Anda di halaman 1dari 12

Peranan Seniman dalam Perjuangan… (Adeng) 45

PERANAN SENIMAN DALAM PERJUANGAN


KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

The Role of Artists in The Struggle for Indonesian Independence


Oleh Adeng
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung
Jalan Cinambo No. 136 Ujungberung-Bandung
Email : adeng.tedja@ymail.com

Naskah Diterima: 20 April 2012 Naskah Disetujui: 16 Mei 2012


Abstrak

Perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia (RI) (1945-1949) masih menampil-


kan tokoh-tokoh yang aktif di dalam politik maupun di bidang militer. Para seniman
sendiri, walaupun tidak segencar kaum politik dan militer, peranan mereka dalam
perjuangan kemerdekaan tidak kecil. Kurangnya informasi terhadap aktivitas para
seniman, mengakibatkan masyarakat luas kurang mengetahui peranan mereka dalam
periode perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Padahal peranan seniman dalam
perjuangan selalu memberikan semangat kepada para pejuang di medan perang, seperti
menciptakan lagu-lagu perjuangan, coretan-coretan kanvas, puisi-puisi, dan sebagainya.
Karya mereka disampaikan melalui surat kabar maupun media elektronik, seperti Radio
Republik Indonesia (RRI). Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kembali peranan
seniman Jawa Barat pada masa Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia 1945-1949.
Hal ini cukup penting mengingat dalam karya-karya sejarah Indonesia, peranan mereka
itu masih jarang diungkapkan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah
yang meliputi tahap heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada historiografi Indonesia, dan dapat
menjadi acuan bagi peneliti-peneliti yang berminat pada masalah ini.

Kata kunci: seniman, perjuangan, kemerdekaan.

Abstract

Political and military figures dominated portraits of the struggle for Indonesia
independence during 1945-1949. Meanwhile, artists also played quite big role during
that period. Unfortunately, due to lack of information, their part was poorly known to
public. In fact, they were encouraging people by creating songs, paintings, poems, etc.
Their works are publicly conveyed through the radio (RRI) and newspapers. This
research aims to reveal the role of West Java’s artists during the struggle for Indonesian
independence (1945-1949). To my opinion, it is very important to uncover the story
especially because informations concerning it are so poor. The author conducts historical
approach, including heuristic, critique, interpretation, and historiography. It is hoped
that this would be beneficial to historiography of Indonesia as well as reference for
researches on the area.

Keywords: artists, struggle, independence.

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


46 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 45-57

A. PENDAHULUAN
Sejalan dengan dilema tersebut,
Dalam perjuangan kemerdekaan penelitian ini bertujuan untuk mengung-
(1945-1949) yang terlibat di dalamnya, kap kembali peranan seniman Jawa Barat
bukan hanya kaum politisi dan militer, pada masa Perang Kemerdekaan 1945-
tetapi seluruh lapisan rakyat Indonesia, 1949. Hal ini cukup penting mengingat
termasuk para seniman. Walaupun partisi- dalam karya-karya sejarah Indonesia,
pasi mereka tidak begitu menonjol jika peranan mereka dalam perjuangan itu
dibandingkan dengan para politisi dan masih jarang diungkapkan. Untuk meng-
militer, tetapi peranan mereka dalam ungkapkan peranan seniman akan difokus-
perjuangan kemerdekaan tidaklah kecil kan pada aktivitas dan keterlibatan para
artinya bila dibandingkan dengan para seniman dalam perjuangan kemerdekaan
pejuang lainnya. Zaini, Affandi, Barli, dan Republik Indonesia.
Sudjono melalui coretan-coretan kuasnya,
Penulisan ini menggunakan metode
sedangkan Cornel Simanjuntak dan Ismail
penelitian sejarah yang meliputi tahap
Marzuki melalui lagu-lagu perjuangannya.
heuristik, kritik, interpretasi, dan histori-
Di samping nama-nama tersebut di ografi. Pada tahap heuristik pencarian dan
atas yang memang sudah dikenal oleh mengumpulkan sumber ditempuh melalui
masyarakat Jawa Barat khususnya dan studi pustaka (library research). Pada
umumnya oleh masyarakat Indonesia, tahap kritik, untuk mendapatkan data yang
sebenarnya masih banyak seniman lainnya akurat dan objektif dilakukan pengujian
yang ikut berjuang, namun namanya terhadap data yang telah diperoleh.
kurang dikenal, walaupun nilai perjuangan Selanjutnya data yang telah diuji pada
mereka tidak kalah dibandingkan dengan tahap interpretasi diproses untuk memper-
seniman-seniman atau pejuang-pejuang oleh makna dan penafsiran sehingga fakta-
lainnya. fakta tersebut dapat menjelaskan objek
Di Jawa Barat, peranan seniman studi secara lengkap. Proses terakhir,
dalam mendukung perjuangan tidak bisa sampailah pada historiografi, yang bertuju-
an untuk merangkaikan fakta-fakta tersebut
dipungkiri, misalnya, pada awal revolusi
kemerdekaan muncul lagu-lagu “Halo-halo menjadi kisah sejarah.
Bandung” yang mampu menggelora sema-
B. HASIL DAN BAHASAN
ngat juang, “Saputangan dari Bandung
Selatan” yang melankolis, atau lagu “Bom 1. Peranan Seniman dalam Perjuangan
Batok (Ancemon)” yang sedikit kocak, Kemerdekaan
yang semuanya telah ikut membangkitkan Propaganda Jepang melalui bidang
semangat para pejuang Indonesia di medan pendidikan dan kebudayaan tidak kalah
perang. Dukungan dari para seniman itu pentingnya dibandingkan dengan bidang
semakin terasa, terutama sewaktu daerah politik. Meskipun tidak secepat perubahan
Jawa Barat harus dikosongkan, karena di bidang politik dan kekuasaan, Jepang
pemerintah Republik Indonesia (RI) berusaha mengubah mentalitas dan cara
menyetujui isi perjanjian Renville tahun berpikir orang-orang Indonesia dan menga-
1948. Ciptaan mereka, baik yang disam- lihkannya ke alam pikiran “Nippon”.
paikan melalui surat kabar maupun melalui Untuk pekerjaan itu, mereka secara terang-
media elektronik, seperti Radio Republik terangan mendekati golongan muda,
Indonesia (RRI) dan Radio Gerilya, telah kemudian diinfomasikan ke dalam masya-
berhasil mengikat batin dan semangat rakatnya, yang sewaktu-waktu diharapkan
kaum Republiken yang berada di daerah mampu memobilisasi massa demi
pen-dudukan dengan yang berada di kepentingan perang (Arsip Nasional RI,
daerah RI. 1989: 71).

