Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN KINERJA

Evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal). pemberian angka (rating), dan
penilaian (assement) (Anonim, 2000). Evaluasi manajemen kinerja adalah kegiatan untuk
menilai atau melihat keberhasilan atau kegagalan manajemen kinerja. Evaluasi manajemen
kinerja sering dilakukan pada suatu perusahaan atau organisasi. Tujuan Evaluasi manajemen
kinerja menurut Ivancevich (1992) antara lain untuk:

1. Pengembangan SDM,
2. Pemberian reward,
3. Memotivasi SDM,
4. Perencanaan SDM,
5. Pemberian kompensasi, dan
6. Peningkatan komunikasi efektif.

Manfaat utama hasil evaluasi manajemen kinerja adalah untuk menjadi pedoman dalam
melakukan tindakan evaluasi bagi pembentukan organisasi sesuai harapan pihak manajemen dan
komisaris perusahaan (Irham Fahmi, 2010). Manfaat hasil evaluasi manajemen kinerja adalah
untuk kepentingan pelatihan dan pengembangan karyawan yang dievaluasi (Ruky, 2006). Hasil
evaluasi manajemen kinerja lain dimanfaatkan oleh bagian SDM antara lain untuk:

1. Perencanaan pengembangan dan karier.


2. Mempertimbangkan tindakan yang harus diambil.
3. Penentuan gaji/upah.
4. Merekomendasi pelatihan.
5. Promosikan atau sanksi,
6. Memotivasi.
7. Meningkatkan kompetensi.
8. Mengefektifkan komunikasi.

Ada 4 pilar utama dalam manajemen kinerja yaitu:

1. Pengukuran kinerja.
2. Evaluasi hasil pengukuran yang didapatkan.
3. Diagnosis untuk mengidentifikasi proses perbaikan,
4. Tindak lanjut yang harus dilakukan.

Pelaku evaluasi manajemen kinerja adalah

1. Evaluasi oleh diri sendiri,


2. Evaluasi oleh bawahan.
3. Evaluasi oleh atasan.
4. Evaluasi oleh teman sejawat,
5. Evaluasi kombinasi atau disebut multi-evaluator.
Tolok ukur kinerja bagi seorang manajer pabrik antaralain.

1. Output,
2. Kualitas produk,
3. Produktivitas output,
4. Pengendalian biaya,
5. Pengendalian stok.
6. Pemanfaatan pabrik dan mesin-mesin.
7. Kesehatan dan keamanan kerja,
8. Pengembangan program.

Sumber
BMP EKMA4263/Modul 8
MANAJEMEN KUALITASAda lima tahapan proses auditing yaitu

(1) penjadwalan dan pengenalan audit; (2) penyiapan perencanaan audit; (3) penerapan rencana
audit; (4) analisis dan pelaporan; (5) mengadakan tindak lanjut atau perbaikan
(Navaratnam,1994).

Tahap pertama penjadwalan dan pengenalan meliputi beberapa tahap, yaitu menentukan  tujuan,
menentukan  ruang  lingkup,  menentukan  sumber daya  yang  diperlukan,  menysun  otoritas,
mengidentifikasi  standar kinerja, berhubungan dengan pihak yang diaudit, mengembangkan
checklist, meninjau kinerja, dan mengembangkan pemahaman awal mengenai sistem.

Tahap kedua, yaitu penyiapan rencana audit digunakan untuk menjamin bahwa proses auditing
efektif, efisien, relevan, kredibel atau dapat dipercaya, dan akurat. Proses kedua ini meliputi
lingkup audit, jadwal waktu audit, anggota tim audit, standar kinerja yang dapat diterapkan
dalam audit. Standar kinerja audit harus jelas, singkat, dan tidak ambigu. Standar ini dapat
berupa kebijakan dan prosedur, manual, instruksi kerja, spesifikasi  program  dan   spesifikasi
jabatan.  Rencana  audit  harus fleksibel.  Isi  audit  planing  ini  adalah  (1)  tujuan  dan  sasaran
audit; (2) proses pemilihan dan penghitungan; (3) metodologi yang diterapkan; (4) tugas-tugas
audit yang dilaksanakan; (5) waktu dan sumber daya lain yang dialoaksikan pada setiap tugas;
dan (6) jadwal pelaksanaan setiap tugas pada setiap tahapan audit.

