Anda di halaman 1dari 25

BAB VII

PERSEDIAAN

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah membaca dan mengkaji bab ini, pembaca akan mampu:
1. mengetahui dan memahami definisi dan klasifikasi persediaan;
2. menjelaskan dan memahami masalah kepemilikan persediaan;
3. melakukan pencatatan persediaan;
4. melakukan pengukuran dan penilaian persediaan;
5. melakukan penyajian dan pengungkapan persediaan dalam laporan keuangan; dan
6. mengetahui dan memahami dampak dari kesalahan akuntansi persediaan.

RUJUKAN
PSAK 14 : Persediaan, 2008

7.1 PENDAHULUAN
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang mengatur perlakuan akuntansi tentang
persediaan diatur dalam PSAK nomor 14 (Revisi 2008), dengan penyesuaian terakhir pada
tanggal 27 Agustus 2014. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah penentuan
jumlah biaya yang diakui sebagai aset dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas aset tersebut
sampai pendapatan terkait diakui. Pernyataan ini menyediakan pedoman dalam menentuan biaya
dan pengakuan selanjutnya sebagai beban, penurunan menjadi nilai realisasi neto, dan pedoman
rumus biaya yang digunakan untuk menentukan biaya persediaan (IAI, 2018: 14.1).
Persediaan adalah aset (IAI, 2018: 14.2) :
a. tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
b. dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
c. dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.
Persediaan yang dimiliki oleh produsen produk agrikultur dan kehutanan, hasil agrikultur
setelah panen, dan mineral dan produk mineral (sepanjang produk tersebut diukur pada nilai
realisasi neto sesuai dengan praktek yang berlaku di industri tersebut) tidak diatur dalam PSAK
14 ini. PSAK 14 juga tidak berlaku untuk pialang-pedagang komoditi yang mengukur
persediaannya pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.

77
78

Berdasarkan pengertian tersebut, maka terdapat jenis persediaan yang berbeda antara
perusahaan dagang dan perusahaan industri. Perbedaannya ialah :
1. Bagi perusahaan dagang, persediaan barang dagangan yang dibeli untuk dijual secara
langsung. Contoh : persediaan pada toko-toko departement store dan supermarket.
2. Bagi perusahaan manufaktur, barang yang dibeli diolah lebih dahulu melalui proses produksi
menjadi barang jadi yang kemudian dijual. Persediaan dalam perusahaan manufaktur secara
umum meliputi:
a. Persediaan barang mentah
Yang termasuk dalam ini adalah bahan baku dan bahan pembantu yang akan diproses
untuk menjadi produk jadi.
Bahan baku adalah bahan-bahan pembentuk utama produk dan secara langsung dapat
dilacak secara langsung pada produk jadi. Contoh : Kertas sebagai bahan baku bagi
perusahaan percetakan.
Bahan pembantu adalah bahan-bahan yang tidak bisa dilacak secara langsung pada produk
jadi. Contoh : lem, benang bagi perusahaan percetakan.
b. Persediaan bahan proses
Adalah barang yang sedang diproses yang sampai pada tanggal neraca belum selesai dan
masih perlu pengerjaan lebih lanjut.
c. Barang jadi
Adalah barang-barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses produksi dan siap untuk
dijual.
Kriteria umum penuntun jenis persediaan di atas tergantung dari perlu tidaknya proses
lebih lanjut disamping itu sifat barang yang diklasifikasikan sebagai persediaan bervariasi
menurut sifat aktivitas perusahaan. Misalnya, bagi kebanyakan perusahaan tanah termasuk pos
aset tetap, tetapi bagi perusahaan real estate tanah termasuk persediaan.
Berikut disajikan ilustrasi perbandingan klasifikasi Persediaan untuk Perusahaan Dagang
dan perusahaan Manufaktur.
79

Gambar 7.1
Perbandingan Klasifikasi Persediaan di Perusahaan Dagang dan Manufaktur

Contoh pengungkapan klasifikasi persediaan di perusahaan dagang (PT Matahari Dept. Store Tbk) dan
perusahaan manufaktur (PT Astra Otoparts Tbk)
80

Contoh pengungkapan klasifikasi persediaan di perusahaan pertambangan (PT Aneka Tambang Tbk),
Perusahaan Kehutanan (PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk), dan perusahaan Real Estat (PT Agung
Podomoro Land, Tbk)

Karakteristik dari industri akan mempengaruhi pengelompokan persediaannya. Berikut


ilustrasi pengelompokan persediaan di perusahaan yang bergerak di industri kehutanan,
pertambangan, dan real estat.
Gambar 7.2
Perbandingan Klasifikasi Persediaan
di Perusahaan Pertambangan, Kehutanan dan Real Estat
81
82

