Anda di halaman 1dari 3

Kemana rasa nasionalisme itu ?

Penulis merasakan ada rasa yang hilang dari generasi penerus bangsa yang saat ini gemar
membentuk suatu kelompok (gengster) untuk saling menghacurkan satu sama lain serasa
nyawa manusia begitu tidak berharga hanya untuk membuktikan bahwa dirinya dan
kelompoknya paling kuat dan di takuti.

Andai saja mereka (gengster) khususnya dan generasi muda pada umumnya itu mau
membaca atau belajar sejarah bagaimana bangsadan negara ini bisa lepas dari penjajahan
pihak asing yang dulu menguasai bangsa ini agar lepas dari belenggu penjajahan. Bahwa
Untuk mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia sangatlah sulit dan tidak mudah banyak
perngorbanan yang harus dilakukan, mulai dari harta, tahta, darah serta nyawa menyisakan
air mata dan trauma yang sulit untuk disembuhkan.

Untuk membentuk negara yang baru lahir ini Banyak kerajaan yang merelakan wilayah
kekuasaannya, raja meletakan mahkotanya, putra mahkota yang seharusnya menjadi raja
harus rela hidup sebagai rakyat jelata contohnya adalah Kerajaan SIAK yang melakukan
pengorbanan tidak sedikit untuk berdirinya NKRI Jika dihitung, sumbangan Sultan Siak
sebanyak 13 juta Gulden Belanda, sama dengan lebih kurang 69 Juta Euro, Jumlah tersebut
jika di-Rupiah-kan sekitar Rp 1,074 Triliun.

Belum lagi penderitaan yang begitu pedih dan dalam atas kekejaman penjajah mulai dari
Kebijakan Cultuurstelsel (Tanam Paksa) Salah satu misi penjajahan Belanda tersebut ialah
untuk membayar utang Kerajaan Belanda yang tergolong besar karena perang. Saat komisi
ini diambil alih Gubernur Jenderal Van den Bosch, kebijakan tanam paksa, yang kerap
disebut pula dengan Cultuurstelsel, diimplementasikan di banyak daerah sejak tahun 1830.
Sistem tanam paksa benar-benar memeras tenaga rakyat Indonesia serta mengeruk kekayaan
alam di nusantara. karena yang ditamam adalah komuditas yang laku dijual di pasar
internasional tidak untuk menanam padi, palawija sebagai bahan pangan rakyat Indonesia
sehingga rakyat menderita. Selain kelaparan dan kemiskinan, penyakit pun sering mewabah
karena banyak orang kurang gizi. Bahkan, banyak pekerja paksa yang mati kelaparan.
Kemudian Kerja Rodi Salah satu kerja rodi paling terkenal yang membuat rakyat bumiputra
di Indonesia sengsara adalah pembuatan jalan raya sepanjang kurang lebih 1.000 kilometer
dari Anyer hingga Panarukan pada 1809. Kerja rodi massal itu dipelopori Gubernur Jenderal
Herman Willem Daendels, yang menerima mandat dari Louis Napoleon, penguasa Belanda di
bawah pengaruh Prancis era Napoleon Bonaparte. Daendels menerima perintah untuk
mempertahankan Pulau Jawa dari serbuan Inggris. Maka itu, ia memerintahkan pembangunan
jalan Anyer-Panarukan.
Dan masih banyak lagi penderitaan yang diharus diterima oleh bangsa Indonesia seperti
perbudakan, memecah belah antar golongan, rakyat tidak boleh mengeyam Pendidikan
membuat kasta antara orang eropa, orang asia, dan orang pribumi.

