada program sekolah jenis ini, maka tidak semua daerah yang
membuka sekolah ini (hanya dibuka di daerah yang beraliran sosial demokrat).
d) Pendidikan Tinggi
Di Jerman dikenal ada dua jenis pendidikan tinggi utama: yaitu Fachhochschule
dan Universität. Tetapi Sebelum memasuki kuliah, para pria di Jerman diwajibkan
untuk memasuki "Wajib Militer". Bila seseorang dengan alasan kesehatan tidak
dapat mengikuti "Wajib Militer" maka sebagai gantinya ia harus menjalani
"Zivilliansdienst" atau lebih dikenal dengan Zivis. Zivis ini bekerja di rumah sakit,
badan sosial ataupun badan pendidikan dari pemerintah.
8

Tidak ada persyaratan program tertentu untuk memasuki universitas, dan tidak ada
perbedaan yang jelas antara program sarjana dan program pascasarjana. Sertifikat
Pertama dapat diperoleh setelah empat atau enam tahun pelajaran.
Fachhochschule yang sering disebut juga FH ini mirip semacam politeknik di
Indonesia, yaitu lembaga pendidikan yang menekankan pada bidang aplikasi. Studi
di Fachhochschule tak dapat mencapai gelar doktor dan pendidikan di sini
ditujukan bagi mereka yang ingin terjun ke industri langsung. Jenis pendidikan
tinggi lainnya Pedagogische Hochschule adalah Musikhochschule (untuk bidang
musik), (untuk bidang pendidikan, mirip IKIP dahulu) dan Kunsthochschule
(untuk bidang seni). Sistem Universität (Universitas) di Jerman, berbeda dengan di
Indonesia, tidak ada "panduan" ketat per-semesternya, dan urutan mata kuliah A,
B, C, dst. Hal ini berarti bahwa mahasiswa dituntut harus dapat menentukan
sendiri, kuliah, latihan, seminar, ujian yang akan diikutinya, dll. Hal ini secara
langsung memberikan "kebebasan yang sangat besar", tapi bisa juga
“menjerumuskan" mahasiswa ke kondisi kelewat santai (banyak beberapa
mahasiswa Indonesia yang terjebak ke situasi ini, dimana sudah 8 tahun tapi belum
ujian apa-apa, karena keasikan kerja atau kesibukan lainnya). Mahasiswa benar-
benar dituntut untuk mandiri menentukan apa yang ingin dia pelajari, ujian yang
dia ikuti, dan apa yang dia lakukan dan dia inginkan. Terkadang perkuliahan
dilakukan dalam ruang auditorium besar (sampai 600 siswa), sehingga kesiapan
"mental" mahasiswa untuk belajar mandiri perlu benar-benar dipertimbangkan bila
memilih kuliah di Universitas. Kuliah rata-rata dilakukan dalam bahasa Jerman.
Walau demikian di beberapa Universitas (seperti di Universitas Bielefeld,
Universitas Bremen, dll) ada juga beberapa kuliah yang dilakukan dalam bahasa
Inggris.
Model perkuliahan tersusun dari Vorlessung (perkuliahan), Seminar (semacam
diskusi dalam ukuran kecil atau dalam kelompok kecil), dan Übung (latihan).
Ujian dilakukan langsung dengan Profesor yang bersangkutan. Rata-rata ujian
bersifat lisan, walau ada juga yang diberikan secara tulisan. Sistem ujiannya juga
bervariasi ada yang diperbolehkan mengulang (untuk mata kuliah yang tidak
lulus), namun sering juga hanya sekali saja (boleh mengulang namun tahun
berikutnya. bukan semester berikutnya).
Sistem Fachhochschule (nama internasionalnya sekarang sering disebut sebagai
University of Applied Science) lebih diatur secara ketat mirip dengan sistem
perkuliahan di Indonesia, misal urutan perkuliahan, praktek, dan lain sebagainya.
Berdasarkan dua lembaga pendidikan tinggi tersebut, mana yang lebih baik dan
cocok, ini bergantung dengan tujuan sekolahnya. Fachchochschule rata-rata
disukai oleh orang Jerman yang ingin langsung bekerja di industri, sedangkan
9

Universität lebih disukai bagi mereka yang ingin berkarir di bidang riset dan
pengembangan, atau di bidang akademik.
Adapun sistem pendidikan di Jerman dapat divisualisasikan sebagai berikut.

