Anda di halaman 1dari 4

Tugas Metodologi Penelitian MPI

Nama : Cholish Nur Fauzi


NIM : 2017401056
Kelas : 5 MPI B

DAMPAK PERGANTIAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP


MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang berkualitas merupakan harapan dan tuntutan seluruh stakeholder


pendidikan. Semua orang tentunya akan lebih suka menuntut ilmu pada lembaga yang
memiliki mutu yang baik. Atas dasar ini maka sekolah/lembaga pendidikan harus dapat
memberikan pelayanan dan mutu yang baik agar tidak ditinggalkan dan mampu bersaing
dengan lembaga pendidikan lainnya. Pentingnya sebuah manajemen dalam penyelenggaraan
sebuah organisasi maupun lembaga, khususnya lembaga pendidikan. Hal tersebut menjadi
sebuah perihal yang bersifat mutlak. Sebuah lembaga/organisasi yang bergerak dalam bidang
pengelolaan barang sangat memerlukan manajerial yang baik. Sedangkan lembaga
pendidikan merupakan lembaga yang mengelola manusia dengan tujuan untuk menghasilkan
manusia-manusia yang bermutu dari generasi ke generasi.Tentu untuk merealisasikan
pencapaian tersebut sangat membutuhkan pemikiran dan manajemen yang ekstra1.

Hoy, Jardine and Wood (2005: 11-12) quality in education is an evaluation of the
process of educating which enhances the need to achieve and develop the talents of the
customers of the process, and at the same time meets the accountability standards set by the
clients who pay for the process or the outputs from the process of educating. Pendapat ini
menjelaskan bahwa mutu dalam pendidikan adalah evaluasi proses pendidikan yang

1
M. Fadhli, 2017. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Hal 216
meningkatkan kebutuhan untuk mencapai dan proses mengembangkan bakat para pelanggan
(peserta didik), dan pada saat yang sama memenuhi standar akuntabilitas yang ditetapkan
oleh klien (stakeholder) yang membayar untuk proses atau output dari proses pendidikan2.

Didalam sebuah lembaga pendidikan tentunya terdapat seorang pemimpin yang


berperan sebagai manajer untuk memimpin guru, karyawan dan staf lainnya. Siapa lagi jika
bukan kepala sekolah. Kepala Sekolah dalam organisasi sekolah merupakan pimpinan yang
bertanggungjawab atas kelangsungan organisasi tersebut. Usaha pengelolaan dan pembinaan
sekolah melalui kegiatan administrasi, manajemen dan kepemimpinan tergantung pada
kemampuan kepala sekolah. Sehubungan dengan itu maka dapat dikatakan bahwa kepala
sekolah selaku administrator berfungsi untuk merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi seluruh kegiatan pendidikan yang
diselengggarakan di suatu sekolah. Kepala Sekolah sebagai manajer pendidikan berfungsi
mewujudkan pendayagunaan setiap personal secara tepat, agar mampu melaksanakan tugas-
tugasnya secara maksimal untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya, pada segi
kuantitas maupun kualitas dalam proses belajar mengaja di sekolah (Hadari 1985: 90)3.

Sedangkan menurut Eko Djatmiko, kata kepala dapat diartikan “ketua” atau
pemimpin dalam suatu organisasi atau suatu lembaga. Sekolah adalah sebuah lembaga
pendidikan yang berfungsi sebagai tempat pendidikan formal bagi masyarakat. Kepala
sekolah adalah seorang guru yang diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah atau
madrasah untuk memimpin dan mengelola sekolah atau madrasah dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan. Kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah
dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan guru,
staf, siswa, orang tua siswa, dan pihak lain yang terkait, untuk bekerja/berperan serta guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan4.

Begitu beratnya tugas seorang kepala sekolah yang ditugaskan untuk mengkoordinir
seluruh kegiatan di sekolah ditambah dengan kewajiban mengajarnya, karena kepala sekolah
merupakan seorang guru yang mendapat tugas tambahan untuk menjadi kepala sekolah.
Namun demikian kepala sekolah sudah dapat bernafas lega dengan keluarnya Peraturan
Pemerintah No 19 Tahun 2017 yang menyatakan “kepala sekolah tidak lagi dibebani
mengajar, kepala sekolah bukan lagi tugas tambahan namun tetap mendapat tunjangan
2
M. Fadhli, 2017. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Hal 217
3
S. Setiyati. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja dan Budaya Sekolah Terhadap Kinerja
Guru. Hal 201
4
A, Said, 2018. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Melestarikan Budaya Mutu Sekolah. Hal 259
profesi”. Secara detail disebutkan dalam pasal 54 ayat 1 bahwa beban kerja kepala satuan
pendidikan sepenuhnya untuk melaksanakan tugas manajerial, pengembangan
kewirausahaan, dan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan. Karena begitu urgennya
seorang kepala sekolah yang merupakan faktor utama kunci keberhasilan dalam kemajuan
sekolah maka perlu diketahui secara lebih detail tentang konsep kepala sekolah tersebut5.