Belum lagi pembataian yang dilakukan penjajah, yang paling membekas dan membuat luka
yang dalam adalah pembataian yang dikomandoi oleh Westerling, dia (wessterling)
mengumpulkan seluruh penduduk baik pria atau Wanita, tua dan muda kemudian Para pria
dan pemuda diminta mengakui keterlibatan mereka dalam perlawanan terhadap Belanda. Di
depan keluarga, mereka disiksa sebelum akhirnya ditembaki. Rumah-rumah dibakar dan
diledakkan dengan granat. Sedikitnya 40.000 orang tewas dibantai Westerling dan
pasukannya.
Pembantaian Westerling menjadi salah satu tragedi terkelam bangsa Indonesia. Kekejaman
itu meninggalkan penderitaan dan trauma yang mendalam. Pihak Belanda justru
menyelamatkan Westerling ketika hendak diadili. Pada 1954, Dewan menteri menyatakan
bahwa Westerling dan komandan perang lainnya tak dituntut. Di Belanda, ia dipuja-puja bak
pahlawan. Jumlah korban yang diakui Belanda hanya 2.000.
Atas kekejaman dan kesewenangwenagan penjajah, rakyat tidak berdiam diri para pejuang
dan rakyat terus bahu membahu. Dari yang bersifat kedaerahan atau pun yang bersifat nas-
ional, yang paling terkenang dan terkenal di dunia internasional adalah perlawanan arek arek
suroboyo, 10 november 1945, Kejadian ini tidak terlepas dari seorang ulama kharismatik
yaitu Hadratus Syaeh KH Hasyim Asy'ari menyatakan umat Islam harus membela Tanah Air
dari ancaman asing. Kemudian, pada 21-22 Oktober 1945, KH Hasyim Asy'ari berinisiatif
melakukan rapat konsul-konsul NU se-Jawa dan Madura di Bubutan, Surabaya. Rapat itulah
yang kemudian melahirkan sebuah resolusi untuk mempertahankan kemerdekaan dan bah-
wasannya perjuangan untuk merdeka adalah perang suci atau jihad. Resolusi tersebut kemu-
dian dikenal dengan Resolusi Jihad. Seruan jihad fisabilillah di sambut oleh para santri,
ulama dan rakyat turun ke medan pertempuran. Setidaknya 6,000 - 16,000 pejuang dari pihak
Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya hanya berbekal bambu
runcing, golok, keris serta tidak beralas kaki (nyeker) terjun ketengah pertempuran untuk
melawan dan mempertahankan proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 dengan lawan
tentara yang sudah terlatih dan berpengalaman di perang dunia II serta peralatan dan senjata
yang modern, surabaya di gempur dari darat, laut dan udara, tapi arek arek suraboyo tidak
gentar dan tidak mengenal rasa takut, dengan seruang Takbir menyambut musuh untuk mati
syahid di medan laga dengan semboyan Merdeka atau Mati. Pertempuran berdarah di Sura-
baya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di
seluruh Indonesia untuk melakukan perlawanan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat
sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pah-
lawan oleh Republik Indonesia.
Di forum diplomasi, Delegasi Indonesia sendiri akhirnya terpaksa menyetujui untuk
membayar sebagian utang untuk kerugian perang negara belanda karena mengagresi negara
Indonesia yang ditinggalkan Belanda atas nama Hindia Belanda yakni sebesar 4,3 miliar
gulden atau setara 1,13 miliar dollar AS saat itu, demi mendapatkan pengakuan kedaulatan
dari Belanda, harga yang sangat mahal untuk sebuah kedaulatan. Belum lagi meminta ganti
rugi untuk perusahan-perusahaan milik belanda yang dari dulu telah merampok kekayaan
bangsa Indonesia.
Begitu Panjang serta melelahkan untuk hidup merdeka, begitu banyak pengorbanan,
kesedihan yang harus di lalui untuk menggapai kebebasan. Tetapi semuanya itu seperti tidak
dihargai oleh Sebagian generasi penerus bangsa. Malah ada kelompok yang ingin mengubah
negara sesuia dengan keingin kelompok mereka. Sungguh tidak beradab mereka telah
melupakan jasa para pahlawan yang ingin membentuk negara untuk semua Ras, suku dan
golongan.
Dimana rasa Nasionalisme yang dulu mempersatukan kita ?... dimana rasa rela berkorban
itu ?... apa yang harus dilakukan untuk menumbuhkan Kembali nasionalisme dan rela
berkorban untuk negara?... hanya untuk kekuasaan rela menjual negara, hanya untuk jabatan
rela menipu rakyat

Anda mungkin juga menyukai