Anda di halaman 1dari 4

Danu Faisal Pangestu

20190803077
IT Pemulihan Bencana

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

CITRA RAYA

2021
Bussiness Continuity Planning (BCP) merupakan strategi atau proses penyusunan system preventif dan
kuratif dalam rangka mengurangi dampak terjadinya krisis terhadap aktvitas bisnis yang normal.Dengan
menggunakan BCP,apabila perusahaan terkena bencana,dampak yang ditimbulkan dapat
dikurangi,karena BCP membantu perusahaan untuk mengidentiifkasi berbagai macam ancaman yang
telah atau akan terjadi,serta menganalisa berbagai cara untuk menanggulangi ancaman tersebut,sehingga
perusahaan lebih siap untuk menanggulangi bencana.

Terdapat 4 langkah dalam proses identifikasi bencana :


Pertama : Membuat Business Impact Analysis
Pada tahap ini terdapat kegiatan menganalisa dan mengukur dampak potensial dari suatu ancaman
terhadap perusahaan,dimana tujuan dari BIA ini adalah membuat suatu skala prioritas untuk menentukan
masalah yang paling kritikal terhadap perusahaan.Dalam Business Impact Analysis terdapat beberapa
informasi yang ada,diantaranya:
 Recovery time : BIA akan menentukan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemulihan
resource yang terkena dampak bencana.
 Prioritas fungsi bisnis : BIA berisi informasi mengenai mana fungsi bisnis yang harus didahulukan
untuk di-recovery ketika beberapa fungsi bisnis terkena bencana.
 Resource requirement : BIA informasi tentang sumber daya apa saja yang dibutuhkan untuk
menjalankan kegiatan bisnis perusahaan.
 Pengembangan continuity strategies dan dokumentasi Business Continuity Plan.

Salah satu informasi yang terdapat di dalam BIA yakni Resource Requirement yang berisi hal-hal apa saja
yang dibutuhkan perusahaan agar proses bisnis dapat dijalankan. Untuk melakukan BIA, terdapat
beberapa langkah yang dilakukan.
 Membuat kuesioner
BIA Pada langkah ini, analisator dapat mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan masalah
yang telah maupun yang akan dihadapi perusahaan.
 Mengadakan workshop untuk menginstruksikan fungsi bisnis dan process manager bagaimana
cara untuk menyelesaikan BIA.Dimana analisator akan mengadakan workshop untuk
menginstruksikan fungsi bisnis dan process manager sebagai peserta workshop bagaimana cara
menyelesaikan BIA.
 Mereview kuesioner
Setelah peserta mengisi kuesioner, maka langkah selanjutnya yakni mereview jawaban-jawaban
tersebut. Dari jawaban-jawaban tersebut, maka penganalisa sudah dapat membayangkan apa
dan bagaimana bencana yang harus diprioritaskan.
 Melakukan interview terhadap pengisi kuesioner
Langkah selanjutnya yang dilakukan yakni melakukan interview dengan pihak terkait untuk
melakukan validasi terhadap informasi yang telah didapat sebelumnya. Selain itu, langkah ini juga
berfungi untuk melengkapi informasi tertentu bila hasil kuesioner tersebut belum jelas.
 Menyusun dan menganalisa hasil kuesioner
Langkah terakhir yang dilakukan yakni menyusun dan menganalisa hasil kuesioner. Dari hasil
analisa ini, akan didapatkan apa saja prioritas recovery dan strategi-strategi yang mungkin untuk
diterapkan. Selain itu, hasil analisa ini juga dapae menjadi rekomendasi untuk mengatasi
kerentanan ancaman.
Kedua : Membuat Recovery Strategy
Recovery Strategy adalah suatu langkah-langkah strategis yang digunakan untuk memulihkan
kegiatan operasi yang kritikal dari perusahaan yang terkena bencana ke kondisi semula.Berikut
langkah-langkah yang dilakukan :
 Menggunakan Business Impact Analysis untuk menentukan resource requirement Langkah
pertama yang harus dilakukan yakni menggunakan Business Impact Analysis (BIA) yang telah
dibuat sebelumnya. BIA akan digunakan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan
resource requirement yang dibutuhkan oleh perusahaan.Dengan demikian perusahaan dapat
menentukan sumber daya penting apa saja yang dibutuhkan agar kegiatan bisnis perusahaan
tetap dapat berjalan.
 Meniadakan gap antara recovery requirement dengan kapabilitas perusahaan Selanjutnya,
langkah yang akan dilakukan yakni menganalisa recovery requirement dengan kapabilitas
perusahaan saat ini. Apabila ada beberapa recovery requirement yang tidak dapat dipenuhi oleh
kapabilitas perusahaan saat ini, maka recovery requirement tersebut tidak akan diterapkan
terlebih dahulu.
 Mengeksplorasi pilihan-pilihan recovery strategy
Kemudian, strategi-strategi yang telah dibuat sebelumnya akan diserahkan kepada pihak
manajemen. Para manajer akan memilih kembali mana saja strategi yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Setelah melakukan pemilihan strategi, pihak manajer akan menyetujui rencana
tersebut.
 Melakukan implementasi strategi
Setelah mendapat persetujuan dari manajer, maka rencana tadi akan dilaksanakan oleh
perusahaan.

