Anda di halaman 1dari 12

LABORATORIUM GEOFISIKA PADAT

PROGRAM STUDI GEOFISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LAPORAN PRAKTIKUM ENDAPAN MINERAL


KAB. GOWA SULAWESI SELATAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
FATIMAH H22115014
MUH. NASRI H22115016
SRI WAHYUNI H22115017
SUFRIDAH HARDIANTI H22115020

PROGRAM STUDI GEOFISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tiada kata yang paling indah kami ucapkan selain rasa
syukur kehadirat Tuha Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah– Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya.

Dalam penulisan ini, tidak sedikit hambatan yang kami temui. Namun
demikian, dengan berkat adanya petunjuk, koreksi, saran dan dorongan dari
berbagai pihak, disertai ketekunan dan do’a, hambatan tersebut dapat diatasi
sehingga terwujudlah laporan ini.

Karena itulah, sudah sepantasnya jika kami menyampaikan ucapan terima


kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya pada semua pihak terutama
kepada dosen dan asisten yang telah membantu kami sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Dalam pembuatan laporan ini, kami selaku penyusun menyadari akan


adanya kesalahan–kesalahan dalam pembuatan di dalamnya, untuk itu saran dan
kritik dari pembaca sangat diharapkan.

Akhir kata semoga Allah tetap melimpahkan taufiq dan hidayah – Nya
kepada kita semua.

Makassar, 24 November 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
I.1 Latar Belakang .....................................................................................
I.2 Ruang Lingkup .....................................................................................
I.3 Tujuan ...................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
II.1 Geologi Regional .................................................................................
II.2 Genesa Pembentukan Mineral Primer dan Sekunder ....................
BAB III ANALISA SAMPEL BATUAN ..........................................................
BAB IV PENUTUP .............................................................................................
IV.1 Kesimpulan ........................................................................................
IV.2 Saran...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari sifat fisik dari bawah
permukaan bumi berdasarkan penerapan ilmu fisika. Aplikasi dari Geofisika
banyak digunakan untuk investigasi keadaan bawah tanah seperti hidrokarbon
dan air, untuk proses pembangunan insfrastruktur seperti terowongan, jalan raya,
rumah dan bendungan, serta untuk eksplorasi dan eksploitasi kandungan mineral
yang bersifat ekonomis.
Indonesia, khususnya Sulawesi terbentuk oleh peristiwa geologi yang
sangat kompleks. Atas kekompleksannya itulah daerah sulawesi mempunyai
potensi yang besar sebagai tempat terakumulasinya endapan-endapan mineral
yang bersifat ekonomis.
Untuk dapat memahami dengan lebih jelas mengenai pembentukan dari
mineral itu sendiri maka dirasa perlunya praktikum terjun langsung ke lapangan.
Atas dasar itulah, kuliah lapangan mata kuliah Endapan Mineral ini dilaksanakan
dengan harapan peserta didik dapat lebih memahami proses terbentuknya suatu
endapan mineral.

I.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam praktikum ini dibatasi pada analisis batuan sampel yang
mengandung mineral dengan menggunakan uji HCL serta uji kekerasan batuan
yang dilaksanakan pada Jumat, 24 November 2017 bertempat di Laboratorium
Geofisika Padat.

I.3 Tujuan

I.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari praktikum ini adalah:


1. Untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu metode endapan mineral.
2. Untuk mengaplikasikan teori geofisika yang diperoleh di dalam kelas.

I.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari praktikum ini adalah:


1. Mampu membedakan batuan bikarbonat dan nonbikarbonat
2. Mampu menjelaskan genesa pembentukan mineral primer dan sekunder
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Geologi Regional

Penelitian dilakukan di Pegunungan Sapaya tepatnya di sekitar aliran Sungai


Jenelata (05,29406° S dan 119,59608°E) pada hari Sabtu, 11 November 2017.

Pada zaman tersier, terbentuk Gunung Api Sapaya dan Gunung Api
Bontoloe. Gunung api Sapaya terbentuk pada zaman Miosen. Pegunungan purba
Sapaya terbentuk akibat tumbukan benua Eurasia dan benua mikro di Indonesia,
contohnya Banggai Sula, Buton, dan Tukang Besi. Pegunungan Sapaya terbentuk
melalui tiga fasa utama, yaitu Fasa Proximal dengan contoh batuan yang terbentuk
adalah batu gamping. Fasa Medial dengan contoh batuan yang terbentuk Breksi.
Dan fasa Dispal dengan contoh batuan yang terbentuk Konglomerat.

