Kajian Novel Sejarah
Kajian Novel Sejarah
Ralf abas
XII IPA B
RUMAH TANGGA
1.Abstraksi
Cerita ini di ambil dalam novel tenggelamnya kapal van der wjick yang
bercerita tentang zainuddin yang datang berkunjung menemui Aziz yang
rumah tangga nya tidak di bangun karena cinta dan menyebabkan
perpecahan antara suami isteri tersebut..
2.Orientasi
DI RANTAU, hidup orang dagang itu menjadi rapat. Maka sejak hari
perkenalan itu, tersimpullah kembali dengan selekasnya tali
persahabatan di antara kedua suami isteri itu dengan Zainuddin. Pada
raut muka atau sikap dan restu Zainuddin, tidak kelihatan lagi bekas-
bekas penyakit lama. Dua hari setelah pertunjukan itu, Aziz membawa
isterinya ziarah ke rumah Zainuddin. Dan beberapa hari di belakang,
Zainuddin bertandang pula ke rumah Aziz. Di sanalah mereka mengatur
budi bahasa yang halus, memperingati zaman yang lampau tatkala di
Padang Panjang, yang sekira-kira tidak akan menyedar kepada
pembicaraan cinta. Tetapi ada suatu rahasia rumah tangga yang telah
terjadi di antara kedua suami isteri itu. Terjadinya bukan setelah bertemu
dengan Zainuddin, tetapi sebelumnya, sejak mereka menjejak tanah Jawa.
3.Komplikasi
4.Klimaks
Kian lama kian terasa lah oleh Hayati kesepian dirinya. Bahwa ia
hidup dikelilingi oleh tembok yang pucat, tak berteman dan
berhandai, kecuali air mata dan ratapnya. Insyaflah dia sekarang
bahwa pertaliannya dengan Aziz bukan pertalian nikmat yang
dirasainya seketika dia mulai kenal kepada Zainuddin dahulunya.
Mulai dari sedikit ke sedikit terasa olehnya, bahwa di antara
jiwanya dengan jiwa dan haluan suaminya, ialah peremmuan di
antara minyak dengan air. Sudah hampir 2 tahun pergaulan itu.
Aziz telah mulai bosan melihat isterinya. Karena di kota yang
ramai dan bebas, kalau cinta itu hanya pada kecantikan, maka
kecantikan seorang perempuan kelak akan dikalahkan pula oleh
kecantikan yang lain. Perubahan perangai Aziz ketika mulai
beristeri adalah perubahan dibuat-buat. Perbuatan yang dibuat-
buat biasanya tiada tahan lama. Yang lekas membosankan Aziz
ialah tabiat Hayati yang tenang, yang tidak tahu merupakan
gembira, yang terlalu keagama-agamaan. Keindahan pakaian
dan bentuknya cara kota itu kurang begitu disetujuinya.
5.Resulusi
Ada perempuan yang tak mempunyai haluan dalam hidupnya,
hanya menurutkan bentuk dan gaya suami. Tetapi ada pula
perempuan yang tetap pada pendiriannya, walau pun
bagaimana haluan suaminya. Bagi Aziz ketika mulai kawin,
bukan haluan, bukan perangai dan bukan didikan Hayati yang
jadi perkaranya, tetapi wajah yang cantik molek. Jadi nyatalah
bahwa pada hakikatnya bukanlah Hayati jodoh Aziz, tetapi
perempuan yang kekotakotaan, yang mau sama-sama
meminum seteguk air kelezatan dunia ini. Jodoh Hayati yang
sejati, yang sama-sama lebih banyak tekur dari pada
tengadahnya, bukan orang lain, melainkan Zainuddin juga.
6.Ending
Walau kita tilik kepada Hayati, lebih akan nyatalah "Hayati"nya
bila dia tinggal di kampungnya yang kaya dengan anugerah
Allah yang abadi. Dan akan hilang perhatiannya dalam hidup jika
dia tinggal di kota yang hiruk pikuk sebagai Surabaya itu.
Sebaliknya suaminya, masuk kota Surabaya adalah laksana ikan
dimasukkan ke dalam air, di sanalah baru bebas dia berenang.
Sejak berapa lama, perhubungan kedua suami isteri itu, hanya
perhubungan akad nikah, bukan perhubungan akad hati lagi.
Hati yang perempuan terbang membubung ke langit hijau,
mencankepuasan di dalam khayal, dan hati yang laki-laki,
hinggap di wajah dan pangkuan perempuan-perempuan cantik,
yang Surabaya memang pasamya. Demikianlah kehidupan
kedua makhluk itu sekian lamanya, sampai kepada masa
perempuan dengan Zainuddin itu. Setelah terjadi pertemuan itu,
pulang juga sedikit kesenangan hati Hayati. Karena rupanya
masih ada di dunia ini orang yang pernah mencintainya dahulu.
Dahulu!
AMANAT
Di zaman kini belum sampai pikiran orang kepada
menyelidiki haluan cinta dan derajat, mencari pasangan
angan dan cita. Di zaman kini yang lebih dipentingkan
orang ialah perkawinan wang, bangsa, perkawinan adat
dan turunan. Manusia di zaman kini baru melihat kulit.
Kalau dilihatnya rumah yang indah, keindahan itu yang
mencengangkannya bukan kepintaran yang mengatur
petanya. Kalau dibacanya hikayat yang bagus, bukan
pikiran pengarang yang diselaminya, tetapi dia
menggeleng-geleng membaca susun katanya. Kalau dia
tertarik dengan rupa perempuan cantik, kepada haws
nafsu kesetananlah terhadap pikirannya, bukan kepada
kekuasaan Tuhan yang menciptakannya.