KAJIAN
FISKAL
REGIONAL
2021
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kami sehingga laporan hasil Kajian Fiskal Regional
(KFR) Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2021 ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Penyusunan KFR ini turut melibatkan Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat
dan Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Program Pemulihan Ekonomi Nasional merupakan bentuk respon kebijakan yang
ditempuh oleh pemerintah dalam upaya menjaga dan mencegah pelemahan aktivitas
ekonomi, dengan memberikan subsidi bunga kredit bagi debitur UMKM, mempercepat
pemulihan ekonomi nasional, serta untuk mendukung kebijakan keuangan negara atas
dampak dari pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) secara nyata telah meng-
ganggu aktivitas perekonomian sebagian besar negara di seluruh dunia termasuk di Indo-
nesia.
Data pokok yang disajikan dalam Kajian Fiskal Regional ini meliputi
perkembangan indikator makro ekonomi, perkembangan indikator
kesejahteraan, kinerja APBN regional Nusa Tenggara Barat,
kinerja APBD lingkup Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan
pelaksanaan anggaran konsolidasian. Selain itu disajikan Analisis
Tematik tentang Nilai Tukar Petani dan Nelayan di wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan masukan sehingga Laporan Kajian Fiskal Regional ini
dapat diselesaikan. Semoga laporan hasil Kajian Fiskal Regional
Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2021 dapat bermanfaat bagi
Gubernur Nusa Tenggara Barat, Bupati/Walikota se-Provinsi Nusa
Tenggara Barat dan para pemangku kepentingan lainnya.
Wassalaamu’alaikum Warohmatullahi
Wabarokatuh.
Sudarmanto
Kepala Kanwil DJPb NTB
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
TIM
PENYUSUN
Sudarmanto
(Kepala Kanwil DJPb Provinsi NTB)
Ketua
Rabindhra Aldy
( Kepala Bidang PPA II )
Analisator Data
Konsultan
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
REGIONAL iv
21 PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Sasaran dan Realisasi Indikator Kinerja Pembangunan Daerah 2019 - 2023 .................... 2
Tabel 2. 3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan Kemiskinan (P2) NTB 2017-2021 .. 19
Tabel 2. 4 Dampak Covid-19 Terhadap Penduduk Usia Kerja periode Februari s.d Agustus 2021 22
Tabel 2. 5 Hasil Reviu Efektivitas Kebijakan Makro Ekonomi Dan Kesejahteraan Provinsi NTB ........ 24
Tabel 3. 2 Target dan Pendapatan Perpajakan Provinsi Nusa Tenggara Barat Periode 2019 -2021
(miliar) ............................................................................................................................................................... 27
Tabel 3. 6 Tingkat Kemandirian BLU berdasar Pendapatan dan Pengeluaran (miliar) ................... 46
Tabel 3. 16 NIlai Aset BLUD lingkup Provinsi NTB tahun 2019-2020 ......................................................... 69
Tabel 4. 1 Identifikasi Overlay Lapangan Usaha di Provinsi NTB Menggunakan Economic Base
Approach Tahun 2020-2021……………………………………………………………………………………72
Tabel 4. 2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Regional Bali dan Nusra per Agustus 2021 .......... 78
Tabel 5. 2 Daftar Harmonisasi Belanja K/L Dengan DAK Non Fisik di NTB ............................................ 83
Tabel 5. 3 Kertas Kerja Harmonisasi Belanja K/L dengan Dana Desa .................................................. 84
Tabel 5. 4 Kertas Kerja Harmonisasi Belanja Pusat – Daerah Berbasis Prioritas Nasional Pada
RPJMN/D……………………………………………………………………………………………………………86
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
REGIONAL vi
21 PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Perbandingan Total Belanja dengan Belanja Pegawai dan Belanja Modal ............ 65
Gambar 4. 1 Indeks Mobilitas Google Provinsi NTB (1 Januari - 31 Desember 2021) pada Lokasi
Indikator Perdagangan………………………………………………………………………………………….75
Grafik 1. 3 Korelasi Kemiskinan Terhadap Tingkat Kriminalitas di Indonesia Tahun 2018-2020 ...........6
Grafik 2. 2 Produk Domestik Bruto NTB 2019 s.d 2021 (triliun Rp) ........................................................... 11
Grafik 2. 4 Pertumbuhan dan Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV 2021 (y on y) 12
Grafik 2. 5 PDRB Per Kapita Bali-Nusra dan Nasional 2019-2021 (triliun Rp) ........................................ 13
Grafik 2. 6 Perkembangan Suku Bunga Acuan BI (BI 7-Days Reverse Repo rate) ............................ 14
Grafik 2. 8 Inflasi Gabungan per Sektor Ekonomi NTB Tahun 2021 ....................................................... 15
Grafik 2. 10 Perkembangan dan Laju IPM NTB dan Nasional tahun 2011-2021................................. 17
Grafik 2. 11 Umur Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Pengeluaran Riil per Kapita Provinsi
NTB tahun 2011-2021 ...................................................................................................................................... 17
Grafik 2. 12 Jumlah Penduduk Miskin NTB dan Persentase Penduduk Miskin Bali Nusra dan
Nasional 2015-2020 ........................................................................................................................................ 18
Grafik 2. 14 Tingkat Pengangguran Terbuka Regional Bali-Nusra dan Nasional Tahun 2019-2021 21
Grafik 2. 15 Perkembangan Nilai Tukar Petani NTB 2019 s.d 2021 ........................................................ 22
Grafik 3. 3 Pagu Realisasi Berdasarkan Fungsi Tahun 2019- 2021 (miliar) ............................................ 37
Grafik 3. 6 Penyaluran KUR Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2019–2021 ..................................... 49
Grafik 3. 8 Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Hotel Bintang Per Bulan Tahun
2014 s.d 2021 (minus tahun 2020) ................................................................................................................ 59
Grafik 3. 10 Perkembangan Pendapatan Transfer Tahun 2019 - 2021 Provinsi NTB .......................... 62
Grafik 3. 13 Alokasi dan Realisasi APBD Provinsi NTB tahun 2021 .......................................................... 66
Grafik 3. 15 Perkembangan Pembiayaan Daerah 2019 s.d 2021 Provinsi NTB ................................... 68
Grafik 4. 1 Laju Pertumbuhan Lapangan Usaha Unggulan Provinsi NTB Tahun 2021……………….73
Grafik 4. 2 Jumlah Tenaga Kerja Lapangan Usaha Unggulan tahun 2020-2021 di Wilayah NTB ... 75
Grafik 4. 3 Kontribusi Lapangan Usaha Unggulan Provinsi NTB terhadap PDRB NTB 2020-2021 ..... 76
Grafik 4. 4 Kontribusi (Share) dan Laju Pertumbuhan (Growth) Lapangan Usaha Potensial NTB
Agustus 2020 s.d. Agustus 2021 .................................................................................................................... 77
Grafik 4. 5 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi NTB
Agustus 2020 s.d. Agustus 2021 .................................................................................................................... 78
Grafik 6. 5 Belanja Pemerintah Per Fungsi Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi di NTB (Milyar) . 96
Grafik 6. 6 Total Belanja Daerah se Provinsi NTB Per Fungsi 2017-2018 (Persen)................................. 98
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
REGIONAL ix
21 PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
EXECUTIVE
Kinerja Ekonomi Regional
SUMMARY
Perekonomian NTB Triwulan IV 2021 (y on y) tumbuh 3,16 persen dibandingkan triwulan IV
tahun 2020 lalu. Pertumbuhan ini lebih rendah daripada nasional yang mencapai 5,02 persen.
Perhitungan triwulanan (q to q) terjadi kontraksi sebesar 0,53 persen (nasional tumbuh 1,06
persen), sementara secara kumulatif (c to c) perekonomian NTB tahun 2021 tumbuh sebesar
2,3 persen (nasional tumbuh 3,69 persen).
Untuk wilayah Bali Nusra, capaian NTB secara kumulatif tersebut lebih tinggi dari Bali yang
masih mengalami kontraksi 2,47 persen, sementara NTT tumbuh lebih tinggi yaitu 2,51 persen.
Pertumbuhan sebesar 3,16 persen secara y on y di atas (dengan bijih logam), dari sisi produksi
didukung oleh pertumbuhan tertinggi pada Sektor Listrik dan Gas (11,14 persen), sementara
dari sisi pengeluaran, komponen ekspor luar negeri mampu tumbuh tertinggi sebesar 19,72
persen.
Sementara pertumbuhan secara kumulatif (c to c), dari sisi produksi didorong oleh pertumbuhan
terbesar sektor konstruksi (8,94 persen), sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi komponen
ekspor luar negeri (67,60 persen).
Jika pertumbuhan dengan meniadakan perhitungan nilai pertambangan bijih logam (y on y),
ekonomi tumbuh lebih tinggi (4,09 persen), sementara secara q to q, mengalami kontraksi lebih
dalam (3,37 persen), dan secara keseluruhan (c to c), perekonomian NTB tumbuh 2,85 persen.
Indikator Kesejahteraan
Transfer Pusat masih penyumbang terbesar APBD, dengan proporsi di atas 76 persen dari total
pendapatan daerah, menandakan masih tingginya ketergantungan daerah atas dana pusat.
PAD yang diharapkan menjadi tanda kemandirian daerah, masih rendah (sumbangannya
belum sampai 20 persen). Kondisi ini tidak jauh berbeda dalam 3 tahun terakhir. Situasi
Sebagian besar Pemda mengalami peningkatan nilai indeks kemandirian fiskal di tahun 2021
meskipun belum ada yang masuk kategori “Mandiri”. Pemprov NTB dan Kota Mataram masuk
dalam kategori “Menuju Kemandirian” dengan angka indeks 0,350 dan 0,276, sementara 9
pemda lainnya masih di kategori “Belum Mandiri”.
Analisis Tematik
Sampai tahun 2021, secara umum, capaian IPM provinsi NTB masih tertinggal dari daerah lain,
meskipun dalam periode lima tahun terakhir (2017-2021) pertumbuhan IPM di NTB lebih tinggi
dari rata-rata percepatan IPM nasional. Terdapat kesenjangan capaian IPM antar daerah di
NTB, daerah perkotaan dengan infrastruktur pendidikan dan kesehatan memadai cenderung
memiliki capaian yang tinggi, sementara daerah kabupaten dengan jumlah penduduk besar
atau angka kemiskinan tinggi capaiannya cenderung masih rendah.
Terdapat keterkaitan antara alokasi anggaran untuk bidang pendidikan, kesehatan, dan
ekonomi (secara bersama-sama) dengan capaian IPM di daerah, menyisakan variabel belanja
Kesehatan yang secara parsial tidak signifikan dalam membentuk IPM. Namun demikian
masing-masing-masing variabel berpengaruh positif pada pembentukan indeksnya masing-
masing.
Tidak signifikannya faktor belanja Kesehatan (bersama-sama dalam model) terhadap IPM,
namun signifikan ketika dimodelkan sendiri terhadap indeks Kesehatan memberikan gambaran
bahwa diperlukan evaluasi terhadap alokasi belanja ini. Ditengarai, belanja kesehatan
direalisasikan untuk kejadian luar biasa (penyakit) sehingga prioritas belanja lebih untuk
mengatasi wabah sehingga secara umum membuat derajat Kesehatan masyarakat stagnan.
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
xi
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DASH BOARD
APBN
Pertumbuhan Realisasi
Q4-2021
Rp24,53
TRILIUN
Ekonomi Regional
Rp4,59
3,16% TRILIUN
Defisit Rp19,93T
Rp140,15
PDRB ADHB
Triliun
APBD
Realisasi
Q4-2021
Rp19,55
Rp95,44
PDRB ADHK
MILIAR
Triliun Rp19,30
MILIAR
INFLASI
0,1
0,09
PENDAPATAN DAERAH BELANJA DAERAH
AGT
93,92% 90,92%
JULI SEPT
Surplus Rp255,32 M
-0,14
Indikator Kesejahteraan
3,01
TINGKAT
PENGANGGURAN
TERBUKA NILAI TUKAR PETANI
(NTP)
13,83% 0,384 106,88
TINGKAT KEMISKINAN GINI RATIO
JUMLAH
PENDUDUK MISKIN
118,88
735.300 (NTN)
Jiwa NILAI TUKAR NELAYAN
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
PENDIDIKAN
Pendidikan Vokasi 4.0
25 11.377
75%
lembaga orang
Pengaruh Belanja
Sertifikasi Profesi Kesehatan,Pendidikan,
2.884 Belanja Ekonomi dan
orang Faktor Kemiskinan
sangat kuat terhadap
IPM Provinsi NTB yakni
KESEHATAN mencapai 75%
Peningkatan derajat di
97%
Gizi Masyarakat Puskesmas
Indeks
Pembangunan
Manusia
68,65
INFRASTRUKTUR
IPM
Per Provinsi
Tahun 2021
BAB I
Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
BAB I
SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH
1.1 Pendahuluan
Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di daerah
adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Oleh sebab itu, untuk mendukung
penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur pendanaan
yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian anggaran
belanja, baik pada APBN maupun APBD. Sesuai dengan UU Keuangan Nomor 17 Tahun
2003, pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan negara adalah Presiden,
sedangkan di daerah adalah Gubernur/Bupati/Walikota, oleh karena itu dalam tataran
implementasi kebijakan fiskal di daerah, maka diperlukan sinergi dan harmonisasi
kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan dan sasaran
pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, kebijakan fiskal
sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan daerah dalam memastikan
efektivitasnya. Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat alokasi, distribusi, dan
stabilisasi, maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu meningkatkan perbaikan
dan kualitas indikator-indikator ekonomi makro dan kesejahteraan di daerah. Oleh karena
itu, kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari perbaikan-perbaikan indikator makro
ekonomi dan kesejahteraan.
1.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah
Tahapan pembangunan jangka panjang Provinsi Nusa Tenggara Barat 2005 - 2025 terdiri
dari 4 (empat) tahapan pembangunan jangka menengah, yaitu tahap I (2005-2009), tahap
II (2009-2013), tahap III (2013-2018), dan tahap IV (2019-2023). Dalam rangka mencapai
visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah tahun 2025, pemerintah daerah telah
menetapkan PERDA Provinsi NTB nomor 1 tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTB 2019-2023. RPJMD diarahkan untuk
lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan
menekankan pada terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif wilayah didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing.
Dengan mempertimbangkan visi, misi, sasaran pokok dan tahapan pembangunan jangka
panjang daerah, potensi, permasalahan, isu strategis, peluang dan tantangan
pembangunan, serta visi, misi dan arah pembangunan jangka menengah nasional, maka
dirumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah daerah
Provinsi NTB tahun 2019-2023 sebagaimana diuraikan berikut ini. Visi dan misi
1
KAJIAN
KAJIAN
TAHUN
TAHUN
KAJIAN FISKAL
FISKAL
FISKAL
2020 REGIONAL
REGIONAL
2121 PROVINSI
PROVINSI NUSA TENGGARA
NUSA TENGGARA BARAT BARAT
pembangunan yang diusung oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih
Provinsi NTB Tahun 2018-2023 adalah : “Membangun Nusa Tenggara Barat yang
Gemilang”. Dalam visi yang diusung terdapat kata kunci “NTB GEMILANG” yang
bermakna satu keyakinan bahwa Provinsi NTB dapat berperan besar di kancah nasional
dan internasional. Satu komitmen bahwa percepatan dan lompatan pembangunan harus
terus diikhtiarkan untuk mewujudkan Provinsi NTB yang tertata rapi sebagai tempat
hunian menyenangkan, dengan masyarakat yang berdaya saing, tangguh, dan berbudi
luhur serta pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik. Dalam rangka
mewujudkan visi untuk membangun Nusa Tenggara Barat yang gemilang, ditetapkan 6
(enam) misi pembangunan Provinsi NTB Tahun 2019 - 2023 sebagai berikut :
1. NTB TANGGUH DAN MANTAP melalui penguatan mitigasi bencana dan
pengembangan infrastruktur serta konektivitas wilayah.
2. NTB BERSIH DAN MELAYANI melalui transformasi birokrasi yang berintegritas,
berkinerja tinggi, bersih dari KKN dan berdedikasi.
3. NTB SEHAT DAN CERDAS melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia
sebagai pondasi daya saing daerah
4. NTB ASRI DAN LESTARI melalui pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
yang berkelanjutan
5. NTB SEJAHTERA DAN MANDIRI melalui penanggulangan kemiskinan, mengurangi
kesenjangan, dan pertumbuhan ekonomi inklusif bertumpu pada pertanian, pariwisata
dan industrialisasi
6. NTB AMAN DAN BERKAH melalui perwujudan masyarakat madani yang beriman,
berkarakter dan penegakan hukum yang berkeadilan.
7. Misi pemerintah daerah direalisasikan dalam program, kegiatan dan proyek prioritas
daerah dengan sasaran indikator kinerja yang terukur pada periode 2019-2023.
Tabel 1. 1 Sasaran dan Realisasi Indikator Kinerja Pembangunan Daerah 2019 - 2023
Tahun ke
2
KAJIAN
KAJIAN FISKAL
FISKAL
TAHUN
TAHUN
REGIONAL
REGIONAL
2020
PROVINSI
PROVINSI NUSA TENGGARA
NUSA TENGGARA 2121
BARAT BARAT
6. Gini rasio 0,367 0,379 0,366 0,386 0,365 0,384 0,364 0,363
9. Indeks kapasitas fiskal 0,47 0,395 0,49 0,318 0,52 0,408 0,54 0,57
daerah
Sumber : RPJMD Provinsi NTB 2019-2023
Berdasar atas capaian pemerintah daerah selama 2019 sampai dengan 2021, indikator
makro kesra yang masih terdapat gap antara target dan realisasi adalah pertumbuhan
ekonomi dan penurunan persentase penduduk miskin. Daerah dengan tingkat kemiskinan
tinggi seperti Kabupaten Lombok Utara seharusnya mendapat prioritas alokasi
infrastruktur dasar yang lebih tinggi. Namun usaha ini tidak mudah di tengah tantangan
indeks kapasitas fiskal Provinsi NTB yang masih dalam katagori rendah dalam 3 (tahun)
periode ini.
1.3 Tantangan Daerah
1.3.1 Tantangan Ekonomi Daerah
Struktur perekonomian NTB dari sisi lapangan usaha masih didominasi oleh sektor
pertanian, pertambangan, dan perdagangan besar dan eceran. Sebagaimana Bali,
perekonomian di Provinsi NTB juga mengandalkan pariwisata sebagai stimulant yang
mendorong lapangan usaha lainnya tumbuh, meskipun kontribusi lapangan usaha yang
mendukung pariwisata (sektor akomodasi makan dan minum (akmamin) dan
transportasi) kontribusinya tidak sebesar sektor akmamin di Bali. Kontribusi lapangan
usaha pendukung pariwisata di NTB terhadap keseluruhan struktur perekonomian
sebesar 7%, sementara di Bali telah mencapai 16%. Belum dominanya sektor-sektor
pendukung pariwisata dalam struktur perekonomian NTB memberi situasi yang
menguntungkan selama pandemi COVID19 yang sangat memukul pariwisata.
