Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS IMUNOHISTOKIMIA THYROID TRANSCRIPTION FACTOR-1

(TTF-1) PADA BLOK SEL KARSINOMA PARU

PROPOSAL

Oleh:

DINA MAYASARI
NIM 131020210018

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEDOKTERAN DASAR


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kanker paru-paru adalah penyebab utama kematian terkait kanker di seluruh
dunia, tanpa memandang jenis kelamin. Kanker ini dikategorikan menjadi dua
kelompok utama yaitu, karsinoma paru sel kecil (SCLC, ± 15% dari semua kanker paru-
paru) dan karsinoma paru non-sel kecil (NSCLC, ± 85% dari semua kanker paru-paru).
Hal ini menunjukkan bahwa kanker paru-paru mewakili sekelompok penyakit heterogen
secara histologis dan molekuler. Sehingga memberikan pengetahuan terbaru tentang
penggunaan imunohistokimia pada kanker paru-paru (Inamura, 2018).
Dengan munculnya pendekatan terapeutik yang lebih baru klasifikasi karsinoma
paru non-sel kecil telah menjadi pendukung panduan yang paling penting dan baru
untuk sub-klasifikasi entitas ini sebagai karsinoma sel skuamosa/adenokarsinoma.
Klasifikasi kanker paru-paru dari WHO 2015 merekomendasikan penggunaan
imunohistokimia (IHC) untuk subtipe semua kasus NSCC yang tidak dapat
diklasifikasikan berdasarkan pada morfologi saja. Sebagian besar pasien dengan
karsinoma paru-paru berusia lanjut dan disertai dengan penyakit klinis lanjut. Dan
pendekatan dengan metode pembedahan sangat sulit dan aspirasi jarum halus mungkin
menjadi satu-satunya spesimen diagnostik yang tersedia untuk pengambilan keputusan
terapeutik (Yasmin S, 2019).
Blok sel yang dibuat dari sampel aspirasi jarum halus menawarkan banyak
keuntungan, dibandingkan preparat sitologi lainnya, terutama untuk pengujian
diagnostik dan imunohistokimia. (Ireka et al., 2019). Blok sel adalah versi spesimen
sitologi tertanam parafin yang sebanding dengan jaringan tertanam parafin (FFPE)
formalin dari spesimen patologi bedah. Peran dari blok sel juga telah disorot dalam
subtipe karsinoma paru berdasarkan morfologi dan imunohistokimia untuk penanda
skuamosa dan adenokarsinoma (Jain et al., 2014).
Imunohistokimia (IHC) merupakan salah satu metode pengujian tambahan yang
banyak digunakan dalam patologi anatomi untuk klasifikasi dan diagnosis sel dengan
menggunakan antibodi yang ditargetkan terhadap antigen tertentu dalam jaringan dan
sel tertentu, untuk memfasilitasi penentuan jenis sel dan organ asalnya. Metode ini
paling sering dilakukan pada jaringan FFPE (Formalin Fixation and Paraffin
Embedding) yang memiliki keuntungan karena mudah disimpan (Magaki et al., 2019).
Dasar dari IHC sangat sederhana dan menjembatani tiga disiplin ilmu yaitu imunologi,
histologi, dan kimia. Sehingga konsep dasar dibalik IHC adalah demonstrasi antigen di
dalam bagian jaringan melalui antibodi spesifik. Pengikatan antigen-antibodi (Ag-Ab)
ditunjukkan dengan reaksi histokimia berwarna yang dapat dilihat dengan mikroskop
cahaya atau fluorochromes dengan sinar ultraviolet (Ramos-Vara, 2005).
Gown et al. (2016) melaporkan 3 masalah umum yang dihadapi ahli patologi
dalam penggunaan IHC yaitu, pemilihan antibodi, sinyal IHC positif palsu, dan sinyal
IHC negatif palsu. Dalam evaluasi tersebut, kinerja IHC di laboratorium diagnostik
patologi, dan dalam menganalisis kemungkinan masalah, prosedur imunohistokimia
dipengaruhi oleh variabel praanalitik, seperti fiksasi jaringan, melekatkan jaringan ke
dalam parafin, dan kinerja pengambilan epitop, sebagai bagian dari prosedur IHC yang
sebenarnya. Tapi faktor terbesar yang menentukan interpretasi yang benar dari hasil
adalah pembacaan slide oleh ahli patologi; terlepas dari pendidikan, pengetahuan, dan
pengalaman terbaik, salah tafsir dalam pembacaan slide dapat terjadi. Antibodi yang
berbeda untuk molekul target yang sama dapat menghasilkan hasil yang sangat berbeda,
dan oleh karena itu pilihan ini sangat penting. Bagaimana antibodi yang berbeda
terhadap molekul target yang sama dapat berperilaku berbeda dalam uji IHC. Bahkan di
antara antibodi yang dibuat dalam spesies yang sama (misalnya, tikus atau kelinci),
mungkin ada perbedaan dramatis dalam sensitivitas antibodi, serta spesifisitas antibodi
(misalnya, reaktivitas silang dengan protein non-target). Selain itu, mungkin ada
perbedaan yang signifikan dalam protokol optimal yang dibutuhkan oleh antibodi yang
berbeda (misalnya, metode pengambilan epitop). Dalam penelitian Matoso et al. (2010)
terdapat perbedaan sensitifitas komparatif dari dua antibodi TTF-1 yang berbeda,
antibodi monoklonal kelinci SPT24 ditemukan secara signifikan lebih sensitif untuk
mendeteksi semua subtipe histologis karsinoma paru daripada antibodi monoklonal
tikus 8G7G3/1.
Di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Hasan Sadikin Bandung, para ahli
patologi sering mendapatkan hasil pewarnaan imunohistokimia TTF-1 yang kurang
terwarnai dengan baik dan mungkin dapat salah tafsir dalam pembacaan slide menjadi
negatif palsu. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan kesalahan diagnosis yang
berpotensi serius dalam manajemen pasien. Seperti yang dilaporkan Gown et al. (2016)
bahwa penyebab paling umum dari pewarnaan IHC negatif palsu adalah fiksasi jaringan
yang buruk, antibodi yang terlalu encer atau tidak dioptimalkan dengan benar dan
metode pengambilan epitope yang tidak dioptimalkan untuk antibodi individu. Dari
beberapa faktor tersebut diatas, peneliti tertarik untuk menganalisa pemeriksaan
imunohistokimia TTF-1 dari blok sel karsinoma paru. Blok sel yang akan digunakan
peneliti adalah blok sel karsinoma paru yang diarsipkan di Laboratorium Patologi
Anatomi RSUP Hasan Sadikin Bandung dari Januari 2020 – Juli 2022. Dari penelitian
ini, peneliti juga bisa menganalisa pengawetan antigen dalam preparat blok sel
karsinoma paru yang telah diarsipkan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah hasil pewarnaan imunohostokimia TTF-1 dari blok sel karsinoma paru
yang diarsipkan sama dengan hasil laporan sebelumnya?
2. Apakah visualisasi antigen dari blok sel karsinoma paru yang diarsipkan masih
dalam keadaan sama baik/layak?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui hasil pewarnaan imunohostokimia TTF-1 dari blok sel
karsinoma paru yang diarsipkan sama dengan hasil laporan sebelumnya.
2. Untuk mengetahui hasil visualisasi antigen dari blok sel karsinoma paru yang
diarsipkan masih dalam keadaan sama baik/layak.