7.2 MASALAH KEPEMILIKAN PERSEDIAAN


Pengakuan (recognition) persedian berkaitan dengan proses pembentukan akun
persediaan yang memenuhi definisi unsur dan kriteria pengakuannya dalam laporan posisi
keuangan. Sehingga pengakuan persediaan berkaitan erat dengan masalah kepemilikan
persediaan.
Hak pemilikan menentukan dapat tidaknya suatu barang dicatat dalam persediaan.
Barang yang dapat dicatat yaitu barang yang hak pemilikannya sudah pindah secara sah.
Kesulitan yang umumnya ditemukan yaitu kasus-kasus sebagai berikut :
A. Barang dalam Perjalanan (Goods in Transit)
Untuk mengetahui pemiliknya yaitu dengan melihat syarat pengiriman barang. Barang
tersebut ada dua syarat pengiriman yaitu FOB Shipping Point dan FOB Destination.
83

Gambar 7.2
Ilustrasi FOB Shipping Point dan FOB Destination

Sumber:https://www.capitalbudgetingtechniques.com

1. F.o.b shipping point


Penjual mencatat penjualan dan mengurangi persediaan pada saat penjual menyerahkan
barang pada pihak pengangkut atau dengan kata lain setelah ia mengirimkan barangnya
dari gudang. Pembeli biasanya dalam praktek mencatat setelah ia benar-benar menerima
barang meskipun barang dalam perjalanan ini sudah menjadi haknya.
2. F.o.b destination
Penjual mencatat penjualan dan mengurangi persediaan setelah barang diterima oleh
pembeli dan bersamaan dengan itu haknya pindah kepada pembeli.Pembeli mencatat
pembelian dan menambah persediaan pada saat barang sudah diterima.
B. Barang-barang Konsinyasi (Consigned Goods)
Hak atas barang-barang yang dititipkan untuk dijual masih ada pada pengirim (consignor)
sebelum terjadinya penjualan oleh pedagang konsinyasi (consignee). Pada waktu menerima
barang atau menjualnya consignee hanya membuat catatan (memo) yang diserahkan pada
consignor pada saat penjualan. Setelah itu consignor mencatat dan mengurangi persediaan
barangnya.
C. Penjualan Angsuran (Sales on Installment)
Hak atas barang masih tetap pada penjualan sampai harga jual dibayar seluruhnya. Penjual
akan mencatat barang-barang tersebut dalam persediaan dikurangi dengan jumlah yang sudah
dibayar. Pembeli akan mencatat dalam persediaannya sejumlah yang sudah dibayarkan.
84

7.3 BIAYA PERSEDIAAN


Pengukuran persediaan berkaitan dengan proses penetapan jumlah uang (moneter) untuk
pos persediaan dalam neraca dan laporan laba rugi. Proses ini menyangkut pengakuan biaya-
biaya yang membentuk persediaan.
Pengakuan biaya-biaya dalam proses akuisisi persediaan umumnya berdasarkan pada
dasar biaya (cost basis).
A. Biaya Produk (Product Cost)
Biaya produk adalah biaya yang "melekat" pada persediaan, dan dicatat dalam akun
persediaan; biaya ini terkait secara langsung transfer barang sampai ke lokasi bisnis pembeli
dan pengubahan barang tersebut ke kondisi yang siap dijual (Kieso, et al., 2011:417).
B. Biaya Periode (Period Cost)
Biaya periode adalah biaya yang secara tidak langsung berkaitan dengan akuisisi atau proses
produksi suatu barang. Biaya-biaya ini tidak dicatat sebagai akun persediaan, namun sebagai
biaya periode berjalan, contohnya biaya penjualan (Kieso, et al., 2011:418).
C. Perlakuan Diskon Pembelian
Diskon pembelian mengurangi harga pembelian; ada dua pendekatan yang digunakan untuk
mencatat diskon pembelian yaitu net method dan gross method. Berikut disajikan ilustrasi
untuk kedua metode tersebut (Kieso, et al., 2011: 419):
Gross Method Net Method
Biaya pembelian $10,000, syarat 2/10, n 30
Pembelian 10,000 Pembelian 9,800
Hutang usaha 10,000 Hutang usaha 9,800
($ 10,000 – ($10,000x2%)) = $9,800
Faktur sebesar $4,000 dibayar dalam periode diskon
Hutang usaha 4,000 Hutang Usaha 3,920
Diskon Pembelian 80 Kas 3,920
Kas 3,980 ($4,000-(4,000 x2%))= $3,920
($4,000 x 2% = $ 80)

Faktur sebesar $6,000 dibayar setelah periode diskon


Hutang Usaha 6,000 Hutang usaha 5,880
Kas 6,000 Diskon pembelian yang hilang 120
($10,000 - $ 4,000 = $ 6,000) Kas6,000
($6,000 x 2% = $120)

7.4 METODE PENCATATAN PERSEDIAAN


Jumlah barang yang tersedia untuk dijual atau dipakai, yang dimiliki perusahaan pada suatu
waktu tertentu adalah sangat penting untuk diketahui dalam mengelola suatu perusahaan.Terdapat
dua metode akuntansi untuk mengetahui jumlah kuantitas atau unit fisik persediaan yang dimiliki
perusahaan pada suatu saat tertentu, yaitu metode perpetual dan periodik.
85

