Anda di halaman 1dari 11

REFERAT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

POLIP SERVIKS

Oleh:

Farah Meidita Firdaus 201820401011142

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019

0
BAB 1

PENDAHULUAN

Polip serviks adalah pertumbuhan berlebih dari epitel kolumnar serviks dan
terjadi pada sekitar 2-5% wanita. Mereka biasanya tanpa gejala dan sering
ditemukan pada tes rutin serviks. Mereka dapat menyebabkan gejala seperti
perdarahan diluar siklus menstruasi, postcoital dan postmenopause serta
keputihan (Tirlapur et al., 2010). Polip serviks paling sering terlihat pada wanita
dengan perdarahan uterus. Polip serviks relatif umum dan memiliki fokal
hiperplasia epitel kolumnar endoserviks. Serviks polip biasanya tidak bergejala,
tetapi polip besar bisa terjadi dengan peningkatan keputihan dan perdarahan. Polip
serviks dengan ukuran umum kurang dari 2 cm adalah patologi yang cukup umum
pada populasi wanita dewasa. Mereka paling sering terjadi pada wanita multipara
(Ota et al., 2017).

Meskipun sebagian besar polip serviks jinak, keganasan harus dipikirkan


pada setiap polip yang tampak abnormal atau berukuran lebih dari 4 cm. Insiden
transformasi ganas dalam kehamilan adalah 1,7% dan 5% dari polip serviks yang
bergejala adalah prakanker atau kanker. Tidak ada pedoman yang tersedia untuk
penatalaksanaan polip serviks pada kehamilan, tetapi telah disepakati bahwa polip
serviks yang simtomatik harus dikelola dengan polipektomi atau pengangkatan
polip (Hamadeh et al., 16th World Congress in Fetal Medicine). Tindakan
pengangkatan polip dilakukan ketika telah diidentifikasi, dengan alasan utama
adalah kekhawatiran tentang potensi keganasan. Alasan lain untuk pengangkatan
adalah adanya gejala serta permintaan dari pasien (Mackenzie et al., 2009).

1
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi
Serviks uteri atau biasa disebut serviks terdapat di setengah hingga
sepertiga bawah uterus, berbentuk silindris, dan menghubungkan uterus dengan
vagina melalui kanal endoservikal. Serviks uteri terdiri dari portio vaginalis,
yaitu bagian yang menonjol ke arah vagina dan bagian supravaginal. Panjang
serviks uteri kira-kira 2,5-3cm dan memiliki diameter 2-2,5 cm. Pada bagian
anterior serviks berbatasan dengan kantung kemih. Pada bagian posterior,
serviks ditutupi oleh peritoneum yang membentuk garis cul-de-sac (Snell,
2006).
2. Definisi

Polip serviks adalah lesi serviks yang paling umum, yang mempengaruhi
hingga 10% wanita, dengan tingkat kekambuhan yang dilaporkan sebesar
6,2%. Mereka muncul dari kanal endoserviks atau, lebih jarang, dari
ektoserviks dan bervariasi ukurannya dari 5 mm sampai 50 mm. Mereka
biasanya berwarna merah ceri ke ungu keunguan, lembut, lentur, berdaging,
pedunculated, gembur dan mudah berdarah saat disentuh. Lebih dari 60%
wanita yang mengalami polip serviks berusia antara 40 dan 65 tahun yang
telah memiliki setidaknya 1 anak, dan 45% di antaranya pascamenopause.
Meskipun sebagian besar polip serviks jinak, keganasan harus dipikirkan pada
setiap polip yang tampak abnormal atau berukuran lebih dari 4 cm (Hamadeh
et al., 16th World Congress in Fetal Medicine).

Polip sebenarnya adalah suatu adenoma maupun adenofibroma yang


berasal dari selaput lendir endoserviks. Struktur polip rapuh yang tumbuh dari
tangkai yang berakar pada permukaan serviks atau bagian dalam kanal serviks.
Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari vulva. Epitel yang melapisi
biasanya adalah epitel endoserviks yang dapat mengalami metaplasi. Bagian

2
ujung polip dapat mengalami nekrosis dan mudah berdarah. Polip berkembang
karena pengaruh radang, hormon, maupun virus. Polip hampir tidak pernah
terjadi pada wanita muda sebelum dimulainya menstruasi. Polip juga biasa
terjadi selama kehamilan. Hal ini dapat terjadi karena adanya peningkatan
hormon estrogen (Prawirohardjo, 2009).

