Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SATUAN SINTAKSIS
KATA, FRASA, KLAUSA DAN KALIMAT
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pembina:
Marista Dwi Rahmayantis, M.Pd.

Disusun oleh :
KELOMPOK I
Diah Dwi Rahayu (18.1.01.04.0010)
Regal Wahyu S (18.1.01.04.0005)
Iis Sudarsono (17.1.01.04.0014P)

SEMESTER I
PRODI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Pengertian Sintaksis.....................................................................................4
B. Pengertian Kata............................................................................................4
C. Pengertian Frasa...........................................................................................7
D. Pengertian Klausa........................................................................................9
E. Pengertian Kalimat.....................................................................................12
BAB III PENUTUP .............................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................15
B. Saran...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................16

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH S.W.T yang telah memberikan kita rahmat
serta hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Satuan Sintaksis Kata, Frasa, Klausa dan Kalimat” ini dengan tepat waktu.
Harapan kami makalah ini dapat meningkatkan pemahaman dalam
mempelajari kata, frasa, klausa dan kalimat dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.
Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan baik yang disengaja maupun yang
tidak disengaja mohon untuk dimaklumi dan dimaafkan karena kami masih dalam
tahap pembelajaran.
Kami menyadari sekali dalam penyusunannya, makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangannya, untuk itu besar harapan kami jika
ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-
makalah kami di lain waktu.
Harapan terbesar dari penyusunan makalah ini ialah, semoga apa yang kami
susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang
ingin membaca dan menyempurnakan lagi.

Kediri, 22 September 2018

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membahas tentang satuan sintaksis dalam kata, frasa, klausa dan kalimat
pastinya akan bermanfaat bagi manusia dalam bertutur sapa, ataupun
berkomunikasi antar sesama. Dalam berkomunikasi sehari-hari dengan orang lain
tentu perlu menggunakan kalimat dengan makna yang tepat. Di samping itu,
perlu pula memperhatikan pilihan kata atau diksi agar gagasan atau ide yang
disampaikan kepada orang lain dapat dipahami secara efektif. Dengan sintaksis
bahasa Indonesia seperti kata, frasa, klausa, dan kalimat akan meningkatkan
pemahaman berbahasa dan berkomunikasi secara efektif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian sintaksis?
2. Bagaimana pengertian kata dan penjelasannya??
3. Bagaimana pengertian frasa dan penjelasannya?
4. Bagaimana pengertiaan klausa dan penjelasannya?
5. Bagaimana pengertian kalimat dan penjelasannya?
C. Tujuan Penulisan
1. Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa atau pihak manapun yang
ingin mengetahui tentang sintaksis, kata, frasa, klausa, dan kalimat.
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
3. Memahami tentang satuan sintaksis dalam bahasa Indonesia dalam lingkup
kata, frasa, klausa dan kalimat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SINTAKSIS
Sintaksis adalah cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata
dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis
adalah frasa, klausa, dan kalimat. (Z. Arifin dan Junaiyah, 2009:1).
Sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa yang membicarakan
struktur-struktur kalimat, klausa dan frase. (H.G. Tarigan, 1985:4).
Pengertian pada kutipan tersebut menunjukkan dalam sintaksis kita
membahas tentang kesatuan yang lebih besar dari kata, yaitu frasa, klausa dan
kalimat.
B. PENGERTIAN KATA
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Kata
merupakan unsur bahasa terkecil yang bermakna atau berfungsi, yang
membentuk frase, klausa, dan kalimat. Kumpulan kata dalam suatu bahasa
disebut perbendaharaan kata bahasa itu.
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat, yaitu:
1. Kata dasar
Kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata lain, kata
dasar adalah kata yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih
besar. Contohnya adalah jual, parkir, makan, langkah, tinggal dan lain-lain.
2. Kata turunan
Kata turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata-kata yang
telah berubah bentuk dan makna. Perubahan ini dikarenakan kata-kata
tersebut telah diberi imbuhan yang berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks),
sisipan (infiks), dan awalan - akhiran (konfiks).
Jenis-jenis Imbuhan
Imbuhan menurut posisinya terbagi ke dalam empat bentuk, yaitu:
Awalan atau prefiks, Contoh: meN-, ber-, di-, ter-, peN-, per-, se-, dan ke-.