2. Pendidikan Non-Formal dan Pendidikan Orang Dewasa


Selain pendidikan formal, di Jerman juga berkembang pendidikan non-formal
yang berupa pendidikan vokasional, teknik, dan bisnis yang diwajibkan bagi anak-
anak yang tamat dengan ijasah pendidikan umum pada tingkat Hoptschule atau
Realschule dan juga yang tidak dapat ijasah setelah tamat belajar 9 tahun. Secara
keseluruhan sistem pendidikan vokasional, bisnis dan teknik ini diselenggarakan
dengan seperangkat peraturan yang mencakup persyaratan masuk, transisi, dan
kualifikasi lulusan.
Pendidikan non-formal yang lain yaitu berupa pendidikan orang dewasa (Adult
Education). Walaupun dapat dikatakan bahwa pendidikan bagi orang dewasa di
Jerman sedikit sekali kegiatan dalam bentuk formal, tetapi pendidikan tersebut tetap
diakui oleh pemerintah dengan sertifikat. Walaupun demikian program pendidikan
orang dewasa tetap merupakan sektor dalam sistem pendidikan jerman. Bukan tidak
beralasan, melaikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat,
sesuai dengan tuntutan zaman dan perubahan ekonomi, sosial, dan politik yang sangat
cepat.
Pemdidikan orang dewasa ini dikelompokkan dalam tiga kategori umum,
vokasional (termasuk teknik dan keuangan), dan politik. Program pendidikan orang
dewasa ini didominasi penyelenggaraannya oleh volchochschulen, biasanya didukung
oleh masyarakat setempat. Walaupun sekolah ini mungkin terdaftar sebagai organisasi
nirlaba. Mata pelajaran yang diajarkan mencakup yaitu;
1. Bahasa 6. Pendidikan
2. Matematika dan Ekonomi 7. Psikologi dan Teologi
3. Ilmu Pengetahuan Alam 8. Kesusastraan
4. Kesehatan 9. Kerajinan Tangan
5. Politik dan Ilmu-Ilmu Sosial 10. Sekolah Persamaan

Mata pelajaran yang diberikan pada volkshochschulen dapat dianggap sebagai


pendidikan vokasional orang dewasa, maka institusi ini menjadi sangat penting
sebagai penyelenggara program itu.
Pendidikan politik bagi orang dewasa diartikan terutama sebagai kegiatan yang
erat hubungannya dengan partai politik, dan juga berhubungan dengan pelajaran-
pelajaran yang diberikan oleh serikat-serikat kerja. Mencapai 10% dari orang-orang
yang memang memerlukan peningkatan kualifikasi profesional melalui program ini.
3. Pendidikan Khusus
11
10

Pada tahun 1989, baik di Jerman Timur maupun Jerman Barat, kira-kira 4% siswa
tercatat pada lembaga-lembaga yang khusus melayani anak-anak cacat. Di samping
itu, Jerman Timur menjalankan sistem sekolah khusus (Spezialschulen) bagi anak-
anak yang punya bakat istimewa dalam bidang seni atau olah raga yang jumlahnya
kira-kira 1% dari kelompok umur.
Biasanya anak-anak cacat diklasifikasikan berdasarkan cacat alami yang
menimpanya, seperti buta, cacat fisik, gangguan mental dan sebagainya. Pengadaan
kelas-kelas khusus, bahkan kadang-kadang sekolah khusus, mengikuti klasifikasi ini.
Ada dua kategori yang termasuk program pendidikan khusus, yaitu yang disebut
“kelainan tingkah laku” dan “kesulitan belajar” pada pendidikan khusus.

D. Manajemen Pendidikan di Jerman


Sistem pendidikan di Jerman adalah desentralisasi, mulai dari level SD sampai dengan
sekolah menengah. Beberapa Lander (penguasa daerah) memhuat berbagai ketentuan
konstitusi mereka masing-masing mengenai pengaturan masalah-masalah pendidikan, dan
seluruhnya melalui proses legislative. Pengatuian ini meliputi penetapan tujuan
pendidikan, struktur, isi pengajaran, dan prosedur dalam system daerah mereka masing-
masing. Adapun yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan di dalam
Negara bagian adalah kementrian kabinet atau Kementrian Kebudayaan
(Kultusministeriuni). Pada Negara-negara bagian yang luas daerahnya, sekolah tidak
dikontrol secara langsung oleh kementrian Negara bagian, tetapi melalui badan
administrasi regional yang merupakan bagian dari badan ekskutif. Masyarakat setempat
biasanya juga punya tanggung jawab menyediakan infrastruktur yang diperlukan dan
adakalanya juga terlibat dalam pengangkatan staf.
1. Pembiayaan / Pembiayaan Pendidikan
Biaya Pendidikan. Alokasi biaya pendidikan sepenuhnya bersumber dari Lander
(Daerah) dan masyarakat setempat, kecuali untuk pendidikan tinggi. Menjadi
tanggung jawab pemerintah federal. Hampir semua program pendidikan di jerman
bersifat gratis (teimasuk pembebasan uang kuliah di pendidikan tinggi) ataupun
mahasiswa asing. Biasanya mahasiswa hanya perlu membayar uang yang namanya
“Sozialgebuhren”. Ini untuk mendapatkan beberapa fasilitas bagi mahasiswa, misal
agar bisa makan di MENSA (kantin khusus mahasiswa yang ada di kampus-kampus di
Jerman) dengan harga mahasiswa, tiket kereta, bus dan trem tak perlu bayar.
Pemerintah federal juga memberikan bantuan uang kepada sebagian siswa sekolah
menengah dan mahasiswa perguruan tinggi. Sekolah swasta bisa menerima bantuan
dari federal jika upaya yang dilakukan memenuhi minat masyarakat. Pengeluaran
pemerintah federal pada tahun 1990 untuk anggaran pendidikan mencapai total 9,3%
dari GNP. Dan ketika mereka berubah menjadi sekolah negeri, sebagai aturannya, gaji
12