3. Etiologi

Penyebab polip serviks masih belum diketahui. Peradangan kronis,


pengumpulan lokal/kongesti pembuluh darah serviks, respons lokal yang tidak
normal terhadap stimulasi hormon, dan teori-teori lain telah diajukan untuk
menjelaskan etiologinya (Uçar et al., 2016). Kemungkinan penyebab
terjadinya polip serviks adalah:

 Respon yang abnormal sehingga meningkatkan hormone estrogen


pada wanita
Peningkatan kadar hormon estrogen, biasanya menyertai kehamilan,
siklus estrus dan periode perimenopause, sepanjang masa hidup
seorang wanita. Kadar bisa meningkat seratus kali lipat selama
kehamilan. Ini mungkin memiliki efek mendalam pada perkembangan
polip serviks. Di sisi lain, lingkungan juga bisa menjadi sumber zat
mirip estrogen seperti xenoestrogen seperti yang ditemukan pada
daging olahan dan produk susu. Selain itu, estrogen kimia dapat
mencemari makanan yang dipanaskan dalam wadah plastik atau
styrofoam, dalam hal ini, polusi udara dari phthalate di penyegar udara
 Inflamasi yang kronik
─ Serviks yang meradang kemerahan dan licin. Beberapa
penyebab yang diketahui dari hal ini adalah:
─ Infeksi: bakteri, ragi, jamur dan virus, misalnya, kutil dan
infeksi HPV (juga penyebab kanker serviks)
─ Perubahan status hormonal
─ Kehamilan, keguguran, aborsi
─ Pemeriksaan pelvis berkala dianjurkan sebagai tindakan
pencegahan primer. Bintik kecil dipotong dari serviks untuk
konfirmasi laboratorium infeksi atau adanya sel abnormal.
 Penyumbatan pembuluh darah di serviks

3
Sirkulasi darah di serviks menjadi terganggu akibat penyumbatan
pembuluh darah selama kehamilan. Hal ini nampaknya meningkatkan
perkembangan polip. Pada wanita yang tidak hamil, polip yang
meradang dikaitkan dengan metaplasia dan predisposisi kanker.

Polip serviks sering terjadi terutama pada wanita di atas 20 tahun yang
sudah mempunyai anak. Polip jarang terjadi pada wanita yang masih belum
menstruasi. Kebanyakan wanita mempunyai satu polip, akan tetapi ada juga
wanita yang mempunyai 2 atau 3 polip.

4. Klasifikasi
a. Polip Ektoserviks
Polip ektoserviks sering diderita oleh wanita yang telah memasuki periode
paska-menopause, meskipun dapat pula diderita oleh wanita usia
produktif. Polip ektoserviks berwarna agak pucat atau merah daging,
lunak, dan tumbuh melingkar atau memanjang dari pedikel. Polip ini
tumbuh di area porsio dan jarang sekali menimbulkan perdarahan
sebagaimana polip endoserviks. Secara mikroskopis, jaringan polip
ektoserviks lebih banyak mengandung serat fibrosa di banding polip
endoserviks. Bagian luar polip ektoserviks dilapisi oleh epitel stratifikatum
skuamosa (Prawirohardjo, 2009).
b. Polip Endoserviks
Pertumbuhan polip berasal dari bagian dalam serviks. Biasanya pada
wanita premenopause (di atas usia 20 tahun) dan telah memiliki setidaknya
satu anak. Epitel yang melapisi biasanya adalah epitel kolumnar
endoserviks yang dapat juga mengalami metaplasi menjadi lebih
kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis serta mudah
berdarah (Prawirohardjo, 2009).