1.4. Manfaat Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Gown, Allen M. (2016). Diagnostic Immunohistochemistry: What Can Go Wrong and How
to Prevent It. Arch Pathol Lab Med. 2016 Sep;140(9):893-8.
https://doi.org/10.5858/arpa.2016-0119-RA. PMID: 27575264.
Inamura, K. (2018). Update on immunohistochemistry for the diagnosis of lung cancer. In
Cancers (Vol. 10, Issue 3). MDPI AG. https://doi.org/10.3390/cancers10030072
Ireka, Y., Agustina, H., Aziz, A., Hernowo, B. S., & Suryanti, S. (2019). Comparison of
fixation methods for preservation cytology specimens of cell block preparation using
10% neutral buffer formalin and 96% alcohol fixation in E-cadherin and Ki-67
immunohistochemical examination. Open Access Macedonian Journal of Medical
Sciences, 7(19), 3139–3144. https://doi.org/10.3889/oamjms.2019.452
Jain, D., Mathur, S. R., & Iyer, V. K. (2014). Cell blocks in cytopathology: A review of
preparative methods, utility in diagnosis and role in ancillary studies. In Cytopathology
(Vol. 25, Issue 6, pp. 356–371). https://doi.org/10.1111/cyt.12174
Magaki, S., Hojat, S. A., Wei, B., So, A., & Yong, W. H. (2019). An introduction to the
performance of immunohistochemistry. In Methods in Molecular Biology (Vol. 1897,
pp. 289–298). Humana Press Inc. https://doi.org/10.1007/978-1-4939-8935-5_25
Matoso A, Singh K, Jacob R, Greaves W, Tavares R, Noble L, Resnick M, DeLellis R &
Wang L. (2010). Comparison of Thyroid Transcription Factor-1 Expression by 2
Monoclonal Antibodies in Pulmonary and Nonpulmonary Primary Tumors. In Appl
Immunohistochem Mol Morphol (Vol. 18, 2010 March).
https://doi.org/10.1097/PAI.0b013e3181bdf4e7
Ramos-Vara, J. A. (2005). Technical Aspects of Immunohistochemistry. In Vet Pathol (Vol.
42).
Yasmin, S., Haque, W. S., Islam, S. M. J., Khondoker, M., & Giti, S. (2019). Role of
immunohistochemistry in cell block sections for categorization of non-small cell
carcinoma of lung. BIRDEM Medical Journal, 9(3), 223–228.
https://doi.org/10.3329/birdem.v9i3.43088
 

Anda mungkin juga menyukai