Penurunan aktivitas di sektor pariwisata tidak memberi dampak terlalu dalam
sebagaimana dampak penurunan sektor pariwisata terhadap penurunan perekonomian
yang dialami oleh Provinsi Bali.
Pada satu sisi dominannya sektor pertambangan pada struktur perekonomian di NTB
memberikan pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah daerah. Bagaimana
pemerintah daerah secara bertahab tidak bergantung pada sektor pertambangan,
Sumber daya tambang adalah jenis sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, suatu
saat akan habis jika terus di ekploitasi. Selain tidak dapat diperbaharui, dampak negatif
tambang terhadap lingkungan harus di kalkulasi agar tidak menyebabkan kerusakan
lingkungan dalam jangka panjang. Selaras dengan misi pemerintah daerah dalam
3
KAJIAN
KAJIAN
TAHUN
TAHUN
KAJIAN FISKAL
FISKAL
FISKAL
2020 REGIONAL
REGIONAL
2121 PROVINSI
PROVINSI NUSA TENGGARA
NUSA TENGGARA BARAT BARAT
RPJMD 2019-2023, NTB ASRI dan LESTARI, sebagai daerah yang mengandalkan
pariwisata sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi, pengelolaan sumber daya alamnya
harus sangat bertanggungjawab dan hati-hati. Mengurangi ketergantungan terhadap
sektor pertambangan dalam jangka panjang juga akan membuat pertumbuhan ekonomi
provinsi NTB lebih inklusif, pertumbuhan ekonomi yang dicapai dapat dinikmati oleh
seluruh lapisan masyarakat. Upaya mengurangi ketergantungan terhadap sektor
pertambangan, dilakukan dengan mengagendakan pertumbuhan ekonomi inklusif yang
bertumpu pada pertanian, pariwisata dan industrialisasi. Industrialisasi dalam pengertian
yang luas dimulai dari mekanisasi pertanian dan pengolahan bahan baku menggunakan
mesin-mesin produksi. Untuk kepentingan tersebut perlu diciptakan iklim dan potensi
investasi yang kondusif, birokrasi dan pelayanan perizinan yang berintegritas, bersih dari
KKN dan berkinerja tinggi, serta dukungan permodalan dan infrastruktur ekonomi yang
memadai didukung ketersediaan tenaga kerja yang produktif.
Meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada masa pandemi Covid-19 menjadi
tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah di Provinsi NTB. Selama pandemi Covid-
19, produktivitas tenaga kerja mengalami penurunan, pelaku usaha terpaksa
merumahkan karyawan sehingga pengangguran bertambah, akibatnya produktivitas
tenaga kerja menurun dibandingkan tahun sebelum terjadinya pandemi. Lesunya
perekonomian tercermin dari turunnya produktivitas tenaga kerja pada 2021 menjadi
Rp36,21 juta per penduduk bekerja. Produktivitas tenaga kerja dihitung berdasarkan nilai
tambah atas dasar harga konstan terhadap jumlah penduduk bekerja. Di semua sektor
produktivitas menurun, dan penurunan produktivitas tertinggi dialami sektor Manufactur.
Tantangan terbesar adalah pada sektor Pertanian. Secara umum pertanian tidak
terdampak secara langsung oleh pandemi Covid-19, namun ternyata produktivitasnya
tetap jauh lebih rendah dari tahun 2019. Pada lapangan kerja pertanian sebagian besar
penduduk bekerja, meningkatkan produktivitas pekerja pada sektor ini akan memberi
dampak yang sangat signifikan pada peningkatan produktivitas tenaga kerja secara
keseluruhan.
4
KAJIAN
KAJIAN FISKAL
FISKAL
TAHUN
TAHUN
REGIONAL
REGIONAL
2020
PROVINSI
PROVINSI NUSA TENGGARA
NUSA TENGGARA BARAT BARAT 2121
ke dalam usia produktif harus didukung dengan tingkat kualitas yang baik untuk
setiap individu, jika tidak maka banyaknya jumlah penduduk justru memberikan
dampak buruk dan menimbulkan berbagai permasalahan.
Grafik 1. 1 Jumlah Penduduk Usia Produktif NTB (Juni 2021)
400,000 348,726
296,329
300,000
208,768
181,626
200,000
103,798
82,210 80,681
100,000
-
Sumber : Kemendagri
DIY
Kalsel
Kaltim
Sumut
Sumbar
Sulsel
Jambi
DKI
Kalteng
Jateng
Papua Barat
Sumsel
Riau
NTT
Malut
Bali
NTB
Jabar
Sulteng
Sulteng
Kalbar
Banten
Gorontalo
Kep Riau
Maluku
Bengkulu
Aceh
Kaltara
Bangka Belitung
Lampung
Sulbar
Jatim
Papua
Sumber : BPS
5
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Dari publikasi statistik kriminal 2021, pada tahun 2020 tingkat kejahatan di NTB sebesar
167 (167 kejadian setiap 100.000 penduduk), untuk daerah yang mengandalkan
pariwisata angka ini cukup besar meskipun dari kasifikasi kejahatan penyumbang
terbesarnya adalah jenis kejahatan terhadap hak milik/ barang dengan penggunaan
kekerasan dan tanpa kekerasan.
Grafik 1. 3 Korelasi Kemiskinan Terhadap Tingkat Kriminalitas di Indonesia Tahun 2018-2020
20 20 20
0 0 0
0 200 400 0 200 400 0 500
Sumber : BPS
Berdasar grafik 1.3, korelasi antara kriminalitas dan kemiskinan di Indonesia tahun 2018
– 2020, masing-masing 0,3311(2018), 0,42221(2019), dan 0,45863(2020). Meskipun
hubungan antara kemiskinan dan tingkat kriminalitas agak lemah, namun ada potensi
penguatan korelasi dari tahun 2018 sampai 2020. Selain secara bertahap menurunkan
tingkat kemiskinan, kriminalitas dapat ditekan dengan hal-hal yang patut diduga
berkaitan dengan tingkat kriminalitas seperti penguatan pendidikan karakter dan
pembatasan peredaran minuman keras. Belajar dari kemajuan wilayah di tempat lain,
kemajuan suatu wilayah banyak ditentukan oleh kualitas SDM dan penataan sosial
kependudukan yang baik. Dengan tantangan sosial kependudukan yang ada pemerintah
harus memberi perhatian yang besar untuk mewujudkan misi NTB AMAN DAN BERKAH
sehingga NTB layak menjadi salah satu destinasi wisata yang nyaman sebagaimana Bali
dan lainnya.
6
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
Dari analisis seismitas sepanjang tahun 2020 wilayah yang sangat aktif gempa adalah
Barat Aceh, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Maluku Utara dan Seram1) . Menyadari
keberadaan geologi provinsi NTB dengan potensi alamnya yang besar namun rawan
bencana, mitigasi bencana menjadi agenda penting yang harus disosialisasikan dan
dimitigasi oleh pemerintah. Sebagai respon, dalam RPJMD 2019-2023 pemerintah
Provinsi NTB telah memetakan kawasan rawan bencana sebagai panduan dalam
perencanaan pembangunan sebagaimana berikut :
Kawasan rawan tanah longsor tipe A, meliputi sekitar Gunung Rinjani, Malimbu,
Sekotong, Gunung Nangi, Taliwang, Seteluk, Jereweh, Maluk dan Punik, Alas,
Semongkat, lenangguar, Empang, Tambora, Ranggo, Paradowane, Bima dan
Karumbu
Kawasan rawan tanah longsor tipe B, meliputi sekitar Rinjani, Malimbu, Lembar
dan Sekotong, Kuta, Gunung Nangi, Tambora bagian barat, Tambora bagian timur
dan Gunung Kuta.
Lokasi kawasan rawan bencana gunung api, meliputi Gunung Rinjani, Tambora,
dan Gunung Api Sangiang.
Kawasan rawan tsunami di pesisir selatan kab. Lombok Barat, Tengah, dan
Timur, Pesisir barat Sumbawa Barat dan Dompu, Pesisir Timur Kab Bima.
Lokasi rawan bencana gempa bumi di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tersebar di
wilayah di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa yaitu daerah/kawasan yang
berpotensi dan/atau yang pernah mengalami gempa skala VII s.d XII MMI
(modified, mercally intensity).
Sumber : RPJMD 2019-2023
Sejak perencanaan, bangunan dan infrastruktur pada zona peta rawan bencana
pembangunannya harus diselaraskan dengan potensi bencana di daerah tersebut.
Bangunan dan infrastruktur lainnya didesain ramah terhadap bencana atau tahan
bencana.
7
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
8
BAB II
Analisis Ekonomi Regional
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
BAB II
ANALISIS EKONOMI REGIONAL
9
KAJIAN
KAJIAN
TAHUN
TAHUN
KAJIAN FISKAL
FISKAL
FISKAL
2020 REGIONAL
REGIONAL
2121 PROVINSI
PROVINSI NUSA TENGGARA
NUSA TENGGARA BARAT BARAT
Sektor/Lapangan Usaha C to C Y on Y Q to Q
A B A B A B
Konstruksi 8.9
Ekspor Luar negeri 67.6 19.72
Lebih detail, dalam 3 tahun terakhir, pertumbuhan Ekonomi NTB y on y tertinggi pada
triwulan III 2019 yang mencapai 6,37 persen. Dalam masa pandemi (2 tahun terakhir)
pertumbuhan mulai kontraksi sejak triwulan II 2020 dengan pertumbuhan negatif 1,26
persen, bahkan jika perhitungan Bijih logam dikeluarkan, terjadi kontraksi lebih dalam
(7,8 persen). Awal tahun 2021, perekonomian mulai membaik meskipun masih minus
1,18 persen. Berbagai program pemerintah seperti bansos, BLT dan program lainnya
disamping komitmen pemerintah pusat dan daerah dengan tetap menjaga pengeluaran
tidak turun (tetapi dengan refocusing anggaran), membantu perekonomian mulai pulih.
Sempat naik ke angka 4,77 persen pada triwulan II 2021 kemudian turun ke 2,42 persen
di paruh ketiga 2021 sampai akhirnya ditutup di angka 3,16 persen di triwulan IV 2021.
b. Nominal PDRB
Nominal PDRB provinsi NTB Tahun 2021 mencapai Rp140,15 triliun (ADHB) dan
sebesar Rp95,44 triliun berdasarkan harga konstan. Kinerja ini, baik berdasar harga
berlaku maupun harga konstan, lebih tinggi dari PDRB 2 tahun ke belakang.
Kenaikan PDRB di atas didukung oleh membaiknya kinerja komponen pendukungnya
meskipun ada komponen yang masih mengalami kontraksi.
10
KAJIAN
KAJIAN FISKAL
FISKAL
TAHUN
TAHUN
REGIONAL
REGIONAL
2020
PROVINSI
PROVINSI NUSA TENGGARA
NUSA TENGGARA 2121
BARAT BARAT
Grafik 2. 2 Produk Domestik Bruto NTB 2019 s.d 2021 (triliun Rp)
160
140.15
140 132.42 133.52
120
93.87 93.27 95.44
100
80
60
40
20
0
2019 2020 2021
ADHK ADHB
Sumber: ntb.bps.go.id
Pertumbuhan Q to Q Pertumbuhan Y on Y
Sumber: ntb.bps.go.id
Pertumbuhan PDRB dihitung sari sisi pengeluaran, kinerja ekspor luar negeri
mencatatkan pertumbuhan tertinggi (y on y) dengan capaian 19,72 persen
sementara terendah pada Konsumsi Pemerintah (0,18 persen), dan Impor Luar
negeri mengalami kontraksi 53,42 persen. Kinerja ekspor ini didominasi oleh Barang
Galian/Tambang non Migas dengan sumbangan lebih dari 80 persen dari total ekspor
(sumber: BRS –NTB 1 November 2021)
Secara q to q pertumbuhan paling tinggi pada Pembentukan Modal tetap Bruto
(PMTB) sebesar 6,52 persen, terendah pada Konsumsi Pemerintah sebesar 1,33
11
KAJIAN
KAJIAN
TAHUN
TAHUN
KAJIAN FISKAL
FISKAL
FISKAL
2020 REGIONAL
REGIONAL
2121 PROVINSI
PROVINSI NUSA TENGGARA
NUSA TENGGARA BARAT BARAT
persen sementara Import dan ekspor Luar negeri tumbuh negatif masing-masing
8,61 persen dan 5,80 persen.
PMBT sendiri didefinisikan sebagai pengeluaran untuk barang modal yang
mempunyai umur pemakaian lebih dari 1 tahun dan tidak merupakan batang
konsumsi. PMTB ini mencakup bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal,
bangunan lain seperti jalan dan bandara, serta mesin dan peralatan. Naiknya kinerja
PMTB di NTB 2021 ini diantaranya didukung oleh banyaknya proyek infrastruktur
seperti jalan (akses ke Mandalika). Dari sisi belanja pemerintah di NTB, sumbangan
untuk PMTB sekitar Rp3,59 triliun berupa realisasi belanja modal PBN di NTB tahun
2021 (sumber: omspan).
2) PDRB Menurut Lapangan Usaha
Struktur PDRB triwulan IV 2021 (y on y) masih didominasi oleh 4 Lapangan Usaha
besar yang menyumbang lebih dari 65% PDRB yaitu Pertanian (19,55 persen),
Pertambangan (18.69 persen), Perdagangan (13,82 persen), dan Konstruksi 10,76
persen. Sisanya (sekitar 35 persen) disumbang 14 lapangan usaha yang lain.
Grafik 2. 4 Pertumbuhan dan Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV 2021 (y on y)
Sumber: ntb.bps.go.id
12
KAJIAN
KAJIAN FISKAL
FISKAL
TAHUN
TAHUN
REGIONAL
REGIONAL
2020
PROVINSI
PROVINSI NUSA TENGGARA
NUSA TENGGARA 2121
BARAT BARAT
Tingginya kenaikan sektor Listrik dan gas ini akibat naiknya konsumsi listrik yang
besar di segmen rumah tangga dan industri khususnya Natal dan Tahun baru. Imbas
dari pemberlakuan pembatasan aktivitas bagi masyarakat yang akhirnya lebih
banyak berada di rumah, meningkatkan pemakaian listrik rumah tangga.
Hal yang menarik adalah Sektor Pertanian, Perdagangan, dan Konstruksi. Tahun lalu
ketiga sektor ini masih tumbuh negatif dibandingkan tahun 2019, sementara di
Triwulan IV 2021 mengalami kenaikan yang tinggi (berbanding terbalik dengan sektor
Pertambangan). Misalkan, sektor Pertanian ini naik 2,30 persen di Triwulan IV 2021
(y on y)
Melonjaknya sektor pertanian ini (y on y) disebabkan meningkatnya nilai tambah
pada kategori pertanian karena adanya peningkatan nilai tambah pada hampir
semua subkategori pertanian kecuali tanaman pangan dan kehutanan. Namun
demikian, perhitungan secara Q to Q, sektor ini tumbuh sebesar negatif 16,80
persen. Kondisi ini disebabkan turunnya produksi seluruh subkategori akibat cuaca
ekstrim akhir tahun 2021 yang berakibat turunnya hasil panen. Ditambah lagi, puncak
panen terjadi pada triwulan II dan III 2021, menyebabkan produksi di triwulan akhir
2021 lebih kecil dari triwulan sebelumnya (sumber ntb.bps.go.id)
Transportasi juga berkinerja tinggi. Lapangan usaha ini tumbuh 8,11 persen
sementara tahun lalu masih kontraksi sampai 28,59 persen. Event WSBK dan akhir
tahun mampu mengerek sektor ini. Data Lombok Airport, terjadi lonjakan pengguna
transportasi udara di Bandara International Lomok (BIL) sebesar 50 persen dari
pergerakan pesawat yang naik sekitar 43 persen (sumber bit.ly/Mandalika2021).
c. PDB Per Kapita
PDRB per kapita sering digunakan sebagai alat ukur tingkat kesejahteraan ekonomi
masyarakat secara makro. PDRB per kapita yang tinggi mencerminkan kondisi
perekonomian wilayah yang lebih baik, dan sebaliknya PDRB per kapita yang rendah
mencerminkan keadaan ekonomi wilayah yang kurang berkembang. Bila PDRB suatu
daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan
suatu PDRB per kapita. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai
PDRB per penduduk.
Grafik 2. 5 PDRB Per Kapita Bali-Nusra dan Nasional 2019-2021 (triliun Rp)
70.00
60.00
62.24
50.00
59.32
57.76
51.94
40.00
2019
57.27
50.38
30.00
20.58
25.72
25.18
19.63
20.06
26.00
20.00 2020*
10.00
- 2021**
Bali NTB NTT Nasional
*) =angka sementara **)=angka sangat sementara
Sumber: bps.go.id
13
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Dibandingkan dengan tahun 2020, PDB (nasional) tahun 2021 mengalami kenaikan
sekitar Rp4,97 juta. Kenaikan ini diikuti oleh PDRB NTB yang naik Rp0,82 juta dan NTT
Rp0,52 juta, sementara Bali mengalami penurunan Rp1,56 juta. Namun demikian PDRB
Bali masih yang tertinggi untuk wilayah Bali Nusra bahkan hampir setara dengan PDB
(Nasional). Posisi NTB dan NTT berada di urutan 33 dan 34 dari 34 Provinsi di Indonesia.
Besaran PDRB NTB sekitar Rp26 juta tersebut belum bisa menggambarkan kemampuan
ekonomi penduduk NTB secara keseluruhan. Hal ini dikaitkan struktur PDRB NTB yang
sekitar 17,32 persen berasal dari nilai sektor Pertambangan dan Penggalian (padat
modal) yang tidak banyak menyerap tenaga kerja langsung. Di sisi lain, tingkat
kemiskinan NTB 2021 juga masih sangat tinggi (13,83 persen), terbanyak ke 8 dari 34
provinsi. Dengan demikian, perlu perbaikan pertumbuhan ekonomi yang lebih
berkualitas.
2.1.2 Suku Bunga
Kebijakan terkait suku bunga memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan laju inflasi,
dan kondisi perekonomian secara keseluruhan. Suku bunga/tingkat bunga
mempengaruhi jumlah uang yang beredar, yang tentunya juga akan menentukan tingkat
inflasi.
Suku bunga juga menjadi umpan agar masyarakat mau berinvestasi setidaknya melalui
tabungan. Kebijakan penetapan suku bunga dapat digunakan sebagai alat untuk
mendukung perbaikan pola penyerapan anggaran pemerintah, dalam hal ini terkait
dengan penyaluran kredit modal kepada para pelaku usaha atau penyedia barang/jasa.