1. Metode Pencatatan Perpetual


Metode ini mencatat terus mutasi perubahan persediaan baik pembelian atau penjualan
barang-barang dalam rekening persediaan.Sehingga dengan hanya melihat catatan dalam
perkiraan ini, perusahaan sudah dapat mengetahui berapa sisa persediaan barang yang masih
ada di gudang, tanpa melakukan stock opname (perhitungan fisik).
2. Metode Fisik/Periodik
Pada metode fisik ini semua pemasukan (pembelian) dan pengeluaran (penjualan) barang,
tidak dibukukukan ke dalam rekening persediaan yang bersangkutan. Pembelian barang
dagangan dibukukan ke dalam perkiraan pembelian beserta perkiraan-perkiraan yang
menyertainya, yaitu perkiraan purchase discount (potongan pembelian) dan retur pembelian
sebesar harga perolehan. Pengeluaran (penjualan) barang dibukukan ke dalam perkiraan
penjualan dan perkiraan yang menyertainya seperti potongan penjualan dam retur penjualan.
Dengan demikian perkiraan persediaan hanya menunjukkan nilai persediaan awal dan
persediaan akhir barang yang bersangkutan saja. Oleh sebab itu untuk mengetahui persediaan
akhir harus dilakukan perhitungan secara fisik barang-barang yang ada di gudang. Berikut
disajikan ilustrasi perbedaan kedua metode pencatatan tersebut:
Perpetual Fisik/Periodik
Persediaan awal, 100 unit @ Rp 6.000
Rekening persediaan menunjukkan saldo sebesar Rp Rekening persediaan menunjukkan saldo sebesar Rp
600.000 600.000
Pembeliaan 900 unit pada harga @ Rp 6.000
Persediaan 5.400.000 Pembelian 5.400.000
Hutang Dagang 5.400.000 Hutang Dagang 5.400.000
Penjualan 600 unit pada harga @ Rp 12.000
Piutang Dagang 7.200.000 Piutang Dagang 7.200.000
Penjualan 7.200.000 Penjualan 7.200.000
(600 unit x Rp 12.000)
Harga Pokok Penjualan 3.600.000 (tidak ada jurnal)
Persediaan 3.600.000
(600 unit x Rp 6.000)
Jurnal akhir periode untuk mencatat persediaan, 400 unit @ Rp 6.000
Tidak ada jurnal. Persediaan (akhir, perhitungan fisik) 2.400.000
Harga Pokok Penjualan 3.600.000
Pembelian 5.400.000
Persediaan (awal) 600.000

7.5. METODE PENILAIAN PERSEDIAAN


Penilaian persediaan mempunyai arti yang sangat penting implikasinya pada laporan
posisi keuangan dan laba rugi. Metode penilaian persediaan merupakan bagian dari pengukuran
persediaan, karena berkaitan dengan penentuan nilai persediaan. Pada sub bab ini akan dijelaskan
beberapa metode penilaian. Baik cara pencatatan menurut metode fisik atau metode perpetual,
86

pada waktu-waktu tertentu akan menghadapi masalah penilaian persediaan, khususnya apabila
harga barang-barang tidak selalu sama melainkan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Ada dua
pendekatan dalam melakukan penilaian persediaan yaitu:
1. Pendekatan Dasar Biaya
a. Metode Identifikasi Khusus
Metode ini digunakan dengan cara mengidentifikasi setiap barang yang dijual dan setiap
barang dalam rekening persediaan. Metode ini hanya bisa digunakan dalam kondisi yang
memungkinkan perusahaan memisahkan pembelian yang berbeda yang telah dilakukan secara
fisik (Kieso et al., 2011: 420).Barang atau jas ayang dijual biasanya bersifat unik/khusus,
misalnya karya seni, bangunan rumah/kantor, gaun pengantin yang dirancang khusus, atau
produk lainnya yang terancang secara khusus. Berikut ilustrasi dari metode identifikasi
khusus.
Tanggal Transaksi Nama barang Unit Harga satuan Jumlah
2 Februari Pembelian Anting berlian B1 1 Rp 150.000.000 Rp 15.000.000
15 Februari Pembelian Kalung delima D2 1 250.000.000 265.000.000
28 Februari Penjualan Anting berlian B1 1 (15.000.000) 250.000.000
28 Februari Pembelian Cincin saphir C2 2 200.000.000 650.000.000

b. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out)


Metode ini mengasumsikan barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang
digunakan (dalam perusahaan manufaktur) atau dijual (dalam perusahaan dagang) (Kieso et
al., 2011: 422). Dengan demikian saldo persediaan pada akhir periode adalah barang-barang
yang masuk paling akhir.
Contohnya, dengan asumsi PT SuryaMart menggunakan sistem persediaan perpetual,
perhitungan nilai persediaan akhirnya sbb.
Tanggal Pembelian Penjualan Saldo
2 Januari 1.000 @ Rp 500 Rp 500.000 1.000 @ Rp 500 Rp 500.000
3 Feb 3.000 @ 450 1.350.000 1.000 @ Rp 500 500.000
3.000 @ 450 1.350.000
1.850.000
1 Maret 1.000 @ Rp 500 Rp 500.000