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012


Peranan Seniman dalam Perjuangan… (Adeng) 47

Di bidang kesenian, Jepang melalui Tonarigumi, soal koperasinya oleh


badan-badan ciptaannya memainkan Hatta. Jadi orang-orangnya memang
peranan yang cukup penting. Pada tanggal orang-orang politik. Saya tidak
1 April 1943, tujuh bulan setelah pemben- melarang, dan sadar kalau setiap
tukan Badan Pusat Kesenian Indonesia, kesempatan diberikan kepada
Jepang meresmikan Keimin Bunka Yamin, dia akan ngomong soal
Shidosho (Badan Pusat Kebudayaan), politik nasionalisme dan seba-
Melalui kedua badan ini pengusaha Jepang gaimana yang bersifat menentang
merangkul banyak seniman Indonesia penguasa. Para pendengarnya pun
yang bersama-sama dengan seniman saya pilih, mana yang pantas dengar
Jepang mencoba membentuk model pidato Yamin atau Hatta dan lain-
Kebudayaan Asia Timur Raya seperti yang lain dan mana yang pantas hanya
diciptakannya. Dengan usaha ini, Jepang ikut panel kebudayaan, sehingga
berhasil menghimpun sebagian besar ramai sekali. Di luar itu semua,
seniman, sehingga Keimin Bunka Shidosho dengan para seniman langsung,
(KBS) menjadi sarana komunikasi yang seperti Asmara, Arifin, saya
paling banyak dimanfaatkan oleh membicarakan tentang bagaimana
anggotanya untuk membicarakan berbagai pertunjukan-pertunjukan kesenian.
hal, terutama untuk cita-cita kemerdekaan Kita ambil contoh, mengenai
Indonesia. Artinya, KBS memiliki fungsi pertunjukan sandiwara anti Belanda
ganda yang sebenarnya bertolak belakang. dan Barat seperti “Nusa Penida”
Pertama, menjadi alat Jepang untuk atau “Keris Mataram”. Pilihan
kepentingan perang. Kedua, menjadi alat sandiwara-sandiwara semacam ini
bagi seniman nasionalis yang dengan cara- sungguh baik, karena di dalamnya
cara ilegal dan sembunyi-sembunyi suka disisip-sisipkan kata-kata yang
memanfaatkan KBS untuk kepentingan mengandung unsur nasionalisme,
kebangsaan Indonesia (Arsip Nasional RI, walaupun kadarnya sangat sedikit.
1989: 72). Ini baik, karena kita menyadari
bahwa suatu waktu Indonesia pasti
Mengenai memanfaatkan KBS
merdeka, meskipun belum dike-
untuk kepentingan cita-cita kemerdekaan,
tahui secara pasti saatnya (Arsip
Ny. Lasmidjah yang pada masa itu sebagai
Nasional RI, 1989: 75).
sekretaris KBS mengisahkan sebagai
berikut:
Teman-teman saya kebanyakan Menjelang saat-saat akhir KBS,
orang politik waktu itu. Saya kira, aktivitas keseniannya semakin
mereka sudah punya planning untuk sedikit, tetapi sebaliknya kegiatan
itu. Mereka mengajak saya, politiknya semakin banyak dan
mempergunakan saya yang dianggap terang-terangan dibiarkan. Menje-
pinter dan punya kesempatan. Oleh lang proklamasi 1945, Jepang pun
Yamin misalnya, ketika saya menga- sudah tidak berani lagi datang ke
dakan panel diskusi mengenai KBS dan mereka sudah lebih hormat
kebudayaan, biasanya berlangsung kepada kita orang-orang Indonesia.
rutin setiap tiga minggu sekali, itu Kantor saya benar-benar menjadi
tidak digunakan sepenuhnya mem- ajangnya Sukarni, Adam Malik dan
bicarakan masalah kebudayaan, tapi lain-lain. Kami semua secara
soal politik. Dia bicara hal-hal yang bersama-sama mempersiapkan diri
berkenaan dengan pergerakan menghadapi proklamasi, 17 Agustus
nasionalis di hadapan puluhan pen- 1945 Indonesia (Arsip Nasional RI,
dengarnya. Ngomong soal 1989: 77-78).