Grafik 2. 6 Perkembangan Suku Bunga Acuan BI (BI 7-Days Reverse Repo rate)
3.8 3.75
3.75
3.7
3.65
3.6
3.55 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5
3.5
3.45
3.4
3.35
3.3
25 Mei 2021
18 Maret 2021
17 Juni 2021
19-Okt-2021
18-Nov-21
18-Feb-21
20-Apr-21
19-Agus-2021
21-Sep-21
22 Juli 2021
21-Jan-21
16-Desem-2021
Sumber: bi.go.id
Sepanjang tahun 2021, Bank Indonesia sekali menurunkan tingkat bunga acuan BI 7-
Day Reverse Repo Rate yaitu pada bulan Februari 2021 dari 3,75 menjadi 3,5 dan
berlaku sampai akhir tahun 2021.
14
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
2.1.3 INFLASI
Inflasi perlu dipantau untuk menjaga stabilitas harga, sebab lonjakan harga akan
menimbulkan keresahan di masyarakat. Para ekonom menekankan bahwa inflasi
merupakan proses, sehingga diperlukan suatu mekanisme untuk menekan inflasi agar
dapat memberikan imbas yang positif terhadap perekonomian.
Grafik 2. 7 Perkembangan Inflasi Gabungan NTB Tahun 2021
1
0.8 0.63
0.6
0.42
0.4
0.2 0.36
0
-0.2
-0.4
-0.6
Maret
Mei
Juli
Agustus
Desember
April
September
November
Januari
Juni
Oktober
Februari
Inflasi gabungan Kota Mataram dan Kota Bima Desember 2021 mencapai 0,63 persen.
Hal ini terjadi adanya pergerakan IHK dari 105,31 di November 2021 menjadi 105,97 di
Desember 2021 (tertinggi dalam 3 tahun terakhir periode yang sama). Angka inflasi ini
lebih besar dari inflasi nasional (0,57 persen) sementara untuk Kota pembentuknya,
inflasi Kota Mataram sebesar 0,66 persen dan Kota Bima 0,57 persen.
Inflasi ini disebabkan adanya kenaikan Indeks Makan Minum, tembakau (1,38 persen),
Transportasi 1,11 persen sebagaimana grafik xxx berikut. Sementara Kesehatan dan
Infokom dan jasa keuangan mengalami deflasi 0,18 dan 0,01 persen.
Grafik 2. 8 Inflasi Gabungan per Sektor Ekonomi NTB Tahun 2021
Kesehatan -0.01
Infokom-Jasa Keuangan -0.18
Pendidikan 0
Rekreasi, OR,Budaya 0.1
Perawatan Pribadi 0.11
Mamin,Restoran 0.14
Perleng., Peralatan, dan Peme. Rutin RT 0.18
Peru. Air, Listrik, dan Bahan Bakar RT 0.18
Pakaian-Alas kaki 0.22
Trannsportasi 1.11
Mamin,Tembakau 1.38
Sumber: ntb.bps.go.id -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
15
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Juli
Maret
Mei
Agustus
September
November
Desember
Januari
April
Juni
Oktber
Februari
Sumber: ntb.bps.go.id
Stabilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing penting karena dapat
mempengaruhi indikator ekonomi lainnya khususnya terkait dengan neraca
perdagangan/pembayaran, kegiatan ekspor-impor, dan cadangan devisa. Saat transaksi
yang membutuhkan USD banyak, maka beban pemerintah maupun swasta menjadi
besar dan dapat menggerogoti cadangan devisa negara. Sentimen publik terhadap nilai
tukar juga mempengaruhi perilaku pasar secara umum dan dapat mengganggu stabilitas
perekonomian.
Nilai tukar Rupiah dibuka pada angka Rp14.084 per 1 USD. Mengalami fluktuasi
sepanjang tahun, dengan nilai terendah pada Maret 2021 sebesar Rp14.572 per 1 USD,
sementara tertinggi (setelah pembukaan Januari 2021), terjadi pada bulan Oktober
dengan mencatatkan Rp14.199 per 1 USD-nya. Dan di akhir tahun, rupiah masih
tertekan di angka Rp14.269 dibandingkan saat pembukaan, meskipun sedikit menguat
dari posisi bulan November 2021.
16
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
Kinerja pencapaian IPM NTB tahun 2021 mengalami kenaikan 0,59 persen dari tahun
lalu, naik 0,4 poin dari 68,25 ke 68,65. Kondisi ini masih menempatkan NTB di kategori
“Sedang” (60-79). Jika dibandingkan dengan wilayah Bali-Nusra, capaian ini lebih rendah
dari Bali (75,69), tetapi lebih tinggi dari NTT dengan IPM 65,28, dan berada di kategori
yang sama dengan IPM Nasional “Sedang”, yang mencapai 72,29.
Grafik 2. 10 Perkembangan dan Laju IPM NTB dan Nasional tahun 2011-2021
Laju IPM NTB ini didukung oleh perbaikan Umur Harapan Hidup 0,18 tahun, harapan
Lama Sekolah dari 13,70 tahun menjadi 13,90 tahun, dan perbaikan dimensi standar
hidup layak yang diwakili dengan variabel pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan
dari Rp10.351.000,- menjadi Rp10.377.000,- ( naik Rp26.000).
Grafik 2. 11 Umur Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Pengeluaran Riil per Kapita Provinsi NTB
tahun 2011-2021
IPM tertinggi ditempati Kota Mataram (79,14) dan terendah Kabupaten Lombok Utara
(64,77) sementara 8 Kabupaten/Kota lainnya berada di antara 66,66 sampai dengan
76,11. Hal yang menarik, meskipun berada di urutan teratas, laju pertumbuhan Kota
Mataram berada paling lambat (0,29 persen), sementara Kabupaten Dompu tertinggi
(0,89 persen), dan Lombok utara 0,54 persen.
17
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Berbagai program (terpaksa) ditata ulang guna menghadapi gejolak pandemi yang
menurunkan aktivitas ekonomi yang ujung-ujungnya berdampak pada program
penurunan kemiskinan yang telah direncanakan.
Grafik 2. 12 Jumlah Penduduk Miskin NTB dan Persentase Penduduk Miskin Bali Nusra dan Nasional
2015-2020
Dengan Poverty Gap Index (P1) akan diketahui seberapa jauh pengeluaran orang miskin
dari garis kemiskinan. Semakin tinggi angka indeks, semakin jauh dari garis kemiskinan.
Sementara dari Poverty Severity Index (P2) akan diketahui penyebaran pengeluaran di
18
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
antara penduduk miskin. Semakin tinggi indeks semakin tinggi ketimpangan pengeluaran
di antara penduduk miskin.
Tabel 2. 3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan Kemiskinan (P2) NTB 2017-2021
2.2.3 Ketimpangan
Ketimpangan pendapatan identik dengan ketidakmerataan memperoleh manfaat
ekonomi dari proses pembangunan di bidang ekonomi. Untuk mengukur ketimpangan
tersebut biasa digunakan Gini Ratio atau Rasio Gini. Angka Rasio Gini, 0 s.d 1. Angka
Rasio Gini mendekati 1, menandakan semakin terjadi ketimpangan, dan sebaliknya jika
mendekati 0, maka distribusi pendapatan masyarakat semakin bagus.
19
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
0.291
0.281
0.25
Secara umum Rasio Gini NTB berfluktuatif, dengan rasio tertinggi 0,343 (September
2018), terendah 0,281 (September 2013). Kesenjangan di September 2021 sedikit dari
posisi Maret 2021 tetapi masih jauh dibandingkan saat posisi terbaik (September 2013
dengan angka Rasio Gini 0,281). Posisi 0,343 merupakan saat di mana terjadi gempa
besar di NTB. Jika ditelisik lebih lanjut, saat pandemi covid mulai menyerang (akhir
2020), menyebabkan Rasio Gini per Maret 2021 justru membaik dari September 2020.
Bahkan per September 2021 ada penurunan, meskipun sedikit. Ada gambaran
kesenjangan pendapatan di NTB dalam kategori sedang. Kebijakan pemerintah dalam
bentik BLT, Bansos dan semisalnya ikut mempertahankan (memperbaiki) Rasio Gini.
Berdasarkan angka gini di atas, baik di kota maupun di perdesaan terjadi kenaikan
ketimpangan pendapatan. Hal ini merupakan gambaran tertekannya perekonomian
masyarakat akibat pandemi covid-19. Ketimpangan di kota memburuk 1,7 persen
(september 2021), dibandingkan kondisi Maret 2021. Sementara masyarakat di desa
memburuk 0,78 persen. Salah satu penyebab kenaikan ketimpangan di perdesaan tidak
setinggi di perkotaan ditengarai kegiatan dan aktivitas perekonomian masyarakat desa
tidak semenurun yang di perkotaan, selain juga dengan adanya BLT Desa dan berbagai
program yang dialurkan ke desa.
Untuk kawasan Bali-Nursra, Rasio Gini Bali da NTT mengalami perbaikan masing-
masing turun 0,003 dan 0,007. Perbaikan juga untuk Rasio Gini Nasional, turun 0.003
dari 0,384 menjadi 0,381.
20
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
4.28
3.15
2.98
4.98
1.57
3.28
3.14
5.23
1.25
3.04
2.64
4.94
5.63
4.22
7.07
5.42
3.97
3.38
6.26
5.37
3.01
3.77
6.49
Feb-19 Agt-19 Feb-20 Agt-20 Feb-21 Agt-21
Sumber : ntb.bps.go.id, data diolah BALI NTB NTT Nasional
Jika dibandingkan dengan kondisi Februari 2021, terjadi penurunan TPT untuk Bali dan
NTB. Bali mengalami penurunan 0,9 persen sementara turun jauh 11,54 persen.
Penurunan di kedua daerah ini dipicu oleh pelonggaran aktivitas, khususnya di sektor
berbasis wisata, yang memang menjadi andalan di daerah tersebut. Khususnya di NTB,
dengan dimulainya event besar Mandalika menggerakkan sektor terkait guna
menyongsong kegiatan tersebut.
Data BPS menyatakan bahwa angkatan kerja per Agustus 2021 sebanyak 2,74 juta
orang. Jumlah ini meningkat sekitar 50 ribu orang jika dibandingkan bulan yang sama
tahun 2020. Kenaikan ini menaikkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja NTB sekitar 0,13
poin.
Sementara itu TPT bulan Agustus 2021di NTB tercatat sebesar 3,01 persen dari total
angkatan kerja. Angka ini turun 1,21 persen poin dibandingkan dengan bulan Agustus
2020.
Untuk memotret dampak covid-19 terhadap ketenagakerjaan, BPS mengelompokkan
penduduk usia kerja terdampak Covid-19 ke dalam 4 komponen yaitu 1) Pengangguran
karena covid-19, 2) Bukan angkatan kerja karena Covid-19, 3) Sementara tidak bekerja,
dan 4) Penduduk bekerja mengalami pengurangan jam kerja. 2 pertama merupakan
dampak pandemi covid-19 pada yang berhenti bekerja, sementara 2 berikunya
merupakan dampak pandemi covid-19 yang dirasakan mereka yang saat ini masih
bekerja.
21
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Tabel 2. 4 Dampak Covid-19 Terhadap Penduduk Usia Kerja periode Februari s.d Agustus 2021
Sumber: bi.ly/beritaresmibps
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat 324,87 ribu orang terpaksa
menganggur karena Covid-19 (8,37 persen dari 3.882,46 ribu), dengan rincian
menganggur karena Covid-19 sebanyak 28,36 ribu orang, Bukan angkatan kerja karena
covid-19 11,21 ribu orang, Sementara tidak bekerja karena covid 22,90 ribu orang, dan
penduduk mengalami pengurangan jam kerja karena covid sebanyak 262,40 ribu orang.
98
Jan feb mar Apri Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
22
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
Secara keseluruhan, NTP NTB sejak tahun 2019 di atas angka 100 artinya berarti petani
mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya.
Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya. Angka tertinggi pada Januari
2021 sebesar 109,34 sementara terendah pada Mei 2020 sebesar 102,11. Dari grafik di
juga nampak bahwa NTP 2021 sejak Agustus 2021 selalu di bawah NTP 2019 dan 2020.
Pandemi Covid-19 yang melanda sejak akhir 2020 ikut menurunkan NTP 2021. Dan di
akhir 2021, indeks mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya. Hal ini terjadi karena
kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian ang lebih tinggi dibandingkan kenaikan
indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh RT maupun biaya produksi dan
penambahan barang modal (sumber: bit.ly/ ntpnaik).
122.44
Jan Feb Mar Apri Mei Jun Juli Agust Sept Okt Nov Des
Sumber : ntb.bps.go.id, data diolah 2019 2020 2021
23
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Nilai Tukar Nelayan (NTN) di NTB 2019 s.d. 2021 menunjukkan nilai di atas 100. Sama
halnya dengan NTP, nilai di atas 100 menandakan mengalami surplus. Harga produksi
naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Terdapat kesejahteraan yang bisa
dinikmati nelayan. NTN tertinggi dicapai pada Juli 2019 dengan capaian 122,44.
Sementara terendah pada bulan Februari 2020 dengan nilai 102,6. Di masa pandemi ini,
NTN bulan Desember 2021 mengalami kenaikan 2,22 persen dari NTP November 2021.
24
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
Secara umum capaian indikator makro kesra Provinsi NTB 2021 telah sesuai target yang
ditetapkan dalam RPJMD 2019-2023. Beberapa indikator yang capaiannya masih
dibawah target disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19. Indikator makro kesra seperti
kemiskinan dan rasio gini laju pertumbuhanya menurun seiring dengan penurunan kinerja
ekonomi selama pandemi.
25
BAB III
Analisis Fiskal Regional
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
BAB III
ANALISIS FISKAL REGIONAL
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat
merupakan potret kondisi keuangan APBN di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan juga merupakan
cermin kebijakan fiskal di daerah yang meliputi Pendapatan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi,
Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi, Pengelolaan BLU Pusat di Provinsi, serta
Pengelolaan Manajemen Investasi Pusat.
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran -21.542,15 -21.132,88 98,10% -20.489,71 -19.634,49 95,83% -21.216,20 -19.937,10 93,97% 1,54%
(SILPA/SIKPA)
Sumber : OM-SPAN, ME Budget Excecution, SIMTRADA DJPK, Kanwil DJP Nusra, KPPBC Mataram dan Sumbawa (data diolah)
26
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Realisasi Pendapatan Negara di Provinsi NTB di tahun 2021 sebesar Rp4.597,97 miliar atau
123,80% dari target. Kinerja Pendapatan Negara di tahun 2021 sebesar 123,80% tersebut
lebih tinggi dibanding tahun 2019 (84,60%) dan tahun 2020 (109,34%). Pertumbuhan
Pendapatan Negara di Provinsi NTB tahun 2021 naik 31,94% dari tahun 2019 dan naik
26,56% dari tahun 2020.
Realisasi Belanja Negara di Provinsi NTB tahun 2021 sebesar Rp24.535,07 miliar atau
98,41% dari pagu. Kinerja Belanja Negara di tahun 2021 sebesar 98,41% tersebut lebih
tinggi dibanding tahun 2019 (95,93%) dan tahun 2020 (97,71%). Meningkatnya kinerja
Belanja Negara di tahun 2021 di dorong oleh meningkatnya kinerja Belanja Pemerintah
Pusat dan Kinerja Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Capaian kinerja belanja negara di
Provinsi NTB yang tinggi tahun 2021 merupakan wujud keberhasilan komunikasi, koordinasi
dan sinergi Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTB sebagai Regional Chief
Economist dengan Pemerintah Daerah, Satuan Kerja dan KPPN lingkup Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Provinsi NTB.
27
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
28
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Non Migas 22,04%, PPN 10,68%, PBB 284,11%, Pajak Lainnya 47,08% dan Bea
Keluar 83,36%
1) Pertumbuhan pendapatan PPh Non Migas di Provinsi NTB tahun 2021 naik
22,04% dari tahun lalu disebabkan meningkatnya pendapatan PPh Pasal 25
Orang Pribadi, PPh Pasal 25 Badan, Pasal 26, dan PPh Final, serta Wajib Pajak
yang memanfaatkan Insentif Perpajakan PPh 21 dan PPh Final UMKM (PPh
DTP). PPh DTP adalah PPh Ditanggung Pemerintah, sebagai salah satu bentuk
insentif yang diberikan pemerintah dalam sektor pajak dalam rangka Pemulihan
Ekonomi Nasional khususnya untuk Wajib Pajak terkena dampak pandemi yaitu
diberikan insentif pajak, diantaranya PPh Pasal 21, PPh Pasal 4 ayat 2 untuk
UMKM (PP 23).
2) Pertumbuhan pendapatan PPN di Provinsi NTB tahun 2021 naik 10,68% dari
tahun lalu disebabkan mulai membaiknya kegiatan perdagangan dan transaksi
ekonomi Wajib Pajak dibandingkan tahun 2020. Peningkatan aktivitas transaksi
ekonomi yang semakin membaik dibanding 2020, mempengaruhi pertumbuhan
positif pada PPN.
3) Pertumbuhan pendapatan PBB di Provinsi NTB tahun 2021 naik 284,11% dari
tahun lalu disebabkan kenaikan PBB Sektor Pertambangan di Pulau Sumbawa.
4) Pertumbuhan pendapatan Pajak Lainnya di Provinsi NTB tahun 2021 naik
47,08% dari tahun lalu disebabkan meningkatnya penjualan benda meterai yang
dipengaruhi adanya kenaikan tarif Bea Meterai. Mulai 1 Januari 2021, tarif bea
meterai yang berlaku menjadi Rp 10.000 dari ketentuan saat ini yakni Rp 6.000
dan Rp 3.000. Kebijakan tersebut tertuang dalam Undang-Undang (UU) Nomor
10 Tahun 2020 tentang Bea Meterai. Selain itu juga karena peningkatan
kegiatan ekonomi yang mempengaruhi kenaikan jumlah penggunaan benda
meterai.
5) Pertumbuhan pendapatan Bea Keluar di Provinsi NTB tahun 2021 naik 83,36%
dari tahun lalu disebabkan kadar tembaga dan emas dalam eksportasi
konsentrat tembaga cenderung tinggi, harga patokan ekspornya juga tinggi
sehingga mendongkrak kenaikan pendapatan bea keluar.
Secara total penerimaan perpajakan tetap mengalami peningkatan dari tahun lalu,
namun terdapat beberapa komponen yang mengalami penurunan sebagai berikut:
1) Pertumbuhan pendapatan PPh Migas di Provinsi NTB tahun 2021 turun 1,81%
dari tahun lalu disebabkan kesalahan setor wajib pajak pada komponen PPh
Migas, karena di wilayah Provinsi NTB tidak terdapat wajib pajak yang bergerak
di bidang Migas.
29
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
30
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Peristiwa gempa besar di NTB di bulan Agustus 2018 dan pandemi Covid-19 pada
awal tahun 2020 telah menyebabkan aktivitas perekonomian NTB menurun,
namun di tahun 2021 aktivitas ekonomi di Provinsi NTB mengalami peningkatan
seiring dapat dikendalikannya pandemi Covid-19 dan terus tumbuhnya sektor
UMKM di NTB serta adanya event Internasional World Superbike (WSBK) dan Asia
Talent Cup 2021 yang mendongkrak pendapatan sektor pariwisata, penjualan
produk UMKM, lapangan kerja, jumlah penumpang pesawat dan jasa sewa
kendaraan. Rasio pajak provinsi NTB di tahun 2021 sebesar 2,91% sudah
meningkat dibanding tahun 2019 dan 2020, namun masih jauh lebih rendah
dibanding rasio pajak nasional yang sebesar 8,25%. Upaya peningkatan tax rasio
NTB dapat dilakukan intensifikasi/ekstensifikasi pajak, peningkatan investasi di
wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat serta diselenggarakan even-event
internasional secara berkesinambungan di Provinsi NTB seperti hal World
Superbike (WSBK) dan Asia Talent Cup di tahun 2021 dan penyelenggaraan
MotoGP 2022 di Mandalika Lombok.
Dampak World Superbike (WSBK) dan Asia Talent Cup di tahun 2021 :
1. Pendapatan Asli Daerah NTB khususnya (PAD) Lombok Tengah meningkat.
Usai gelaran WSBK pada 19-21 November lalu, pemerintah kabupaten Lombok
Tengah menyatakan memperoleh tambahan PAD yang berasal dari pajak
hiburan sebesar 15%, pajak parkir 30% serta pajak restoran dan hotel 15%.
2. Okupansi hotel melonjak hingga 95%
Adanya peningkatan okupansi hotel yang tadinya hanya 15% menjadi 95%.
Omzet bisnis hotel juga meningkat dari 15% menjadi 85%. Hal ini dikarenakan
jumlah wisatawan yang meningkat pada masa gelaran WSBK.
3. Omzet bisnis persewaan kendaraan meroket
Bidang penyewaan jasa transportasi biasanya mendapatkan omzet Rp10-15
juta per bulan. Namun, memasuki awal bulan November hingga tanggal 23
November, omzetnya mencapai hampir Rp 70juta.
4. Peluang emas mengenalkan produk UMKM lokal meningkatnya penjualan
produk UMKM.
Ajang WSBK telah menciptakan peluang emas bagi usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) lokal. UMKM yang menjual makanan dan minuman paling
31
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
200.00%
200.00
150.00%
150.00
119.37 100.00%
59.44%
19.21% 99.18
102.49 50.00%
100.00 7.83% 8.67%
-9.64%
0.00%
26.81% 47.51 -56.00%
50.00
3.33%
19.50 19.5621.10 18.1519.73 16.83 -50.00%
7.77 6.54 8.29 9.67 7.68 21.79 1.30 15.46
4.26 5.04
6.94 4.88 0.82 2.98 1.73 7.54
6.80
0.00 -100.00%
Pendapatan Pendapatan Pendapatan Pendapatan Pendapatan Pendapatan Pendapatan Pendapatan Pendapatan Pendapatan
Badan dari Administrasi Kesehatan, Pendidikan, Jasa Jasa Lainnya Bunga, Denda Lain-Lain
Layanan Penjualan, dan Perlindungan Budaya, Riset Transportasi, Pengelolaan
Umum (BLU) Pengelolaan Penegakan Sosial dan dan Komunikasi Rekening
BMN, dan Hukum Keagamaan Teknologi dan Perbankkan
Iuran Badan Informatika dan
Usaha Pengelolaan
Keuangan
32
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Realisasi PNBP di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2021 mengalami
peningkatan sebesar 11,20% dari tahun 2019 dan 15,53% dari tahun 2020, hal
tersebut disebabkan naiknya pendapatan BLU dan PNBP Lainnya. Kenaikan
pendapatan BLU di tahun 2021 sebesar 19,21% dari tahun 2020 dan kenaikan
pendapatan PNBP Lainnya di tahun 2021 sebesar 9,68% dari tahun 2020.
Beberapa pendapatan PNBP Lainnya di tahun 2021 dibanding tahun lalu yang
mengalami peningkatan yang sangat signifikan adalah Pendapatan Denda sebesar
336,42% (terdiri dari Pendapatan Denda Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah dan
denda lainnya Rp5,8 miliar) dan Pendapatan Bunga, Pengelolaan Rekening
Perbankkan dan Pengelolaan Keuangan 234,19% (terdiri dari Pendapatan Bea
Lelang meningkat Rp7,08 miliar dan Pendapatan Penyelesaian Ganti Kerugian
Negara meningkat Rp4,7 miliar) sedangkan pendapatan PNBP Lainnya di tahun 2021
dibanding tahun lalu yang mengalami penurunan adalah Pendapatan Kesehatan,
Perlindungan Sosial dan Keagamaan sebesar 9,64% (terdiri dari Pendapatan Jasa
Pemberian Vaksin Kesehatan turun Rp632 juta, Pendapatan Jasa Karantina
Kesehatan turun Rp337, 67 juta, Pendapatan Jasa Karantina Perikanan turun
Rp245,19 juta) dan Pendapatan Lain-Lain 56% (Penerimaan Kembali Belanja
Pegawai, Barang, Modal Tahun Anggaran Yang Lalu turun Rp8,48 miliar).
33
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
2020. Kenaikan pagu BPP tahun 2021 sebesar 8,45% dibanding tahun 2020
didongkrak oleh kenaikan pagu Belanja Modal sebesar 41,99% dibanding tahun 2020.
Realisasi Belanja Pemerintah Pusat (BPP) di Provinsi NTB tahun 2021 sebesar
Rp9.243,92 miliar atau 97,71% dari pagu. Kinerja BPP di tahun 2021 sebesar 97,71%
tersebut lebih tinggi dibanding tahun 2019 (92,84%) dan tahun 2020 (96,07%).
Tingginya kinerja BPP didorong oleh meningkatnya kinerja jenis belanja pegawai,
barang, modal dan sosial dibanding tahun 2020. Selain itu kinerja BPP Provinsi NTB
tahun 2021 lebih tinggi dari kinerja BPP Provinsi Bali (92,48%), Provinsi Nusa
Tenggara Timur (95,18%) dan rata-rata nasional di tahun 2021 (96,03%).
Pertumbuhan realisasi BPP di Provinsi NTB tahun 2021 naik 7,66% dibanding tahun
2019 dan naik 10,30% dibanding tahun 2020.
34
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Provinsi NTB tahun 2021 naik 2,07% dibandingkan dengan tahun 2019 dan turun
0,50% dibandingkan dengan tahun 2020.
Belanja Barang
Realisasi Belanja Barang di Provinsi NTB tahun 2021 sebesar Rp2.605,29 miliar atau
94,71% dari pagu. Kinerja Belanja Barang di tahun 2021 sebesar 94,71% tersebut
lebih tinggi dibanding tahun 2019 (93,96%) dan tahun 2020 (93,90%). Kinerja belanja
barang didorong oleh meningkatnya belanja barang sehubungan telah membaiknya
kondisi perekomian serta semakin terkendalinya pandemi Covid-19 di NTB pada
tahun 2021 pasca meningkatnya program vaksinasi yang secara masif digalakkan
pemerintah serta diberikannya relaksasi kegiatan masyarakat oleh pemerintah.
Demikian juga adanya recofusing pada pagu belanja barang 2021 di NTB sebesar
9,03% dibanding tahun 2020 untuk penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia juga
mempengaruhi kenaikan kinerja belanja barang di tahun 2021. Kinerja Belanja Barang
di Provinsi NTB tahun 2021 lebih tinggi dari kinerja Belanja Barang Provinsi Bali
(88,06%), Provinsi Nusa Tenggara Timur (94,16%) namun di bawah kinerja rata-rata
nasional di tahun 2021 (95,85%).
Belanja Modal
Realisasi Belanja Modal di Provinsi NTB tahun 2021 sebesar Rp3.590,10 miliar atau
97,82% dari pagu. Kinerja Belanja Modal di tahun 2021 sebesar 97,82% tersebut lebih
tinggi dibanding tahun 2019 (84,76%) dan tahun 2020 (95,86%). Kinerja belanja
modal didongkrak pembangunan infrastruktur, gedung bangunan dan pengadaan
peralatan dan mesin antara lain :
Pembangunan Bendungan di Sumbawa, Sumbawa Barat dan Lombok Barat
Pembangunan Jalan ByPass Bandara Internasional Lombok- Mandalika 2
Pembangunan Jaringan Irigasi di Sumbawa Barat
Pembangunan Gedung Asrama Haji Embarkasi Lombok Tahun 2021
Pengembangan Bandar Udara Sultan Muh Salahuddin Bima tahap II
Pembangunan Gedung dan Bangunan satuan kerja di NTB
Pengadaan Peralatan dan mesin serta fasilitas perkantoran, dan lain sebagainya
Selain itu kinerja Belanja Modal di Provinsi NTB tahun 2021 lebih tinggi dari kinerja
Belanja Modal Provinsi Bali (89,53%), Provinsi Nusa Tenggara Timur (93,53%) dan
rata-rata nasional di tahun 2021 (92,59%). Pertumbuhan realisasi Belanja Modal di
Provinsi NTB tahun 2021 naik 56,97% dibanding tahun 2019 dan naik 44,89%
dibanding tahun 2020.
Belanja Sosial
Realisasi Belanja Sosial di Provinsi NTB tahun 2021 sebesar Rp14,79 miliar atau
99,99% dari pagu. Kinerja Belanja Sosial di tahun 2021 sebesar 99,99% tersebut lebih
35
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
tinggi dibanding tahun 2019 (95,83%) dan tahun 2020 (98,24%). Kinerja belanja
bantuan sosial mencapai 99,99% disebabkan tersalurkannya :
a. Bantuan pendidikan tinggi mahasiswa baru pada Sekolah Tinggi Agama Hindu
Negeri GdePudja dalam rangka Peningkatan Akses, Mutu, Kesejahteraan dan
Subsidi Pendidikan Tinggi Agama Hindu sebesar Rp11,66 miliar (100%).
b. Bantuan pendidikan tinggi untuk mahasiswa baru pada UIN Mataram dalam
rangka Peningkatan Akses, Mutu, Relevansi, dan Daya Saing Pendidikan Tinggi
Keagamaan Islam Rp.2,47 miliar (99,95%)
c. Bantuan sosial untuk rehabilitasi sosial anak pada Balai Rehabilitasi Sosial Anak
Yang Memerlukan Perlindungan Khusus “PARAMITA” di Mataram Rp659,92 juta
(99,99%)
Selain itu kinerja Belanja Sosial di Provinsi NTB tahun 2021 lebih tinggi dari kinerja
Belanja Sosial Provinsi Bali (99,43%), Provinsi Nusa Tenggara Timur (99,62%) dan
rata-rata nasional di tahun 2021 (98,16%). Meskipun kinerja tahun 2021 lebih tinggi
dari tahun 2019 dan 2020, namun pertumbuhan realisasi Belanja Sosial di Provinsi
NTB tahun 2021 turun 17,65% dibanding tahun 2019 dan turun 0,50% dibanding
tahun 2020.
4,000.00 80.00%
3,500.00 50.89%
60.00%
3,000.00
40.00%
16.39%
2,500.00
5.42% 6.73% 4.59% 20.00%
0.10%
2,000.00 -7.85% -10.74%
-20.55% 0.00%
1,500.00 -21.56% -23.54%
-31.47% -32.76%
-37.55% -20.00%
1,000.00
500.00 -40.00%
0.00 -60.00%
KEMENTE
BADAN
KEMENTE RIAN
KEMENTE KEPENDU
RIAN PARIWIS KEMENTE
RIAN KEMENTE KEMENTE DUKAN
KEPOLISI PENDIDIK ATA DAN RIAN
PEKERJA RIAN RIAN KEJAKSA DAN
AN AN, KEMENTE EKONOM KEMENTE KEMENTE KEMENTE LINGKUN
AN KEMENTE HUKUM MAHKA AGRARIA AN KELUARG
NEGARA KEBUDAY RIAN I RIAN RIAN RIAN GAN
UMUM RIAN DAN HAK MAH DAN REPUBLIK A
REPUBLIK AAN, PERTAHA KREATIF/ PERHUB PERTANI KEUANG HIDUP
DAN AGAMA ASASI AGUNG TATA INDONES BERENCA
INDONES RISET, NAN BADAN UNGAN AN AN DAN
PERUMA MANUSI RUANG/ IA NA
IA DAN PARIWIS KEHUTA
HAN A RI BPN NASIONA
TEKNOLO ATA DAN NAN
RAKYAT L
GI EKONOM
(BKKBN)
I KREATIF
2019 PAGU 2,494.60 1,568.81 1,129.37 74.66 423.29 229.28 208.43 179.70 130.97 268.63 256.01 134.95 117.81 186.56 107.89
2019 REALISASI 2,107.57 1,520.96 1,212.23 72.82 415.99 227.49 203.10 175.21 129.52 250.60 234.44 132.63 114.67 181.01 102.70
2020 PAGU 2,648.23 1,629.22 1,118.91 512.80 412.86 111.72 295.94 150.25 137.95 209.38 142.29 106.67 134.40 105.87 77.91
2020 REALISASI 2,560.02 1,592.37 1,122.95 476.47 411.40 106.20 291.11 141.86 133.93 203.53 133.34 102.18 129.88 100.45 71.10
2021 PAGU 4,132.46 1,283.15 1,182.02 507.97 415.37 202.48 188.50 180.04 149.79 147.16 116.08 98.60 91.89 88.91 82.65
2021 REALISASI 3,996.01 1,277.92 1,179.59 472.55 413.27 200.26 184.81 174.88 147.23 143.48 108.80 95.22 90.37 84.12 81.49
% Growth 2020-2021 50.89% -21.56% 5.42% -7.85% 0.10% 79.26% -37.55% 16.39% 6.73% -31.47% -23.54% -10.74% -32.76% -20.55% 4.59%
APBN Provinsi Nusa Tenggara Barat di tahun 2021 berdasarkan organisasi terbagi
menjadi 42 (empat puluh dua) Bagian Anggaran, terdiri dari 41 (empat puluh satu)
Kementerian Negara/Lembaga dan satu Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara
(BA-BUN). Berdasarkan organisasi dalam APBN di Provinsi Nusa Tenggara Barat
36
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
tersebut terdapat lima belas K/L yang mempunyai pagu terbesar selain Bagian
Anggaran Bendahara Umum Negara (BA-BUN).
Pagu terbesar adalah Kementerian PUPR memperoleh total pagu sebesar
Rp4.132,46 miliar dengan realisasi sebesar Rp3.996,01 miliar atau 96,70%. Pagu
Kementerian PUPR sebesar Rp4.132,46 miliar naik 65,66% dibanding tahun 2019
dan naik 56,05% dibanding tahun 2020. Pagu terkecil adalah BKKBN dengan pagu
sebesar Rp82,65 miliar dengan realisasi sebesar Rp81,49 miliar atau 98,59%. Pagu
BKKBN sebesar Rp82,65 miliar turun 23,39% dibanding tahun 2019 dan naik 6,08%
dibanding tahun 2020.
Dari 15 K/L dengan pagu terbesar yang mempunyai kinerja tertinggi di tahun 2021
adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia sebesar 99,79% karena di tahun 2021
ada peningkatan kinerja belanja modal sebesar 0,16% dan belanja barang 0,10% di
banding tahun 2020.
K/L dengan kinerja terendah adalah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi sebesar 93.03% karena di tahun 2021 ada penurunan kinerja belanja modal
sebesar 12,08% di banding tahun 2020.
Terkait dengan pertumbuhan realisasi belanja, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengalami pertumbuhan realisasi
Belanja tertinggi di Provinsi NTB tahun 2021 dibanding tahun 2020 yaitu sebesar
79,26% karena terjadi peningkatan realisasi belanja modal sebesar Rp85,55 milyar
atau 114,20% dari tahun lalu sedangkan Kementerian Perhubungan mengalami
penurunan terendah sebesar minus 37,55% karena terjadi penurunan realisasi
belanja modal sebesar Rp104,84 miliar atau 58,08% dan realisasi belanja barang
sebesar Rp1,75 miliar atau 2,31% dari tahun lalu.
2,000.00 0.00%
-13.93%
1,500.00 -10.00%
-25.37%
1,000.00 -20.00%
-34.38%
500.00 -30.00%
0.00 -40.00%
KETERTIBA PERUMAH
PERLINDU PARIWISAT
PENDIDIKA N DAN AN DAN PERTAHAN PELAYANA LINGKUNG KESEHATA
EKONOMI AGAMA NGAN A DAN
N KEAMANA FASILITAS AN N UMUM AN HIDUP N
SOSIAL BUDAYA
N UMUM
2019 PAGU 2,765.68 2,131.90 1,640.13 411.87 423.29 733.37 211.50 365.40 221.39 32.05 229.43
2019 REALISASI 2,416.31 2,004.57 1,711.31 348.74 415.99 686.72 203.44 340.84 209.39 31.43 227.64
2020 PAGU 2,792.77 2,216.07 1,527.51 495.59 412.86 609.77 204.20 270.11 154.17 19.80 0.13
2020 REALISASSI 2,707.31 2,158.59 1,513.41 473.92 411.40 523.74 173.41 256.67 143.64 18.82 0.12
2021 PAGU 3,906.95 1,901.81 1,615.69 666.36 415.37 353.96 207.09 200.35 167.26 25.67 0.00
2021 REALISASI 3,828.62 1,857.81 1,600.52 596.10 413.27 343.70 202.54 191.56 163.76 24.84 0.00
2021 % Growth 2020-2021 41.42% -13.93% 5.76% 25.78% 0.46% -34.38% 16.80% -25.37% 14.01% 32.01%
37
KAJIAN
KAJIANFISKAL TAHUN
FISKAL TAHUN
REGIONAL
REGIONAL
20 20
PROVINSI NUSA
PROVINSI TENGGARA
NUSA BARAT
TENGGARA 21
21
BARAT
38
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Realisasi TKDD di Provinsi NTB tahun 2021 sebesar Rp15.291,15 miliar atau 98,85%
dari pagu. Kinerja penyaluran TKDD di tahun 2021 sebesar 98,85% tersebut lebih tinggi
dibanding tahun 2019 (97,68%) dan lebih tinggi dari tahun 2020 (98,66%) . Kinerja
TKDD Provinsi NTB tahun 2021 lebih tinggi dari kinerja rata-rata nasional di tahun 2021
yaitu sebesar 98,73%.