Ketiga : Membuat Plan Development


Setelah membuat recovery strategy, maka langkah selanjutnya yakni membuat rencana pengembangan
(Plan Development). Secara garis besar, plan development akan melakukan pengembangan terhadap
strategi yang telah dibuat sebelumnya.Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini yakni :
 Mengembangkan plan framework
Langkah pertama yang akan dilakukan yakni mengembangkan plan framework. Ada beberapa
plan framewotk yang dapat digunakan, misalnya COBIT (Control Objective for Information and
Related Technology). Plan framework tersebut dapat dikembangkan dengan memperhatikan
beberapa poin berikut:
o Mendefinisikan posisi strategi saat ini
o Merencanakan arah strategi berdasarkan visi dan misi perusahaan
o Merencankan strategi agar arah rencana tadi dapat terlaksana
 Membentuk recovery team
Pada langkah ini, pembuat BCP akan membentuk tim khusus yang bertugas untuk menangani
pemulihan kondisi fungsi bisnis apabila ada permasalahan yang berdampak tidak baik bagi
perusahaan. Ada beberapa tim-tim khusu yang dibuat.Software team yang bertugas untuk
menangani permasalahan perangkat lunak perusahaan, relocation team yang bertugas untuk
menangani permasalahan pemindahan lokasi perusahaan apabila terjadi bencana, damage
assessment yang bertugas auntuk melakukan perhitungan dampak suatu bencana, dan lain
sebagainya.
 Membuat prosedur business continuity dan IT disaster recovery
Selanjutnya, hal yang akan dilakukan yakni membuat prosedur untuk business continuity. Selain
itu. Prosedur lainnya yang harus dibuat yakni IT disaster recovery. Kedua hal tadi akan
menggunakan BIA dalam proses pembuatannya.
 Membuat dokumentasi solusi permasalahan
Kemudian, langkah selanjutnya yakni mendokumentasikan solusi-solusi untuk masing-masing
ancaman yang telah maupun akan muncul dikemudian hari. Hal ini dilakukan agar semua pihak
yang terlibat dapat melakukan prosedur untuk menangani permasalahan tersebut dengan baik.

Keempat : Melakuan Testing and Exercises


Pada tahap ini merupakan langkah terakhir yang akan diakukan untuk melakukan tes dan pelatiahn
(testing and exercising). Pada tahapan ini, perusahaan akan melakukan beberapa pelatihan terhadap tim
khusus yang telah dibuat sebelumnya. Adapun langkah- langkah yang dijalankan yakni :

 Mengembangkan testing, exercises dan maintenance requirement


Pada langkah ini, hal yang dilakukan yakni melakukan pengembangan (development) terhadap
testing dan exerproses yang ada. Tidak hanya itu, pada tahapan ini, analisator juga akan
melakukan pengembangan terhadap maintenance requirement yang dibutuhkan.
 Melakukan pelatihan kepada tim business continuity
Proses selanjutnya yakni perusahaan akan mengadakan pelatihan terhadap tim business
continuity yang telah dibentuk pada langkah ke tiga sebelumnya. Hal ini bertujuan agar tim
tersebut dapat lebih siap menjalankan fungsinya ketika bencana benar-benar terjadi.
 Melakukan pengujian berdasarkan hasil tes dokumen
Pada langkah terakhir ini, strategi yang telah berhasil dibuat akan diujikan terlebih dahulu. Dari
langkah ini, nantinya akan didapatkan feedback dari hasil uji tadi. Feedback tersebut nantinya
dapat dipergunakan kembali untuk meng-update dokumentasi yang ada.

Proses tersebut akan kembali lagi kepada tahap awal, yakni Business Impact Analysis (BIA). Pada BIA, hasil
yang didapatkan selama kegiatan business continuity plan akan dikaji ulang. Hal ini bertujuan agar
nantinya ancaman baru yang serupa dapat ditangani lebih baik lagi. Di dalam BCP, terdapat istilah
Recovery time objective (RTO) dan recovery point objective (RPO) yang telah dibahas sebelumnya. RTO
membantu perusahaan untuk mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pemulihan terhadap fungsi bisnis yang kritikal.

Anda mungkin juga menyukai