4
Sisipan atau infiks, Contoh: -el-, -em-, -er-, -e-, dan -in-.
Akhiran atau sufiks, Contoh: -kan, -an, -I, dan -nya.
Konfiks atau simulfiks : berupa awalan dan akhiran yang pemakaiannya
sekaligus. Contoh: ke-an, per-an, peN-an, ber-an, dan se-nya.
Di samping itu, terdapat pula imbuhan yang merupakan serapan dari bahasa
asing, yaitu: -i ; -man ; -wan ; -wati ; -iyah ; - is ; -sasi ; -isme.
Aturan khusus untuk imbuhan MeN- , yaitu:
Imbuhan meN- apabila ditambahkan pada kata dasar berfonem awal vokal, /J/ /k/,
/h/, /g/, /kh/ berubah menjadi meng- Contoh:

 meN- + ambil = mengambil,


 meN- + elak = mengelak,
 meN- + kalah = mengalah,
 meN- + harap = mengharap,
 meN- + khawatirkan = mengkhawatirkan,

Jika imbuhan meN- ditambahkan pada kata dasar dengan fonem awal /l/, /m/,
/n/, /ng/, /ny/, /r/, /y/, atau /w/, bentuknya berubah menjadi me-

 meN- + lamar = melamar,


 meN- + makan = memakan,
 meN- + nikah = menikah,
 meN- + nganga = menganga,
 meN- + nyanyi = menyanyi,
 meN- + raih = meraih,
 meN- + yakini = meyakini,
 meN- + wajibkan = mewajibkan,

Jika meN- ditambahkan pada kata dasar yang berfonem awal /c/ , /d/, /j/ , /sy/ atau
/t/ bentuknya berubah menjadi men-

 meN- + datang = mendatang,

5
 meN- + tanam = menanam,
 meN- + cari = mencari,
 meN- + jadi = menjadi,
 meN- + syukuri = mensyukuri,

Jika meN- ditambahkan pada kata dasar berfonem awal /b/, /p/, atau /f/,
bentuknya berubah menjadi mem-

 meN- + babat = membabat,


 meN- + pukul = memukul,
 meN- + fokuskan = memfokuskan,

Jika meN- ditambahkan pada kata dasar berfonem awal /s/ bentuknya berubah
menjadi meny- .

 meN- + satu = menyatu,

Jika meN- ditambahkan pada kata dasar yang bersuku satu, bentuknya berubah
menjadi menge-.

 meN- + bom = mengebom,


 meN- + cek = mengecek,

Fonem /p/ menjadi luluh ke dalam fonem /m/. Namun, peluluhan tidak terjadi jika
fonem /p/ adalah permulaan dari prefiks per- atau kata dasarnya mulai dengan
per- atau pe- tertentu.

 meN- + pertinggi = mempertinggi.


 meN- + pertaruhkan = mempertaruhkan.

Penulisan yang benar untuk makna ‘membuat jadi lebih tinggi’ adalah
mempertinggi atau meninggikan bukan mempertinggikan.
3. Kata ulang