guru dibayar oleh Lander. Biaya konstruksi sekolah dan transportasi pelajar disubsidi
oleh Lander.
2. Personalia
Hanya guru-guru Gymnasium dan sebagian guni-guru specialis untuk bidang keuangan
yang dididik di tingkat Universitas (SI), dengan tekanan utama bidang keahlian
daripada bidang keguruan. Namun demikian, sejak tahun 1960, telah mulai
dicanangkan persyaratan kualifikasi yang sama untuk semua guru, minimal telah di
didik di Universitas. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan
metode mengajar ditempuh melalui in-service training.
3. Kurikulum
Kurikulum dirumuskan oleh Kementrian Pendidikan sesuai Negara bagian masing-
masing di bawah kendali Lander (pemerintah daerah).
Pendidikan negara bagian juga menentukan kurikulum mereka sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan mereka melakukan itu melalui tiga
jenis instrumen, yaitu:
1) Tabel yang menguraikan jumlah jam belajar per minggu, serta mata pelajaran
sesuai dengan “grade” dan jenis sekolah
2) Pedoman kurikulum
3) Pemberian wewenang penulisan dan pengadaan buku teks (H. Mohle, 1992: 82).
Secara umum kurikulum pendidikan Jerman dapat diformulasikan sebagai berikut:
a. Tujuan umum kurikulum ditentukan oleh peraturan sekolah atau sering
dinyatakan pada mukaddimah suatu keputusan, sedangkan tujuan khusus
diterbitkan dalam kaitannya dengan pedoman kurikulum.
b. Silabus, rekomendasi metode mengajar dan model rencana pelajaran
diputuskan oleh kementrian negara.
c. Mengenai buku teks, tidak ada yang dapat dipakai tanpa ada persetujuan dari
kementerian negara bagian dan guru boleh menggunakannya sejauh terdapat
dalam daftar rekomendasi buku yang sah.
d. Metode mengajar bukan “teacher centered” tetapi “student centered” yang
sifatnya “open instruction” (murid belajar atas dorongan sendiri).
Dari rumusan sebagian besar Lander mewajibkan mata pelajaran di primary education
sebagai berikut:
1) German;
2) Mathematics;
3) Social Studies (usually taught as Sachunterrichf),
4) History (usually taught as Sachunterricht);
5) Geography (usually taught as Sachunterricht);
6) Biology (aspects of biology are taught within science, which is usually taught
as Sachunterricht);
7) Physics (aspects of physics are taught witliin science, which is usually taught
as Sachunterricht)',
8) Chemistry (aspects of chemistry are taught within science, which is usually
taught as Sachunterricht);
13

9) Art;
10) Music;
11) Sport;
12) Religion; and
13) Modern Foreign Languages.
Sedangkan untuk sekolah menengah, kurikulum berbeda-beda penekannannya, sesuai
jenis sekolah sebagaimana dijelaskan di depan. Namun paling tidak pada setiap jenis
sekolah menengah tersebut memuat materi pelajaran sebagai berikut:
1). German 3) One Foreign Language (usually English)
2). Mathematics 4) Natural and Social

4. Sistem Ujian, Kenaikan Kelas dan Sertfikasi


Ujian Nasional di selenggarakan pada grade 10 dan 12. Penilaian akhir tahun siswa di
dasarkan pada hasil analisis terhadap kinerja siswa. Dari Grade 2 (primer, umur tujuh)
dan seterusnya, hanya terdapat laporan setengah-tahunan meliputi komentar terhadap
kemajuan dan nilai yang diperoleh dengan membandingkan kinerja mereka dengan
apa ada pada selain dalam sebuah kelompok pengajaran. Terdapat satu kecenderungan
ke arah pelaporan proses belajar daii kinerja, dan terhadap keikutsertaan kelas serta
perilaku sosial di sekolah. Anak-anak yang nilainya dan hal lainnya tidak cukup harus
(dapat memililih) untuk mengulang kembali di awal tahun baru. Tidak ada nilai ujian
atau ijasah di sekolah dasar, yang ada hanya sebuah laporan kinerja siswa pada akhir
tahun. Tes formal pada prinsipnya tidak digunakan untuk menilai keberhasilan anak
disekolah. Pengecualian itu hanya untuk keperluan diagnostik yaitu mengidentifikasi
jenis-jenis dyslexia (kesulitan belajar membaca dan menulis karena kondisi pada
otak). Kemudia seperti telah disebutkan terdahulu, tidak ada kenaikan kelas secara
otomatis, tetapi kelas mengulang juga sudah hampir tidak dilaksanakan lagi (hanya
1,5% per kelas di pendidikan dasar, dan kira-kira 4% di sekolah tingkat menengah
pada tahun 1990).
Sertifikat dan diploma yang dicapai di universitas dan jian-ujian negara bagian dan
memberi hak kepada pemegangnya untuk memasuki program pendidikan yang lebih
tinggi, dan juga mengandung nama-nama profesional, termasuk gelar akedemik.
5. Evaluasi dan Penelitian Pendidikan
Sistem pendidikan Jerman tidak terdapat evaluasi nasional yang dilakukan secara
teratur mengenai hasil pendidikan sebagaimana yang diterapkan di Indonesia. Evaluasi
dalam pengertian evaluasi program sangat terbatas pada penelitian yang ditugaskan
pada suatu komisi atau panitia. Dengan beberapa pengecualian, evaluasi atau tes
formal pada prinsipnya tidak digunakan untuk menilai keberhasilan anak di sekolah,
akan tetapi hanya untuk keperluan diagnostik yang mengidentifikasi jenis-jenis
dyslexia, yaitu kesulitan belajar akibat kondisi tertentu pada otak. Pendekatan yang
dipakai untuk mengetahui pencapaian murid sepenuhnya diserahkan kepada guru
14