1.000 @ 450 450.000 2.000 @ 450 900.000


30 Maret 500 @ 425 212.500 2.000 @ 450 900.000
500 @ 425 212.500
1.112.500
87

Nilai persediaan akhir dalam kasus ini adalah Rp 1.112.500 dan harga pokok penjualan
adalah Rp 950.000 (Rp 500.000 + Rp 450.000).Jika yang digunakan adalah sistem persediaan
fisik/periodik maka perhitungan persediaan akhir dan harga pokok penjualannya sbb.
Tanggal Jumlah (unit) Biaya per unit Total Biaya
30 Maret 500 Rp 425 Rp 212.500
3 Feb 2.000 450 900.000
Persediaan akhir 2.500 1.112.500
Biaya Barang yang tersedia untuk dijual (telah dihitung sebelumnya) Rp 2.062.500
Dikurangi: Persediaan akhir 1.112.500
Harga Pokok Penjualan 950.000

c. Metode Biaya Rata-rata (Average Cost Method)


Metode ini menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas dasar biaya rata-
rata barang yang sama yang tersedia selama satu periode (Kieso et al., 2011: 421). Jika sistem
yang digunakan perpetual, maka metode biaya rata-rata yang dipakai disebut metode rata-rata
bergerak (moving average method).Berikut ilustrasinya.
Tanggal Pembelian Penjualan Saldo
2 Januari 1.000 @ Rp 500 Rp 500.000 1.000 @ Rp 500 Rp 500.000
3 Feb 3.000 @ 450 1.350.000 4.000 @ Rp462.5 1.850.000
(1000 (1.850.000 (500.000 +
unit + :4000) 1.350.000)
3000
unit)

1 Maret 2.000 @Rp462.5 Rp 925.000 2.000 @ 462.5 925.000


(4000 (1.850.000-
- 925.000)
2000)
30 Maret 500 @ 425 212.500 2.500 @ 455 1.137.500
(2000 (1.137.500 (925.000
+500) : 2500) +212.500)

Dalam metode ini biaya rata-rata per unit yang baru akan dihitung setiap kali pembelian
dilakukan. Harga pokok penjualan dengan metode ini sebesar Rp 925.000, dan nilai
persediaan akhir sebesar Rp 1.137.500.Jika perusahaan menggunakan sistem fisik/periodik,
maka dalam perhitungan biaya rata-rata harus memperhitungkan saldo awal perusahaan.
Persediaan awal harus dimasukkan dalam total unit yang tersedia dan total biaya barang yang
tersedia untuk dijual ketika menghitung biaya rata-rata per unit. Metode biaya rata-rata yang
digunakan dalam sistem fisik disebut metode rata-rata tertimbang (weighted-average method).
Berikut contohnya:
88

Tanggal Beli Jumlah (unit) Biaya per unit Total Biaya


2 Januari 1.000 Rp 500 Rp 500.000
3 Feb 3.000 450 1.350.000
30 Maret 500 425 212.500
Total barang tersedia 4.500 2.062.500
Biaya rata-rata tertimbang per unit Rp 2.062.500/4.500 unit = Rp 458,3 /unit
Persediaan akhir (dalam unit) 2.500 unit
Persediaan akhir 2.500 x Rp 458,3 = Rp 1.145.750
Biaya barang yang tersedia untuk dijual Rp 2.062.500
Dikurangi: Persediaan akhir 1.145.750
Harga Pokok Penjualan 916.750

2. Metode Penilaian Tambahan


a. Nilai Terendah antara Biaya dan Nilai Realisasi Bersih (Lower-of-Cost-Or-Net Realizable
Value/LCNRV)
Persediaan diukur pada mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi
bersih (IAI, 2018:14.2). Persediaan yang mengalami penurunan nilai manfaat masa depan
akan dinilai berdasarkan nilai terendah antara biaya dan nilai realisasi bersih. Hal tersebut bisa
terjadi jika persediaan telah usang atau harga jualnya telah menurun.
Biaya adalah harga perolehan persediaan yang dihitung dengan memakai salah satu
metode berdasarkan biaya.Nilai realisasi bersih adalah jumlah bersih yang diharapkan
diterima oleh perusahaan dari penjualan persediaannya, dengan kata lain nilai realisasi bersih
diperoleh dari estimasi harga jual dalam kondisi usaha normal perusahaan , dikurangi estimasi
biaya penyelesaian dan estimasi biaya penjualan (Kieso et al., 2011: 468). Dalam aplikasinya
metode ini bisa diterapkan pada setiap jenis barang, setiap kategori/kelompok barang, atau
total persediaan. Berikut contoh dari metode LCNRV yang diterapkan pada setiap jenis
persediaan.

Persediaan Biaya NRV Nilai Akhir Persediaan


Item A Rp 100.000 Rp 110.000 Rp 100.000
Item B 96.500 95.450 95.450
196.500 195.450
Apabila nilai persediaan mengalami penurunan, maka pencatatannya bisa dilakukan
dengan dua metode yaitu metode Harga pokok penjualan dan metode Kerugian. Dari
contoh diatas persediaan mengalami penurunan nilai sebesar Rp 1.050 (Rp 196.500 – Rp
195.450). Dengan asumsi perusahaan menggunakan sistem perpetual maka pencatatan
penurunan nilainya sbb.
89

Metode Harga Pokok Penjualan Metode Kerugian


Harga Pokok Penjualan Rp 1.050 Kerugian penurunan nilai persediaan Rp 1.050
Persediaan Rp 1.050 Persediaan Rp 1.050

b. Metode Laba Kotor (Gross Profit Method)


Perhitungan fisik persediaan bertujuan untuk memeriksa keakuratan catatan persediaaan
perpetual atau untuk mengetahui jumlah persediaan jika tidak tersedia catatan. Namun
kadang-kadang perhitungan fisik tidak praktis untuk dilakukan, misalnya catatan persediaan
musnah karena kebakaran, maka salah satu cara yang dipakai untuk mengestimasi persediaan
adalah metode laba kotor. Contoh kasusnya: PT SuryaMart memiliki persediaan awal sebesar
Rp 6.000.000 dan pembelian Rp 20.000.000. Penjualan menurut harga jual Rp 28.000.000.
Laba kotor atas harga jual adalah 30%.Perhitungan persediaan akhir sbb.
Persediaan awal (pada biaya) Rp 6.000.000
Pembelian (pada biaya) 20.000.000 +
Barang tersedia untuk dijual (pada biaya) 26.000000
Penjualan (pada harga jual) Rp 28.000.000
Dikurangi: Laba kotor (30% x Rp 28.000.000) (8.400.000)
Penjualan (pada biaya) (19.600.000)
Estimasi persediaan (pada biaya) 6.400.000

c. Metode Persediaan Eceran (Retail Inventory method)


Metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan retail yang memiliki beragam jenis
persediaan untuk mengestimasi nilai persediaannya. Dalam metode ini penjualan periode
berjalan dikurangkan dari nilai eceran barang yang tersedia untuk dijual guna mendapatkan
estimasi persediaan pada harga eceran. Rasio biaya terhadap harga eceran dihitung dengan
membagi total barang yang tersedia untuk dijual pada biaya dengan total barang yang tersedia
pada harga eceran. Persediaan yang dinilai pada harga eceran kemudian dikonversikan
menjadi persediaan akhir pada biaya dengan mengaplikasikan rasio biaya terhadap harga
eceran. Berikut contohnya:
Biaya Harga Eceran
Persediaan awal Rp 14.000 Rp 20.000
Pembelian 63.000 + 90.000 +
Barang tersedia untuk dijual 77.000 110.000
Dikurangi: Penjualan (85.000)
Persediaan akhir (pada harga eceran) Rp 25.000

Rasio biaya terhadap harga eceran (Rp77.000/Rp 110.000) 70%


Persediaan akhir (pada biaya) (70% x Rp 25.000) Rp 17.500
90

Adakalanya perusahaan eceran menggunakan konsep markup dan markdown dalam


melakukan penilai persediaan akhir. Markup merupakan markup tambahan atas harga eceran
awal, sedangkan pembatalan markup adalah penurunan harga barang yang sebelumnya telah
di markup di atas harga eceran awal. Markdown adalah penurunan harga jual, pembatalan
markdown terjadi apabila markdown di-offset oleh kenaikan harga barang yang sebelumnya
telah di- markdown. Dalam hal ini ada dua metode untuk menentukan besarnya rasio biaya
terhadap harga eceran yaitu metode konvensional dan metode biaya. Berikut contoh
kasusnya.
Data berikut ini disajikan oleh PT Aneka Rasa terkait dengan persediaan barang dagangannya.
Biaya Harga Eceran
Persediaan awal Rp 5.000 Rp. 10.000
Pembelian bersih 200.000 350.000
Markup 30.000
Pembatalan markup 10.000
Markdown 25.000
Pembatalan markdown 20.000
Penjualan bersih 250.000

Biaya Harga Eceran


Persediaan awal Rp 5.000 Rp. 10.000
Pembelian bersih 200.000 + 350.000 +
Barang tersedia untuk dijual 205.000 360.000
Ditambah: markup Rp 30.000
Dikurangi: pembatalan markup10.000
Markup bersih 20.000 +
205.000 380.000
(A) Rasio biaya terhadap harga eceran Rp 205.000/ Rp 380.000 = 53,9%
Dikurangi:
Markdown Rp 25.000
Dikurangi: Pembatalan markdown 20.000
Markdown bersih (5.000)
205.000 375.000
(B) Rasio biaya terhadap harga eceran Rp 205.000/ Rp 375.000 = 54,7%

Dikurangi: Penjualan bersih (250.000)


Persediaan akhir pada harga retail 125.000

Pada perhitungan di atas, metode konvensional dapat dilihat pada asumsi A, metode ini hanya
memperhitungkan markup dan pembatalan markup.Sedangkan metode biaya nampak pada
asumsi B dengan memperhitungkan juga markdown dan pembatalan markdown.
Selanjutnya untuk menghitung nilai persediaan akhir pada biaya yaitu:
91