Tahap ketiga, adalah tahap pelaksanaan atau penerapan rencana audit. Pada tahap ini
diungkapkan sasaran kuantitatif dan kualitatif melalui wawancara, peninjauan dokumen, dan
observasi terhadap kegiatan dan kondisi lingkungan. Tahap ini menjamin bahwa (1) semua yang
terlibat dalam proses audit sadar bahwa rencana audit harus dipahami; (2) setiap orang yang
terlibat dalam audit memiliki keahlian yang diperlukan; dan (3) tidak ada konflik kepentingan
atau faktor lain yang menghalangi

keterlibatan orang dalam audit. Pada tahap ini, aspek kunci fungsi audit adalah memonitor
kinerja unit yang diaudit dan mengidentifikasi kinerja atau masalah potensial.

Tahap keempat, adalah tahap analisis dan pelaporan. Laporan audit harus disampaikan segera
setelah auditing selesai.  Audit  reporting tersebut harus jelas, singkat, obyektif, cepat, dan
merangkum fakta yang nyata. Hasil dan kesimpulan harus didukung bukti yang cukup, reliabel,
dan adil. Pihak yang diudit harus bertanggung jawab menentukan, mengenalkan,  dan
menerapkan  tindakan  korektif.  Tindakan  korektif harus dilakukan, penyebab kesalahan harus
ditemukan dan dilaporkan pada manajer.

Tahap kelima, atau tahap terakhir adalah mengadakan follow up atau tindak lanjut atas hasil audit
yang telah diperoleh. Tahap ini bertujuan untuk menjamin keefektifan audit yang menjamin
bahwa tindakan korektif telah diterapkan dan untuk mendukung ketepatan respons terhadap
temuan audit sebagai bagian dari tanggungjawab pihak yang diaudit. Follow up  ini harus
dilakukan sesuai dengan prosedur yang terdokumentasi, harus dilakukan dalam periode waktu
tertentu, dan merupakan peletak dasar untuk pekerjaan audit masa mendatang.
EKMA4265/MODUL  7/KB.2

PENGANGGARAN
Laba bersih adalah keuntungan yang didapat dari jumlah selisih pendapatan dan biaya-biaya yang sudah
dikurangi oleh pajak. Terkadang, laba bersih juga disebut sebagai laba sebelum bunga, pajak, dan
depresiasi.
Perhitungan Laba Bersih
Konsep utama yang digunakan dalam perhitungan laba bersih adalah laba kotor dikurangi beban
usaha.dalam perhitungan nilai laba,harus mengetahui beberapa elemen yaitu laba kotor, beban usaha,
pendapatan lainnya, dan harga pokok penjualan. Laba kotor didapatkan dari pengurangan pendapatan
dengan harga pokok penjualan secara keseluruhan.penjualan bersih terakumulasi dari pengurangan
hasil penjualan kotor dengan biaya angkut, biaya penjualan, dan potongan penjualan.
Rumus menghitung laba kotor : Penjualan Bersih – Harga Pokok Penjualan (HPP)
• Penjualan Bersih, adalah hasil penjualan setelah dikurangi biaya-biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan
penjualan: Penjualan – Distribusi – Retur Penjualan – Diskon Penjualan
• Harga Pokok Penjualan (HPP), adalah biaya yang berkaitan dengan barang hasil produksi yang akan
dijual ke konsumen: Persediaan awal + Pembelian Bersih – Persediaan Akhir
• Pembelian Bersih, adalah total biaya yang dikeluarkan untuk membeli segala kebutuhan berkaitan
dengan proses produksi dan penjualan: Pembelian + Distribusi – Retur pembelian – Diskon Pembelian
Setelah nilai laba kotor didapatkan, maka barulah dihitung berapa jumlah atau nilai laba bersih pada
periode yang ditentukan tersebut.
Rumus menghitung laba bersih : Laba Kotor – Beban Usaha
• Beban Usaha: Beban Operasional + Beban Non-Operasional
• Laba Sebelum Pajak, Bunga, Penyusutan Amortisasi (EBTIDA): Beban Bunga – Biaya Operasional
• Laba Sebelum Pajak dan Bunga (EBIT): EBITDA – Biaya Penyusutan dan Amortisasi
• Laba Sebelum Pajak (EBT): Beban Bunga + Pendapatan Bunga - EBIT

Sumber Referensi :
BMP_EKMA4570_Modul 7 _KB 1

PENGEMBANGAN PRODUK
Pokok permasalahan dalam artikel yang berjudul “Perubahan ini Menurunkan Daya Beli” adalah bahwa
sebuahan perusahaan mengalami penurunan daya beli yang diakibatkan oleh perubahan masyarakat,
dimana perusahaan yang awalnya melayani generasi X namun saat ini dihadapkan oleh konsumen
generasi Y. Dimana untuk memenuhi kebutuhan kedua generasi tersebut perusahaan mau tidak mau
harus melakukan perubahan, termasuk perubahan pada produk serta teknologi yang digunakan oleh
perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada para konsumen all generation. Di tengah-tengah
perubahan lingkungan yang tidak menentu tersebut, disatu sisi tidak henti-hentinya para manajer
dihimbau untuk terus melakukan inovasi produk, jika menginginkan perusahaan yang dikelolanya bisa
bertahan hidup dan terus berkembang.
Menghadapi situasi yang demikian, maka perusahaan dapat melakukan sebuah perubahan melalui
pengembangan teknologi. Dalam dunia bisnis yang bersifat teknologi intensif, keputusan perencanaan
produk yang utama adalah penentuan waktu untuk menggunakan tenologi baru dalam lini produk.
Teknologi menggambarkan apa yang dikerjakan orang-orang dan apa yang digunakan untuk
melaksanakan pekerjaan itu. Penggunaan teknologi dalam sebuah produk ini sangat menguntungkan
perusahaan, pasalnya dapat mempersingkat waktu, mengefektif dan mengefisienkan sumber daya yang
digunakan dalam perusahaan. Tidak hanya itu, saat ini juga penggunakan teknologi banyak digunakan
pada proses distribusi produk. Dengan adanya teknologi membuat cakupan pemasaran menjadi lebih
luas dan lebih cepat diterima oleh calon konsumen.
Teknologi ini mulai intensif digunakan pada generasi Y, dimana pada generasi ini menghendaki apapun
yang serba cepat dan tepat bagi kebutuhan mereka. Mulai dari proses perencanaan produk, proses
pembuatan, proses promosi dan penggunaan produk saat ini melibatkan teknologi pada bidang-bidang
tersebut. Sebagai salah satu contohnya adalah penciptaan platform belanja online seperti Shoppee,
Tokopedia, Lazada, BukaLapak dan lain sebagainya. Hal tersebut memberikan banyak kemudahan dan
kecepatan dalam memenuhi kebutuhan para konsumen. Baik dari segi waktu, tempat, dan biaya ini
memberikan keunggulan pada teknologi yang digunakan tersebut dan mampu memuaskan para
konsumen.

Sumber:
• BMP EKMA4473/Modul 2 Hal.2.24
• BMP EKMA4473/Modul 5 Hal. 5.21-5.24

PERENCANAAN PEMASARAN
Saluran distribusi atau saluran pemasaran adalah jalur atau rute yang telah ditentukan perusahaan untuk
mendistribusikan atau memberikan barang atau layanan dari produsen, kepada para konsumennya.
PT A dapat menggunakan dua saluran distribusi dalam memasarkan masker type 3 ply yakni:
1. Penjualan langsung atau distribusi dari produsen ke konsumen
Model distribusi yang satu ini banyak digunakan dalam penjualan segala jenis produk dengan
karakteristik: dalam kisaran harga menengah, tidak setiap hari dibeli pelanggan serta memiliki daya
simpan yang lama.
Dengan saluran penjualan langsung akan mampu menjaga keaslian produk PT A, juga PT A mampu
mengkategorikan karakteristik pelanggannya seperti masker wanita berhijab. Distribusi langsung
dilakukan oleh PT A langsung ke konsumen. Sehingga harga jual yang diberikan oleh produsen akan lebih
mudah dijangkau oleh konsumen dan begitu pula biaya distribusinya akan relative biaya rendah
sehingga bisa dijangkau oleh produsen.
2. Distribusi dari produsen ke Pengecer ke Konsumen
Jenis distribusi ini, produsen hanya berperan sebagai pihak yang melayani penjualan besar dan
melakukan distribusi ke para pedagang pengecer sehingga mereka tidak melayani penjualan pada
konsumen akhir. Artinya, PT A langsung memasarkan produknya ke para pengecer yang melakukan
penjualan besar. Setelah PT A memasarkan produknya ke para pengecer, maka para pengecer akan
menjual produk dari PT A ke para konsumen. Hal ini dapat membantu PT A dalam memasarkan produk
kepada para konsumen dan juga mampu menghemat biaya pemasaran bagi PT A.
Sumber:
BMP EKMA4569 Perencanaan Pemasaran

KELAYAKAN BISNIS
1. Terdapat beberapa penyebab kegagalan manajemen yaitu.
1. Kegagalan memahami fungsi puncak pempinan.
Hal ini sering terjadi jika pemimpin berkedudukan di lokasi yang berjauhan dengan bawahan, manajer
lokal mendapat perintah dan kebijaksanaan dari puncak pemimpin pusat dan bertanggung jawab
terbatas pada pemerintah yang diberikan pemimpin pusat kepadanya.
Manajer lokal kurang mendapat informasi lebih jauh mengenai kebijaksanaan pemimpin pusat sehingga
manajer lokal kurang memperhitungkan alasan yang mendasari kebijakan yang dicanangkan oleh
pimpinan pusat yang biasanya merupakan tujuan jangka panjang perusahaan dan hanya memusatkan
pikirannya pada masalah rutin di sekitarnya.

2. Kegagalan memberikan wewenang dan tanggung jawab yang memadai.


Seorang manajer tidak akan dapat bekerja secara efektif tanpa tugas, tanggung jawab dan wewenang
dari atasannya ( dalam hal ini adalah pemilik perusahaan atau pemegang saham) larangan dan sanksi
yang terlalu banyak akan membuat bawahan merasa tidak bebas berkreasi sehingga akan membuat
mereka tidak bisa bekerja secara efektif.

3. Kegagalan mendapatkan tenaga manajemen yang memadai.


Suatu proyek yang secara ekonomis nampaknya mempunyai prospek yang baik bisa gagal apabila tidak
memiliki tenaga manajer dalam jumlah yang memadai.
Kurangi tenaga manajemen akan menyebabkan meningkatnya biaya produksi, menurunkan output,
menimbulkan kesulitan mekanisme apabila hal ini dibiarkan, proyek akan mengalami kegagalan.

4. Kekurangan pemimpin yang berbakat.


Seorang manajer yang memiliki kemampuan teknis sempurna yang tidak akan berhasil memimpin tanpa
ada bakat memimpin. Nilai seorang manajer yang baik adalah tergantung pada bakat memimpin yang
pada dirinya yaitu kemampuan memimpin, mengorganisir, mengerahkan, dan merangsang inspirasi
orang lain.

5. Tidak ada pendeglesian.


Seorang manajer tidak diberi kepercayaan untuk mengelola.
Sebaiknya manager tidak memiliki kewenangan sering pula terjadi pemilik memberikan tugas kepada
manajer yang tidak mampu.

6. Kurangnya kesadaran tentang profit dan biaya.


Cara mengukur efisien operasi perusahaan adalah dengan profitabilitas ya itu tingkat keuntungan yang
dihasilkan.
Tingkat keuntungan yang dihasilkan bisa pula dipakai untuk menilai kemampuan manajemen dan
mengelola perusahaan.

7. Kurangnya kesadaran menggunakan alat akuntansi sebagai alat manajemen.


Perusahaan di negara berkembang pada umumnya sering tidak memiliki laporan harian, bulanan, atau
tahunan sesuai dengan prosedur akuntansi yang berlaku.
Tidak adanya laporan tersebut akan menyulitkan para manajer untuk mengetahui dan menunjukkan
prestasinya.

8. Scope dan pemilihan proyek yang tidak tepat. Solusinya, bisa mulai menyusun standarisasi dan
pedoman pemilihan proyek, berhati-hati dalam menentukan scope ( ruang lingkup ) dan melibatkan top
manajemen.
9. Kurangnya kesadaran terhadap fungsi pemasaran.
Kesadaran akan pentingnya kepuasan konsumen adalah sangat diperlukan.
Hal ini sering dilupakan karena perusahaan terlalu berorientasi pada profit, jika keadaan ini berlangsung
terus, produk perusahaan tidak akan dapat bersaing dengan produk sejenis dari perusahaan pesaing
karena kebutuhan konsumen tidak lagi berhasil dipenuhi sesuai dengan tingkat kepuasan yang mereka
harapkan.

Sumber: EKMA4311/Modul7.7.3

Anda mungkin juga menyukai