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


48 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 45-57

Dari komunikasi yang intensif


antara seniman dan tokoh-tokoh lainnya,
Oh ya, dalam kaitannya dengan
semangat nasionalisme itu semakin
proklamasi. Satu hal yang saya tak
mengental. Seorang seniman bisa begitu
bisa lupakan. Saya dan Cornel
patriot sebagai yang diungkapkan oleh
Simanjuntak pergi ke kantor Keimin
pelukis S. Sudjono berikut ini berikut ini:
Bonka Shidosho yang waktu itu
Akal saya ialah mengumpulkan dipimpin oleh Sanusi Pane.
teman-teman dalam persatuan Ahli Simanjuntak bilang: “Engkau
Gambar Indonesia (PERSAGI) yang Sanusi, berilah uang Keimin Bunka
diketuai oleh Agus Djajasuminta. pada kami”. Tapi Sanusi Pane tidak
Saya sekretarisnya dan Ramli dari mau memberikannya. Lama-lama
bagian keuangan. Kami memimpin- kan habis kesabaran kami. Dan
nya secara bergantian. Agus diganti ketika Simanjuntak mulai kurang-
oleh Sudjono, saya jadi sekretaris- ajar, saya bilang: “Begini saja,
nya. Banyak yang datang itu. Antara Menir Sanusi tutup mata, kunci laci
lain, Chairil Anwar, Jusuf Ronodi- kasihkan saya”. Lalu dia tutup mata,
puro, Armyn Pane, Rosihan Anwar kami buka brandkas, dan uangnya
dan lain-lainnya. Lalu sambil ada 60.000 rupiah waktu itu.
mengajar saya didik mereka, bahwa Lumayanlah. Uang itu kami
seniman itu pejuang. Jadi kalau gunakan untuk perjuangan. Yang
seniman itu tidak mau membantu bikin saya tidak lupa dari peristiwa
pergerakan nasional, itu buat saya itu adalah cara kami mendapatkan
bukan seniman. Ini terbukti ketika uangnya. Dan kami waktu itu benar-
proklamasi. Bung Karno mem- benar merampok (Arsip Nasional
punyai ide untuk membuat seorang RI, 1989: 83).
poster seorang pemuda yang
Poster yang dibuat dengan cat
memutuskan rantai belenggunya…..
minyak berukuran 80 cm X 100 cm, terdiri
Nah poster itu, yang menggambar
atas dua warna: merah dan hitam dasar
Affandi. Modelnya Dullah. Jadi
putih. Poster itu menggambarkan seorang
kalau disederhanakan, Ide Bung
pemuda membawa bendera merah putih di
Karno pelukis-nya Affandi, model
belakangnya sambil mengangkat tangan-
Dullah dan lay out nya saya. Ketika
nya yang masih kelihatan ada rantai brogol
sudah jadi yang membikin slogan-
yang putus sambil mulutnya menganga
nya Chairil Anwar. Dia tulis di situ,
berteriak. Dengan adanya poster tersebut,
“Bung Ayo Bung”. Jadi gambar itu
Kantor Jawa Hoko Kai menjadi pusat
sebenar-nya bersejarah sekali. Dan
perhatian. Kantor itu bertambah ramai dan
yang menarik, lukisan poster ini
menjadi tempat berkumpul orang-orang
lebih baik dikatakan lukisan dari
politik, tokoh-tokoh masyarakat, seniman-
pada poster. Bagus sekali. Dan
seniman sastra, sandi-wara, pelukis, dan
kemudian dicontoh oleh para pelukis
lain-lain. Di tempat itu, Dullah, Sudarso,
muda untuk disebarluaskan ke
Trubus, dan Suromo memperbanyak poster
mana-mana. Begitu banyaknya.
itu dengan cara diblok. Meskipun mereka
Sehingga kita temukan waktu itu di
telah bekerja setiap hari dari pagi sampai
kereta api, di tembok-tembok, dan di
sore, poster itu tetap saja tidak mencukupi,
mana-mana. Pelukis muda itu siang
sebab setiap rombongan utusan dari daerah
malam melukisnya dengan cat yang
daerah, pulangnya selalu membawa poster
kita dapatkan dari Jepang. Jadi cat
itu untuk dibawa ke daerahnya masing-
pemberian Jepang itu kita gunakan
masing (Suratmin, 1995: 39).
untuk perjuangan. Untuk mempro-
pagandakan proklamasi.