Persediaan akhir pada harga eceran x rasio = nilai persediaan akhir (pada biaya)
Asumsi A: Rp 125.000 x 53,9% = Rp 67.375
Asumsi B : Rp 125.000 x 54,7% = Rp 68.375

7.6 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN PERSEDIAAN


Standar akuntansi mewajibkan laporan keuangan mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan
persediaan (Kieso, et al., 2011: 487) yaitu:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam mengukur persediaan, termasuk dasar biaya
yang digunakan untuk penilaian (FIFO, rata-rata).
2. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat persediaan berdasarkan klasifikasinya
(misalnya barang dagangan, bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi).
3. Jumlah tercatat persediaan disajikan pada nilai wajar dikurangi biaya penjualan.
4. Jumlah dari persediaan yang jadi biaya selama periode berjalan.
5. Jumlah penurunan persediaan -jika ada- yang diakui sebagai biaya dalam periode berjalan,
dan pemulihan penurunan persediaan yang diakui sebagai pengurang biaya periode
berjalan.
6. Situasi atau kejadian yang menyebabkan terjadinya pemulihan penuruan nilai persediaan.
7. Jumlah tercatat persediaan yang dijaminkan untuk kewajiban , jika ada.
Informasi-informasi tersebut dapat diungkapkan pada laporan posisi keuangan maupun
dalam catatan atas laporan keuangan.Berikut contoh pengungkapan persediaan yang dilakukan
oleh PT Akasha Wira International Tbk pada 31 Desember 2011.
92

Gambar 7.3
Ilustrasi Pengungkapan Persediaan pada Catatan atas Laporan Keuangan

7.7 DAMPAK KESALAHAN AKUNTANSI PERSEDIAAN


Setiap kesalahan akuntansi persediaan yang terjadi akan berpengaruh pada Laporan
Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi.
1. Jika terjadi kesalahan persediaan akhir
Jika terjadi kesalahan persediaan akhir dinilai terlalu rendah, maka jumlah persediaan,
aset lancar total aset, saldo laba pada laporan posisi keuangan akan menjadi terlalu
rendah. Dalam laporan laba rugi, harga pokok penjualan menjadi terlalu tinggi,
sedangkan laba kotor dan laba bersih menjadi terlalu rendah.
93

2. Jika terjadi kesalahan pada pembukuan pembelian


Jika terjadi kesalahan membukukan pembelian maka dampaknya pada laporan keuangan
akan bervariasi tergantung apakah diikuti juga kesalahan dalam pembukuan persediaan.
Berikut ilustrasinya:
PT ANGKASA melakukan kesalahan dengan tidak mencatat pembelian kredit sejumlah
Rp 100 juta. Perusahaan menggunakan metode perpetual dalam pencatatan persediaaan.
Dampaknya, persediaan akan dicatat lebih rendah 100 juta, hutang usaha juga akan
dicatat terlalu rendah sejumlah yang sama. Namun kesalahan ini tidak mempengaruhi
laporan laba rugi, komponen harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih tidak
terpengaruh.
Dari uraian di atas terlihat betapa pentingnya keakuratan akuntansi untuk persediaan atas
kewajaran laporan keuangan baik untuk periode usaha pelaporan maupun dampaknya pada
periode berikutnya.

PERTANYAAN DAN SOAL DISKUSI

1. Mengapa penghitungan fisik persediaan penting dilakukan secara berkala jika sistem
perpetual digunakan?
2. Dikarenakan cacat, suatu barang tidak dapat dijual pada harga jual normalnya. Bagaimana
barang ini harus dinilai untuk keperluan pembuatan laporan keuangan?
3. Persediaan pada akhir tahun mengalami kurang catat sebesar Rp14.750.000:
a. Apakah kesalahan tersebut menyebabkan lebih catat atau kurang catat pada laba kotor
untuk tahun berjalan?
b. Manakah pos dalam laporan posisi keuangan pada akhir tahun yang lebih catat atau
kurang catat karena kesalahan tersebut?
94

4. Fargo Co. menjual barang kepada Keepsakes Company pada tanggal 31 Mei dengan syarat
FOB titik pengiriman (shipping point). Jika barang sedang dalam perjalanan pada akhir
tahun fiskal tanggal 31 Mei, perusahaan manakah yang harus melaporkannya sebagai
persediaan dalam laporan keuangan? Jelaskan.
5. Produsen mengirimkan barang ke peritel secara konsinyasi. Jika barang tidak terjual pada
akhir periode, dalam persediaan siapakah barang tersebut harus dimasukkan?