5. Patofisiologi
Polip dapat menyerang lapisan permukaan luar serviks (ektoserviks) dan
bagian dalam serviks (endoserviks). Serviks uteri pada nulipara dalam keadaan
normal kanalis servikalis bebas kuman, pada multipara dengan ostium uteri
eksternum lebih terbuka, batas ke atas os ostium uteri internum bebas kuman.
Radang pada serviks uteri, bisa terdapat pada porsio uteri diluar ostium uteri

4
eksternum dan pada endoserviks. Penyakit gonore, sifilis, ulkus, molle dan
granuloma inguinale dan TBC dapat ditemukan peradangan kronis pada
serviks. Karena adanya peradangan yang kronis atau virus yang memicu
endoserviks merespon dengan timbulnya adenoma-adenoma fibroma
(hiperplasia pada epitel endoserviks). Setelah epitel endoserviks tumbuh
menonjol dan bertangkai dan dapat memanjang keluar dari vulva, ujungnya
mengalami neksrosis serta mudah berdarah (Prawirohardjo, 2009).
6. Gambaran Klinis
Polip serviks bervariasi dari tunggal hingga multipel, berwarna merah
terang, rapuh, dan strukturnya menyerupai spons. Polip serviks bervariasi
dalam ukuran mulai dari 5mm hingga 50mm. Polip umumnya berwarna merah
ceri hingga merah keunguan, lunak, lentur, berdaging, bertangkai, rapuh dan
mudah berdarah saat disentuh (Mackenzie et al., 2009). Kebanyakan polip
ditemukan berupa penjuluran bewarna merah yang terang yang terjepit atau
keluar dari ostium servis. Walaupun sebagian besar polip berdiameter kecil
tetapi pertumbuhannya mungkin saja mencapai ukuran beberapa sentimeter.
Panjang tangkai polip juga bervarisi dari ukuran di bawah 1 cm (protrusi
melalui ostium serviks) hingga mencapai beberapa sentimeter sehingga
memungkinkan ujung distal polip mencapai atau keluar dari introitus vagina
(Schnatz et al., 2009).
7. Gejala Klinis
Polip serviks mungkin tidak menimbulkan gejala apapun. Namun begitu
gejala yang didapatkan bisa berupa:
a. Keputihan yang bisa berbau busuk jika terjadi infeksi
b. Perdarahan antara periode menstruasi
c. Perdarahan yang lebih berat selama periode mestruasi
d. Perdarahan setelah hubungan intim (post-coital bleeding)
e. Perdarahan setelah menopause
Polip simptomatik lebih sering terjadi pada wanita premenopause
sedangkan polip asimptomatik lebih sering terjadi pada wanita pasca-
menopause (Gopalan, et al., 2017).
8. Diagnosis
Banyak polip endoserviks yang diketahui melalui pemeriksaan visual
selama pemeriksaan panggul. Diagnosis polip serviks dibuat dengan cara
menginspeksi serviks menggunakan spekulum. Jika terdapat pendarahan harus
dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan terutama keganasan

5
serviks dan endometrium. Gejala dari polip biasanya perdarahan diluar siklus
menstruasi, postcoital bleeding, leukorea, hipermenorrhea dan tidak terasa
nyeri. Pada pemeriksaan menggunakan spekulum, pemeriksa akan melihat
permukaan yang halus, warna merah atau keunguan, pertumbuhan ‘fingerlike’
pada serviks.
Pemeriksaan penunjang:
a. Pemeriksaan Laboratorium
Sitologi vagina dapat menunjukkan adanya tanda infeksi dan sering kali
ditemukan sel-sel atipik. Pemeriksaan darah dan urin tidak terlalu banyak
membantu menegakkan diagnosis.
b. Pemeriksaan Radiologi
Polip yang terletak jauh di endoserviks dapat dievaluasi melalui
pemeriksaan histerosalfingografi (pemeriksaan yang digunakan untuk
memeriksa rahim dan saluran telur menggunakan sinar x untuk melihat
adanya kelainan ukuran atau bentuk rahim yang dapat menyebabkan
infertilitas dan masalah dalam kehamilan) atau sonohisterografi (teknik
ultrasonografi bukan invasif yang dapat dilakukan saat siklus menstruasi)
dengan infus salin. Biasanya, hasil pemeriksaan ini memberikan hasil
yang bermakna dalam mengetahui adanya polip atau kelainan lainnya.
c. Pemeriksaan Khusus
Polip yang terletak jauh di kanal endoserviks tidak dapat dinilai melalui
inspeculo biasa, tetapi dapat dilakukan pemeriksaan khusus
menggunakan spekulum endoserviks atau histeroskopi. Seringkali polip
endoserviks ditemukan secara tidak sengaja pada saat dilakukan
pemeriksaan perdarahan abnormal. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan
untuk menyingkirkan adanya massa atau polip yang tumbuh dari uterus.
9. Diagnosis Banding
Diagnosis banding polip serviks adalah mioma uteri, polip endometrium dan
Adenomyoma of endocervical type.
a. Mioma Uteri
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot
polos rahim. Mioma uteri terjadi pada 20-25% perempuan di usia
reproduktif, tetapi oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti.
Insidensnya 3-9 kali lebih banyak pada ras kulit berwarna dibandingkan