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012


Peranan Seniman dalam Perjuangan… (Adeng) 49

Untuk memenuhi permintaan yang Sejumlah 62 buah lukisan karya pelukis


semakin bertambah, maka Suwiryo kota Bandung seperti Kerton, Soeparto,
Walikota Jakarta pada masa itu meme- Abedi, Barli, Hendra, Toerkandi, dan
rintahkan Abdulsalam (seorang pelukis) Koestiwa pada umumnya bertemakan
untuk membuat klise yang terbuat dari berbagai adegan heroik patriotik mengenai
cukilan kayu dua warna: merah dan hitam, pertempuran di sekitar Kota Bandung
persis dengan asli posternya. Klise cukilan (Pikiran Rakyat, Selasa 3 Desember 1996).
kayu itu berukuran sekitar 25 cm X 30 cm.
Untuk lebih menggelorakan sema-
Kemudian dicetak di percetakan. Dengan
ngat perjuangan, grup-grup sandiwara
demikian poster itu telah dapat
sering meyelenggarakan pementasan san-
menjangkau daerah yang lebih luas karena
diwara. Pada masa itu, lakon-lakon yang
jumlahnya menjadi berlipat ganda.
dipentaskan bertema perjuangan seperti
Poster itu sangat digemari sebab “Pelangi Hijrah”, “Rebutlah Bandung”,
memang mencerminkan semangat kemer- dan “Bandung Lautan Api”. Dalam
dekaan yang dirasakan segenap lapisan pementasan drama “Hallo-hallo Bandung”
masyarakat. Di Yogyakarta, para pelukis diperdengarkan. Menurut keterangan
yang tergabung di dalam PIPI membuat Mashudi, “Hallo-hallo Bandung” itu lahir
poster-poster semacam itu dengan tulisan dari sebuah sayembara menciptakan lagu
yang berbunyi “Le ayo le”. Sementara itu, yang diadakan pada tahun 1946 dengan
pelukis Mohtar Apin dan Suromo dengan Pak Kasur sebagai jurinya. Dan menurut
beberapa kawannya untuk menggelorakan keterangan pak Kasur pencipta lagu
semangat rakyat menulisi gerbong-gerbong “Hallo-hallo Bandung” ialah seorang kom-
kereta api yang ada di stasiun-stasiun ponis bernama Tobing (Pikiran Rakyat,
dengan kata-kata “Merdeka atau Mati”, Sabtu 7 Mei 1994).
“Sekali merdeka tetap merdeka”, “Berju-
Lagu Hallo-hallo Bandung cepat
ang sampai titik darah yang penghabisan”
menjadi populer, untuk mengetahui betapa
dan lain-lain (Suratmin, 1995: 40).
populernya lagu Hallo-hallo Bandung pada
Begitulah, semangat nasionalisme masa itu, di bawah ini disajikan liputan
menyala-nyala dalam sanubari para Rivai Marlaut wakil pemimpin redaksi
seniman. Panggilan ibu pertiwi dipenuhi Berita Harian, dari medan pertempuran:
dengan seluruh jiwa dan raga sebagaimana
“Kemana saja pergi di seluruh
kisah yang akan diuraikan berikut ini.
medan pertempuran Bandung, selalu
2. Menciptakan Karya Seni Pembangkit saja mendengarkan sebuah lagu
Semangat Juang yang amat populer, yang saya
Semangat Bandung dalam Peristiwa sendiri biarpun tidak mempelajari
Bandung Lautan Api pada masa awal dengan sungguh-sungguh, tokh
perjuangan Kemerdekaan Republik dapat mengikuti lagu itu dengan
Indonesia, melibatkan seniman sebagai mudah, karena selalu mendengung-
kaum yang tidak terpisahkan dari masyara- dengung di telinga kita kemana kita
kat dan zamannya. Di Tasikmalaya para pergi. Di tengah-tengah sawah, di
pelukis republikean dari Kota Bandung dalam warung, di sectiepost, di atas
membentuk Gabungan Perjuangan Rakyat truk, di pancuran tempat mandi,
dan menggelorakan semangat rakyat dalam pendeknya kemana saja kita pergi,
mengusir penjajahan lewat lukisan-lukisan selalu terdengar lagu “Hallo-hallo
poster mereka. Di Lojiwetan Surakarta, Bandung”, ciptaan pahlawan muda,
Gabungan Perjuangan Rakyat menyeleng- yaitu saudara Tobing. Sesudah
garakan suatu pameran yang dinamakan mereka memperdebatkan penye-
“Seni Lukis Medan Pertempuran”. rangan musuh tadi siang, atau
mempersoalkan macam-macam sia-

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


50 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 45-57

sat penyerbuan musuh, maka untuk Di Jawa Baratlah letaknya


mengingatkan kota Bandung yang Kota Banten yang asli
cantik molek itu mereka bernyanyi,
Begitupun dengan kota-kota yang
demikian susunan pantunnya:
lain muncul lagu “Hallo-hallo Bandung”
Hallo, hallo, Bandung dalam berbagai versi seperti Hallo-hallo
Ibu Kota Periangan Jakarta, Hallo-hallo Semarang, dan Hallo-
Hallo, hallo Bandung hallo Surabaya (Pikiran Rakyat, sabtu 7
Kota kenang-kenangan Mei 1994).
Sudah lama beta,
Melihat betapa besarnya pengaruh
Tidak bertemu dengan kau
sebuah lagu dalam membangkitkan
Tetapi sekarang sudah
semangat juang maka di kalangan tentara
menjadi lautan api
Siliwangi timbul keinginan untuk mencip-
Mari
takan lagu Mars Siliwangi. Keinginan itu
bung… rebut kembali………
dijelaskan oleh DR. Barnas Alibasyah
(Berita Harian, 7 September berikut ini:
1946).
Kami merasakan sangat
Lagu Hallo-hallo Bandung dengan penting adanya lagu Mars Siliwangi
iramanya yang gembira (4/4 tempo di yang dapat dijadikan perangsang
Marcia), sangat sesuai dengan semangat guna menggelorakan rasa semangat
rakyat yang sedang berjuang melawan setiap prajurit dalam melaksanakan
penjajah. Oleh sebab itu, tidak heran tugasnya (Rivai, 1983: 208).
apabila lagu tersebut dengan spontan
Untuk maksud itu, tiga orang per-
disenangi oleh seluruh lapisan masyarakat,
wira Divisi Siliwangi yang rupanya memi-
terbukti dengan dibuatnya lagu tersebut ke
liki bakat sastrawan mencoba membuat
dalam versi Sunda sehingga liriknya
lagu yang dimaksud. Mereka adalah Letkol
menjadi:
Dr. Barnas, Kapten Tjetjep, dan Letda
Halo halo Bandung Achmad Adnawidjaja. Mereka mulai
Ibu kota Periangan mengubah lagu. Cara mereka membuat
Halo halo Bandung lagu ialah dengan meniru nada dan irama
Kota inget-ingetan lagu yang pada masa itu sedang populer,
Atos lami abdi sedangkan syairnya mereka ganti dengan
Patebih heunteu paningal syair yang menceritakan pengalaman
Mugi-mugi ayeuna tiasa mereka. Cara membuat lagu seperti itu
tepang deui memang pada masa itu sering dilakukan
Tos teupang teu panasaran misalnya, Lagu “Miroyak Kasan sora O
Yuku” diubah menjadi “Awaslah Gurka
Bahkan di daerah Banten pun
Belanda”, dan lagu “Mars PETA” diubah
penduduknya sangat terkesan dengan lagu
menjadi lagu “Tentara Pembela Tanah
“Hallo-hallo Bandung” dan mengapresiasi-
Air”. Dari kerja sama ketiga perwira itu
kan lagu tersebut menjadi versi Banten
lahirlah lagu Mars Siliwangi berikut ini:
sebagai berikut:
Halo halo Banten MARS SILIWANGI
Kota Banten bersejarah suci
I. Oh beginilah
murni
Nasibnya soldadu
Halo halo Banten
Diosol-osol dan diadu-adu
Dengan mesjid, benteng
Tapi biar tidak apa
Portugis yang asli
Asal untuk negeri kita
Halo halo Banten
Naik dan turun gunung
Kota pahlawan yang sakti