LATIHAN SOAL
SOAL 1 (Kieso et al., 2018)
In your audit of Garza Company, you find that a physical inventory on December 31, 2019,
showed merchandise with a cost of $441,000 was on hand at that date. You also discover the
following items were all excluded from the $441,000.
a. Merchandise of $61,000 which is held by Garza on consignment. The consignor is the
Bontemps Company.
b. Merchandise costing $33,000 which was shipped by Garza f.o.b. destination to a customer
on December 31, 2019. The customer was expected to receive the merchandise on January 6,
2020. 3. Merchandise costing $46,000 which was shipped by Garza f.o.b. shipping point to a
customer on December 29, 2019. The customer was scheduled to receive the merchandise on
January 2, 2020.
c. Merchandise costing $73,000 shipped by a vendor f.o.b. destination on December 30, 2019,
and received by Garza on January 4, 2020.
d. Merchandise costing $51,000 shipped by a vendor f.o.b. shipping point on December 31,
2019, and received by Garza on January 5, 2020.
Instructions:
Based on the above information, calculate the amount that should appear on Garza's statement of
financial position at December 31, 2019, for inventory.

SOAL 2
PT SAUNA menjual satu jenis produk. Di bawah ini disajikan informasi transaksinya.
Jan 1 Saldo Persediaan 1000 unit @ Rp 60.000
4 Penjualan 800 @ 80.000
11 Pembelian 1500 @ 65.000
13 Penjualan 1200 @ 87.500
20 Pembelian 1600 @ 70.000
27 Penjualan 1000 @ 90.000
95

Perusahaan menggunakan metode FIFO untuk mencatat arus biaya persediaannya. Semua
pembelian dan penjualan dilakukan secara kredit.
Instruksi:
a. Dengan asumsi perusahaan menggunakan metode pencatatan periodik, siapkan semua
jurnal yang dibutuhkan, termasuk jurnal penutup untuk mencatat harga pokok penjualan.
Perhitungan fisik persediaan pada 31 Januari sejumlah 1100 unit.
b. Hitung laba kotor dengan asumsi metode periodik/fisik.
c. Dengan asumsi perusahaan menggunakan metode pencatatan periodik, siapkan semua
jurnal yang dibutuhkan untuk mencatat transaksi di atas.
d. Hitung laba kotor denagn asumsi metode pencatatan perpetual.

SOAL 3
PT ESPANOLA berdiri tanggal 1 Desmeber 2018. Berikut informasi terkait dengan persediaan
jenis BAP yang dimiliki perusahaan.
Unit Biaya
Saldo awal persediaan 1 Januari 2019 6.000 Rp 80.000
Pembelian:
5 Januari 2019 11.000 90.000
25 Januari 2019 13.000 100.000
16 Februari 2019 8.000 11.000
26 Maret 2019 6.000 12.000
Stock opname persediaan yang dilakukan pada tanggal 31 Maret 2019 menunjukkan saldo
sebesar 15.000 unit.
Instruksi:
Dengan asumsi PT ESPANOLA menggunakan metode periodik, hitung nilai persediaan akhir
pada 31 Maret 2019, dengan metode berikut (bulatkan sampai dua desimal):
a. Identifikasi khusus;
b. FIFO; dan
c. Rata-rata tertimbang.
Untuk pertanyaan (a), 400 unit adalah saldo awal persediaan dan 11.000 unit berasal dari
pembelian tangal 5 Jaunari 2019.

SOAL 4
a. Dengan asusmsi metode periodik, hitunglah nilai persediaan pada 31 Juli dengan asumsi arus
biaya berikut ini: 1. FIFO; 2. Rata-rata tertimbang
96

b. Jawablah pertanyaan berikut: 1. Metode manakah yang menghasilkan laba kotor paling
tinggi?; 2. Metode mana yang menghasilkan nilai persediaan akhir paling tinggi? Jelaskan
mengapa.

Tgl Transaksi Unit Cost/unit Total Unit Harga Total


terjual jual
Jul 1 Saldo 100 Rp 410 Rp 41.000
6 Pembelian 800 430 344.000
7 Penjualan 300 Rp 700 Rp 210.000
10 Penjualan 300 730 219.000
12 Pembelian 400 451 180.400
15 Penjualan 200 740 148.000
18 Pembelian 300 460 138.000
22 Penjualan 400 740 296.000
25 Pembelian 500 458 229.000
30 Penjualan 200 750 150.000
TOTAL 2.100 Rp 932.400 1.400 Rp 1.023.000

SOAL 5
PT WEALTH meminta anda untuk mereview dan melakukan penyesuaian pembukuannya terkait
dengan penilaian persediaan tanggal 31 Desember 2019. Berikut informasi yang berikan kepada
Anda.
1. WEALTH menggunakan metode periodik. Hasil perhitungan fisik menunjukkan nilai
persediaan tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp 234.890.000.
2. Tidak termasuk dalam saldo stock opname tersebut, yaitu sebesar Rp 10.420.000 adalah
pembelian persediaan dari CV BROWN. Barang tersebut dikirim dengan syarat F.o.b shipping
point dan dikirim tanggal 29 Desember 2019 dan sampai pada bulan Januari. Invoice-nya baru
diterima dan dicatat tanggal 31 Desember.
3. Termasuk dalam persedediaan akhir adalah yang telah terjual kepada UD BOBBY pada
tanggal 30 Desember, f.o.b. destination. Persediaan ini baru dikirmkan setelah stock opname.
Invoice dibuat dan dicatat pada akun penjualan sebesar Rp 12.800.000 pada tanggal 31
Desember. Harga pokok penjualannya Rp 7.350.000 dan UD BOBBY baru menerima tanggal
3 Januari.
97