Kepala sekolah dalam masa jabatannya diatur dalam Permendiknas No. 28 Tahun
2010 dalam pasal 10 ayat 1 (satu) mengatakan bahwa kepala sekolah diberi satu kali masa
tugas selama 4 (empat) tahun. Pada pasal ke 2 (dua) masa tugas kepala sekolah sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 (satu) dapat diperpanjang untuk satu kali masa tugas apabila memiliki
prestasi kerja minimal baik berdasarkan penilaian kinerja. Proses pengangkatan,
pemberhentian ataupun mutasi kepala sekolah secara teknis pelaksanaan dilakukan oleh
pemerintah daerah sebagai bentuk desentralisasi dalam kebijakan otonomi daerah. Selain itu
pemerintah daerah juga memiliki kewenangan dalam membuat aturan ataupun kebijakan lain
terkait dengan hal tersebut dengan tetap mengacu pada permendiknas yang ada6.

Selain itu, ditegaskan lagi bahwasanya periodisasi jabatan kepala sekolah atau
penggantian jabatan kepala sekolah selama kurun waktu yang ditentukan perlu menjadi
perhatian khusus bagi pemerintah kabupaten/kota karena dengan adanya periodisasi maka
kepala-kepala sekolah dapat lebih serius menjalankan tugas dengan lebih maksimal dan lebih
bertanggungjawab karena kelanjutan jabatan akan dinilai dari prestasi kinerja kepala sekolah
tersebut selama menjabat di sebuah sekolah. Kebijakan mengenai periodisasi ini diatur dalam
Bab V Permendiknas No. 28 Tahun 2010 Pasal 10 sebagai berikut : (1) Kepala
sekolah/madrasah diberi 1 (satu) kali masa tugas selama 4 (empat) tahun. (2) Masa tugas
kepala sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang untuk 1
(satu) kali masa tugas apabila memiliki prestasi kerja minimal baik berdasarkan penilaian
kinerja. (3) Guru yang melaksanakan tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah 2
(dua) kali masa tugas berturut-turut, dapat ditugaskan kembali menjadi kepala
sekolah/madrasah di sekolah/madrasah lain yang memiliki nilai akreditasi lebih rendah dari
sekolah/madrasah sebelumnya, apabila : a. telah melewati tenggang waktu sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali masa tugas; atau b. memiliki prestasi yang istimewa. (4) Prestasi yang
istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b adalah memiliki nilai kinerja amat
baik dan berprestasi di tingkat kabupaten/kota/ provinsi/nasional. (5) Kepala

5
S. Julaiha, 2019. Konsep Kepemimpinan Kepala Sekolah. Vol 6. No 3. Hal 52
6
R, Sulistyowati, dkk. 2015. Pergantian Kepala Sekolah dalam Dinamika Otonomi Daerah. USM Surakarta
sekolah/madrasah yang masa tugasnya berakhir, tetap melaksanakan tugas sebagai guru
sesuai dengan jenjang jabatannya dan berkewajiban melaksanakan proses pembelajaran atau
bimbingan dan konseling sesuai dengan ketentuan7.

Namun pada realitas yang ada justru sering kali terjadi adanya pergantian kepala
sekolah dalam jangka waktu tertentu dengan tempo waktu yang singkat. Tentu hal tersebut
dapat dikatakan kontradiksi dengan permen yang sudah ditetapkan seperti diatas. Namun
program tersebut terjadi tentu karena adanya faktor-faktor yang kemudian menjadi sebuah
tantangan, baik bagi kepala sekolah maupun lembaga pendidikan itu sendiri. Keduanya akan
dituntut bagaimana agar tetap stabil bahkan berkembang dalam menyelenggarakan pelayanan
pendidikan. Karena dengan terjadinya pergantian kepala sekolah, lembaga pendidikan pun
dituntut untuk menjadikan hal tersebut sebagai sebuah inovasi dalam sistem pendidikan itu
sendiri. Dan biasanya sering bermunculan problema yang akan dihadapi dikemudian waktu,
antara lain: Pertama, sekolah akan kehilangan akar sejarahnya, artinya kepala sekolah lama
memiliki peran yang sangat melekat sehingga menjadi sosok yang sulit untuk dilupakan
begitu saja meskipun sudah ada penggantinya. Kedua, terdapat adanya perbedaan visi dan
misi antara kepala sekolah lama dan baru. Tentu hal tersebut akan menjadi tantangan bagi
semua komponen sekolah mulai dari kepala sekolah itu sendiri, guru, staf, siswa, masyarakat
dan wali murid untuk bisa menyesuaikan dengan realitas yang ada untuk mencapai tujuan
bersama.

7
R, Sulistyowati, dkk. 2015. Pergantian Kepala Sekolah dalam Dinamika Otonomi Daerah. USM Surakarta

Anda mungkin juga menyukai