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012


Peranan Seniman dalam Perjuangan… (Adeng) 51

Hijrah pun tak bingung sebagaimana tampak dalam lagu “Teu


honcewang” berikut ini:
II. Hallo every body
Here’s the siliwy Teu honcewang sumoreang
Coming from west Java Tekadna pahlawan bangsa
And saying all goodbye Cadu mundur pantrang mulang
We leave papa and leave mama Mun maksud tacan laksana
And even leave our schoon Berjuang keur lemah cai
mama Lalirabi tur tekad pati
But we have stil good spirit Taya basa menta pamulang tarima
And make the best of it Iklas rido keur korban merdeka
III. Hallo lieve meisjes Bahkan dukungan itupun diberikan
Hier’s de siliwy kepada istri-istri para pejuang yang terlibat
Met hun tijgerkopjes sebagaimana digambarkan lagu “Dikantun
Ze maken veel lawasi Tugas”, berikut ini:
De meisjes vinden ons banal
DIKANTUN TUGAS
En zien ons ean voor kennibaal
Oh meisjes, J’lie zijn niet pluis Calik dina bangbarung
We zijn zo ver van huis Anteng ngaruhun balung
Nyawang anu ngalangkung
IV. Paduli teuing
Sedih manahna nguyung
Urang keur ngabegong
Nu narenjokeun, ulah rea omong Emut ka sang panutan
Kieu soteh miceun tineung Ngantun mang bulan-bulan
Lamun prung mah moal keueung Lami henteu nyeratan
Pasukan Siliwangi Wartos ti medan perang
Saeutik ge mahi Nanging nu geulis sadar
Lagu-lagu perjuangan terus bermun- Sarta wanahna sabar
culan, misalnya lagu “Gempur dan Rebut Pasrah iklas tur rela
Bandung Kembali” yang syairnya menun- Jujur sarta satia
jukkan tekad merebut kembali kota Nyanggem lebet manahna
Bandung: Aduh engkang iraha
Kempel sareng sadayana
GEMPUR DAN REBUT
Mulih ti medan jaya
BANDUNG KEMBALI
Abdi nu ngantos-ngantos
Gempur dan rebut Bandung kembali
Mugi pasihan wartos
Itulah janji kita setiap hari
Nanging abdi tos pasti
Janganlah mundur setapak kaki
Engkang tenang sajati
Sampai kita bekerja kembali
Garis depan dan belakang, Najan urang patebih
pereratkanlah tali Langgeng tetep miasih
Ingat akan berjuang, jangan saling Batin tetep pacaket
sakiti Sareng nu dipika meumeut
Ternyata suatu bukti, tanda Margi abdi tos pasti
pengorbanan yang suci Engkang alat negara
Gempur, rebut, terus maju Anu nuju ngabasmi
Kita harus satu padu Nempuh musuhna RI
Dukungan para seniman di Jawa Abdi teu perlu empan
Barat terhadap pejuangnya sungguh besar Tebih sareng panutan

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


52 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 45-57

Asal nagari raharja Kami sudah coba apa yang kami


Mamur mudi wibawa bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-
Abdi moal cangcaya
apa
Margi tos sawajibna
Abdi ngaraos bangga Kami sudah beri kami punya jiwa
Engkang pahlawan bangsa Kerja belum selesai, belum bias
memperhitungkan arti 4-5 ribu
Dasar istri sajati
nyawa
Teguh sarta gumusti
Tara keuna panggoda Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tuhu kacarogena Tapi adalah kepunyaanmu
Tetep nyaah tur cinta Kaulah lagi yang tentukan nilai
Ka nu ngantunkeun lunta tulang-tulang berserakan
Anu nuju bebela
Ataukah jiwa kami melayang untuk
Ngemban tugas negara
kemerdekaan, kemenangan, dan
Wengi teu weleh nyaring harapan
Ngantos panutan sumping Atau tidak untuk apa-apa
Siang asa lalewang Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa
Ngantos sang raka mulang berkata
Kaulah sekarang yang berkata
(Dirdjosisworo, 1994: 205-206)
Kami bicara padamu dalam hening
Jenis lagu-lagu yang romantik pun
di malam sepi
menambah gairah seperti “Bandung
Jika dada rasa hampa dan jam
Selatan di Waktu Malam”, “Selendang
dinding yang berdetak
Sutera”, “Rankaian Melati”, “Sepasang
Mata Bola”, dan masih banyak lagi (lihat Kenang, kenanglah kami
lampiran). Selain lagu, para seniman Teruskan, teruskanlah jiwa kami
menciptakan puisi yang diantaranya Menjaga Bung Karno
adalah: Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
KRAWANG – BEKASI
Chairil Anwar Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Kami yang kini terbaring antara
Berjagalah terus di garis batas
Krawang-Bekasi
pernyataan dan impian
Tidak bisa teriak merdeka dan
angkat senjata lagi Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi
Tapi siapakah yang tidak lagi
debu
mendengar deru kami
Beribu kami terbaring antara
Terbayang kami maju dan berdegab
Krawang- Bekasi
hati?
Kami bicara padamu dalam hening
3. Berjuang di Garis Depan
di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam Zaman perang kemerdekaan me-
dinding yang berdetak mang menuntut semua warga negara untuk
menyumbangkan darma baktinya, tidak
Kami mati muda. Yang tinggal
peduli laki-laki atau wanita, orang dewasa
tulang diliputi debu
atau anak-anak, kaya atau miskin, sipil
Kenang, kenanglah kami
maupun militer. Begitu pun dengan
seniman, mereka merasa terpanggil untuk

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012


Peranan Seniman dalam Perjuangan… (Adeng) 53

membela tanah air dengan segenap jiwa sebagai anggota Badan Kemanan Rakyat
dan raganya. Sumbangannya terhadap nusa (BKR); Frans Haryadi yang dilahirkan di
dan bangsa tidak hanya sebatas bidang Kota Bandung tanggal 25 November 1930,
profesinya sebagai seniman tetapi juga pada tahun 1947-1948 turut membantu
tidak gentar untuk maju ke garis depan Tentara Pertahanan Rakyat di Malang dan
pertempuran. Kediri; Bing Slamet yang dilahirkan di
Cilegon Banten tanggal 27 September
Roostiaty seorang artis film kela-
1927, pada tahun 1945-1946 mengikuti
hiran kota Bandung 27 Desenber 1925,
barisan divisi VI Brawijaya dan setelah itu
ketika negerinya dilanda perang untuk
aktif sebagai penyiar di Radio Perjuangan
mempertahankan kemerdekaan ia masih
Jawa Barat di Bandung untuk melakukan
berusia 20 tahun. Pada usia yang belia itu,
perang urat syaraf dengan pihak Belanda,
ia tidak segan-segan menyingsingkan
dan H. Suin seorang seniman suling yang
lengan bajunya memanggul senjata maju
menjadi anggota tentara (Sinematik
ke medan juang. Ia menjadi anggota
Indonesia, 1979: 413).
Laskar Wanita (LASWI) dan berpangkat
kapten di bawah kepemimpinan ibu Arudji Begitu juga seniman di bidang
Kartawinata. Ia beroperasi di wilayah lainnya seperti, Uking Sukiri yang
Bandung Utara kemudian bergabung dilahirkan di Bandung pada 18 Februari
dengan Sabur di sektor III. Pada tahun 1925 dikenal sebagai seniman tembang
1947, Roostiaty tertangkap Belanda, lalu Sunda Cianjuran, pada tahun 1945-1947
bekerja sebagai penyiar Radio Bandung. aktif di Laskar Rakyat; Karnedi
Dalam gerak yang terbatas, ia tetap Nataatmadja yang lahir di Garut pada 17
berupaya terus berjuang bagi negerinya. Januari 1924, seorang pelukis, yang pada
Seringkali ia mencuri alat-alat listrik yang masa perjuangan dia aktif membantu
diangkut oleh Sabur untuk tentara di hutan bagian penerangan dengan membuat
(Sinematik Indonesia, 1979: 413). poster-poster, juga di PESINDO di bagian
Palang Merah dan Dapur Umum.
Demikian pula, dengan Roestam
Affendi kelahiran Purwakarta pada tanggal Seniman baik sendiri-sendiri mau-
7 Agustus 1929, ia seorang aktor film yang pun melalui perkumpulan kesenian
pada masa perjuangan menggabungkan diri berusaha untuk menyumbangkan darma
pada kesatuan Badan Keamanan Rakyat baktinya kepada nusa dan bangsa.
(BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Begitulah apa yang dilakukan oleh
dan Tentara Republik Indonesia (TRI), di Perkumpulan Kesenian Tembang Sunda
Compi IV. Pada tahun 1945-1946, ia (Kecapi Jenaka Sunda) yang sangat besar
dikirim ke front pertempuran di jasanya. Apabila diadakan rapat-rapat
Pati/Sadeng di bawah kepemimpinan rahasia maka dipergunakan perkumpulan
Kapten Supriadi. Di tengah-tengah kesenian ini untuk mengelabui mata-mata
pertempuran karena dorongan darah Belanda. Selain itu, tidak jarang pula
seninya ia membentuk grup sandiwara kecapinya merupakan alat penyim-panan
perjuangan “Beringin” bersama Sarpin dan senjata (pistol) dan alat-alat amunisi
Joesoef. Masih banyak artis dan aktor film lainnya, dan sekaligus juga sebagai alat
yang berjuang di garis depan di antaranya : pengangkutnya (Dirdjosisworo, 1994:
Ratmi B-29 yang dilahirkan di Kota 211).
Bandung pada 16 Januari 1932, pada masa
revolusi fisik aktif di kesatuan Komando
Daerah Operasi Militer di Rowokeli 4. Berjuang di Daerah Musuh
Banyumas Selatan ditempatkan di bagian Sejak pasukan marinir Belanda yang
hiburan; Rd. Dadang Ismail kelahiran membonceng pasukan Sekutu mendarat di
Cianjur pada tanggal 10 April 1905, aktif Pelabuhan Tanjung Priuk pada 30

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


54 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 45-57

September 1945, situasi di Jakarta menjadi tentara-tentaranya sebagai penghilang rasa