Secara geologis Kota Makassar terbentuk dari batuan hasil letusan gunung
api dan endapan dari angkutan sedimen Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo.
Sedangkan struktur batuan yang terdapat di kota ini dapat dilihat dari batuan hasil
letusan gunung api dan endapan aluvial pantai dan sungai. Struktur batuan ini
penyebarannya dapat dilihat sampai ke wilayah Bulurokeng, Daya, dan
Biringkanaya. Selain itu, terdapat juga tiga jenis batuan lainnya seperti breksi dan
konglomerat yang merupakan batuan berkomponen kasar dari jenis batuan beku,
andesit, basaltik, batu apung, dan gamping (Maulana, et.al, 2014).

Berdasarkan bentuk relief, topografi, serta batuan penyusun daerah


penelitian dan sekitarnya dapat dibagi atas beberapa satuan geomorfologi, yaitu :
Satuan geomorfologi perbukitan bergelombang lemah, satuan geomorfologi
pedataran berlekuk genangan dan satuan geomorfologi pedataran dan pesisir

Berdasarkan litologinya, batuan penyusun Kota Makassar terdiri dari 3


(tiga) satuan batuan, yakni : Formasi Camba, Formasi Baturape – Cindako, dan
satuan alluvial. Satuan batuan berumur Miosen Tengah sampai Pliosen menyusun
Formasi Camba (Tmc) yang tebalnya mencapai 4.250 m dan menindih tak selaras
batuan – batuan yang lebih tua. Formasi Camba, merupakan batuan sedimen laut
yang berselingan dengan batuan gunungapi, menyebar dari Utara ke Selatan
bagian sebelah Timur Kota Makassar. Satuan batuan ini dapat dijumpai didaerah
Kawasan Industri Makassar, lapangan golf Baddoka, Sudiang (Polda), Daya
(dekat Jembatan), PLTU (Komplek ID) dan Terminal Panaikang. Batuan
Vulkanik Camba merupakan batuan yang terbentuk pada sekuens
pengendapanTersier, yaitu berumur Miosen Akhir hingga Pliosen, terdiri dari tufa
halus, tufa pasir, dan berselingan dengan lapili, dibeberapa tempat dijumpai breksi
vulkanik. Breksi vulkanik terdiri dari pecahan batuan andesit dengan ukuran
komponen pasir sampai bongkah, dengan masa dasar tufa halus hingga kasar,
tersemen oleh oksida besi dan karbonat. Warna segar kelabu kecokelatan sampai
kehitaman, dibeberapa tempat dijumpai fragmen batugamping (Maulana, et.al,
2014).

Formasi Baturape – Cindako merupakan batuan dari hasil erupsi


gunungapi baik berupa efusif maupun eksplosif. Satuan ini tidak kurang dari 1250
m tebalnya dan berdasarkan posisi stratigrafinya kira – kira berumur Pliosen
Akhir. Menyebar dibagian Selatan Kota Makassar dan dapat dijumpai disekitar
Perumnas Antang, Diklat Kesehatan dan Bukit Nepo – Nepo. Satuan ini
merupakan satuan batuan gunungapi yang berumur Kuarter (Plistosen), yang
terdiri dari lelehan lava dan tersisip tufa halus sampai kasar, breksi vulkanik
dengan kedudukan lapisan batuan Timur Laut – Barat Daya dengan kemiringan
berkisar 120 – 140 kearah Tenggara. Aliran lava basal tersingkap berwarna abu –
abu gelap, kompak dan pada bagian atasnya dijumpai lubang – lubang bekas
pelepasan gas. Breksi vulkanik berwarna cokelat kehitaman, terkonsolidasikan,
komponen terdiri dari pecahan andesit sampai basal dan batuapung, dan sangat
lulus air, bagian permukaan bersifat lepas. Tufa berbutir kasar berwarna putih
kekuningan, tersusun dari fragmen bahan beku, dengan masa dasar gelas, lunak,
lulus air. Pelapukan dan batuan gunungapi Baturape – Cindako tampak berupa
bahan bersifat lepas, dan terkonsolidasi sangat rendah. Kenampakan penyebaran
batuan sedimen vulkanik Kuarter itu mencerminkan kuatnya pengaruh erupsi
gunungapi dari bagian Timur, yaitu sebagai sumber induknya (source rock).
II.1 Genesa Pembentukan Mineral Primer dan Sekunder

Mineral primer adalah mineral yang terbentuk bersamaan saat batuannya


terbentuk. Sedangkan yang dimaksud mineral sekunder adalah mineral yang
terbentuk saat suatu batuan telah mengalami proses alterasi atau ubahan, yaitu
batuan yang telah mengalami erosi, tertransportasikan ke daerah yang lebih
rendah, lalu terendapkan.

Mineral yang ditemukan di daerah penelitian adalah jenis mineral sekunder.