6
dengan kulit ras putih. Selama 5 dekade terakhir, ditemukan 50% kasus
mioma uteri terjadi pada ras kulit berwarna.
b. Polip Endometrium
Tumor ini cukup sering dijumpai tetapi tidak dapat dipastikan jumlah
kejadianya. Usia penderita yang mengalami ganguan ini berkisar antara
12 hingga 81 tahun tetapi angka kejadian tertinggi terjadi di antara usia
30-59 tahun. Polip endometrial seringkali berupa penonjolan langsung
dari lapisan endometrium atau merupakan tumor bertangkai dengan
pembesaran di bagian ujungnya.Polip endometrium merupakan
pertumbuhan aktif stroma dan kelenjar endometrium secara fokal,
terutama sekali pada daerah fundus atau korpus uteri. Hampir sebagian
besar penderita tidak mengetahui/menyadari keberadaan polip
endometrial karena kelainan ini tidak menimbulkan gejala spesifik.
c. Adenomyoma of endocervical type
Adenomioma adalah varian pembentuk tumor adenomiosis
(endometriosis di miometrium) dan adenomioma kadang-kadang
disajikan sebagai polip serviks. Seringkali, komponen epitel
adenomyoma menunjukkan sel kolumnar mukosa endoserviks, bukan sel
glandular endometrium.

10. Penatalaksanaan
Indikasi pengobatan untuk polip serviks berasal dari beberapa faktor,
yaitu gejala, usia dan status reproduksi pasien, risiko komplikasi
ginekologi/obstetrik, jenis polip (tunggal, pedikulasi), asal (ektoserviks atau
endoserviks), dan jinak atau ganas. Pemeriksaan histologis adalah wajib
terutama jika keganasan dicurigai.
Bila dijumpai polip serviks, dokter dapat mengambil 2 macam tindakan:
a. Konservatif
Yakni bila ukuran polip kecil, tidak mengganggu, dan tidak
menimbulkan keluhan (misal sering perdarahan atau keputihan),
dokter akan membiarkan dan mengobservasi perkembangan polip
secara berkala.
b. Agresif

7
Yakni bila ukuran polip besar, ukuran membesar, mengganggu
aktivitas, atau menimbulkan keluhan. Tindakan agresif ini berupa
tindakan curettage atau pemotongan tangkai polip. Tindakan kuret
ini bisa dilakukan dengan rawat jalan, biasanya tidak perlu rawat
inap. Tapi untuk polip-polip yang ukurannya kecil (beberapa
milimeter) bisa dicoba pemberian obat yang dimasukkan melalui
vagina untuk mengurangi reaksi radang. Setelah pemberiannya
tuntas, diperiksa lagi, apakah pengobatan tersebut ada efeknya pada
polip atau tidak. Pada wanita tanpa gejala, polip yang berukuran
berdiameter kurang dari 2 cm dan mempunyai tangkai kurus,
tangkainya digenggam dengan forsep polip dan diputar beberapa kali
sampai dasar polipnya terlepas dari jaringan servik dasarnya,
tindakan ini disebut ekstirpasi. Bila terdapat perdarahan pervaginam
abnormal, maka diperlukan kuret untuk menyingkirkan keganasan
servik dan endometrium. Dianjurkan mengkauterisasi dasarnya
untuk mencegah perdarahan dan rekurensi. Jaringan polip dikirim ke
laboratorium patologi guna memastikan bahwa histologisnya jinak
atau sesuai dengan gambaran jaringan polip serviks (Cervical Polyp
Removal Consent, 2017).
11. Prognosis
Prognosis penyakit umumnya baik. Ekstirpasi sederhana dengan cara
menghilangkan langsung polip merupakan tindakan yang sangat kuratif dan
jarang sekali untuk berulang. 99% polip serviks akan tetap jinak dan 1% akan
di beberapa titik menunjukkan neoplastik berubah.
12. Komplikasi
Sangat jarang terjadi masalah atau komplikasi pada polip serviks. Pasien
mungkin mengalami perdarahan dan infeksi setelah tindakan pengangkatan
polip, namun dapat ditangani dengan penatalaksanaan yang benar (Cervical
Polyp Removal Consent, 2017).