selama proses belajar berlangsung. Hasilnya digambarkan dalam bentuk laporan


kemajuan tertulis, terutama pendidikan dasar. Adapun tes tidak resmi diberikan
dengan ketentuan frekuensi minimum. Bobot yang lebih besar terletak pada partisipasi
murid dalam ruangan kelas, selain itu tugas rumah juga dapat digunakan sebagai
dasar penilaian. Oleh karena prosedur penilaian yang bervariasi maka nilai atau skor
murid sangat tergantung pada penilaian individu serta jenis tugas yang dinilai.
Komponen Jerman dalam Asosiasi Internasional untuk Penelitian Penilaian
Pencapaian Pendidikan dalam bidang “Membaca” merupakan survei pertama dalam
dua dekade terakhir yang didasakan pada sampel probabilitas siswa secara nasional.
Beberapa negara bagian di Jerman bahkan menetapkan kode-kode tersendiri yang
bersifat sentral dan standar guna memberikan umpan balik kepada guru agar penilaian
yang diberikan benar-benar sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri. Apabila di
bandingkan dengan negara lain, Jerman belum banyak melakukan penelitian empiris
dalam bidang pendidikan.

E. Tenaga Pendidik (Guru) di Jerman


1. Persyaratan Menjadi Guru
Pemerintah Jerman sangat memperhatikan kualifikasi guru. Menjadi guru di
Jerman mungkin sama sulitnya untuk menjadi dokter karena profesi guru begitu
dihargai. Relevansi keahlian guru dengan mata pelajaran yang diajarkan, kualitas
pengajar dan kesejahteraan yang diperoleh guru merupakan hal yang sangat
diperhatikan dalam pengambilan kebijakan di Jerman. Oleh Sebab itu perlu adanya
persyaratan yang diambil apabila seseorang ingin menjadi guru di Jerman.
Pada tahun 1809 pemerintah mengirimkan beberapa tenaga pendidik negeri
melatih para guru yang berada diatas pendidikan swasta. Hasil dari pelatihan itu
merupakan guru institusi negeri yang di bawah kontrol kementrian. Kurikulum dan
program pelatihan dibakukan, langkah-langkah baru diambil untuk memastikan bahwa
institusi itu akan menghasilkan guru baru yang terlatih secara seragam menurut
metodologi sistematis yang diadopsi dari Pestalozzi. Semua guru ini selanjutnya
diwajibkan memiliki ijazah dan diperkenalkan sebuah ujian kualifikasi negara guna
mengevaluasi kecakapan akademik dan kecakapan pedagogik dan kurikulumnya
mencakup pendidikan umum dan studi pedagogik.
Persyaratan diatas diadakan guna terus menjaga dan meningkatkan kualitas
pendidikan di Jerman. Jika dituliskan maka di antara syarat-syaratnya yaitu:
a. Pendidikan Guru
Sejak tahun 1960, telah mulai dicanangkan persyaratan kualifikasi yang sama
untuk semua guru, minimal telah di didik di Universitas. Untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam menerapkan metode mengajar ditempuh melalui in-
service training.
15

b. Pelatihan Praktik
Setelah sebuah menyelesaikan studi akademis, para calon guru harus mencapai
fase pendidikan ke dua disebut Referendariat dan diakhiri dengan State
Examination Kedua, berlangsung 1,5 atau 2 tahun ketika mereka dibayar gaji
kecil. Pada tahap ini, mereka harus menghadiri dan memberikan pelajaran di
sekolah di bawah instruksi dari guru pembimbing dan para pemimpin pedagogik
dan ilmu seminar pendidikan. Selama fase ini para calon guru harus melewati
beberapa ujian pelajaran dan pada akhir ujian lisan berbatasan pedagogi dan
metode pengajaran sesuai subjek mereka. Selain itu, mereka harus menulis laporan
tentang metode pengajaran dan pelajaran perencanaan dengan hormat dari praktek
mereka sendiri. Adapun struktur pelatihan guru yang diselenggarakan
pelaksanaanya bervariasi dimasing-masing Länder. Masing-masing Länder
memiliki tanggung jawab berbeda untuk pendidikan guru. Setelah lulus dari ujian
kedua, baru kita benar-benar dinyatakan sebagai guru secara resmi.