Karena mineralnya terbentuk saat batuan induknya telah mengalami proses
alterasi. Batuan induk yang berasal dari Gn. Api Sapaya telah mengalami erosi,
setelah itu ia tertransportasikan baik dengan angin atau tergerus oleh air dan
tertransport ke daerah yang lebih rendah dalam hal ini Sungai Jenelata. Batuan
tersebut terendapkan di sungai ini bersamaan dengan itu, mineral-mineralnya
terbentuk dan masuk ke vein-vein batuan mengisi rongga yang kosong.
BAB III

ANALISA SAMPEL BATUAN

III.1 Uji Bikarbonat

Untuk mengetahui apakah suatu batuan mengandung bikarbonat atau tidak, dapat
dilakukan dengan uji HCL (Asam Klorida). Dengan menggunakan pipet tetes,
sampel batuan ditetesi HCL. Jika, batuan mengalami reaksi berupa terbentuknya
busa maka dapat dikatakan bahwa batuan tersebut mengandung Bikarbonat.
Sebaliknya, jika batuan tidak mengalami reaksi apa-apa saat ditetesi HCL, maka
batuan tersebut tidak mengandung bikarbonat.

Gambar 3.1 Sampel Batuan Bikarbonat


Sampel batuan pada gambar 3.1 mengalami reaksi berupa munculnya busa saat
ditetesi HCL, maka batuan tersebut dapat dikatakan mengandung bikarbonat.

Gambar 3.2 Sampel Batuan yang tidak mengandung Bikarbonat


Sampel batuan pada gambar 3.2 tidak mengalami reaksi berupa munculnya busa
saat ditetesi HCL, maka batuan tersebut dapat dikatakan tidak mengandung
bikarbonat.
III.1 Uji Kekerasan

Suatu batuan dapat diketahui kekerasannya dengan melakukan uji kekerasan


dengan melihat Skala Mohs. Skala Mohs adalah skala kekerasan batuan yang
dapat diketahui dengan menggores sampul batuan dengan kuku, paku, atau
dengan batuan itu sendiri. Berikut adalah Skala Mohs yang dapat menjadi acuan :

Gambar 3.3 Skala Mohs

Pertama, sampel batuan kami gores dengan menggunakan kuku, namun tidak
terdapat goresan yang muncul pada batuan. Selanjutnya sampel batuan kami gores
dengan menggunakan paku, ternyata juga tidak terdapat goresan yang muncul
pada batuan. Kemudian, kami menggores sampel batuan dengan batuan itu
sendiri, hasilnya pada batuan tersebut muncul tanda goresan. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa sampel batuan memiliki kekerasan ?.

Gambar 3.4 Sampel Batuan yang digores dengan batuan itu sendiri
III.1 Analisa Kandungan Mineral

Analisa kandungan mineral yang dilakukan pada sampel batuan dilakukan hanya
dengan mata telanjang. Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa batuan mengandung
mineral yang berwarna putih kehitaman, diduga itu adalah Kuarsa. Dengan
struktur butir antara batuan cukup dekat. Batuan memiliki prositas yang cukup
tinggi, karena jika diamati batuan tersebut memiliki banyak pori-pori. Hal ini
disebabkan batuan tersebut saat proses pendinginannya gas-gasnya keluar dan
meninggalkan lubang-lubang (pori-pori). Mengenai permeabilitas sampel batuan,
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Permeabilitas sendiri adalah kemampuan
suatu batuan untuk melolosan fluida. Ini artinya, meskipun suatu batuan memilki
porositas yang bagus namun belum tentu batuan itu juga memiliki porositas yang
bagus, karena bisa saja pori-porinya tidak saling terhubung sehingga
mengakibatkan fluida sulit untuk lolos.

Untuk mengetahui porositas, permeabilitas, serta kandungan mineral yang lebih


detail dan akurat dari sampel batuan maka diperlukan penelitian di laboratorium
yang lebih lanjut.

Gambar 3.5 Kandungan Mineral Sampel Batuan


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mineral yang ditemukan di daerah penelitian adalah jenis mineral


sekunder. Karena mineralnya terbentuk saat batuan induknya telah
mengalami proses alterasi. Batuan induk yang berasal dari Gn. Api Sapaya
telah mengalami erosi, setelah itu ia tertransportasikan baik dengan angin
atau tergerus oleh air dan tertransport ke daerah yang lebih rendah dalam
hal ini Sungai Jenelata. Batuan tersebut terendapkan di sungai ini
bersamaan dengan itu, mineral-mineralnya terbentuk dan masuk ke vein-
vein batuan mengisi rongga yang kosong. Dan dari uji HCL, sampel
batuan ada yang mengandung bikarbonat dan ada juga yang tidak. Serta
kedua sampel batuan memiliki porositas yang baik.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai