Nomor : 0617/RSH/VIII/2015
TENTANG
Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS Harapan, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gizi yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan Instalasi Gizi di RS Harapan dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya kebijakan Direktur RS Harapan sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan Instalasi gizi di RS Harapan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu
ditetapkan dengan Peraturan Direktur RS Harapan.
MEMUTUSKAN :
Direktur,
Kebijakan Umum
Kebijakan Khusus
2
makan bagi pasien baru yang datang di atas jam 19.00, tidak dilayani karena intalasi gizi
sudah tutup.
4. Asuhan gizi dimulai dari skrining, assesmen, penegakan diagnosa gizi, intervensi gizi,
monitoring dan evaluasi, termasuk di dalamnya adalah konsultasi gizi (rawat inap)
5. Asuhan gizi dilakukan oleh petugas yang berkompeten yaitu Ahli Gizi.
6. Skrining gizi dilakukan oleh Perawat dengan perangkat MST (Malnutrition Screening Tool)
menentukan kriteria pasien dengan resiko malnutrisi atau pasien tidak beresiko malnutrisi atau
pasien dengan kondisi khusus yang terdapat pada Form Pengkajian Keperawatan.
7. Kegiatan pelayanan konsultasi gizi dilaksanakan oleh petugas gizi yang tersertifikasi.
8. Pelayanan konsultasi gizi dilaksanakan di ruang rawat inap, ruang konsultasi.
9. Pengkajian (asesmen) gizi lanjut dilakukan pada kunjungan awal pasien baru dalam waktu 2 x
24 jam setelah diskrining sebagai dasar dalam menentukan diagnosis gizi dan intervensi gizi,
serta monitoring terapi gizi dilakukan oleh Ahli Gizi dan didokumentasikan di Form Asuhan
Gizi pada rekam medis pasien dengan format ADIME.
10. Asuhan gizi terstandar (assesmen ulang) pasien yang beresiko malnutrisi dan atau kriteria
khusus, termasuk monitoring respon pasien terhadap terapi gizi didokumentasikan pada rekam
medis pasien (dokumen terintegrasi) dengan format SOAP.
11. Ahli gizi harus menuliskan nama dan tanda tangan pada lembar pelayanan yang disediakan
setelah melakukan pelayanan terhadap pasien.
12. Ahli gizi harus melakukan identifikasi, komunikasi dan penjelasan mengenai makanan yang
diberikan kepada pasien.
13. Untuk menjamin ketersediaan bahan makanan yang berkualitas, maka harus dibuat perjanjian
kerjasama dengan pemasok yang harus dievaluasi secara berkala.
14. Untuk menjamin mutu bahan makanan yang berkualitas, maka bahan makanan yang dikirim
pemasok, wajib di cek oleh petugas yang ditunjuk, serta penggunaannya sesuai dengan sistem
fist in first out/FIFO, juga tersedia ruang penyimpanan yang representative dan terpelihara
dengan baik.
15. Sebelum makanan disajikan harus ada kontrol mutu dari petugas yang ditunjuk. Berdasarkan
citarasa dan ketepatan diet setiap pasien. Petugas kontrol mutu berdasarkan cita rasa adalah
Kepala Ruang Pengadaan Makanan/ Ahli Gizi Pengadaan Makanan, sedangkan pengecekan
ketepatan diet dilakukan oleh Ahli Gizi Ruangan.
16. Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi kontaminasi dan pembusukan.
17. Peralatan memasak, peralatan penyajian (trolli) dan alat makan pasien harus tersedia dalam
jumlah yang cukup, siap pakai dan terpelihara dengan baik, serta tersedia ruang penyimpanan
yang representative dan terpelihara dengan baik, inventarisasi peralatan masak dan alat makan
dilaporkan secara berkala.
3
18. Instalasi Gizi melayani pemesanan konsumsi untuk rapat atau in house training.
19. Pasien kelas I, II, dan III yang puasa tidak mendapat pelayanan makan.
20. Jika ada tindakan operasi/ operasi masal maka perawat kamar bedah memesankan menu untuk
tim operasi pada jam kerja instalasi gizi.
21. Keluarga pasien yang mem”booking” kamar perawatan diberikan pelayanan makan sesuai
dengan kelas kamar perawatan yang di”booking”.
Direktur,