6
Kata ulang adalah bentuk kata yang merupakan pengulangan kata dasar.
Pengulangan ini dapat memiliki atau menciptakan arti baru. Contoh: buku-
buku, anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, dan lain-lain.
4. Kata majemuk
Kata majemuk adalah bentuk kata yang terdiri dari dua kata yang
berhubungan secara padu dan membentuk arti atau makna baru. Kata
majemuk tidak bisa dipisahkan karena akan kehilangan maknanya.
Contohnya adalah rumah sakit, bertanggung jawab, dukacita dan lain-lain.
C. PENGERTIAN FRASA
Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif atau satu konstruksi ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau
lebih. (Z. Arifin dan Junaiyah, 2009:18).
Frasa atau Frase adalah sebuah makna linguistik. Lebih tepatnya, frasa
merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil
dari klausa dan kalimat. Frasa adalah kumpulan kata nonpredikatif (tidak
memiliki predikat). Itulah perbedaan frasa dari klausa dan kalimat. (Wikipedia).
Dari pengertian tersebut ciri-ciri frasa adalah terdiri atas dua kata atau lebih
yang berhubungan dan membentuk suatu kesatuan, tidak bersifat predikatif, tidak
berciri klausa, merupakan unsur pembentuk klausa, dan menempati salah satu
unsur atau fungsi dalam kalimat.
Berdasarkan tipe strukturnya frasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Frasa Eksosentris
Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak berhulu, tidak berpusat atau
non-headed ataupun noncentered. (H.G. Tarigan, 1985:50).
Frasa ini biasanya terbentuk dari jenis-jenis kata benda yang digabung
dengan konjungsi, jenis-jenis kata depan, atau beberapa kata tertentu. Frasa
ini sendiri terbagi pula ke dalam 3 jenis, yaitu:
a. Frasa preposisi
Frasa preposisi adalah frasa yang penghubungnya menduduki posisi di
bagian depan. Contohnya adalah di pasar, ke rumah, dari kampung, dan lain-
lain.

7
b. Frasa posposisi
Frasa posposisi adalah prasa yang penghubunganya menduduki posisi di
bagian belakang. Frasa ini tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia. Contoh:
Bahasa Jepang:
Ga “penanda subyek”. Heitai ga, kureta. “The soldier gave it to me”
c. Frasa preposposisi
Frasa preposposisi adalah frasa yang penghubungnya menduduki posisi
di bagian depan dan di bagian belakang. Frasa ini tidak terdapat dalam
bahasa Indonesia. Contoh:
Bahasa Karo:
I juma nari “dari ladang”
I bandung nari “dari bandung’’
2. Frasa Endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang seluruhnya memiliki perilaku
sintaksis yang sama dengan perilaku salah satu komponennya. (Zaenal Arifin
dan Junaiyah, 2009:20-21).
Frasa endosentris adalah frase yang berhulu, yang berpusat atau head
phrase (Whitehall, 1956:9 dalam H.G. Tarigan, 1985:53), yaitu frasa yang
mempunyai fungsi yang sama dengan hulunya.
Berdasarkan tipe strukturnya , frasa endosentris ini dapat dibagi menjadi:
a. Frasa beraneka hulu (multiple head)
b. Frasa modifikatif (modifier head)
a. Frasa beraneka hulu
Frasa beraneka hulu adalah frasa yang mengandung lebih dari satu
hulu. Frasa ini terbagi menjadi frasa koordinatif dan frasa apositif.
1) Frasa koordinatif (frasa serial), yaitu frasa yang hulu-hulunya
mempunyai referensi yang berbeda-beda.
Contoh:
Kerbau, sapi, dan domba itu dijualnya dengan harga murah.
Kami berembuk dan berunding selama dua jam.
Gadis itu cantik dan ramah.

8
Anak itu belajar dengan tekun dan rajin.
2) Frasa apositif, yaitu frasa yang hulu-hulunya mempunyai referensi
yang sama.
Contoh:
Pak Amat, tukang pangkas itu, dipukul orang kemarin.
Si Inem, pelayan seksi itu bermain dengan baik sekali.
b. Frasa modifikatif
Frasa modifikatif adalah frasa yang mengandung hanya satu hulu.
Frasa modifikatif ini dapat pula dibeda-bedakan atas:
1) Frasa nominal, yaitu frasa modifikatif yang hulunya berupa
nomina atau kata benda.
Contoh:
Saya lebih suka kopi manis daripada kopi pahit.
2) Frasa verbal, yaitu frasa modifikatif yang hulunya berupa verba
atau kata kerja.
Contoh:
Ayah belum pulang dari kantor.
3) Frasa ajektival, yaitu frasa modifikatif yang hulunya berupa ajektif
atau kata keadaan.
Contoh:
Orang itu sangat kaya tetapi amat kikir.
4) Frasa adverbial, yaitu frasa modifikatif yang hulunya berupa
adverbia atau kata keterangan.
Contoh:
Nanti malam ada pertemuan kaum ibu di sini.
D. PENGERTIAN KLAUSA
Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-
kurang terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi
menjadi kalimat. (Zaenal Arifin dan Junaiyah, 2009:34)
Klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat (Cook,
1971:65; Elson and Pickett, 1969:64 dalam H.G. Tarigan, 1985:38); atau klausa

