Anda di halaman 1dari 6

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HARAPAN

Nomor : 0617/RSH/VIII/2015

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GIZI


DI RUMAH SAKIT HARAPAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT HARAPAN

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS Harapan, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gizi yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan Instalasi Gizi di RS Harapan dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya kebijakan Direktur RS Harapan sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan Instalasi gizi di RS Harapan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu
ditetapkan dengan Peraturan Direktur RS Harapan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/
PER/III/2011 tentang Keselamatan Pasien;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/
SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia
Nomor 23/KEP/M.PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka
Kreditnya;
6. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan 2013;
7. Surat Keputusan Pengurus Yayasan Harapan Romora no. 404/YH/10/VIII/2015,
tetang penetapan sturktur organisasi Rumah Sakit Harapan.
8. Surat Keputusan Pengurus Yayasan Harapan Romora Pematangsiantar Nomor :
435/YH/01/IX/2015, tentang pengangkatan dr. Marihat Ginting, sebagai Direktur
Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar periode kedua 2015-2018.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RS HARAPAN TENTANG KEBIJAKAN


PELAYANAN INSTALASI GIZI RS HARAPAN;
Pertama : Kebijakan Pelayanan Instalasi Gizi RS Harapan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Direktur ini;
Kedua : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gizi RS Harapan
dilaksanakan oleh Kepala Divisi Penunjang Medis RS. Harapan;
Ketiga : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dengan ketentuan bahwa segala
sesuatunya akan ditinjau lagi dan diperbaiki kembali sebagaimana mestinya apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.

Ditetapkan di Pematang Siantar


pada tanggal, Februari 2016

Direktur,

dr. Marihat Ginting


Lampiran
Peraturan Direktur
Rumah Harapan
Nomor :
Tanggal :

KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GIZI


RUMAH SAKIT HARAPAN

Kebijakan Umum

1. Secara umum Instalasi Gizi RS Harapan memberikan pelayanan berupa:


a. Penyelenggaraa makanan bagi pasien rawat inap, maupun karyawan
b. Pelayanan gizi bagi pasien rawat jalan.
2. Pelayanan gizi RS Harapan diselenggarakan di Instalasi Gizi yang dipimpin oleh ahli gizi yang
telah memenuhi persyaratan didukung oleh staf yang memadai baik dari segi kuantitas maupun
kualitas.
3. Pelayanan di Instalasi Gizi harus selalu berorientasi kepada mutu, keselamatan pasien dan
kepuasan pelanggan.
4. Semua petugas Ahli Gizi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
6. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional yang
berlaku, etika profesi, etiket, dan menghormati hak pasien.
7. Pelayanan Instalasi Gizi dilaksanakan 14 jam sehari, 7 hari dalam seminggu.
8. Evaluasi Mutu pelayanan gizi mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal Instalasi Gizi.
9. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
10. Setiap bulan wajib membuat laporan.
11. Untuk mengelola pelayanan secara efektif harus ditetapkan Bagan Organisasi Instalasi dan
uraian tugas secara tertulis untuk semua staf dan harus dievaluasi secara berkala sesuai tuntutan
pelayanan.
12. Rancang bangun dan ruang pelayanan harus memenuhi syarat kebersihan, keamanan, dan
kenyamanan serta alur kerja yang efisien.
13. Tersedia alat pelindung diri yang relevan dan dilaksanakan secara konsisten.
14. Untuk memberikan pedoman operasional pelayanan gizi harus ditetapkan kebijakan dan
prosedur tetap pelayanan, yang harus dievaluasi secara berkala sesuai tuntutan pelayanan dan
perkembangan pola pelayanan gizi.
1
15. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan harus diselenggarakan program:
a. Orientasi bagi karyawan baru.
b. Pendidikan / pelatihan berkesinambungan untuk seluruh staf.
c. Keikutsertaan ahli gizi dalam pertemuan – pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh
ikatan profesi atau lembaga lain yang relevan.
d. Rapat koordinasi dengan seluruh staf guna membahas permasalahan pelayanan gizi dan
menjalin komunikasi timbal balik yang efektif serta evaluasi pelayanan gizi wajib
dilaksanakan rutin bulanan minimal satu bulan sekali.
e. Evaluasi kinerja staf dan memberikan feed backnya kepada masing – masing staf secara
periodik.