genting. Kegentingan itu memaksa dwi lelah. Namun demikian, itu juga tidak
tunggal Soekarno-Hatta hijrah ke dapat dijadikan dasar untuk menolak
Yogyakarta pada bulan Januari 1946, bahwa Belanda mempunyai motif-motif di
akibatnya birokrasi pemerintahan pun dunia perfilman.
mempunyai dua ibu kota, Jakarta dan
Belanda membuka kembali impor
Jogyakarta. Bagi kalangan seniman film,
film dan mendorong perusahaan-perusaha-
hal itu menimbulkan dilema antara harus
an film untuk mulai berproduksi. Belanda
mempertahankan Gedung Nippon Eiga Sha
mengganti Nippon Eiga Sha dengan
di Jakarta atau harus ikut hijrah ke
mendirikan South Pacific Film Corp
Yogyakarta. Akhirnya, diputuskan sebagi-
(SPFC). Di samping SPFC muncul pula
an tetap tinggal di Jakarta dan sebagian
dua perusahaan film milik Tionghoa yang
lagi ikut hijrah ke Yogyakarta.
sudah ada sebelum perang, yaitu Tan &
Pemerintah Republik Indonesia (RI) Wong Bross dan bintang Surabaya (nama
di Jakarta tidak berdaya menghadapi baru buat JIF, milik The Teng Choen)
kekuatan militer Belanda di Jakarta dan (Said, 1976: 59).
hanya bertahan berkat Veto Inggris.
Sementara itu, pihak Republik
Kenyataan seperti itu memudahkan bagi
Indonesia mengadakan konsolidasi. Di
Belanda untuk mengkonsolidasikan keku-
Yogyakarta, pada tanggal 9 Januari 1946
atannya, dengan alasan demi rasionalitas
Pusat Peredaran Pilm Indonesia (PPPI)
dan administrasi. Belanda lambat laun me-
mengadakan pertemuan dengan Pemerin-
langgar batas Republik, antara lain meng-
tah Republik Indonesia. Pertemuan yang
ambil gedung-gedung dan departemen-
diselenggarakan di gedung PPPI itu
departemen. Pengambilalihan gedung-
dihadiri oleh Wakil Menteri Penerangan
gedung itu, termasuk juga gedung Nippon
Mr. Ali Sastroamidjojo, pimpinan PPPI
Eiga Sha yang baru dikuasai oleh pihak
Yogyakarta Soebroto, dan 20 utusan PPPI
Indonesia pada 6 Oktober 1945 (Hastuty,
dari Jakarta, Surabaya, Malang, Semarang,
1922: 26).
Yogyakarta, dan Tasikmalaya (Hastuty,
Rupanya Belanda mempunyai tujuan 1922:47). Dalam pertemuan itu sikap
tertentu di bidang perfilman sehingga pemerintah atas perfilman jelas terlihat
Belanda merasa perlu untuk mengambil- dari apa yang disampaikan oleh Mr. Ali
alih Nippon Eiga Sha. Di bidang Sastroamidjojo kepada PPPI.
perfilman, Belanda segera membuka
Ali Sastroamidjojo, sebagai wakil
kembali studio-studio film yang memang
pemerintah, menerangkan bahwa film
sudah lama ditutup. Tindakan itu,
haruslah merupakan alat pendidikan yang
dimaksudkan oleh Belanda untuk memberi
sehat bagi rakyat, guna memperluas
kesan pada dunia bahwa Jakarta telah
paham-paham masyarakat.
dikuasai secara sempurna (Said, 1976:56).
Film dan bioskop sebagai sarana hiburan Selain itu, Ali Sastroamidjojo
dapat dijadikan indikator suasana yang menganjurkan PPPI melakukan reor-
aman bila pertunjukan film telah dapat ganisasi, sifat kapitalis dari suatu
diselenggarakan secara teratur dan perusahaan juga dianjurkan dihilangkan
kontinyu. Tampaknya Belanda bersung- diganti dengan sistem kedaulatan rakyat.
guh-sungguh dengan asumsi itu. Hal itu Pendeknya, pemerintah RI ingin men-
dibuktikan dengan membuka bioskop di jadikan film bukan sebagai sarana ekonomi
kota-kota yang telah didudukinya. Tentu semata, melainkan juga sebagai salah satu
tidak dapat dikesampingkan pula bahwa komponen perjuangan secara ekonomis
pembukaan bioskop-bioskop itu ditunjukan maupun moral (Hastuty, 1992: 47).
juga untuk memberi hiburan kepada