9
ialah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas subyek dan predikat (Ramlan,
1976:56 dalam H.G.Tarigan, 1985:38).
Klausa dapat diklasifikasikan atas:
1. Klausa Bebas
Klausa bebas adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat
sempurna (Cook, 1971:67 dalam H.G. Tarigan, 1985:38). berdasarkan jenis
kata predikatnya, klausa bebas ini dapat pula dibedakan atas klausa verbal
dan klausa nonverbal.
a. Klausa verbal
Klausa verbal adalah klausa yang berpredikat verbal. Klausa verbal ini
dapat pula dibagi menjadi:
1) Klausa transitif, yaitu klausa yang mengandung kata kerja transitif,
kata kerja yang mempunyai kapasitas memiliki satu atau lebih objek.
Dipandang dari sifat hubungan aktor aksi, dapat dibeda-bedakan:
a. Klausa aktif
Klausa aktif adalah klausa yang subyeknya berperana sebagai
pelaku atau aktor.
Contoh:
Ayah melihat saya menulis surat.
Saya melarang kamu mencangkul kebun itu.
b. Klausa pasif
Klausa pasif adalah klausa yang subyeknya berperanan sebagai
penderita.
Contoh:
Dia tahu benar surat itu telah kutulis.
Semua kami tahu nasi itu telah dimakan oleh ibu.
c. Klausa medial
Klausal medial adalah klausa yang subyeknya berperanan baik
sebagai pelaku maupun sebagai penderita.
Contoh:
Dia menghibur hatinya.

10
Dia menyiksa dirinya.
d. Klausa resiprokal
Klausal resiprokal atau klausa refleksif adalah klausa yang subyek
dan obyeknya melakukan suatu perbuatan yang berbalas-balasan:
Contoh:
Paman menyuruh saya bersalam-salaman dengan tamu itu.
2) Klausa intransitif, yaitu klausa yang mengandung kata-kerja
intransitif yaitu kata kerja yang tidak memerlukan sesuatu obyek. (Cook,
1971:69 dalam H.G. Tarigan, 1985:43)
Contoh:
Ayah pergi ke sawah.
Ibu tinggal di rumah.
Nenek tidur di kamar.
b. Klausa nonverbal
Klausa nonverbal adalah klausa yang berpredikat nomina, ajektif atau
adverbia. Klausa nonverbal ini terbagi menjadi klausa statif dan klausa
ekuasional.
1) Klausa statif, yaitu klausa yang berpredikat ajektif atau yang
disamakan dengan ajektif.
Contoh:
Anak itu pintar.
Neneknya kaya.
2) Klausa ekuasional, yaitu klausa yang berpredikat nomina.
Contoh:
Adiknya dokter.
Pamannya pedagang.
2. Klausa Terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai
kalimat sempurna, hanya mempunyai potensi sebagai kalimat tak sempurna.
Dari segi fungdinya, klausa terikat ini dapat pula dibeda-bedakan atas:
a. Klausa nominal