c. Evaluasi dan Sertifikasi


Seperti halnya dengan semua program studi di pendidikan tinggi, sertifikat tertentu
diperlukan untuk masuk ujian dan ujian menengah harus diambil dalam kursus
pelatihan guru. Perinciannya telah diatur oleh Peraturan studi dan ujian
(Studienordnung dan Prüfungsordnungen). Pendidikan mengajar ditentukan
dengan ujian yang dikenal sebagai First State Examination pertama yang
memberikan hak kepada pemegangnya untuk dapat diterima dalam tahap
Pelayanan Persiapan (State Preparatory Service).
Preparatory Service diakhiri dengan State Examination Kedua setelah tahap kedua
dari proses pendidikan guru. Sertifikat tersebut akan berguana bagi calon guru
untuk bisa diterima Zweites Staatsexamen adalah prasyarat untuk pekerjaan tetap
dalam karir mengajar, namun tidak menjamin posisi mengajar.
Sulit dan lamanya menjadi guru di Jerman bukan tidak mungkin adalah semata
untuk menjaga kualitas dari pendidikan di Jerman itu sendiri. Seperti yang diketahui,
guru merupakan ujung tombak dari kualitas pendidikan suatu negara. Sehingga
kualitas yang dihasilkan bergantung pada kualitas guru itu sendiri. Umumnya semua
kebijakan dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini terjadi karena adanya kesadaran
yang tinggi di antara para penggiat pendidikan, rasa tanggung jawab yang dimiliki
semua elemen masyarakat dan pengawasan yang mapan.
2. Sistem Penggajian Guru
Guru di Jerman diberikan gaji layaknya peserta pelatihan pada saat Referendariat
atau fase ujian kedua praktek mengajar di sekolah setelah 2 tahun pertama dibimbing
oleh senior. Setelah lulus dari ujian kedua, baru benar-benar dinyatakan sebagai guru
17
16

secara resmi dan mendapatkan gaji sesuai dengan yang ditetapkan pemerntah untuk
guru-guru di Jerman.
Guru di Jerman dapat mengharapkan untuk mendapat upah hidup nyaman.
Sementara tempat tinggal tidak tersedia untuk semua pekerjaan karir, guru akan
menerima bantuan dan sumber daya yang membantu untuk menemukan akomodasi.
Dilansir dari laman siedoo.com tahun 2017, Dari 30 Negara yang menjadi anggota
OECD (Organisation for Economic Co-Operative Development) pada tahun 2013
Jerman berada pada urutan ke-3 gaji guru terbesar, dengan rata-rata gaji guru kisaran
USD 53.730/tahun atau senilai Rp.831.000.000/tahun (kurs USD ke Rupiah 15.472
Oktober 2022), sedangkan Indonesia berada pada urutan ke 30 dengan ata-rata gaji
guru di Indonesia kisaran USD 2.830/tahun atau senilai Rp.43.786.000/tahun (kurs
USD ke Rupiah 15.472 Oktober 2022)
Dikutip juga dari www.oecd-library.org Highlights from Education at a Glance
2014 “How much teachers paid ?” data mengenai rata-rata minimum dan maksimun
gaji guru pada tahun 2012 di sejumlah negara,

Walaupun data diatas menyajikan data angka yang menunjukkan kesenjangan gaji
guru di awal karir mereka, dengan pelatihan bisu dan di atas skala dengan kualifikasi
maksimum, dalam pendidikan menengah, tapi tetap bisa digunakan untuk melihat
perbandingan rata-rata gaji guru di tiap-tiap negara.
F. Analisis Perbandingan Pendidikan Negara Jerman Dengan Indonesia
Secara umum sistem pendidikan Jerman dan sistem pendidikan Indonesia tidak
mempunyai perbedaan yang signifikan. Sistem pendidikan dibangun di atas prinsip
pendidikan dan keilmuan yang relatif sama, namun dengan ideologi dan kekhasan
budaya yang berbeda. Berikut adalah beberapa kesimpulan sederhana mengenai
kajian banding sistem pendidikan di antara dua negara tersebut.
Kesimpulan Hasil Analisis
Perbandingan Pendidikan Negara Jerman Dengan Indonesia

Permasalahan Perbandingan Analisis


No
Pendidikan Jerman Indonesia Perbandingan

1 Dasar/Filsafat Jerman Timur dalam Indonesia mendasari Kedua negara ini


Pendidikan dasar pendidikannya pendidikan dengan memiliki dasar
lebih condong ke arah falsafah pancasila. yang berbeda,
pengembangan nilai-nilai namun perbedaan
sosialis-komunisme, dasar tersebut
sedangkan Jerman Barat tidak menjadi
bertitik tolak dari nilai- penghambat untuk
nilai Demokrasi yang setiap negara
lebih liberal, yang dalam
membiarkan kompetisi mewujudkan
individual berkembang pendidikan, selagi
secara alamiah. dasar yang di anut
itu tidak
menyimpang
aturan pendidikan,
maka dapat
dikatakan sah-sah
saja, demi
mewujudkan
pendidikan yang
semakin lebih baik

2 Tujuan Pendidikan  Untuk membentuk  Mencerdaskan Setiap negara 18


pribadi sosialis. kehidupan bangsa memiliki tujuan
 Undang-undang tentang serta pembentukan pendidikan
Sekolah khusus dan manusia seutuhnya masing-masing
Universitas ditetapkan berdasarkan yang tujuannya
tujuan umum pancasila dan UUD untuk
pendidikan dengan 1945 bahwa setiap memperbaiki taraf
tekanan pada warga negara berhak hidup menjadi
pengembangan menerima lebih baik, suatu
individualitas dan pengajaran. bangsa dapat
partisipasi dalam  Untuk dikatakan maju
kehidupan. berkembangnya yaitu dapat dinilai
potensi peserta didik dari kualitas
 Menyiapkan lulusan pendidikan yang
yang berkualitas. agar menjadi
manusia yang ada di negara
beriman dan tersebut.
bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak
mulia, sehat,
berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan
menjadi warga
negara yang
demokratis serta
bertanggung jawab.

3 Sistem Pendidikan Sistem pendidikan Sistem pendidikan di Kedua negara


Jerman Barat adalah Indonesia adalah tersebut memiliki
desentralisasi sedangkan sentralisasi, namun sistem pendidikan
Jerman Timur adalah dalam yang sama, yang
sentralisasi. penyelengaraannya dalam
satuan dan kegiatan pelaksanaannya
pendidikan dapat berjalan
dilaksanakan secara dengan baik.
desentralisasi.

4 Jenjang Pendidikan  Pendidikan Dasar  SD  Sistem


 Pendidikan Menengah  SMP pendidikan
Hauptschule/Restschul  SMA Jerman
menyediakan
Realschule/Mittelsvhule  Perguruan Tinggi pilihan yang
Gymnasium komperhensif
bagi siswa,
Gesamtschule
apakah mau
 Pendidikan Tinggi menjadi ilmuwan
Fachhochschule atau menjadi
seorang yang
Universität
siap kerja dengan
keahlian khusus
setelah melalui
pendidikan.
Semua siswa
melalui tes
penentuan minat
bakat terlebih
dahulu sebelum
kemudian
memilih jalur
sekolah yang
akan diambil.
Hasil tes menjadi
bahan
pertimbangan
bagi siswa dan
orang tuanya
untuk
menentukan
pilihan.
Kelemahan dari
sistem Jerman ini
adalah beban
memilih yang
sudah diberikan
sejak siswa lulus,
sehingga di usia
muda mereka
sudah harus tahu
arah
pendidikannya
mau ke mana.
Meskipun begitu,
sistem
pendidikan
Jerman juga
menyediakan
kemungkinan
siswa yang ingin
mencoba 20
keduanya.
 Keuntungan lain
dari pembagian
ini adalah
terfokusnya
pengetahuan atau
keterampilan
siswa akan satu
hal. Jadi siswa
mempunyai
pengetahuan
yang mendalam
di satu atau
beberapa bidang
tertentu
 Di Indonesia,
pembagian alur
dimulai sejak
masuk sekolah
menengah atas,
dimana
pendidikan
terbagi menjadi
dua jalur, yaitu
sekolah
menengah
kejuruan dan
sekolah
menengah atas.
 Tingkat SMP
masih bersifat
tahu sedikit dari
banyak bidang.
Pendidikan juga
masih diwarnai
oleh hal-hal yang
bersifat trivial
semacam
kesibukan siswa
SD.

5 Kurikulum Pendidikan Menteri-menteri Berdasarkan standar  Kurikulum yang


pendidikan negara bagian nasional disesuaikan digunakan kedua
menentukan kurikulum dengan perkembangan negara dirasa
mereka sesuai dengan peserta didik dengan cukup baik selagi
peraturan perundang- kebutuhan lingkungan tidak
undangan yang berlaku, pendidikan nasional. menyimpanh
dan mereka melakukan dengan nilai-nilai
itu melalui tiga jenis pendidikan.
instrumen yaitu:  Nilai tambahan
1) tabel yang untuk kurikulum
menguraikan jumlah di Indonesia
jam belajar karena ada point
perminggu, serta dalam kurikulum
mata pelajaran tersebut yang
sesuai dengan menerapkan
“grade” dan jenis penyesuaian
sekolah. terhadap
2) pedoman kurikulum. perkembangan
3) pemberian peserta didik
wewenang penulisan dengan
dan pengadaan buku lingkungan, hal
teks. tersebut dapat
memudahkan
pendidik dalam
memahami
karakter dan
kemampuan anak
didik.

6 Wajib Belajar 9 - 10 Tahun 12 Tahun Dulu wajib belajar 21


di Indonesia 9
tahun sekarang
brubah menjadi 12
tahub
Sekarang menjadi
berbeda selisih 2-3
tahun lebih lama
wajib belajar di
Indonesia
dibandingkan
Jerman

7 Waktu yang 13 Tahun 12 Tahun Walaupun Waktu


Diperlukan Sebelum Ke yang diperlukan
Jenjang Perguruan Jerman 13 Tahun
Tinggi untuk
masyarakatnya
yang ingin masuk
pwrguruan tinggi
dan hanya selisih 1
tahun lebih lama
dari Indonesia.
Tapi tetap bisa
dikatakan sama
dikarenakan,
sebelum masuk ke
perguruan tinggi
harus masuk wajib
militer atau
Zivilliansdienst
atau lebih dikenal
dengan Zivis.
Zivis ini bekerja di
rumah sakit, badan
sosial ataupun
badan pendidikan
dari pemerintah.