8
BAB 3
PENUTUP

Polip serviks adalah pertumbuhan berlebih dari epitel kolumnar serviks dan
terjadi pada sekitar 2-5% wanita. Mereka biasanya tanpa gejala dan sering
ditemukan pada tes rutin serviks. Meskipun sebagian besar polip serviks jinak,
keganasan harus dipikirkan pada setiap polip yang tampak abnormal atau
berukuran lebih dari 4 cm. Polip biasanya berwarna merah ceri ke ungu keunguan,
lembut, lentur, berdaging, pedunculated, gembur dan mudah berdarah saat
disentuh. Polip hampir tidak pernah terjadi pada wanita muda sebelum dimulainya
menstruasi. Polip juga biasa terjadi selama kehamilan. Hal ini dapat terjadi karena
adanya peningkatan hormon estrogen. Penyebab polip serviks masih belum
diketahui. Peradangan kronis, pengumpulan lokal/kongesti pembuluh darah
serviks, respons lokal yang tidak normal terhadap stimulasi hormon, dan teori-
teori lain telah diajukan untuk menjelaskan etiologinya.

Polip simptomatik lebih sering terjadi pada wanita premenopause sedangkan


polip asimptomatik lebih sering terjadi pada wanita pasca-menopause. Tatalaksana
untuk polip serviks dibagi menjadi 2, yaitu konservatif dan agresif. Tindakan
konservatif dilakukan bila ukuran polip kecil, tidak mengganggu, dan tidak
menimbulkan keluhan. Tidakan agresif dilakukan jika pasien mengalami keluhan
atau menginginkan polip tersebut diangkat. Prognosis penyakit umumnya baik.
Ekstirpasi sederhana dengan cara menghilangkan langsung polip merupakan
tindakan yang sangat kuratif dan jarang sekali untuk berulang. Sangat jarang
terjadi masalah atau komplikasi pada polip serviks. Pasien mungkin mengalami
perdarahan dan infeksi setelah tindakan pengangkatan polip, namun dapat
ditangani dengan penatalaksanaan yang benar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Gopalan, Ushadevi, Rajendiran, Sathiyakala, Karnaboopathy, Ranganathan. 2017.


Clinicopathological Analysis of Cervical Polyps. International Journal of
Reproduction, Contraception, Obstetrics and Gynecology.

Hamadeh S, Addas B, Hamadeh N, Rahman J, Rahman MS. A Case of Huge


Symptomatic Endocervical Polyp. 16th World Congress in Fetal Medicine,
King Fahd Hospital of The Univeristy, Khobar, Saudi Arabia.

Information for Informed Consent Cervical Polyp Removal. Melody Woman’s


Health. Orange and San Bernardino Counties.

MacKenzie IZ, Naish C, Rees CM, Manek S. 2009. Why Remove All Cervical
Polyps and Examine Them Histologically? BJOG 116:1127-1129.

Ota, Kuniaki, Sato, Yasunori, and Shiraishi, Satoru. 2017. Giant Polyp of Uterine
Cervix: A Case Report and Brief Literature Review, iMedPub Journals Vol.3
No.2:49 Gynecology & Obstetrics Case Report ISSN 2471-8165.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Schnatz PF, Ricci S, O’Sullivan DM. 2009. Cervical Polyps in Postmenopausal


Women: Is There A Difference on Risk?

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik edisi 6. Jakarta: EGC.

Tirlapur, Seema Anushka, Adeyemo, Adewale, O’Gorman, Neil, Ojeme, Dan


Selo. 2010. Clinico-Pathological Study of Cervical Polyps, Arch Gynecology
Obstetry Chase Farm Hospital, The Ridgeway, UK.

Uçar, Mustafa Gazi, Uçar, Rahime Merve, İlhan, Tolgay Tuyan, Çakir, Tansel.
2016. Are Obesity, Diabetes, and Hypertension Risk Factors for Cervical
Polyps?. Turkiye Klinikleri Jinekoloji Obstetrik.

10

Anda mungkin juga menyukai