Pertumbuhan realisasi TKDD di Provinsi NTB tahun 2021 turun 4,62% dibanding tahun
2019 dan naik 2,72% dibanding tahun 2020. Pertumbuhan realisasi TKDD tahun 2021
sebesar 2,72% dibanding tahun 2020 disebabkan oleh kenaikan realisasi Dana Bagi
Hasil 28,02%, DAK Fisik 17,84%, DAK Non Fisik 0,24% dan Dana Desa 1,91%. Pagu
dan Realisasi TKDD di Provinsi NTB dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3. 4 Pagu dan Realisasi TKDD (miliar)
39
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
Pertumbuhan realisasi penyaluran DBH tahun 2021 tersebut naik 50,51%
dibanding tahun 2019 dan naik 28,02% dibanding tahun 2020.
1) Pagu DAK Fisik di Provinsi NTB tahun 2021 sebesar Rp1.911,57 miliar turun
25,48% dibanding tahun 2019 dan naik kembali 20,87% dibanding tahun 2020.
Pagu DAK Fisik di tahun 2021 terjadi penyesuaian berdasar PMK No
17/PMK.07/2021 Pengelolaan TKDD TA 2021 Dalam Rangka Mendukung
Penanganan Pandemi COVID-19 dan Dampaknya, dengan melakukan refocusing
pagu DAK Fisik di awal tahun berupa penyesuaian alamiah, pengurangan pagu
sebesar selisih antara pagu awal dengan rencana kegiatan, sehingga terjadi
penyesuaian dari pagu awal sebesar Rp1.965,25 miliar turun menjadi 1.910,11
milar (turun 2,81% dari pagu awal) serta penambahan alokasi berdasar Keputusan
Menteri Keuangan (KMK) nomor 19/KM.7/2021 tentang Rincian Alokasi atas
Penggunaan Cadangan Dana Alokasi Khusus Fisik Menurut Daerah
Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2021 Untuk Mendukung Percepatan
Penanganan Limbah Medis Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dari pagu
penyesuaian Rp1.910,11 miliar menjadi 1.911,57 miliar (naik 0,08% dari pagu
penyesuaian).
Realisasi DAK Fisik di Provinsi NTB tahun 2021 sebesar Rp1.762,11 miliar atau
92,18% dari pagu. Penyaluran tertinggi Kabupaten Dompu 99,17% sedang terendah
Kota Mataram 77,19%. Dari Rp1.763,22 miliar total kontrak DAK Fisik 2021 yang
didaftarkan, sampai dengan 31 Desember 2021 telah terealisasi sebesar Rp1.762,11
miliar atau 99,94%. Terdapat 5 Pemda yang realisasi terhadap kontrak mencapai
100% yaitu Kab Dompu, Kota Bima, Kab. Bima, Kab. Sumbawa dan Prov. NTB,
sementara 6 Pemda lainnya realisasinya sebesar 99,73% s.d. 99,99% dengan
beberapa penyebab antara lain :
a. Perubahan metode pengadaan pada bidang pendidikan, jika di tahun 2020
swakelola, pada tahun 2021 menggunakan metode lelang sehingga penyerapan
dana tidak bisa optimal.
b. Pada bidang kesehatan dan KB, saat proses pengadaan harga beberapa barang
alkes telah naik di atas pagu dan beberapa pengadaan tidak dapat dilaksanakan
karena barang yang spesifikasinya sesuai Juknis DAK Fisik 2021 tidak tersedia di
e-katalog.
c. Sisa tender pada bidang pariwisata dan Lingkungan hidup yang tidak dapat
dioptimalkan karena keterbatasan waktu.
40
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Oleh sebab itu, kinerja DAK Fisik di Provinsi NTB tahun 2021 hanya sebesar 92,18%
turun dibanding tahun 2020 (94,56%) dan tahun 2019 (94,36%). Namun kinerja DAK
Fisik di Provinsi NTB tahun 2021 sebesar 92,18% masih lebih tinggi dibanding Kinerja
DAK Fisik tahun 2021 rata-rata Nasional sebesar 89,66%.
Pertumbuhan realisasi DAK Fisik di Provinsi NTB tahun 2021 turun 27,20% dibanding
tahun 2019 dan naik 17,84% dibanding tahun 2020.
2) Pagu DAK Non Fisik di Provinsi NTB tahun 2021 sebesar Rp2.677,27 miliar naik
1,41% dibanding tahun 2019 dan naik 0,08% dibanding tahun 2020. Realisasi DAK
Non Fisik di Provinsi NTB tahun 2021 sebesar Rp2.672,67 miliar atau 99,83% dari
pagu. Kinerja penyaluran DAK Non Fisik tahun 2021 sebesar 99,83% tersebut lebih
tinggi dari tahun 2019 (94,83%) dan tahun 2020 (99,67%) serta rata-rata nasional
sebesar 97,55%. Pertumbuhan realisasi DAK Non Fisik di tahun 2021 naik 6,75%
dibanding tahun 2019 dan naik 0,08% dibanding tahun 2020.
DAK Non Fisik yang disalurkan langsung oleh KPPN di wilayah kerja Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Provinsi NTB yaitu KPPN Mataram adalah Bantuan Operasional
Sekolah (BOS). Penyaluran Dana BOS oleh KPPN Mataram sejak tahun 2020.
Pagu Dana BOS tahun 2021 di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat ditetapkan
sebesar Rp995,48 miliar naik 0,81% dari alokasi pagu tahun 2020, sedangkan
realisasi Dana Bos di tahun 2021 sebesar Rp988,41 miliar atau 99,29% dari pagu.
Kinerja penyaluran BOS tahun 2021 sebesar 99,29% tersebut lebih tinggi dari
tahun 2020 (99,10%). Pertumbuhan realisasi Dana Bos di tahun 2021 naik 1%
dibanding tahun 2020.
41
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
tinggi dari rata-rata nasional sebesar 99,90%. Pertumbuhan realisasi DID di tahun
2021 naik 50,91% dibanding tahun 2019 dan turun 20,58% dibanding tahun 2020.
42
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
43
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
3.1.5 Pengelolaan BLU Pusat
Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat
Berikut profil satker BLU di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Nusa
Tenggara Barat :
a. Universitas Mataram (UNRAM)
UNRAM merupakan perguruan tinggi yang diselenggarakan di bawah
Kementerian Pendidikan Nasional, berkedudukan di Kota Mataram. UNRAM
ditetapkan sebagai BLU pada tahun 2012 dengan nomor penetapan KMK
224/KMK.05/2012 dengan status BLU Penuh dengan jenis layanan Pendidikan
Perguruan Tinggi Negeri.
b. Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
UIN Mataram merupakan Perguruan Tinggi Islam Negeri yang diselenggarakan
dibawah Kementerian Agama, berkedudukan di Kota Mataram. UIN Mataram
sebelumnya adalah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram dan beralih status
menjadi UIN Mataram pada tahun 2017 berdasarkan Peraturan Presiden Nomor
34/2017. Sedangkan penetapan Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram sebagai
BLU pada tahun 2011 dengan nomor penetapan KMK 84/KMK.05/2011 status
BLU Penuh dengan jenis layanan Pendidikan Perguruan Tinggi Agama Islam
(PTAI).
c. Rumah Sakit Bhayangkara Mataram
Rumah Sakit Bhayangkara Mataram merupakan rumah sakit yang
diselenggarakan dibawah Kepolisian Republik Indonesia yang berlokasi di Kota
Mataram. RS Bhayangkara Mataram ditetapkan sebagai BLU pada tahun 2016
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 676/KMK.05/2016, tanggal30
Agustus 2016 dengan status BLU Penuh bergerak pada jenis layanan Kesehatan.
2. Perkembangan Pagu BLU
Grafik 3. 4 Perkembangan Pagu BLU di NTB (miliar)
Tren pagu BLU pada tahun 2019
360.00
336.34 336.56 335.75
340.00
sampai dengan 2021 mengalami
320.00 332.69 fluktuasi yaitu dari Rp291,65 miliar
291.65
300.00 286.99 turun menjadi Rp286,99 miliar
280.00 kemudian naik menjadi Rp335,75
260.00
2019 2020 2021
miliar, sedangkan tren pagu Rupiah
Pagu BLU
Sumber : OMSPAN, ME Budget Excecution (data diolah) Murni mengalami peningkatan dari
44
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
REGIONAL
21 PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Rp336,34 miliar sedikit naik menjadi Rp336,56 miliar dan turun menjadi Rp335,75
miliar.
Pagu BLU di tahun 2021 mengalami perumbuhan sebesar 16,99% dari tahun 2020,
sehingga pagu BLU lebih besar dari pagu RM yaitu Pagu BLU sebesar 335,75 miliar
(50,23%) sedangkan pagu RM sebesar Rp332,69 miliar (49,77%).
Kenaikan pagu BLU di tahun 2021 disebabkan oleh :
a. Universitas Mataram
Meningkatnya Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan dari Uang Kuliah
Tunggal (UKT)
Pendapatan Jasa Penyediaan Barang dan Jasa Lainnya
Pendapatan Hasil Kerja Sama Lembaga/Badan Usaha
Pendapatan Hasil Kerja Sama Pemerintah Daerah
Pendapatan Jasa Layanan Perbankan BLU
Serta semua satker dibawah Kemendikbudristek dipacu untuk merealisasikan
belanja secara maksimal, sehingga berdampak pada kebijakan Unram untuk
memaksimalkan realisasi belanja terkait IKU dan penanganan Covid-19,
sehingga turut mendongkrak realisasi TA 2021.
b. UIN Mataram
Pada awalnya pagu BLU pada tahun 2021 adalah sebesar Rp38 miliar
dikarenakan ada kebutuhan untuk pematangan lahan dan perencanaan
pembangunan gedung SBSN di tahun 2021 maka UIN Mataram menggunakan
saldo awal senilai Rp5,72 miliar sehingga berjumlah Rp43,72 miliar.
c. Rumkit Bhayangkara Mataram
Peningkatan Pendapatan Jasa Pelayanan Rumah Sakit karena peningkatan
jumlah pasien umum dan BPJS
Diterimanya dana Claim Covid-19 dari Ditjen Yankes Kemenkes tahun 2020
dan 2021.
3. Perkembangan Pengelolaan Aset
Grafik 3. 5 Perkembangan Pengelolaan Aset BLU di Provinsi NTB (miliar)
2,500.00 2,118.10 2,186.50 2,192.79
2,000.00
1,500.00
45
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL 20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
Secara umum, aset yang dikelola oleh Satuan Kerja BLU selama tiga tahun terakhir
terus mengalami pertumbuhan. Total aset tahun 2021 sebesar Rp2.991,29 miliar
tumbuh positif 14,58% dari total aset tahun 2019 dan tumbuh positif 2,72% dari total
aset tahun 2020. Pertumbuhan aset tahun 2021 dibanding dengan tahun 2020
tertinggi adalah Rumah Sakit Bhayangkara Mataram yaitu sebesar 32,02%,
kemudian UIN Mataram sebesar 6,68% dan Universitas Mataram sebesar 0,29%.
Kontribusi terbesar atas pertumbuhan aset tahun 2021 berasal dari aset yang
dikelola oleh Satker RS Bhayangkara Mataram yang mengalami pertumbuhan
tertinggi sebesar 32,02%, hal ini karena di tahun 2021 terjadi penambahan sarana
prasarana untuk operasional pelayanan kesehatan yang bersumber dari pembelian
dan transfer masuk dari Pusdokkes Polri dan penyelesaian bangunan gedung
Presisi Rumah Sakit Bhayangkara Mataram untuk pelayanan.
4. Kemandirian BLU
Tabel 3. 5 Tingkat Kemandirian BLU berdasar Pagu (miliar)
No Jenis Layanan Satker BLU 2019 2020 2021
Pagu BLU % Pagu BLU Pagu RM % Pagu RM Pagu BLU % Pagu BLU Pagu RM % Pagu RM Pagu BLU % Pagu BLU Pagu RM % Pagu RM
1 Pendidikan Universitas Mataram 237,15 51,36% 224,59 48,64% 234,18 50,22% 232,13 49,78% 257,52 54,93% 211,27 45,07%
2 Pendidikan UIN Mataram 35,00 24,86% 105,77 75,14% 31,00 24,06% 97,82 75,94% 43,72 27,57% 114,88 72,43%
3 Kesehatan Rumkit Bhayangkara Mataram 19,50 76,55% 5,98 23,45% 21,81 76,74% 6,61 23,26% 34,51 84,07% 6,54 15,93%
Total 291,65 46,44% 336,34 53,56% 286,99 46,02% 336,56 53,98% 335,75 50,23% 332,69 49,77%
Sumber : OMSPAN, ME Budget Excecution (data diolah)
Tingkat kemandirian BLU dapat dilihat dari semakin menurunnya alokasi belanja
yang bersumber dari Rupiah Murni (RM). Tingkat kemandirian tertinggi dari ketiga
satker BLU berdasar alokasi belanja yang bersumber dari Rupiah Murni di tahun
2021 yaitu satker RS Bhayangkara Mataram dengan persentase pagu RM 15,93%
dibanding pagu BLU 84,07%.
Tabel 3. 6 Tingkat Kemandirian BLU berdasar Pendapatan dan Pengeluaran (miliar)
2019 2020 2021
Jenis
No Satker BLU
Layanan % % % % % %
Pendapatan Pengeluaran Pendapatan Pengeluaran Pendapatan Pengeluaran
Pendapatan Pengeluaran Pendapatan Pengeluaran Pendapatan Pengeluaran
BLU BLU BLU BLU BLU BLU
BLU BLU BLU BLU BLU BLU
1 Pendidikan Universitas Mataram 177,76 48,91% 185,65 51,09% 204,57 49,68% 207,23 50,32% 230,05 50,55% 225,09 49,45%
2 Pendidikan UIN Mataram 37,00 61,39% 23,27 38,61% 45,56 64,25% 25,35 35,75% 53,05 58,35% 37,87 41,65%
3 Kesehatan RS Bhayangkara Mataram 15,92 50,91% 15,35 49,09% 26,54 55,75% 21,06 44,25% 46,72 58,16% 33,61 41,84%
Total 230,68 50,70% 224,27 49,30% 276,66 52,17% 253,64 47,83% 329,82 52,65% 296,56 47,35%
Sumber : Neraca Satuan Kerja BLU
Tingkat kemandirian BLU dapat juga dilihat dari semakin meningkatnya Pendapatan
yang bersumber dari BLU dan semakin menurunnya pengeluaran yang bersumber
dari BLU dari tahun 2019 sampai 2021. Di tahun 2021 Pendapatan BLU sebesar
Rp329,82 milyar (52,65%) sedangan pengeluaran BLU sebesar 296,56 milyar
(47,35%) sehingga terjadi surplus 33,26 milyar. Dari ketiga satker BLU di Wilayah
NTB tingkat kemandirian tertinggi berdasar perbandingan Pendapatan dan
46
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
pengeluaran yang bersumber dari BLU dalah UIN Mataram karena persentase
Pendapatan BLU dibanding dengan pengeluaran BLU tahun 2021 adalah
Pendapatan BLU sebesar 58,35% sedang Pengeluaran BLU sebesar 41,65%. Hal
ini karena adanya peningkatan Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan karena
bertambahnya jumlah mahasiswa dari 13.083 di tahun 2020 meningkat menjadi
13.434 ditahun 2021 dan Pendapatan Jasa Layanan Perbankan dari nilai deposito
senilai Rp45,56 miliar di tahun 2020 dan meningkat menjadi 53,05 miliar di tahun
2021.
5. Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP
Sampai dengan akhir Desember 2021, Kementerian/Lembaga yang mengelola
dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di Wilayah Kantor Wilayah Ditjen
Perbendaharaan Prov. NTB sebanyak 14 K/L yang tersebar pada 95 satuan kerja.
Dari jumlah tersebut, terdapat 10 Satuan Kerja PNBP dengan pengelolaan pagu
PNBP terbesar sebagaimana ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. 7 Satker Dengan Pagu PNBP Terbesar TA 2021 (miliar)
NO KDSATKER NAMA SATKER JENIS LAYANAN PAGU RM PAGU PNBP
5 418938 'KANTOR IMIGRASI KELAS III NON TPI BIMA KETERTIBAN DAN KEAMANAN 3,60 9,13
6 427284 'BALAI PENGELOLAAN DAS DAN HUTAN LINDUNG DODOKAN MOYOSARI LINGKUNGAN HIDUP 34,45 7,76
7 654162 'BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO KELAS II MATARAM EKONOMI 5,36 6,87
9 408247 'KANTOR IMIGRASI KELAS I TPI MATARAM KETERTIBAN DAN KEAMANAN 8,55 5,38
47
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
tahun 2020 (Rp219,57 miliar) hal ini karena adanya penambahan nilai aset lancar,
peralatan mesin, irigasi dan gedung.
Aktivitas Poltekes Mataram ditahun 2021 didukung oleh dana PNBP Rp12,26 milyar
dan RM 34,43 milyar. Dilihat dari sisi pendapatan PNBP, sampai akhir tahun 2021,
pendapatan PNBP Politeknik Kesehatan Mataram sebesar Rp13,77 miliar atau
110,12% dari target PNBP. Kinerja pendapatan PNBP tahun 2021 sebesar
110,12% lebih tinggi dari tahun 2019 (96%) dan tahun 2020 (102,08%).
Pertumbuhan pendapatan PNBP tahun 2021 naik 10,28% dari tahun lalu. Dari
pendapatan PNBP yang diperoleh tersebut dapat digunakan untuk membiayai
pengeluaran yang sumber dananya dari PNBP. Sampai dengan Desember 2021
pendapatan PNBP 13,77 miliar dengan realisasi belanja yang sumber dananya dari
PNBP sebesar Rp8,93 miliar, dengan demikian, seluruh belanja yang bersumber
dari dana PNBP dapat terpenuhi dari pendapatan PNBP bahkan mengalami surplus
Rp4,85 miliar. Untuk itu Politeknik Kesehatan Mataram mempunyai potensi yang
besar untuk menjadi satker Badan Layanan Umum. Hal ini didukung oleh bidang
jasa layanan yang dihasilkan (pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan) adalah
keterampilan khusus yang diperlukan sepanjang masa, sehingga sangat potensial.