8 Manajemen Pendidikan Kontribusi masyarakat Keterlibatan Masyarakat 22


sudah menjadi budaya masyarakat dalam Jerman ikut
yang mengakar dalam pendidikan masih berperan besar
dunia pendidikan. kurang. Hal ini dalam memajukan
Partisipasi aktif ini didorong oleh penfidikan.
muncul dari keyakinan anggapan bahwa Sedangkan
bahwa pendidikan pendidikan masyarakat
merupakan hal yang sepenuhnya adalah Indonesia masih
sangat urgen, sehingga tanggung jawab kurang kesadaran
tidak mau mengambil pemerintah dan bukan akan pentignya
resiko membahayakan masyarakat. Hal ini pendidikan.
kualitas pendidikan. menjadi sulit
mengingat berbagai
keterbatasan yang
dimiliki pemerintah
menghambat
terwujudnya sistem
pendidikan yang ideal
dalam ranah konsep
dan teknis.

9 Evaluasi Tidak ada evaluasi Evaluasi Pasal 58 Dalam kegiatan


nasional yang dilakukan 1. Evaluasi hasi Evaluasi
secara teratur mengenai belajar peserta pendidikan
hasil pendidikan. didik dilakukan ternyata Indonesia
oleh pendidik dapat dikatakan
untuk memantau lebih baik di
proses, kemajuan, bandingkan
dan perbaikan hasil dengan Negara
belajar peserta Jerman. Karena
didik secara bila di bandingkan
berkesinambungan. dengan negara
lain, Jerman belum
banyak melakukan
penelitian empiris
dalam bidang
pendidikan.
10 Pendanaan/Pembiayaan  Dengan pengecualian  Sumber pendanaan Dalam masalah
Pendidikan pendidikan tinggi, pendidikan di administrasi
keuangan pendidikan Indonesia berasal pendidikan, kedua
sepenuhnya berada di dari APBN, APBD negara ini
tangan Lander dan ditanggung bersama memiliki peran
masyarakat setempat. antar pusat, daerah dalam megadakan
Secara umum, seluruh dan masyarakat. subsidi untuk
biaya personil  Walaupun biaya SPP bidang pendidikan,
ditanggung oleh bebas, masyarakat dan masyarakat
pemerintah negara masih mengeluhkan juga ikut
bagian, dan infra besarnya biaya lain berpartisipasi
struktur oleh yang harus dalam masalah
masyarakat. dibayarkan dalam administrasi
 Pembebasan biaya menempuh pendidikan.
pendidikan dilakukan pendidikan dasar.
melalui kebijakan
subsidi silang.
Kebijakan ini terbukti
ampuh meningkatkan
partisipasi penduduk
Jerman yang berimbas
pada angka human
developtment index
yang membanggakan.

11 Nilai Sikap Nilai pertama yang Pendidikan nilai di walaupun tujuan 24


23
mereka tanamkan adalah Indonesia memang pendidikan
kemauan yang kuat, memiliki alokasi yang Indonesia sudah
kesiapan untuk bekerja minim. Sebagai bagus tapi pada
keras dan keyakinan akan contoh, selama 4 kondisi
urgensi pendidikan. tahun kuliah di masyarakat
Ketiga nilai ini masih pendidikan tinggi di maupun lembaga
menjadi tradisi yang Indonesia, pendidikan itu
mengakar kokoh dalam pembelajaran nilai sendiri masih
budaya pendidikan umumnya hanya kurang kesadaran
Jerman, sehingga sulit selama 2 sks dalam untuk mewujudkan
kita menemukan satu semester. nilai-nilai dalam
fenomena dosen atau Menurut beberapa tujuan pendidikan
siswa yang terlambat pengamat pendidikan, di Indonesia.
masuk kelas atau sistem pendidikan di Berbanding
kelompok mahasiswa Indonesia masih terbalik dengan
yang berkerumun membuat negara Jerman
mengobrol di tangga pengdikotomian yang memang
gedung-gedung terhadap pendidikan punya antusias
perkuliahan. Sikap nilai dan pendidikan yang tinggi dalam
mandiri juga tercermin sekuler. Pendidikan mewujudkan nilai-
dalam tata kurikulum nilai umum diajarkan nilai
yang terbuka, dan di pesantren misalnya, pendidikannya.
mempersilakan dan tidak terintegrasi
sepenuhnya kepada dengan pendidikan di
mahasiswa, mata kuliah lembaga non-
mana yang akan keagamaan. Di
dikontrak dan kapan. lembaga pendidikan
formal non-
keagamaan pun,
penanaman sikap
dinilai kurang. Siswa
dan guru lebih
terfokus pada nilai
raport dan UN,
sehingga nilai menjadi
segala-galanya di
Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari sistem pendidikan di Jerman. Upaya untuk
memberikan kualitas pendidikan yang merata di seluruh negara bagian melalui pemerataan
kualitas, fasilitas, dan sistem di masing-masing sekolah perlu juga menjadi perhatian
pendidikan di Indonesia. Melalui pendidikan yang merata di wilayah-wilayah Indonesia tentu
akan memberikan peningkatan kualitas pendidikan manusianya sendiri yang berdampak bagi
kualitas hidup masyarakatnya. Konsistensi Jerman untuk menjaga kualitas pendidikannya
dengan cara memberikan perhatian tinggi mulai dari sistem pendidikan dasar dan menengah.
Sehingga perhatian besar Jerman terhadap kualitas pendidikannya akan berdampak bagi
kualitas sumber daya manusia yang akan dihasilkan.
Dari paparan tentang bagaimana sistem pendidikan yang terjadi di Jerman tersebut
membuat kita bercermin kembali tentang bagaimana sistem pendidikan di Indonesia yang
tentunya lebih rendah kualitasnya. Belajar dari negara-negara yang maju dalam hal
pendidikan salah satunya yaitu Jerman, kita bisa mengulas kembali dan memperbaiki sistem
dan kebijakan pendidikan yang diterapkan di Indonesia. Kolaborasi yang baik dari semua
komponen seperti pemerintah, lembaga, guru, peserta didik dan masyarakat akan menjadikan
masa depan yang baik pula untuk pendidikan Indonesia.