4. Termasuk dalam persediaan akhir adalah barang yang dibeli dari UD DUDEY tanggal 31
Desember sebesar Rp 15.630.000. Barang tersebut dikirim dengan syarat f.o.b destination.
Invoicenya belum diterima dan belum dicatat.
5. Tidak termasuk dalam persediaan sebesar Rp 8.540.000 adalah pembelian barang dagangan
dari PT MINIS. Persediaan ini diterima tanggal 31 Desember setelah stock opname selesai
dilakukan. Invoice diterima dan dicatat tanggal 30 Desember.
6. Termasuk dalam nilai persediaan akhir adalah barang konsinyasi dari PT JACKA sebesar Rp
10.438.000
7. Termasuk dalam persediaan akhir adalah barang yang dijual pada UD SIMSIM f.o.b
shipping point. Barang ini telah dikirim dan dihitung. Invoice telah dibuat dan dicatat sebesar
Rp 18.900.000 pada tanggal 31 Desember. Harga pokok penjualan Rp 11.520.000, dan UD
SIMSIM menerima barang tersebut tanggal 5 Januari.
Instruksi:
a. Tentukan saldo persediaan akhir PT WEALTH yang benar per 31 Desember 2019.
b. Siapkan jurnal penyesuaian pada 31 Desember 2019. Asumsikan pembukuan belum
ditutup.

SOAL 6 (Kieso et al, 2018)


Sedato Company follows the practice of pricing its inventory at LCNRV, on an individual-item
basis.

Instructions
From the information above, determine the amount of Sedato Company inventory.
98

SOAL 7
PT DOUWNY memulai kegiatan operasinya pada tahun 2019 dan memiliki persediaan akhir
pada 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2020 sebagai berikut:
Cost NRV
31-12-2019 Rp 346.000.000 Rp 322.000.000
31-12-2020 410.000.000 390.000.000

Instruksi:
a. Siapkan jurnal yang dibutuhkan untuk tanggal 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2010,
asumsikan persediaan dicatat dengan metode LCNRV dan pencatatan secara perpetual.
b. Siapkan jurnal yang dibutuhkan untuk tanggal 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2010,
asusmsikan persediaan dicatat pada cost dan pencatatan secara perpetual.
c. Manakah dari kedua metode di atas yang menghasilkan laba bersih paling tinggi setiap
tahunnya?

SOAL 8
Di bawah ini disajikan informasi dari PT KING
31 Jan 28 Feb 31 Mar 30 Apr
Persediaan (cost) Rp 15.000.000 Rp 15.100.000 Rp 17.000.000 Rp 14.000.000
Persediaan (LCNRV) 14.500.000 12.600.000 15.600.000 13.300.000
Pembelian bulan.. 17.000.000 24.000.000 26.500.000
Penjualan bulan… 29.000.000 35.000.000 40.000.000

Instruksi:
a. Dari informasi tersebut, susunlah (berdasarkan data yang tersedia) laporan laba rugi bulanan
dalam bentuk kolom mulai dari Februari sampai dengan April. Persediaan disajikan sebesar
cost; keuntungan atau kerugian karena fluktuasi pasar disajikan secara terpisah.
b. Buat jurnal yang dibutuhkan tanggal 31 Januari dan jurnal penyesuaian bulan-bulan
berikutnya.

SOAL 9
PT ALSTAR menggunakan metode gross profit untuk mengestimasi persediaan untuk keperluan
pelaporan bulanan. Berikut disajikan informasi untuk bulan Mei.
Instruksi:
99

a. Hitung estimasi persediaan 31 Mei , dengan asumsi gross profit sebesar 25% dari penjualan.
b. Hitung estimasi persediaan 31 Mei , dengan asumsi gross profit sebesar 25% dari cost.

Persediaan 1 Mei Rp 160.000.000


Pembelian (gross) 640.000.000
Biaya angkut pembelian 30.000.000
Penjualan 1.000.000.000
Retur Penjualan 70.000.000
DIskon pembelian 12.000.000

SOAL 10 (Kieso et al, 2018)


Sliver Lumber Company handles three principal lines of merchandise with these varying rates of
gross profit on cost.

On August 18, a fire destroyed the office, lumber shed, and a considerable portion of the lumber
stacked in the yard. To file a report of loss for insurance purposes, the company must know what
the inventories were immediately preceding the fire. No detail or perpetual inventory records of
any kind were maintained. The only pertinent information you are able to obtain are the following
facts from the general ledger, which was kept in a fireproof vault and thus escaped destruction.

Instructions:
Submit your estimate of the inventory amounts immediately preceding the fire.

SOAL 11 (Kieso et al., 2018)


The records of Mandy's Boutique report the following data for the month of April.
100

Instructions
Compute the ending inventory by the conventional retail inventory method.

Anda mungkin juga menyukai