Anda di halaman 1dari 2

Diskusi 3 Hubungan Kerja

Dalam praktek sering dijumpai hubungan kerja yang tidak didasari oleh perjanjian kerja tetapi terdapat
perintah, pekerjaan dan upah. Coba anda diskusikan bagaimana status hubungan kerja tersebut?

Yth Ibu Tutor, mohon izin untuk menyampaikan pendapat saya mengenai materi diskusi 3

Hubungan kerja yang tidak didasari oleh perjanjian kerja baik secara tertulis maupun lisan sangatlah
beresiko, baik dari sisi pekerja maupun pengusaha. Berbagai risiko yang berpotensi dihadapi antara lain:

1. Status pekerjaan tidak jelas


Hubungan kerja menjadi tidak jelas karena tidak ada dokumen yang menegaskan bahwa
karyawan tersebut memang benar bekerja pada perusahaan terkait.

2. Karyawan tidak mengetahui deskripsi pekerjaan


Apabila tidak ada perjanjian kerja, maka berpotensi membuat karyawan bingung dengan tugas-
tugasnya. Sehingga bisa saja kinerja karyawan jadi tidak baik. Jika ada perjanjian tertulis, maka di
dalam perjanjian kerja akan dijelaskan tugas apa saja yang harus dilakukan oleh karyawan pada
jabatan tersebut.

3. Akan mendapat kesulitan dalam menyelesaian perselisihan


Ketika pengusaha mempekerjakan karyawan, ada kemungkinan terjadinya sengketa atau beda
pendapat. Terlepas kemungkinan itu terjadi atau tidak, tentu lebih baik diantisipasi dengan
klausula resolusi perselisihan. Hal tersebut agar cara dan tempat penyelesaian sengketa antara
pengusaha dengan karyawan menjadi jelas. Penyelesaian yang telah melalui musyawarah dan
tidak mencapai kesepakatan, maka dapat ditentukan penyelesaian selanjutnya apakah melalui
mekanisme Arbitrase atau Pengadilan Hubungan Industrial.

4. Masa kerja tidak diatur


Karyawan dapat dipekerjakan dengan perjanjian yang dibuat dengan waktu tertentu (PKWT)
atau waktu tidak tertentu (PKWTT). Apabila melalui PKWT, maka harus ditentukan jangka waktu
atau selesainya waktu pekerjaan sebagaimana diatur Pasal 56 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan (UUK). Apabila PKWTT, maka pengusaha dapat mempekerjakan
karyawan dalam masa percobaan atau probation maksimal 3 bulan (Pasal 60 UUK). Kemudian
karyawan dapat bekerja selama waktu yang tidak ditentukan dalam kata lain disebut karyawan
tetap.

5. Digugat Royalti Hak Kekayaan Intelektual oleh Karyawan


Karyawan yang bekerja untuk menghasilkan ciptaan atau karya cipta, peralihan haknya harus
diatur dalam perjanjian dengan jelas. Hak cipta dapat dialihkan dengan perjanjian tertulis seperti
yang dijelaskan dalam Pasal 16 Ayat (2) Huruf e Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang
Hak Cipta (UUHC). Pengusaha harus memastikan ada klausul yang intinya menyatakan setiap
ciptaan atau karya cipta yang dihasilkan karyawan tersebut menjadi milik perusahaan. Karyawan
sebagai pencipta, tetapi perusahaan sebagai pemegang hak cipta nya. Apabila tidak diatur
demikian dalam perjanjian kerja tertulis, maka perusahaan dapat digugat karyawan.
Bisa saja ketika karyawan tidak bekerja lagi pada perusahaan, karyawan akan meminta hak
royalti atas ciptaan atau karya cipta yang dibuat olehnya selama bekerja. Karena pada dasarnya
hak ekonomi suatu ciptaan merupakan milik karyawan sebagai pencipta jika tidak dialihkan
kepada perusahaan (Pasal 17 Ayat (1) UUHC). Apalagi pengusaha juga bisa kena pidana (Pasal
113 UUHC).
6. Pembuktian yang tidak sempurna
Hubungan kerja yang tidak didasari oleh perjanjian kerja akan sulit dalam pembuktian pada saat
penyelesaian sengketa. Jika ada perjanjian kerja secara tertulis, maka perjanjian bisa dilihat
sekaligus menjadi acuan apabila ada perbedaan pendapat. Pengusaha dan karyawan bisa saling
memantau poin-poin perjanjian telah dipenuhi atau tidak. Jika dibuat secara tertulis, hakim juga
mudah menilai sah atau tidaknya perjanjian berdasarkan syarat sah perjanjian yang diatur dalam
Pasal 1320 KUHPer.

Sekian dan terimakasih

Referensi:

BMP ADBI4336

https://smartlegal.id/ketenagakerjaan

Anda mungkin juga menyukai