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam tulisan ini.
Maka penulis memohon maaf atas itu serta meminta saran yang membangun untuk
perbaikan penulis dalam tulisan kedepannnya.
Kami juga berharap agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pemerhati
pendidikan, khususnya pemerintah dalam menyusun serta menentukan kebijakan-
kebijakan dan sistem pendidikan di Indonesia secara tepat.
Dan juga tulisan ini bisa menjadi salah satu alternatif rujukan dan bahan kajian
pembaca dalam melakukan penelitian terkait dengan pengembangan pendidikan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Arif Rohman, Pendidikan Komparatif, Menuju ke Arah Perbandingan Antar Negara,


(Yogyakarta : Laksbang Mediatama, 2010).

wikipedia.org, Pendidikan di Jerman, https://en.wikipedia.org/wiki/Education_in_Germany,


diakses pada tanggal 13 Oktober 2022 pukuk 20.26

Arif Sugianto, Membangun Pendidikan Negara,


http://www.uny_repository.ac.id/perbadinganpendidikanantarnegara.html, 2008. Diakses
pada tanggal 13 Oktober 2022 pukul 21.15 WIB.

Ali Muhtadi, Studi Komparatif Sistem Pendidikan di Jerman dan Korea Selatan, Jurnal
Dinamika Pendidikan Vol.XV/No.2, September 2008.
https://journal.uny.ac.id/index.php/dinamika-pendidikan/article/view/4031 diunduh pada
tanggal 14 Oktober pukul 17.54 WIB

Bibliotika.com. Studi Tentang Sistem Pendidikan di Jerman (1), 2015.


https://www.bibliotika.com/2015/09/studi-tentang-sistem-pendidikan-di.html diakses pada
14 September 2022 pukul 19.23 wib.

Siyatma, Perbandingan Sistem Pendidikan Di Beberapa Negara (Saudi Arabia, Germany,


Finlandia, Amerika Serikat, Australia dan Sudan),
https://www.academia.edu/7874306/Perbandingan_Sistem_Pendidikan_di_Beberapa_Neg
ara_Saudi_Arabia_Germany_Finlandia_Amerika_Australia_Sudan_, 2014, diakses pada
tanggal 13 Oktober 2022, pukul 21.50 WIB.

Cecep Wahyu Hoerudin, dkk, Studi Pendidikan Mancanegara Jerman dan Indonesia,
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_JERMAN/195906231987031
-SETIAWAN/Studi_Pend_Mancanegara_Ind-Jerman.pdf, 2009, Diakses pada tanggal 22
Oktober 2022, pukul 22.14 WIB.

Daryanti123. Budayakan Menulis dan Membaca. 2018. Sistem Pendidikan Negara Jerman.
https://daryanti123.wordpress.com/2015/12/02/sistem-pendidikan-negara-jerman/ diakses
pada 14 Oktober 2022 pukul 19.49.

Banawa Sekar Academicia. 2 September 2019. Konsep Pendidikan di Jerman.


https://banawasekaracademia.home.blog/2020/05/12/konsep-pendidikan-di-jerman/
diakses pada 13 Oktober 2022 pukul 22.49.

26
Saifullah Isri, "Konsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif
terhadap Mutu Pendidikan Indonesia”. Jurnal Pendidikan Islam Vol.IV/No.1 Juni 2015 :
32.

Setiawan, Studi Pendidikan Mancanegara Indonesia dan Jerman,


file.upi.edu/Direktori/FPBS/IUR_PEND_BAHASA_JERMAN/195906231987031-
SETIAWAN/Studi_Pend_Mancanegara_Ind-Jerman.pdf, 2012, diunggah pada tanggal 14
Oktober Oktober 2022 pukul 06.21 WIB.

Claudia Unseld, Perguruan Tinggi Ilmu Pendidikan di Jerman,


http://www.dw.com/id/perguruan-tinggi-ilmu-pendidikan-di-jerman/a-17082530, 2013,
diakses pada tanggal 14 Oktober 2022 pukul 08.03 WIB

Administrator, Teaching in Germany, https://www.teachaway.com/teaching-in-germany,


2015, diakses pada tanggal 14 Oktober 2022 pukul 08.57 WIB.

Siedoo.com, Berapa Gaji Guru di Dunia, https://siedoo.com/berita-4614-berapa-gaji-guru-di-


dunia-ini-daftarnya/, 2017, diakses pada tanggal 14 Oktober 2022 pukul 21.36 WIB.

www.oecd-library.org, Highlights from Education at a Glance 2014 “How much teachers


paid ?” https://doi.org/10.1787/eag_highlights-2014-en diakses pada tanggal 15 Oktober
2022 pukul 08.16 WIB.

27

Anda mungkin juga menyukai