Kebijakan Khusus

1. Sistem distribusi makanan ke pasien menggunakan sistem distribusi Desentralisasi dan


dilaksanakan secara tepat waktu.
2. Tersedianya peraturan pemberian makan, siklus menu standar maupun siklus menu pilihan,
standar resep, standar bumbu dan standar porsi untuk keperluan perencanaan menu, pemesanan
bahan makanan, persiapan bahan makanan, pengolahan makanan hingga proses distribusi
makanan.
3. Pelayanan gizi diselenggarakan mulai jam 04.00 sampai 19.00 WIB
a. Jam pelayanan makan pasien lama, diatur sebagai berikut:
Makan pagi : 06.15 – 07.00
Snack pagi : 09.00 – 10.30
Makan siang : 11.30 – 12.00
Snack sore : 14.30 – 15. 30
Makan sore : 17.00 – 18.00

b. Jam pelayanan makan pasien baru diatur sebagai berikut:


Makan pagi : 06.15 – 08.00
Snack pagi : 09.00 – 10.30
Makan siang : 11.30 – 13.00 c. Pel
Snack sore : 14.30 – 15.30 ay
Makan sore : 17.00 – 19.00 an
an

2
makan bagi pasien baru yang datang di atas jam 19.00, tidak dilayani karena intalasi gizi
sudah tutup.
4. Asuhan gizi dimulai dari skrining, assesmen, penegakan diagnosa gizi, intervensi gizi,
monitoring dan evaluasi, termasuk di dalamnya adalah konsultasi gizi (rawat inap)
5. Asuhan gizi dilakukan oleh petugas yang berkompeten yaitu Ahli Gizi.
6. Skrining gizi dilakukan oleh Perawat dengan perangkat MST (Malnutrition Screening Tool)
menentukan kriteria pasien dengan resiko malnutrisi atau pasien tidak beresiko malnutrisi atau
pasien dengan kondisi khusus yang terdapat pada Form Pengkajian Keperawatan.
7. Kegiatan pelayanan konsultasi gizi dilaksanakan oleh petugas gizi yang tersertifikasi.
8. Pelayanan konsultasi gizi dilaksanakan di ruang rawat inap, ruang konsultasi.
9. Pengkajian (asesmen) gizi lanjut dilakukan pada kunjungan awal pasien baru dalam waktu 2 x
24 jam setelah diskrining sebagai dasar dalam menentukan diagnosis gizi dan intervensi gizi,
serta monitoring terapi gizi dilakukan oleh Ahli Gizi dan didokumentasikan di Form Asuhan
Gizi pada rekam medis pasien dengan format ADIME.
10. Asuhan gizi terstandar (assesmen ulang) pasien yang beresiko malnutrisi dan atau kriteria
khusus, termasuk monitoring respon pasien terhadap terapi gizi didokumentasikan pada rekam
medis pasien (dokumen terintegrasi) dengan format SOAP.
11. Ahli gizi harus menuliskan nama dan tanda tangan pada lembar pelayanan yang disediakan
setelah melakukan pelayanan terhadap pasien.
12. Ahli gizi harus melakukan identifikasi, komunikasi dan penjelasan mengenai makanan yang
diberikan kepada pasien.
13. Untuk menjamin ketersediaan bahan makanan yang berkualitas, maka harus dibuat perjanjian
kerjasama dengan pemasok yang harus dievaluasi secara berkala.
14. Untuk menjamin mutu bahan makanan yang berkualitas, maka bahan makanan yang dikirim
pemasok, wajib di cek oleh petugas yang ditunjuk, serta penggunaannya sesuai dengan sistem
fist in first out/FIFO, juga tersedia ruang penyimpanan yang representative dan terpelihara
dengan baik.
15. Sebelum makanan disajikan harus ada kontrol mutu dari petugas yang ditunjuk. Berdasarkan
citarasa dan ketepatan diet setiap pasien. Petugas kontrol mutu berdasarkan cita rasa adalah
Kepala Ruang Pengadaan Makanan/ Ahli Gizi Pengadaan Makanan, sedangkan pengecekan
ketepatan diet dilakukan oleh Ahli Gizi Ruangan.
16. Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi kontaminasi dan pembusukan.
17. Peralatan memasak, peralatan penyajian (trolli) dan alat makan pasien harus tersedia dalam
jumlah yang cukup, siap pakai dan terpelihara dengan baik, serta tersedia ruang penyimpanan
yang representative dan terpelihara dengan baik, inventarisasi peralatan masak dan alat makan
dilaporkan secara berkala.
3
18. Instalasi Gizi melayani pemesanan konsumsi untuk rapat atau in house training.
19. Pasien kelas I, II, dan III yang puasa tidak mendapat pelayanan makan.
20. Jika ada tindakan operasi/ operasi masal maka perawat kamar bedah memesankan menu untuk
tim operasi pada jam kerja instalasi gizi.
21. Keluarga pasien yang mem”booking” kamar perawatan diberikan pelayanan makan sesuai
dengan kelas kamar perawatan yang di”booking”.

Ditetapkan di Pematang Siantar


pada tanggal, Februari 2016

Direktur,

dr. Marihat Ginting

Anda mungkin juga menyukai