11
Klausa nominal adalah klausa terikat yang bertindak sebagai nomina.
Contoh:
Mereka melatih pemakaian bahasa. (subyek)
Kami telah mengatakan hal itu. (obyek)
b. Klausal ajektival
klausa ajektival adalah klausa terikat yang bertindak sebagai ajektif.
Contoh:
Orang kaya itu nenek saya.
Lelaki tua ini paman si Ali.
c. Klausa adverbial
Klausa adverbial adalah klausa terikat yang bertindak sebagai adverbia.
Contoh:
Dia pergi ke sana.
Saya akan datang nanti.
E. PENGERTIAN KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang
mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa. (Cook, 1971:39-40;
Elson and pickett, 1969:82 dalam H.G. Tarigan, 1985:5)
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai
intonasi final (kalimat lisan), dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas
klausa. Dapat dikatakan bahwa kalimat membicarakan hubungan antara klausa
dan klausa yang lain. (Zaenal Arifin dan Junaiyah, 2009:54)
Kalimat dipandang dari segi jumlah dan jenis klausa yang terdapat pada
dasar, terdiri atas:
a. Kalimat tunggal
b. Kalimat bersusun
c. Kalimat majemuk
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas tanpa
klausa terikat.
Contoh:

12
Saya makan.
Dia pergi.
b. Kalimat bersusun
Kalimat bersusun adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas dan
sekurang-kurangnya satu klausa terikat.
Contoh:
Dia pergi sebelum kami bangun.
Kami mau datang kalau mereka pergi.
Orang, yang menjual sawah itu, pamanku.
c. Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa klausa bebas.
Contoh:
Dia mengambil sebuah buku dari dalam lemari, kemudian membacanya
sampai tamat.
Ibu memasak di dapur, tetapi kakak menjahit di kamar.
Kalimat dipandang dari segi struktur internal klausa utama, terdiri atas:
a) Kalimat sempurna
Kalimat sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah klausa
bebas. Oleh karena yang mendasari sesuatu kalimat sempurna adalah klausa
bebas, maka kalimat sempurna ini mencakup kalimat tunggal, kalimat
bersusun dan kalimat majemuk.
Contoh:
Ayah meninggal dunia waktu saya studi di Negara Belanda.
b) Kalimat tak sempurna
Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang dasarnya hanya terdiri dari
sebuah klausa terikat, atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa.
Kalimat tak sempurna ini mencakup kalimat-kalimat urutan, sampingan,
tambahan,jawaban, dan seruan.
Contoh:
(“Mau ke mana kamu nanti sore?”)
“Ke Bandung”

13
“Dengan siapa?”
“Teman”.
Kalimat dipandang dari segi jenis responsi yang diharapkan, terdiri atas:
a. Kalimat pernyataan
Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan
informasi tanpa mengharapkan responsi tertentu.
Contoh:
Ayah membaca koran.
Ibu menjahit baju.
b. Kalimat pertanyaan
Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing
responsi yang berupa jawaban.
Contoh:
Siapa yang memukul anak itu?
Mengapa dia tidak datang tadi pagi?
c. Kalimat perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi
yang berupa tindakan.
Contoh:
Masuk, Ani !
Keluar, Ali !

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Kata
merupakan unsur bahasa terkecil yang bermakna atau berfungsi, yang
membentuk frase, klausa, dan kalimat
Frasa merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil
dari klausa dan kalimat. Frasa adalah kumpulan kata nonpredikatif (tidak
memiliki predikat). Itulah perbedaan frasa dari klausa dan kalimat.
Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-
kurang terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi
menjadi kalimat.
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang
mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa.
Dari pengertian dan penjelasan tersebut dapat disimpulkan perbedaan kata,
frasa, klausa dan kalimat terletak pada sifat kesatuan bahasa tersebut, ada
tidaknya unsur predikat didalamnya, ada tidaknya pola intonasi akhir didalamnya
dan unsur-unsur yang terkandung didalamnya.
B. Saran
Pemahaman satuan sintaksis dalam lingkup kata, frasa, klausa dan kalimat
bahasa Indonesia, dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang
baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat dalam pembinaan
kemampuan berbahasa bagi kita. Sehingga, materi ini harus benar-benar bisa
dipahami.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arifin E. Zaenal, Junaiyah. 2009. Sintaksis. Jakarta: Grasindo


Tarigan Henry Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kata
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Afiks
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Frasa

16

Anda mungkin juga menyukai