48
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
5,000
119,178
120,000 3,998.93
97,915 4,000
2,993.47
80,000 3,000
2,000
40,000
1,000
- 0
2019 2020 2021 2019 2020 2021
Sumber: Aplikasi SIKP (diolah)
Meskipun pada masa pandemi, realisasi penyaluran KUR tahun 2021 naik cukup
tajam dibandingkan dengan realisasi tahun 2020, sebesar 39,15%. Selain
peningkatan realisasi, juga terjadi petumbuhan jumlah debitur pada tahun 2021
sebesar 28,41%. Pertumbuhan debitur ini dapat membantu pemerintah dalam upaya
pemulihan ekonomi nasional dari dampak pandemi, serta diharapkan dapat
memunculkan UMKM yang dapat menampung tenaga kerja yang terkena pemutusan
hubungan kerja selama pandemi.
Skema penyaluran terbesar di Skema Mikro sebesar 3,69 triliun (65% dari seluruh
skema), Sementara KUR skema SUPERMI yang mulai digulirkan tahun 2020 tumbuh
sangat pesat. Ada indikasi penurunan jumlah debitur Umi pada tahun 2021
dikarenakan sebagian calon debitur beralih ke KUR Skema SUPERMI, dengan suku
bunga yang lebih rendah.
49
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
3.1.6.3 Kredit Ultra Mikro (UMi)
Sampai dengan akhir tahun 2021 berdasarkan data SIKP UMi, dana Kredit UMi yang
telah disalurkan Rp104,32 miliar kepada 28.906 debitur.
Peningkatan terjadi pada realisasi penyaluran UMi pada tahun 2021 sebesar 26,62%
dibandingkan tahun 2020. Begitu pun juga jumlah debitur tahun 2021 mengalami
kenaikan sebesar 61,11% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan monitoring
pada aplikasi SIKP UMi sebagian besar debitur UMi adalah berjenis kelamin
perempuan, hal ini mengindikasikan bahwa ibu rumah tangga memanfaatkan kredit
program UMi untuk menambah penghasilan keluarga yang berkurang akibat dampak
pandemi.
Grafik 3. 7 Penyaluran UMi Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2019 – 2021
- 0.00
2019 2020 2021 2019 2020 2021
Sumber: Aplikasi SIKP UMi (diolah)
50
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
COVID-19
Menunggu penerbitan Peraturan Menteri Kesehatan terkait perubahan
metode pelatihan yang semula tatap muka (luring) menjadi daring
Adanya kebijakan refocusing dan/atau realokasi anggaran
2) Terdapat output strategis belanja infrastruktur yang memiliki capaian realisasi
rendah bahkan belum ada realisasi sama sekali, dengan sebaran keterjadian
sebagai berikut :
Tabel 3. 9 Sebaran Keterjadian Penyerapan Anggaran Rendah pada Kementerian PUPR
51
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
• Revisi refocusing dilakukan berkali-kali;
• Penambahan pagu di pertengahan tahun.
• Rekomendasi untuk masing-masing unit
Rekomendasi untuk Kantor Pusat DJPb
• Kantor Pusat DJPb agar berkoordinasi dengan DJA dan K/L teknis, dalam hal
percepatan proses usulan revisi anggaran terkait kebijakan realokasi dan
refocusing
Rekomendasi untuk Kanwil DJPb
• Kanwil agar menyampaikan kepada satker untuk melakukan reviu terhadap
DIPA, antara lain meliputi kesesuaian rencana kegiatan dengan alokasi dana
pada DIPA dan rencana penarikan dana pada halaman III DIPA;
• Kanwil agar melakukan Monev untuk memitigasi adanya pagu belanja yang
tidak terserap secara optimal.
Rekomendasi untuk KPPN
• KPPN diminta untuk senantiasa meningkatkan pemahaman satker melalui
sosialisasi, bimtek, dan pelatihan;
• KPPN agar melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk memitigasi
adanya pagu belanja yang tidak terserap secara optimal;
Rekomendasi untuk satker dan Kementerian/Lembaga
• K/L agar melakukan reviu terhadap DIPA atas kebijakan realokasi dan
refocusing anggaran, dan dalam hal diperlukan agar mengajukan usulan
revisi DIPA;
• K/L agar melakukan percepatan persiapan pelaksanaan program/kegiatan/
proyek;
52
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
53
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
menjadi daring.
Rekomendasi untuk Kantor Pusat DJPb
• Kantor Pusat DJPb agar berkoordinasi dengan DJA dan K/L teknis, dalam hal
percepatan proses usulan revisi anggaran terkait kebijakan realokasi dan
refocusing;
Rekomendasi untuk Kanwil DJPb
• Kanwil agar menyampaikan kepada satker untuk melakukan reviu terhadap
DIPA, antara lain meliputi kesesuaian rencana kegiatan dengan alokasi dana
pada DIPA danrencana penarikan dana pada halaman III DIPA;
• Kanwil agar melakukan Monev untuk memitigasi adanya pagu belanja yang
tidak terserap secara optimal;
Rekomendasi untuk KPPN
• KPPN diminta untuk senantiasa meningkatkan pemahaman satker melalui
sosialisasi,bimtek, dan pelatihan;
• KPPN agar melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk memitigasi
adanya pagubelanja yang tidak terserap secara optimal;
e. Penerapan PPKM
Sebaran keterjadian satker dan K/L – hampir terjadi pada seluruh K/L
Akar Permasalahan
• Kegiatan tidak dapat terlaksana/mengalami penundaan, seperti kegiatan
praktikum/KKL pada universitas dan lain lain.
• Adanya pembatasan kegiatan di luar kantor di masa pandemi Covid-19
menyebabkan beberapa alokasi anggaran belum terserap optimal, seperti
perjalanan dinas, paket meeting, belanja bahan,dll; kegiatan yang bersifat
tatap muka, dilakukan secara daring;
• Metode pelaksanaan sosialisasi yang masif dan penyampaian informasi
secara utuh sulit dilakukan karena masih pandemi covid-19 (utamanya
kepada mahasiswa); seperti pada kegiatan sosialiasi dan pendaftaran
asuransi pertanian, petugas lapangan merasa sangat terbatas
• Adanya pembatasan kegiatan berdampak pada lambatnya pengiriman
material, serta kecepatan penyelesaian pekerjaan di lapangan
• Pandemi Covid-19 menyebabkan sulitnya mencari tenaga kerja akibat
adanya pembatasan Mobilitas.
Rekomendasi untuk Kantor Pusat DJPb
• Kantor Pusat DJPb agar mendorong K/L untuk dapat menyusun rencana
pelaksanaan kegiatan dengan baik dan berdasarkan kebutuhan dan prioritas;
Rekomendasi untuk Kanwil DJPb
54
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
55
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
DIPA, antara lain meliputi kesesuaian rencana kegiatan dengan alokasi dana
pada DIPA dan rencana penarikan dana pada halaman III DIPA;
• Kanwil agar melakukan FGD untuk memitigasi adanya pagu belanja yang
tidak terserap secara optimal;
Rekomendasi untuk KPPN
• KPPN diminta untuk senantiasa meningkatkan pemahaman satker melalui
sosialisasi,bimtek, dan pelatihan;
• KPPN agar melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk memitigasi
adanya pagu belanja yang tidak terserap secara optimal;
Rekomendasi untuk satker dan Kementerian/Lembaga
• K/L agar melakukan reviu terhadap DIPA atas kebijakan realokasi dan
refocusing anggaran, dan dalam hal diperlukan agar mengajukan usulan
revisi DIPA;
• K/L agar melakukan percepatan persiapan pelaksanaan
program/kegiatan/proyek;
3. Permasalahan dan tantangan dalam upaya akselerasi belanja APBN di daerah
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Nusa Tenggara Barat selaku perwakilan dari
Kementerian Keuangan di daerah memiliki fungsi dalam melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan anggaran belanja Kementerian Negara/Lembaga tingkat
regional yang dilaksanakan minimal satu kali dalam setiap triwulan pada tahun
anggaran berjalan yang sejalan dengan ketentuan yang terdapat dalam
PMK262/PMK.01/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.
Salah satu tools yang digunakan dalam melakukan pelaksanaan Monitoring dan
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran tersebut adalah Indeks Kinerja Pelaksanaan
Anggaran (IKPA). IKPA merupakan tools yang sangat efektif untuk mengukur kinerja
pelaksanaan anggaran satker mitra kerja pengguna APBN. Peran penting IKPA dan
penyesuaiannya pada masa Pandemi dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Peran Penting IKPA:
a) Sarana untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan satker dalam
mewujudkan tata kelola pelaksanaan anggaran yang baik.
b) Sarana edukasi dan komunikasi kepada seluruh satker mitra kerja.
c) Sebagai bahan dalam memberikan motivasi dan peringatan dini seluruh mitra
kerja.
2) IKPA masih diperlukan di masa pandemi Covid-19 saat ini. Dalam masa relaksasi,
K/L tetap menjaga tata kelola dalam melaksanakan anggarannya di tengah
kebijakan refocusing belanja untuk penanganan Covid-19:
56
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Perolehan Pendapatan Daerah tahun 2021 sebesar Rp19.559,60 miliar, naik 1,40% dari
realisasi tahun lalu. Kenaikan ini merupakan kontribusi dari pertumbuhan Pendapatan
Transfer 3,29% yang tergerus oleh penurunan kinerja PAD (4,43%), dan Lain-lain
Pendapatan (9,70%). Meskipun dari sisi nominal mengalami kenaikan dari tahun 2020,
kinerja Pendapatan Daerah tahun 2021 (93,92%) ini terendah dalam 3 tahun terakhir.
Mengalami pertumbuhan kinerja lebih tinggi dari pendapatan, dari pagu Rp21.323,8 miliar,
realisasi Belanja Daerah mencapai Rp19.304,27 miliar. Pertumbuhan belanja ini
disumbang oleh kenaikan realisasi belanja operasi (2,49%), belanja modal (5,5%), dan
belanja transfer daerah (40,57%). Dengan laju perolehan Pendapatan Daerah di angka
93,92% sementara laju belanja berhenti di angka 90,92%, terjadi koreksi defisit anggaran
dari yang direncanakan sebesar Rp407,17 miliar, terealisasi surplus Rp255,32 miliar. Dan
dengan kinerja Pembiayaan Neto yang mencapai 124,06% atau Rp505,13 miliar, APBD
ditutup dengan SILPA 760,45 miliar.
57
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
3.2.1.1 Pendapatan Asli Daerah
Tabel 3. 11 Perkembangan Pendapatan Daerah Provinsi NTB Tahun 2019-2021
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
Uraian % % %
Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi
Realisasi Realisasi Realisasi
PAD 3,633.12 3,597.64 99.02 3,624.00 3,634.69 100.29 3,943.02 3,473.57 88.09
Pajak Daerah 2,007.80 2,004.86 99.85 1,909.21 1,792.21 93.87 2,105.17 1,933.68 91.85
Retribusi Daerah 219.49 169.15 77.06 246.70 157.32 63.77 274.68 171.64 62.49
Hasil Peng. KD yg dipisahkan 145.30 135.27 93.10 157.96 153.00 96.86 170.56 120.10 70.41
LPDS 1,260.53 1,288.35 102.21 1,310.14 1,532.16 116.95 1,392.61 1,248.16 89.63
PENDAPATAN TRANSFER 16,839.61 16,578.64 98.45 15,799.53 15,010.20 95.00 16,103.61 15,504.51 96.28
Pend.Transfer Pem.Pusat 16,345.82 16,527.83 101.11 15,118.19 14,370.54 95.05 15,408.38 14,888.70 96.63
Pend.transfer Antar Daerah 493.79 50.81 10.29 681.34 639.66 93.88 695.23 615.81 88.58
LAIN-LAIN PENDA.DAERAH YG SAH 883.52 665.83 75.36 663.56 644.01 97.05 779.00 581.51 74.65
Hibah 732.56 665.83 90.89 663.56 644.01 97.05 220.83 581.51 263.33
Lain-Lain Pendapatan 150.96 - 558.17 - -
TOTAL PENDAPATAN 21,356.25 20,842.73 97.60 20,236.82 19,437.62 96.05 20,825.63 19,559.60 93.92
Sumber: LKPD NTB, data diolah
58
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Grafik 3. 8 Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Hotel Bintang Per Bulan Tahun
2014 s.d 2021 (minus tahun 2020)
Jika sebelum pandemi rata-rata TPK di atas 41%, maka di tahun 2021 kemarin hanya
35,2%, itupun tertolong oleh event besar Mandalika di akhir tahun. Dengan kondisi
seperti ini, berbagai PAD dari kegiatan di sektor tersebut (secara agregat) berkurang,
seperti pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, meskipun capaian untuk beberapa
pemda, misalkan Mataram, mengalami kenaikan (event WSBK Mandalika-sumber:
bit.ly/pajakmtr).
Komponen PAD dari Pajak Daerah didominasi oleh Pajak Kendaraan bermotor, bea
balik nama, pajak bahan bakar bermotor. Menyumbang lebih dari 30% PAD, pajak ini
hampir tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi masyarakat. Keberhasilan
pengumpulan pajak ini juga didukung oleh inovasi/kebijakan pemprov NTB berupa
keringanan dan pembebasan sanksi sebagaimana diatur dalam Pergub 21 Tahun
2021 (sumber: bit.ly/PajakBermotor), kemudahan pembayaran pajak (samsat keliling
dan jam operasi di malam hari), dan auto debit pembayaran pajak bermotor bagi ASN
NTB (sumber:bit.ly/autodebittax).
Jenis PAD terbesar kedua setelah Pajak Daerah adalah Lain-lain PAD yang Sah
(LLPAD yang Sah). Pengaturan tentang jenis pendapatan daerah ini diatur dalam
Peraturan Gubernur NTB nomor 18 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pemungutan Lain-
lain PAD yang Sah. Diantara objek LLPAD yang Sah ini antara lain Jasa Giro, Denda
Pajak, Pendapatan dari BLUD, dan Denda atas keterlambatan pelaksanaan
pekerjaan. Tahun 2021, dari target Rp1.392,61 miliar, terealisasi Rp1.248,26 miliar
atau 89,63%, terendah dalam 3 tahun terakhir. Bahkan tahun 2019, realisasinya
mencapai 98,45% dari target Rp1.260,53 miliar. Jenis PAD ini menyumbang 35,93%
dari total PAD tahun 2021. Kontribusi ini tidak jauh berbeda dengan tahun 2019
(35,81%), sementara di tahun 2020 mampu menyumbang 42,15% dari total PAD.
59
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
Grafik 3. 9 Perkembangan LLAD yang Sah 2019 - 2021
2,000.00
500.00
0.00
Pagu
Realisasi Pagu
Realisasi Pagu
2019
2020 Realisasi
Sumber: LKPD NTB, data diolah 2021
Kenaikan angka rasio PAD terhadap PDRB tergantung dari besaran proporsi
perubahan sisi PDRB dan/atau PAD-nya. Tahun 2015 nilai PAD meningkat tetapi
rasionya turun. Sementara tahun 2020 baik nilai PAD maupun rasionya terhadap
PDRB mengalami kenaikan. Ketika proporsi kenaikan PAD lebih kecil daripada yang
terjadi pada PDRB, maka rasionya akan turun dan sebaliknya. Tahun 2015 PAD
tumbuh 23,10% sementara PDRB tumbuh lebih tinggi (29,46%). Tahun 2019 PAD
tumbuh 116%, melebihi pertumbuhan PDRB yang hanya 7,10%.
60
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Penentuan nilai indeks kemandirian fiskal daerah dapat dikelompokan menjadi “Belum
Mandiri”, “Menuju Kemandirian”, ”Mändiri”, dan “Sangat Mandiri”
Tabel 3. 13 Matriks Nilai IKF
No. Nilai IKF Kondisi Kemandirian Fiskal
Hasil perhitungan IKF NTB untuk rentang waktu 2013 s.d 2021 sebagaimana tabel
berikut :
Tabel 3. 14 Indeks Kemandirian Fiskal Pemerintah Kabupaten/Kota/Provinsi NTB Tahun 2013-2021
No Kab/Kota/Pemprov 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 NTB 0.3606 0.3997 0.398 0.3443 0.3314 0.336 0.3477 0.342574 0.350255
2 Bima 0.0506 0.0864 0.0717 0.0679 0.1116 0.069 0.075 0.083652 0.084775
3 Dompu 0.0411 0.0941 0.0796 0.0787 0.0938 0.0878 0.0907 0.106549 0.089953
4 Lombok Barat 0.1107 0.148 0.1246 0.1361 0.1312 0.1313 0.1265 0.141304 0.187404
5 Lombik Tengah 0.0938 0.0987 0.0962 0.086 0.1025 0.0948 0.0939 0.096023 0.093175
6 Lombok Timur 0.0664 0.1065 0.109 0.1062 0.1056 0.1031 0.1059 0.08105 0.154934
7 Lombok Utara 0.1004 0.138 0.1575 0.1506 0.1657 0.1446 0.1399 0.129837 0.14127
8 Sumbawa 0.071 0.1092 0.1026 0.0885 0.1149 0.0897 0.0919 0.11407 0.122286
9 Sumbawa Barat 0.0514 0.0675 0.0694 0.0489 0.1248 0.0616 0.0714 0.135322 0.151208
10 Kota Bima 0.0292 0.0394 0.0426 0.0391 0.0364 0.06 0.0654 0.071533 0.080149
11 Mataram 0.1616 0.187 0.1893 0.2065 0.2373 0.253 0.2556 0.236965 0.276298
Sumber: IKF Tahun 2013-2019 bit.ly/ikf-bpk
IKF Tahun 2020-2021, LKPD data diolah-terlampir
61
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
Berdasarkan data pada tabel 3. 12, dari 11 pemda, Pemprov NTB dan Kota Mataram
masuk dalam kategori “Menuju Kemandirian” dengan angka indeks 0,350 dan 0,276,
sementara 8 pemda lainnya masih di kategori “Belum Mandiri”. Dengan hasil tersebut,
bisa dikatakan bahwa kemampuan keuangan daerah masih rendah sekali.
Ketergantungan pemda NTB terhadap pemerintah pusat (dana transfer) sangat besar
khususnya DAU dan Transfer Khusus.
16,000
16,527.83
16,345.82
15,408.38
14,000
15,118.19
14,888.70
14,370.54
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
493.79
681.34
639.66
695.23
615.81
50.81
2,000
-
Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi
2019 2020 2021
62
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LPDS Kontribusi
Sumber: LKPD NTB, data diolah
63
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
20,000.00
15,000.00
10,000.00
5,000.00
-
Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
Belanja Daerah 22,071.33 20,745.16 19,843.67 18,740.85 21,232.80 19,304.27
Belanja Operasi 15,243.95 14,362.97 14,691.62 13,957.51 15,218.23 14,304.53
Belanja Modal 4,497.97 4,098.16 2,798.32 2,536.45 3,245.41 2,677.33
Belanja Tak Terduga 26.98 12.04 757.66 682.41 92.35 123.21
Belanja Transfer 2,302.44 2,271.99 1,596.07 1,564.48 2,676.81 2,199.20
Sumber: LKPD NTB, data diolah
64
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
65
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
pendapatan daerah tahun-tahun sebelumnya, dan bansos yang tidak
direncanakan sebelumnya. Alokasi jenis belanja ini tidak besar. Tahun 2021 pagu
belanja ini sebesar Rp92,35 miliar dengan realisasi mencapai Rp123,21 miliar
atau 123%. Kinerja ini tertinggi dalam 3 tahun terakhir meskipun dari sisi nominal
lebih kecil dari realisasi tahun 2020 (pagu tahun 2020 jauh lebih besar).