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012


Peranan Seniman dalam Perjuangan… (Adeng) 55

Dapat dimengerti mengenai kebi- mengumpulkan dana perjuangan (Hastuty,


jakan pemerintah di bidang perfilman, 1992: 49).
yang menegaskan banwa film merupakan
Usaha-usaha kalangan perfilman
salah satu komponen perjuangan secara
untuk membantu perjuangan kemerdekaan
ekonomis maupun moral, sebab pada masa
tidak hanya berhenti pada upaya mengum-
itu pemerintah sangat membutuhkan dana
pulkan dana perang. Aktifitas BFI yang
untuk membiayai perjuangan dan sangat
dapat dikatakan penting artinya bagi
mengharapkan bantuan dari semua pihak.
bangsa Indonesia yang baru merdeka ialah
Kalangan perfilman dan perbioskopan
secara teratur memutar film-film hasil
menyambut positif himbauan pemerintah.
rekaman yang dibuat oleh kelompok R.M.
Sambutan itu tidak hanya datang dari
Soetarto di bioskop-bioskop. Film-film
pengusaha bioskop yang ada di daerah
rekaman itu berupa film dokumenter yang
republik, tetapi juga datang dari seniman
meliputi Film rekaman pengesahan
film dan pengusaha bioskop yang berada di
Undang-undang Dasar 1945, Film peng-
daerah kekuasaan Belanda.
angkatan presiden dan wakil presiden, dan
Dana untuk perjuangan mengalir film rapat akbar di lapangan IKADA.
sebagaimana yang diberitakan oleh surat
BFI pun turut berjuang di bidang
kabar Sin Po tanggal 7 Mei 1946 dalam
diplomasi. BFI yang dipimpin oleh R.M.
sebuah iklannya menyebutkan bahwa
Soetarto begitu aktif membuat film-film
Bioskop Orion di Glodok mengalokasikan
dokumenter yang di antaranya berjudul:
70 % dari pendapatannya untuk dana
“Indonesia Raya”, “Kapok”, “NICA
korban perang di Bandung. Pada harian
Teror”, “Padi”, “10 November”,
yang sama, pada tanggal 13 Mei 1946,
“Penyingkiran Jepang”, dan “Indonesia
disebutkan bahwa dana korban perang di
Fight for Freedom” yang dibuat dalam
Bandung meningkat menjadi 100% dari
rekaman satu reel dan empat reel.
pendapatan bioskop. Namun uniknya,
Kemudian rekaman-rekaman tersebut
walau ditunjukkan untuk membantu dana
disebarkan ke luar negeri diantaranya ke
perjuangan, bioskop-bioskop tersebut
Australia, Inggris, India, dan Amerika.
memutar film-film bahasa Inggris dan
Bahkan rekaman yang dikirim ke Amerika
ceritanya pun mengenai kemenangan-
kemudian disebarluaskan ke seluruh dunia
kemenangan Sekutu dalam perang dunia,
melalui Mars of time dan juga diputar
seperti “Costal Command” dan “Victory
dalam Persatuan Bangsa Bangsa (PBB).
in Tunisian”.
Usaha-usaha itu berarti banyak, bagi
Melihat kenyataan, baik di daerah perjuangan bangsa Indonesia. Film-film itu
yang dikuasai Belanda maupun di daerah telah berhasil membentuk opini dunia
republik, tidak ada pemutaran film-film tentang citra dan arti perjuangan
berbahasa Indonesia maka Belanda segera kemerdekaan bangsa Indonesia (Hastuty,
mempolitisir keadaan itu. SPFC segera 1992: 50).
merekrut orang-orang muda perfilman
Indonesia dan memproduksi film berba- C. PENUTUP
hasa Indonesia. Belanda berkeyakinan, Berdasarkan fakta-fakta sejarah,
dengan merangkul orang-orang muda para seniman mempunyai andil yang besar
perfilman Indonesia, apalagi hasilnya dalam merintis terbentuknya Negara
diputar di bioskop-bioskop, maka dapat Republik Indonesia. Bahkan kebesaran
diharapkan menarik simpati masyarakat bangsa Indonesia di masa yang lalu bukan
Indonesia bahwa Belanda memperhatikan disebabkan oleh nenek moyang Indonesia
penonton pribumi. Kebijakan itu oleh menjalankan politik yang lihai, tetapi
kalangan perfilman digunakan semaksimal disebabkan oleh para seniman, pengarang,
mungkin untuk lebih banyak lagi dan ahli-ahli pikirnya telah sanggup

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


56 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 45-57

meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi 1. Buku


landasan kehidupan bangsa.
Dirdjosisworo, Sudjono, 1994.
Hal tersebut dapat terjadi, sebab Siliwangi dari Masa ke Masa, Edisi
karya seorang seniman muncul dari apa ketiga. Bandung: Granesia.
yang dirasakannya dan dipikirkannya serta
dihayati secara intensif tentang segala Hastuti, Rita. 1992.
permasalahan kehidupan dan penghidupan Berjuang di Garis Belakang dalam
dalam bentuk yang khas sesuai dengan Layar Perak: 90 Tahun Bioskop di
bakat dan pembawaan pribadinya. Karya Indonesia, Jakarta: Gramedia Pus-
seninya itu bersumber pada pemikiran taka Utama.
tentang kemerdekaan, hak asasi manusia,
tentang amanat penderitaan rakyat, tentang Indonesia Arsip Nasional. 1989.
keadilan dan kebenaran yang hakiki. Di bawah Pendudukan Jepang:
Dengan demikian, seorang seniman Kenangan Empat Puluh Orang yang
menjadi personifikasi hati nurani rakyat Mengalaminya. Jakarta: ANRI.
yang rindu akan kemerdekaan, keadilan,
dan kemakmuran lahir batin. Dia akan Rivai, Mohammad. 1983
tetap menentang setiap kezaliman, baik Tanpa Pamrih Kupertahankan
mental maupun fisik. Dia memasang Proklamsi Kemerdekaan Indonesia
jiwanya sebagai layar radar yang menang- 17-08-1945. Jakarta: Suternasa.
gapi segala kejadian yang berlangsung di
Said, Salim. 1976.
sekitarnya dengan keprihatinan yang men-
Perfilman di Indonesia: Sebuah
dalam. Seniman bertindak sebagai pembela
Tinjauan Historis Sosiologis.
mereka yang tertindas dan yang tidak
Skripsi. Jakarta: Jurusan Sosiologi
mendapat keadilan, sebagai penentang
Fakultas Ilmu-ilmu Sosial Univer-
kezaliman dalam segala bentuk dan dari
sitas Indonesia.
mana pun datangnya.
Itulah sebabnya pada masa perang Sinematik Indonesia. 1979.
kemerdekaan, para seniman merasa Apa dan Siapa Orang Film
terpanggil untuk menyumbangkan darma Indonesia 1926, Jakarta: Yayasan
baktinya kepada nusa dan bangsa. Karya Artis Film dan Sinematik Indonesia.
seninya ditujukan tidak hanya untuk
Suratmin, 1995.
menghibur rakyat semata, tetapi juga untuk
Peranan Pers pada Masa Revolusi
menggairahkan dan menggelorakan sema-
di Jogyakarta 1945-1959, dalam
ngat juang. Darma baktinya itu tidak pula
Sejarah Lokal, Kumpulan Makalah
sebatas karya seni semata tetapi juga
Diskusi. Jakarta: Depdikbud, Dirjen
langsung terlibat dalam pertempuran,
Kebudayaan, Direktorat Jarahnitra,
misalnya dengan menjadi tentara, intel,
Proyek IDSN.
penolong korban perang, dan lain-lainnya.
2. Surat Kabar

Berita Harian, 7 September1946.


Pikiran Rakyat. Sabtu 7 Mei 1994
DAFTAR SUMBER dan Selasa 3 Desember 1996.

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012

Anda mungkin juga menyukai