Anda di halaman 1dari 3

Asam jawa 

(Tamarindus indica)

Pohon asam bentuknya besar, dan hijau sepanjang tahun (tidak ada daun yang jatuh),
Pohon Tamarindus indica tumbuh secara lambat, mampu bertahan terhadap angin yang
kencang, dan berumur sangat panjang, tingginya dapat mencapai 25-30 meter dan
diameternya dapat mencapai lebih dari 2 meter di pangkal. Kulit batangnya berwarna abu-
abu-cokelat, kasar dan pecah-pecah, dengan alur-alur vertikal. Kanopinya rindang dan
berdaun lebat, lebar dan membulat. Daun rangkap menyirip merata, panjang 5-13 cm,
berseling, lekukan seperti pita meruncing, merah muda keputihan. Daunnya elips, 8-16
pasang, masing-masing berukuran 0,5-1 x 1-3,5 cm, dengan tepi rata, pangkal miring dan
membulat, dan ujung membulat, sedikit melengkung.
Polong menggembung, hampir silindris, melengkung atau lurus, hingga 10 biji
ditaburkan, sering menyempit di antara dua biji, eksokarp mengeras, bersisik coklat atau abu-
abu, mengeras, ada urat filiformis. Daging buah (mesokarp) berwarna putih kehijauan ketika
masih muda, berubah menjadi coklat kemerahan sampai coklat kehitaman ketika masak, dan
rasanya manis-asam dan lengket. Biji kakao berwarna hitam, mengkilat, keras, dan agak
persegi.

Penambahan ekstrak pulp buah T. indica pada berbagai makanan maupun minuman
memberi efek yang menyegarkan serta memberi aroma yang khas sehingga meningkatkan cita
rasanya. Buah T. indica memiliki rasa asam manis berhubungan dengan kandungan yang tinggi asam
tartarat dan gula pereduksi (Placeholder1)

Buah asam Jawa memiliki fungsi kesehatan bagi tubuh karena berperan sebagai
antidiabetes, antihiperlipidemik, dan antioksidan. Faktor yang mempengaruhi kemampuan ekstrak
daun asam jawa sehingga menghambat pertumbuhan bakteri karena memiliki kandungan zat aktif
saponin, flavonoid, alkaloid dan tannin (Placeholder1)

Khasiat daging buah untuk sambelit, sariawan, kurang nafsu makan, muntah, keracunan
alcohol, dan radang payudara. Daun untuk demam, rematik, sakit kuning, koreng, dan bisul
(Placeholder1)

Selain daging buahnya, banyak bagian dari pohon asam jawa yang dapat digunakan
sebagai bahan obat tradisional. Daun muda (Jw. sinom) digunakan bersama dengan kunyit [2]
dan bahan lain untuk membuat jamu tradisional Jawa, yaitu sebagai minuman penyegar Jamu
Sinom, Jamu Gepyok diminum untuk melancarkan dan memperbanyak ASI dan juga dapat
digunakan . sebagai bedak (menempel atau tetap) pada permukaan kulit) untuk mengurangi
peradangan dan nyeri pada persendian, luka atau nyeri rematik. Daun mudanya direbus untuk
mengobati batuk dan demam. Kulit kayu digunakan untuk menyembuhkan luka, bisul,
bengkak dan ruam. Kulit asam jawa juga digunakan sebagai tonik.[3] Biji tepung untuk
disentri dan diare.[3] Daun asam jawa bersifat antipiretik, analgesik dan antiseptik. Kulitnya
bersifat astringen dan tonik. Kemudian buahnya bersifat pencahar, antipiretik, antiseptik,
abortifacient dan perangsang nafsu makan. Kandungan polisakarida (1) dengan sifat
imunomodulator dan L-(-)-di-n-butylmalat, yang mencegah proliferasi sel pada embrio
marmut.[1
kandungan dari asam jawa mentah antara lain zat besi.. Zat besi yang
terkandung dalam asam jawa dapat memenuhi 19% dari kebutuhan zat besi harian
tubuh manusia. Satu buah asam jawa mengandung sekitar 92 mg magnesium..
Kemudian kalium, adalah salah satu konsentrasi tertinggi di asam. Hal ini karena
asam memiliki 628 mg potasium Satu buah asam jawa mengandung sekitar 113 mg
fosfor. Juga mengandung 3,5 mg vitamin C.
cara pengolahan asam jawa agar menjadi obat adalah dengan membuat
minuman asam jawa dan biasanya disajikan dalam keadaan hangat. Langkah
pertama merebus air hangat, kemudian dimasukkan gula jawa dan asam jawa
kedalam air rebusan, untuk catatan agar tidak terlalu berasa masam, jangan terlalu
banyak menambahkan asam jawa. Setelah direbus kurang lebih 3 menit
ditambahkan kunyit sampai matang dan siap diminum. Asam jawa juga sering
dipakai untuk bumbu masak, ada juga dalam bentuk permen yang berguna saat
perjalanan jauh ketika mabok
Pengolahan asam Jawa ada juga dalam bentuk sirup naan. Penelitian Buah
yang digunakan adalah buah asam varietas asam jawa yang telah masak sempurna
di pohon. Daging buah dipisahkan dari biji dan serat lalu dikukus menggunakan
uap panas selama 25 menit. Pengukusan ini bertujuan untuk menginaktifkan enzim
dan melunakkan jaringan daging buah asam sehingga mudah untuk dijadikan
bubur. Selanjutnya daging buah diekstraksi dengan menambahkan air panas
dengan perbandingan 1:3 (1 bagian asam : 3 bagian air panas). Tahap berikutnya
adalah penyaringan menggunakan kain kasa untuk mendapatkan ekstrak yang
bersih. Penyaringan dilakukan sebanyak dua kali agar didapatkan ektrak yang
benar-benar bersih dan jernih. Ekstrak kemudian ditimbang beratnya selanjutnya
dicampur gula pasir dengan konsentrasi 100, 120, 140, 160, 180 dan 200% dari
berat ekstrak. Selain itu ditambahkan pula natrium benzoat sebagai pengawet
sebanyak 600 ppm dan CMC sebagai penstabil dengan kadar 0,15%. Setelah itu
dilakukan pemasakan pada suhu 80-100oC selama 10 menit dengan tujuan untuk
melarutkan gula pasir, natrium benzoat dan CMC serta menginaktifkan sel-sel
vegetatif bakteri dan mikroba patogen atau pembusuk yang dapat menyebabkan
kerusakan pada produk setelah penyimpanan (Sulistiawati, 2020)
Prabowo, D., Afrianto, E. & Rostini, L., 2017. EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN ASAM JAWA TERHADAP
MASA SIMPAN FILET NILA PADA SUHU RENDAH. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 8(2), pp. 83-89.

Silalahi, M., 2020. BIOAKTIVITAS ASAM JAWA (Tamarindus indica) DAN PEMANFAATANNYA. Florea :
Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 7(2), pp. 85-91.

Sulistiawati, F., 2020. Karakteristik Sifat Fisik Dan Organoleptik Sirup Asam (Tamarindus Indica Linn.)
Pada Berbagai Konsentrasi Gula. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan, 4(3), pp. 522-526.

Wijayakusuma, M. H., 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan Penyakit. 1st ed. Jakarta: Pustaka
Bunda.

Anda mungkin juga menyukai