66
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Berdasarkan grafik di atas, alokasi terbesar APBD untuk pelayanan fungsi pendidikan
disusul oleh pelayanan umum dan fungsi kesehatan. Besarnya alokasi untuk belanja
fungsi pendidikan ini. sebagai amanat konstitusi bahwa alokasi anggaran pendidikan
sebesar 20% dari APBD sementara untuk kesehatan minimal 10% (mandatory
spending). Terdapat 3 sub fungsi di pendidikan yaitu Pendidikan, Kepemudaan, dan
Perpustakaan, sementara untk fungsi Kesehatan untuk melaksanakan sub fungsi
kesehatan dan pengendalian penduduk dan KB.
APBD NTB tahun 2021 menargetkan defisit sebesar Rp407,17 miliar. Sampai akhir
tahun 2021 terjadi koreksi defisit yang dipengaruhi kinerja perolehan pendapatan dan
belanja daerah sehingga terkoreksi menjadi surplus Rp255,32 miliar. Realisasi berupa
surplus ini turun 53,41% dibandingkan surplus tahun lalu (Rp545,05 miliar) dan naik jauh
dibandingkan tahun 2019 (Rp97,32 miliar).
67
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
Pembiayaan Lainnya. Sementara pengeluaran pembiayaan (diantaranya) digunakan
untuk penyertaan modal daerah dan pembayaran cicilan pokok utang.
Tahun 2021, realisasi penerimaan pembiayaan APBD NTB sebesar Rp571,67 miliar dari
pagu Rp515,85 miliar (110,82%). Realisasi ini terkecil dalam 3 tahun terakhir. Sementara
realisasi pengeluaran Rp61,23 miliar dari target Rp66,54 miliar (turun 30,18%) dari
realisasi tahun sebelumnya.
Grafik 3. 15 Perkembangan Pembiayaan Daerah 2019 s.d 2021 Provinsi NTB
1,200.00
1,000.00
313.02
800.00 291.82
1,016.22
984.96
888.91
871.53
515.85
571.67
600.00
108.68
95.31
59.45
66.54
400.00
200.00
0.00
Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi
2019 2020 2021
68
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
69
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
mendukung percepatan penurunan kemiskinan, misalkan subsidi pupuk, benih kepada
petani dan juga dengan tetap melanjutkan program Bansos, BLT di tahun 2022.
70
BAB IV
Analisis Sektor Unggulan dan Potensial Regional
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
BAB IV
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSIAL
REGIONAL
4.1 PENDAHULUAN
Otonomi daerah memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah untuk menggali berbagai
potensi ekonomi yang dimiliki wilayahnya. Potensi setiap daerah pasti berbeda, memetakan
potensi yang ada akan membuat arah pembangunan menjadi lebih fokus dan terarah.
Provinsi NTB merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dalam perkembangannya
ditargetkan menjadi gerbang pariwisata nasional bersama provinsi lain di wilayah Nusa
Tenggara setelah Bali. Tak cukup hanya menjadi program regional, pengembangan
pariwisata NTB juga telah menjadi program nasional dengan dukungan penuh dari
pemerintah pusat. Datangnya pandemi Covid-19 menghantam dunia pariwisata dan
menjadikan banyak pelaku usaha terpaksa gulung tikar. Kondisi ini tentu saja menjadikan
sektor yang semula potensial untuk dikembangkan berubah haluan menjadi sektor yang
tidak tumbuh. Dihadapkan berbagai tantangan tersebut, pemetaan lapangan usaha
potensial diperlukan untuk memberi masukan bagaimana memaksimalkan potensi yang
ada untuk membantu menyokong sektor lain yang tidak tumbuh.
Capaian pembangunan di suatu wilayah akan mempengaruhi capaian pembangunan
nasional. Berdasarkan hal tersebut wajar jika informasi mengenai potret perekonomian
nasional dijadikan sebagai benchmark dalam mengukur potensi regional. Menggunakan
Economic Base Approach dapat diukur nilai produksi, aktivitas ekonomi dan pertumbuhan
setiap sektor ekonomi sehingga menghasilkan kelompok struktur perekonomian daerah
menjadi sektor unggulan dan bukan unggulan. Teori ini didasarkan pada perkembangan
peran sektor ekonomi, baik di dalam wilayah maupun ke luar wilayah terhadap
pertumbuhan perekonomian wilayah tersebut. Dari metode tersebut kemudian
dikelompokkan menjadi tiga sektor, yaitu sektor unggulan, sektor potensial dan bukan
sektor unggulan.
Pada konsep economic base, analisis sektor unggulan dan bukan unggulan didasarkan
pada nilai tambah atau lapangan pekerjaan yang diciptakan (jumlah tenaga kerja yang
terserap). Untuk mendapatkan sektor/kategori unggulan pada analisis kali ini digunakan
metode pengukuran berupa Location Quotient (LQ), Analisis Shift-Share, dan Tipologi
Klassen. Indonesia dijadikan sebagai benchmark dalam penghitungan, dan kondisi tahun
2015 dijadikan tolak ukur perkembangan sektoral hingga tahun 2021. Tahun 2015 dijadikan
sebagai pembanding sebab pada saat itu Provinsi mengalami pertumbuhan ekonomi
tertinggi hingga mencapai 21,76% berkat kinerja lapangan usaha pertambangan dan geliat
71
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
pariwisata yang sangat baik. Kemudian dari ketiga metode pengukuran tersebut dilakukan
analisis overlay untuk menentukan lapangan usaha mana yang termasuk kategori
unggulan, potensial dan bahkan tidak unggul maupun potensial. Detail penghitungan dapat
dilihat pada lampiran.
Tabel 4. 1 Identifikasi Overlay Lapangan Usaha di Provinsi NTB Menggunakan Economic Base Approach
Tahun 2020-2021
72
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
4.2 SEKTOR UNGGULAN DAERAH
Secara keseluruhan, Terdapat 4 (empat) sektor unggulan dan 2 (dua) sektor unggulan
tetapi tertekan pertumbuhannya pada tahun 2021, hal ini menurun secara kuantitas jumlah
sektor unggulan turun dibandingkan dengan tahun 2020. Pada 2020 terdapat 6 sektor
unggulan yang secara kontribusi terhadap PDRB tinggi dan memiliki serapan tenaga kerja
juga tinggi. Keberadaan 6 sektor unggulan pada masa pandemi menjadi tonggak capaian
perekonomian di wilayah Nusa Tenggara Barat.
20
14.82
15
10
4.06
5 1.28
0.58 -0.18
-1.12
0
-5
Pertanian, Kehutanan, Perdagangan Besar dan Konstruksi Jasa Pendidikan Administrasi Pertambangan dan
dan Perikanan Eceran; Reparasi Mobil Pemerintahan, Penggalian
dan Sepeda Motor Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: BPS Provinsi NTB (Data diolah)
73
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
ekspor konsentrat bahan tambang tinggi, namun produksinya menurun. Ekspor yang
tinggi disebabkan selama tahun 2020 produksi konsentrat tinggi dan disimpan sebagai
cadangan untuk kemudian di ekspor pada tahun 2021.
Dalam struktur perekonomian NTB tahun 2021, Perdagangan memegang andil tertinggi
ke tiga setelah Pertanian dan Pertambangan Penggalian. Sempat mengalami kontraksi
akibat pandemi pada 2020, perdagangan berhasil tumbuh sebesar 1,28 pada 2021. Hal
ini terjadi karena meningkatnya daya beli masyarakat pada 2021 yang dipengaruhi oleh
event-event internasional yang berhasil diselenggarakan di Nusa Tenggara Barat. Di Sisi
lain terdapat Lapangan usaha yang pada tahun 2020 merupakan Lapangan usaha
potensial namun berhasil tumbuh menjadi lapangan usaha unggulan pada 2021 yakni
Konstruksi, yang berhasil mengalami pertumbuhan sebesar 14,82. Hal ini disebabkan
oleh masifnya pembangunan di wilayah NTB khususnya wilayah KEK Mandalika.
Naiknya sektor konstruksi ke Sektor unggulan karena salah satunya adanya
pelaksanaan vaksinasi Covid-19, dorongan penggunaan produk domestik, serta
berbagai dukungan di bidang infrastruktur yang dilakukan oleh Pemerintah. (sumber:
bit.ly/konstruksi). Perlu ditekankan bahwa benchmark yang digunakan dalam
penghitungan adalah kondisi tahun 2015, sehingga kendati pada tahun 2021 lapangan
usaha yang menjadi unggulan mengalami kontraksi, namun dibandingkan nasional dan
tahun 2015 lapangan usaha tersebut dikategorikan sebagai unggulan.
Administrasi pemerintahan adalah salah satu bentuk nilai tambah yang dihasilkan dari
hasil kebijakan fiskal yang diterapkan pemerintah. Upaya penyelamatan perekonomian
nasional maupun daerah akibat dari pandemi covid, melalui kebijakan fiskal ekspansif
dan program pemulihan ekonomi nasional (PC PEN) mendorong sektor ini tidak turun
meskipun pendapatan Negara berkurang sebagai dampak pandemi. Tercatat dalam
PDRB, lapangan usaha administrasi pemerintahan turun sebesar 1,12%. Penurunan
sektor administrasi pemerintahan dalam perekonomian NTB pada 2021 lebih disebabkan
oleh tingginya alokasi pada tahun 2020, dan refocusing sebagian dana untuk kegiatan
pengendalian COVID dan PC PEN.
Lapangan Usaha perdagangan besar dan eceran yang mengalami pertumbuhan dapat
dilihat melalui mobilitas. Melalui indeks mobilitas google dapat diketahui bagaimana
pergerakan penduduk NTB di lokasi lokasi yang berkaitan dengan pertumbuhan
Lapangan usaha Perdagangan. Indeks mobilitas akan bernilai positif ketika aktivitas
penduduk lebih tinggi dari baseline (kondisi sebelum pandemi), indeks akan bernilai
negatif jika aktivitas penduduk lebih rendah dari baseline, dan akan bernilai nol jika
aktivitas penduduk sama dengan aktivitas saat baseline. Menggambarkan mobilitas
tinggi yang dihadapi oleh lapangan usaha perdagangan, pada lokasi toko kelontong dan
74
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
toko obat/apotik, indeks mobilitas meningkat sepanjang tahun 2021 dibandingkan kondisi
sebelum pandemi.
Gambar 4. 1 Indeks Mobilitas Google Provinsi NTB (1 Januari - 31 Desember 2021) pada Lokasi
Indikator Perdagangan
Pada lokasi toko kelontong dan toko obat/ apotik aktifitas secara gradual meningkat
terutama pada saat pembatasan sosial mulai dilonggarkan. Sejak Juni walau masih
fluktuatif, aktivitas penduduk di lokasi toko kelontong dan toko obat/apotik cenderung
terus mengalami peningkatan. Pelonggaran pembatasan sosial oleh pemerintah
memberi andil dalam memberi ruang gerak bagi pelaku perdagangan maupun konsumen
sehingga kontraksi pada lapangan usaha ini relatif tidak terlalu dalam.
Grafik 4. 2 Jumlah Tenaga Kerja Lapangan Usaha Unggulan tahun 2020-2021 di Wilayah NTB
1,000,000
37% 40%
893,383
900,000 866,550
35%
800,000 30%
700,000
25%
600,000 540,786 564,210
20%
500,000
9% 15%
400,000 8%
4% 10%
300,000 4%
200,000 -3% 162,120 174,890 148,630 5%
135,749 101,690
97,880
100,000 28,113 38,420 0%
- -5%
Pertanian, Kehutanan, Perdagangan Besar dan Konstruksi Jasa Pendidikan Administrasi Pertambangan dan
dan Perikanan Eceran; Reparasi Mobil Pemerintahan, Penggalian
dan Sepeda Motor Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
Sumber: BPS Provinsi NTB (Data diolah) TK 2020 TK 2021 persentase
Dari 6 sektor unggulan di tahun 2021, serapan tenaga kerja pada 5 sektor tumbuh, dan
satu sektor (pertanian, kehutanan, dan perikanan) turun 3%.
Penyerapan tenaga kerja paling besar di wilayah NTB pada Tahun 2021 terdapat pada
Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dengan jumlah tenaga kerja
75
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
4.2.3 Kontribusi Sektor Unggulan Daerah Terhadap Pendapatan Negara Dan Daerah
Realisasi pendapatan Negara pada 2021 sebesar Rp4,07 Triliun. Sebagian besar
berasal dari kontribusi pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai. Sektor
Administrasi Pemerintahan, perdagangan besar dan eceran, pertambangan, dan
konstruksi memberi kontribusi adalah sektor-sektor yang berkontribusi terhadap
pendapatan Negara melalui penerimaan pajak. Sementara sektor pertanian
kontribusinya terhadap penerimaan Negara tidak sebesar sektor unggulan lainya, namun
serapan tenaga kerjanya paling tinggi.
Grafik 4. 3 Kontribusi Lapangan Usaha Unggulan Provinsi NTB terhadap PDRB NTB 2020-2021
25,000
23.39 25
20,000 21,463 20
16.7
15,000
13.39 15
16,606
12,907 10.33
10,000 10
8,916 6.08
5,685 5.06
4,053
5,000 3,331
2,605
5,001 5
4,610
1,177 1,211
- 0
Pertanian, Kehutanan, Perdagangan Besar dan Konstruksi Jasa Pendidikan Administrasi Pertambangan dan
dan Perikanan Eceran; Reparasi Mobil Pemerintahan, Penggalian
dan Sepeda Motor Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
PDRB 2020 PDRB 2021 % kontribusi
Sumber: BPS Provinsi NTB (Data diolah)
Dalam struktur perekonomian di NTB pada 2021, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
memberikan kontribusi terbesar dengan nilai PDRB sebesar Rp5.685 Miliar Rupiah atau
23,39% dari total PDRB Provinsi NTB. Disusul dengan Pertambangan dan penggalian
dengan kontribusi PDRB sebesar Rp4.053 Miliar Rupiah atau sebesar 16,7%.
Kontributor PDRB sektor unggulan terendah yakni Lapangan usaha Jasa Pendidikan
yang hanya menyumbang PDRB sebesar Rp1.177 Miliar Rupiah atau sebesar 5,06%
dari total PDRB Provinsi NTB Tahun 2021.
76
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
12 10.81
10
8 9.7
6 5.02
4.25
4 5.69
2.17 2.07
2 3.21
2.16 2.13 0.16
0
0.39
Pengadaan Listrik dan Industri Pengolahan Jasa Keuangan dan Informasi dan Jasa Kesehatan dan Jasa Perusahan
Gas, Real Estate, dan Asuransi Komunikasi Kegiatan Sosial
Jasa lainnya
Share Growth
Sumber: BPS Provinsi NTB (Data diolah)
Lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas, Real Estate, dan Jasa Lainnya termasuk
empat terbesar dalam hal kontribusi terhadap perekonomian NTB dengan kontribusi
mencapai 10,81%. Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
merupakan satu-satunya sektor potensial yang mengalami kontraksi sebesar 0,95%.
Lapangan usaha potensial yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada tahun 2021
adalah Pengadaan Listrik dan Gas, Real Estate, dan Jasa Lainnya. Jika kinerja lapangan
usaha potensial ini terus meningkat di tahun-tahun mendatang, lapangan usaha
potensial dapat meningkat menjadi lapangan usaha unggulan.
77
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Jumlah angkatan kerja di provinsi NTB sampai dengan Agustus 2021 sebanyak 2,74 juta
orang mengalami peningkatan sebesar 1,88% sejak Agustus 2020, dengan komposisi
terdiri dari 2,66 juta penduduk bekerja dan 82,5 ribu orang pengangguran. Peningkatan
tersebut berimbas pada Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang mengalami
penurunan sebesar 1,21%.
Sektor Industri pengolahan merupakan sektor potensial penyerap tenaga kerja terbesar
(0,96%). Sedangkan sektor Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial mengalami penurunan
penyerapan tenaga kerja sebesar 0,22%.
Grafik 4. 5 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi NTB
Agustus 2020 s.d. Agustus 2021
14 1.2
0.95
1
12
12.09 0.8
11.14
10 0.6
0.4
8
0.04 0 0.2
6 -0.06
-0.13 0
-0.22 4.36
3.83
4 -0.2
-0.53 -0.4
1.74 1.52
2 0.89 0.89
0.49 0.53 0.81 0.68 -0.6
0.35 0.29
0 -0.8
Industri Informasi dan Jasa Keuangan Pengadaan Air Jasa Perusahan Jasa Kesehatan Pengadaan Listrik
Pengolahan Komunikasi dan Asuransi Pengelolaan dan Kegiatan dan Gas, Real
Sampah Limbah Sosial Estate, dan Jasa
dan Daur Ulang lainnya
Terdapat 1 sektor potensial baru yang sebelumnya tidak teridentifikasi yaitu sektor
transportasi dan pergudangan. Pelonggaran aktivitas penerbangan tahun 2021 ikut
mendorong sektor ini naik ke potensial. Data BPS (sebagaimana dikutip katadata.co.id)
menyatakan bahwa jumlah penumpang pesawat penerbangan domestik di NTB naik
29,1 persen di bulan November 2021 yaitu sebanyak 144,31 ribu pengguna
(sumber:bit.ly/penumpang-ntb).
78
BAB V
Analisis Harmonisasi Belanja Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
BAB V
ANALISIS HARMONISASI BELANJA
PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH
5.1 Pendahuluan
Pemerintah harus mampu mewujudkan tujuan nasional melalui pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah pusat (K/L) dan daerah sebagai satu kesatuan dalam
perencanaan pembangunan nasional. Sesuai PP No. 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi
Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional dinyatakan bahwa
Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional adalah
suatu proses memadukan dan memperkuat penyusunan rencana dan anggaran
pembangunan nasional serta pengendalian pencapaian sasaran pembangunan.
