20190803077
IT Pemulihan Bencana
CITRA RAYA
2021
Bussiness Continuity Planning (BCP) merupakan strategi atau proses penyusunan system preventif dan
kuratif dalam rangka mengurangi dampak terjadinya krisis terhadap aktvitas bisnis yang normal.Dengan
menggunakan BCP,apabila perusahaan terkena bencana,dampak yang ditimbulkan dapat
dikurangi,karena BCP membantu perusahaan untuk mengidentiifkasi berbagai macam ancaman yang
telah atau akan terjadi,serta menganalisa berbagai cara untuk menanggulangi ancaman tersebut,sehingga
perusahaan lebih siap untuk menanggulangi bencana.
Salah satu informasi yang terdapat di dalam BIA yakni Resource Requirement yang berisi hal-hal apa saja
yang dibutuhkan perusahaan agar proses bisnis dapat dijalankan. Untuk melakukan BIA, terdapat
beberapa langkah yang dilakukan.
Membuat kuesioner
BIA Pada langkah ini, analisator dapat mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan masalah
yang telah maupun yang akan dihadapi perusahaan.
Mengadakan workshop untuk menginstruksikan fungsi bisnis dan process manager bagaimana
cara untuk menyelesaikan BIA.Dimana analisator akan mengadakan workshop untuk
menginstruksikan fungsi bisnis dan process manager sebagai peserta workshop bagaimana cara
menyelesaikan BIA.
Mereview kuesioner
Setelah peserta mengisi kuesioner, maka langkah selanjutnya yakni mereview jawaban-jawaban
tersebut. Dari jawaban-jawaban tersebut, maka penganalisa sudah dapat membayangkan apa
dan bagaimana bencana yang harus diprioritaskan.
Melakukan interview terhadap pengisi kuesioner
Langkah selanjutnya yang dilakukan yakni melakukan interview dengan pihak terkait untuk
melakukan validasi terhadap informasi yang telah didapat sebelumnya. Selain itu, langkah ini juga
berfungi untuk melengkapi informasi tertentu bila hasil kuesioner tersebut belum jelas.
Menyusun dan menganalisa hasil kuesioner
Langkah terakhir yang dilakukan yakni menyusun dan menganalisa hasil kuesioner. Dari hasil
analisa ini, akan didapatkan apa saja prioritas recovery dan strategi-strategi yang mungkin untuk
diterapkan. Selain itu, hasil analisa ini juga dapae menjadi rekomendasi untuk mengatasi
kerentanan ancaman.
Kedua : Membuat Recovery Strategy
Recovery Strategy adalah suatu langkah-langkah strategis yang digunakan untuk memulihkan
kegiatan operasi yang kritikal dari perusahaan yang terkena bencana ke kondisi semula.Berikut
langkah-langkah yang dilakukan :
Menggunakan Business Impact Analysis untuk menentukan resource requirement Langkah
pertama yang harus dilakukan yakni menggunakan Business Impact Analysis (BIA) yang telah
dibuat sebelumnya. BIA akan digunakan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan
resource requirement yang dibutuhkan oleh perusahaan.Dengan demikian perusahaan dapat
menentukan sumber daya penting apa saja yang dibutuhkan agar kegiatan bisnis perusahaan
tetap dapat berjalan.
Meniadakan gap antara recovery requirement dengan kapabilitas perusahaan Selanjutnya,
langkah yang akan dilakukan yakni menganalisa recovery requirement dengan kapabilitas
perusahaan saat ini. Apabila ada beberapa recovery requirement yang tidak dapat dipenuhi oleh
kapabilitas perusahaan saat ini, maka recovery requirement tersebut tidak akan diterapkan
terlebih dahulu.
Mengeksplorasi pilihan-pilihan recovery strategy
Kemudian, strategi-strategi yang telah dibuat sebelumnya akan diserahkan kepada pihak
manajemen. Para manajer akan memilih kembali mana saja strategi yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Setelah melakukan pemilihan strategi, pihak manajer akan menyetujui rencana
tersebut.
Melakukan implementasi strategi
Setelah mendapat persetujuan dari manajer, maka rencana tadi akan dilaksanakan oleh
perusahaan.
Proses tersebut akan kembali lagi kepada tahap awal, yakni Business Impact Analysis (BIA). Pada BIA, hasil
yang didapatkan selama kegiatan business continuity plan akan dikaji ulang. Hal ini bertujuan agar
nantinya ancaman baru yang serupa dapat ditangani lebih baik lagi. Di dalam BCP, terdapat istilah
Recovery time objective (RTO) dan recovery point objective (RPO) yang telah dibahas sebelumnya. RTO
membantu perusahaan untuk mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pemulihan terhadap fungsi bisnis yang kritikal.