Sinkronisasi dilakukan untuk meningkatkan keterpaduan perencanaan dan penganggaran
agar lebih berkualitas dan efektif dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional
sesuai visi dan misi Presiden yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional. Selanjutnya, RPJMN ini dijabarkan per tahun dan dituangkan dalam
Rencana Kerja Pemerintah (RKP). RKP disusun dengan menggunakan pendekatan
tematik, holistik, integratif dan spasial dengan kebijakan anggaran belanja berdasarkan
money follows program. Sejak awal hingga triwulan pertama tahun 2O2O, hampir seluruh
Negara di dunia, termasuk Indonesia, telah terjangkit penyebaran pandemi Corona Virus
Disease 2Ol9 (COVID-19). Pandemi COMD-19 telah menimbulkan permasalahan
multidimensi pada kehidupan manusia, menyebabkan terhentinya aktivitas ekonomi di
seluruh negara tidak terkecuali Indonesia. Penurunan aktivitas ekonomi khususnya pada
sektor industri dan pariwisata berdampak pada meningkatnya angka-angka pengangguran
dan kemiskinan yang pada akhirnya ekonomi nasional tumbuh negatif selama 2020. Untuk
mengendalikan kondisi, maka pemerintah perlu mengambil orientasi baru dalam
perencanaan pembangunan pada tahun 2021.
Perencanaan pembangunan pada tahun 2021 ditekankan pada pemulihan kehidupan
masyarakat dan roda perekonomian untuk dapat kembali berjalan lancar. Dengan
memperhatikan hasil evaluasi RKP tahun-tahun sebelumnya dan kondisi Indonesia pada
tahun 2O2O maka tema RKP 2021 ditetapkan, "Mempercepat Pemulihan Ekonomi dan
Reformasi Sosial". Dalam upaya mempercepat pemulihan ekonomi dan reformasi sosial,
pada tahun 2O2l implementasi sasaran dan arah kebijakan pembangunan dituangkan
dalam tujuh Prioritas Nasional (PN), yaitu :
1. Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan
2. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan
3. Meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing
79
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
5.2 Harmonisasi Belanja K/L dengan DAK Fisik, DAK Nonfisik, dan Dana
Desa
5.2.1 Harmonisasi Belanja K/L Dengan DAK Fisik
DAK Fisik adalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah tertentu dengan
tujuan untuk mendanai kegiatan khusus fisik yang merupakan urusan daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional. DAK Fisik bertujuan untuk mendorong penyediaan sarana dan
prasarana pelayanan dasar publik, pemenuhan SPM, pencapaian Prioritas Nasional
RKP tahun 2021, serta percepatan pembangunan daerah dan kawasan. Pada tahun
2021, DAK Fisik dibagi menjadi dua jenis, yaitu DAK Reguler dan DAK Penugasan. Arah
kebijakan umum DAK Fisik tahun 202l antara lain :
1. Dilakukan refocusing bidang dan kegiatan DAK Fisik agar alokasi per daerah
signifikan dan optimal dalam rangka pemulihan dampak pandemi Covid-19.
2. DAK Fisik diutamakan bagi kegiatan yang dapat berdampak langsung terhadap
penyerapan tenaga kerja dan peningkatan daya beli masyarakat sebagai respon
terhadap dampak pandemi Covid-19.
3. DAK Fisik dialokasikan berdasarkan usulan kebutuhan daerah yang selaras dengan
prioritas nasional, untuk peningkatan dan pemerataan penyediaan infrastruktur
pelayanan publik serta percepatan pembangunan aksesibilitas dan konektivitas
daerah.
4. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan mendukung program merdeka
belajar dan peningkatan kemampuan pelayanan rumah sakit dan fasilitas kesehatan
tingkat pertama untuk mendukung pencegahan dan penangan krisis kesehatan
melalui penambahan fasilitas layanan, dan alat kesehatan.
80
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
5. Kegiatan berbasis program yang bersifat multibidang untuk mendukung penanganan
kematian ibu dan stunting, penanggulangan kemiskinan melalui perluasan akses
perumahan, air minum, dan sanitasi layak, ketahanan pangan, dan penyediaan
infrastruktur berkelanjutan untuk pemulihan ekonomi akibat dampak pandemi Covid-
19 secara nasional.
6. Memperkuat sinergi pendanaan kegiatan yang dibiayai dari K/L dan DAK Fisik, serta
sumber-sumber pendanaan daerah lainnya.
7. Meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan melalui penguatan peran Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
8. Perbaikan pengelolaan DAK Fisik berbasis medium term planning.
9. Mengembangkan DAK Fisik sebagai insentif terhadap pembiayaan pembangunan
yang bersumber dari non-APBN (creative financing).
10. Kegiatan sangat terbatas, selektif, dan berdampak langsung ke masyarakat.
11. Skala dan nilai kegiatan relatif besar sehingga daerah tidak mampu membiayai
melalui APBD Non-DAK, serta daya ungkit dan manfaat besar ke masyarakat.
Tabel 5. 1 Daftar Harmonisasi Belanja K/L Dengan DAK Fisik di NTB
K/L DAK Fisik
Kategori Realisasi Bidang Capaian Realisasi Hasil Reviu
Capaian Output
(Milyar) Output (Milyar)
Jalan 447 KM Jembatan 57,75 Jalan 142 KM 225,8 Kegiatan pembangunan jalan telah
Nasional selaras, Jalan nasional didanai oleh
Satker K/L dan jalan Non Nasional
melalui DAKFIS
Irigasi 37,72 KM 358,14 Irigasi 17.748 HA 127,79 Telah selaras
Sanitasi 10 Kab/kota 0,02 Sanitasi 7.093 Unit 60,057 Selaras, DAK diperuntukkan
pembangunan fisik sanitasi,
sementara dana K/L untuk
pembinaan dan pengawasan
sanitasi.
Pasar 4 Pasar 0,2 Pasar - - Alokasi untuk pembangunan dan
rehab pasar TA 2021 sangat kecil,
sementara dalam DAKFis 2021 tdk
tersedia .
UMKM Fasilitasi dan 0,09 UMKM 2 pusat 16,2 Selaras, alokasi dan jumlahnya perlu
Pembinaan promosi terus ditingkatkan agar menjangkau
dan 6 unit seluruh kawasan.
sarana
SPAM Air 8.460 SR 47,2 Air Minum 15.524 SR 64,43 Sudah selaras
bersih
Kelautan 4950 premi, 120 0,12 Kelautan 2835 M, 33,01 Dukungan belanja dari K/L belum
Perikanan Pokmas Perikanan 9386 M2, cukup memadai
366 paket ,
392 Unit
81
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Kesehatan 2351 Orang 3,4 Kesehatan 60 paket 595,01 Sudah selaras, DAK Fisik untuk
penerima dan KB paskes, 129 prasarana, dan alkes kesehatan,
pelatihan Unit alkes sementara K/L melaksanakan
pelatihan
Balai 6 Pokmas 0,59 LHK 258 Unit 22,25 Dukungan dari balai/ dan K/L perlu
konservasi Gully Plug ditingkatkan.
dan TM
Poltekpar 2.200 Orang 18,7 Pariwisata 178 Unit 24,56 Telah selaras
Stand dan
peralatan
Pendidikan 9.901 guru/dosen 415,89 Pendidikan 1.638 435,54 Telah selaras
55.133 anak BOS Ruang, 174
Ruang
Perpus, 42
Rumah gr
Pertanian 4 Bendung, 83.250 876,06 Pertanian 220 Dam 53,7 Selaras, namun perlu ditingkatkan
unit benih, 73500 parit
ekor benih ikan
Perumahan 5687 Unit 124,53 Perkim 991 Unit 22,45 Telah selaras
rumh swdy
Bandar 11 Unit sarpras 4,32 Transpor 14 Unit 84,11 Telah selaras
Udara tasi
Sumber : OMSPAN dan Mebe
82
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
pengalokasian berbasis output dan outcome termasuk penanganan pandemi Covid-
19, DBD, dan pandemi lainnya.
4. Mengarahkan perbaikan pengelolaan DAK Nonfisik, termasuk kebijakan
pengalokasian dan penyaluran pada peningkatan pengawalan atas capaian output
dan outcome. Hal ini terutama akan dilakukan melalui pengelolaan DAK Nonfisik
yang berbasis kinerja, baik dari sisi perencanaan, penganggaran, maupun
pelaksanaan dan pelaporan yang akan dilakukan integrasi aplikasi
antarkementerian.
5. Penguatan sinergi antara DAK NonFisik dengan DAK Fisik maupun belanja K/L.
6. Menyempurnakan unit cost dan data sasaran yang mencerminkan kebutuhan riil
daerah.
7. Memperkuat kebijakan afirmasi untuk mengejar ketertinggalan kuantitas dan kualitas
layanan publik.
Tabel 5. 2 Daftar Harmonisasi Belanja K/L Dengan DAK Non Fisik di NTB
K/L DAK Non Fisik
Kategori Capaian Realisasi Bidang Capaian Realisasi Hasil Reviu
Output (Milyar) Output (Milyar)
Belanja 20.751 27,11 BOS 2.620.994 988,41 Telah selaras, untuk sekolah yang
Sektor siswa Siswa dibawah Kemenag BOS disalurkan
Pendidikan oleh K/L sementara sekolah umum
disalurkan melalui DAK Non Fisik.
Sumber: OMSPAN dan Mebe
83
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
84
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
5.3 Harmonisasi Belanja Pusat-Daerah Berbasis Prioritas Nasional Pada
RPJMN/D
Dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2021, terdapat beberapa bidang yang menjadi
prioritas, antara lain Bidang Kedaulatan Pangan, Pengembangan Kawasan Ekonomi,
Pengembangan Pariwisata, Konektivitas dan Pengembangan Kawasan Industri.
Keberhasilan pencapaian prioritas pembangunan nasional diatas, tergantung pada
sinkronisasi kebijakan antara pemerintah provinsi dan pemerintah pusat dan antara
pemerintah kab/kota dengan pemerintaah pusat dan pemprov. Sinkronisasi kebijakan
Pembangunan Daerah dengan rencana pembangunan Lainnya dilaksanakan dalam
penyusunan RPJPD, RPJMD, dan RKPD. Dilakukan dengan penelaahan terhadap
dokumen perencanaan pembangunann nasional dan pembangunan daerah lain dalam
rangka sinkronisasi kebijakan, antara pembangunan nasional dan daerah, pembangunan
daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota, serta pembangunan antar daerah. Hasil
Sinkronisasi lebih lanjut dituangkan dalam rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan
rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang disepakati bersama
antara pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai dasar
dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran.
Berdasar RKP tahun 2021, strategi akselerasi pertumbuhan wilayah dilakukan dengan tujuh
langkah. Pertama, memfasilitasi pengembangan industri MICE (Meeting, Incentiues,
Conference, and Exhibition) dan perhelatan olahraga internasional sebagai penggerak
sekaligus sarana promosi pariwisata Nusa Tenggara melalui pengembangan DPP Lombok-
Mandalika IKEK Mandalika, sesuai rencana induk (masterptanl kawasan pariwisata yang
telah disusun. Kedua, meningkatkan produktivitas usaha perikanan termasuk tambak
garam, peternakan, perkebunan, serta budidaya tanaman pangan termasuk pembangunan
pasar ikan yang terintegrasi dengan pelabuhan ikan. Ketiga, mendorong pengembangan
ekonomi kreatif bernilai tinggi termasuk industri kerajinan mutiara dan kain tenun tradisional.
Keempat, meningkatkan pembangunan infrastruktur konektivitas wilayah kepulauan dan
memperkuat koneksi transportasi dengan hub pariwisata internasional utama Bali. Kelima,
mengembangkan kawasan perkotaan untuk mendukung sektor industri dan pariwisata
dengan focus pada peningkatan penyediaan perumahan, akses pada energi, air minum,
sanitasi, persampahan yang aman, serta drainase dan transportasi umum perkotaan.
Keenam, meningkatkan pelayanan perizinan investasi dan memperluas kerja sama antar
daerah dalam peningkatan daya saing daerah antara lain melalui forum kerja sama regional
Wilayah Nusa Tenggara. Ketujuh, meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah melalui
pemberian sertipikat hak atas tanah.
85
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Tabel 5.4 Kertas Kerja Harmonisasi Belanja Pusat-Daerah Berbasis Prioritas Nasional Pada RPJMN/D
BELANJA
CAPAIAN BELANJA CAPAIAN
No PN MP Target 2021 PUSAT Lokasi HASIL REVIU
PUSAT BELANJA DAERAH
(K/L)
1 PN Industri 4.0 di 5 Sub- Kemenperi Pada TW III Sampai dengan Triwulan III 2021
Pertumbuhan PDB Pada TW III Industri
1 Sektor Prioritas: Makanan n, Kemen Industri pertumbuhan lapangan usaha
industri pengolahan Pengolahan Tumbuh
dan Minuman, Tekstil dan PPU, Pengolahan industri pengolahan dan Akmamin
sebesar 4,68 - 5,46 3,68%, dan Akmamin
Pakaian Jadi, Otomotif, Kemendag, Tumbuh 2,6%, baik nasional maupun NTB
persen Kontraksi 0,13%
Elektronik, Kimia, dan BSN, dan Akmamin dibawah target . Kontribusi
Farmasi Kontribusi PDB Industri Kemen KP, Pusat Industri pengolahan nasional telah
Pengolahan sebesar dan 19,15% 5,02 sedidkit dibawah target, sementara
Kemenpare
19,63 - 19,84 persen Daerah share industri pengolahan di NTB
kraf,
Kemen masih jauh dibawah target
Jumlah perusahaan
KUKM, Data tidak
dengan nilai INDI >= 3,0 27 perusahaan
Kemenkom tersedia
sebanyak 38 perusahaan
info, BKPM
10 Destinasi Pariwisata Percepatan infrastruktur, 39 KM Prasarana Realisasi percepatan infrastruktur,
Prioritas: Danau Toba, pemberdayaan Jaringan Sumber Daya pemberdayaan masyarakat dan
Borobudur Dskt, Lombok- masyarakat dan investasi Air, dan 17 KM investasi di KEK Mandalika tahun
Mandalika, Labuan Bajo, di Danau Toba, Kemenpare JALAN BYPASS 2021 telah mendekati selesai
Manado-Likupang, Borobudur dskt., kraf/Bapare BANDARA (100%). Sebagai pelaksana utama
Wakatobi, Raja Ampat, Lombok, Labuan Bajo, kraf, INTERNASIONAL adalah ITDC Mandalika yang
Bromo-Tengger Semeru, dan Manado-Likupang Kemen NTB LOMBOK (BIL) - RS Mandalika membangun sirkuit dan kawasan
Bangka Belitung, dan (75%) PUPR, MANDALIKA Mandalika didukung oleh Balai
Morotai BKPM Jalan Nasional dan Pemerintah
Daerah Provinsi NTB
Revitalisasi Tambak di Produksi Perikanan budi Kemen KP, NTB 2 Kelompok Pada tahun 2021 tidak terdapat
Kawasan Sentra Produksi daya (ikan) 7,92 juta ton Kemen Tambak garam proyek revitalisasi kawasan sentra
Udang dan Bandeng dan pertumbuhan PUPR, produksi udang dan bandeng baik
ekspor udang 8% per Kemenriste di DIPA K/L maupun DPA , dalam
tahun k/BRIN, DPA Provinsi NTB hanya terdapat
LIPI, BPPT, Tidak tersedia Pengembangan Kapasitas
Kemen Masyarakat Pesisir dan Pulau-
ESDM Pulau Kecil dengan output 2
kelompok tambak garam yang
difasilitasi
86
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
Prevalensi stunting pada 97 % Puskesmas Dalam DIPA satker 2021 tidak ada
balita menurun 21,10% kegiatan yang secara eksplisit
indikator capaiannya penurunan
stunting pada balita. Program yang
ada di DPA 2021 Distribusi Alat
Kemenkes,
Kesehatan, Obat, Vaksin, Makanan
BKKBN,
dan Minuman serta Fasilitas
KemenPUP
360 Kesehatan Lainnya dengan
R, 1 kegiatan Kampanye
kab/kot sasaran Meningkatnya Derajat
Kemendagr cegah stunting
a Kesehatan dan Gizi Masyarakat,
i,
namun indikator capainya adalah
Kemendikb
persentase faskes yang
ud, Pemda
menggunakan obat rasional
Pendidikan dan Pelatihan Meningkatkan proporsi Program pendidikan MP telah dituangkan dalam DIPA
Vokasi untuk Industri 4.0 tenaga kerja berkeahlian dan pelatihan vokasi Satuan kerja di wilayah Provinsi
menengah dan tinggi pada Kemenaker, NTB. Capaian output tidak dapat
sebesar 41,55% Kemendikb dengan output di bandingkan dengan target
ud, pasilitasi dan dikarenakan belum tersedianya
Kemnaker, pembinaan untuk 25 data target per provinsi
Kemenperi lembaga, pelatihan
NTB
n, bidang industri untuk
Kemenko 11377 orang, 1 unit
Perekonom Sarana Bidang
ian Ketenagakerjaan, dan
Sertifikasi Profesi dan
SDM untuk 2884
orang
4 PN 4
5 PN Proyek Prioritas Strategis Rumah susun Perkotaan 44 Unit Rumah Tidak tersedia Proyek prioritas Infrastruktur
5 dalam Proyek Prioritas (1 Juta) Susun Hunian Pelayanan Dasar dengan target 1
Infrastsruktur Pelayanan Kemen MBR/Pekerja juta rumah susun perkotaan, di
Dasar PUPR, Provinsi NTB direalisasikan oleh
Pemda, Kemen PUPR dengan capaian 44
BUMN, Unit Rumah susun Hunian
Swasta/Du MBR/Pekerja. Sementara pada DPA
nia Usaha Pemerintah Provinsi NTB Tidak
tersedia
87
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
88
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
Mandalika telah sesuai target. Sirkuit Mandalika dan kawasan pendukung berupa jalan
bypass BIL Mandalika serta Rumah Sakit Internasional Mandalika dalam tahap finalisasi.
ITDC sebagai pelaksana kegiatan pembangunan Sirkuit Mandalika, Satker Balai Jalan
Nasional melaksanakan pembangunan Jalan ByPass BIL Mandalika dengan pendanaan
APBN, dan Pemerintah Provinsi NTB sebagai pelaksana kegiatan pembangunan RS
Internasional Mandalika dengan dukungan dana APBD.
Sementara untuk capaian MP Industri 4.0 di 5 Sub-Sektor Prioritas: Makanan dan
Minuman, Tekstil dan Pakaian Jadi, Otomotif, Elektronik, Kimia, dan Farmasi, sampai
dengan Triwulan III 2021 pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan dan
akomodasi makan minum baik nasional maupun NTB masih dibawah target. Kontribusi
industri pengolahan terhadap PDRB NTB sebesar 5,02% dibawah target nasional
(19,63% - 19,84%).
89
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
90
BAB VI
Analisis Tematik
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
BAB VI
ANALISIS TEMATIK
6.1 Pendahuluan
6.1.1 Latar belakang
Nusa Tenggara Barat saat ini sudah memasuki periode bonus demografi, dalam 25 tahun
ke depan, periode bonus demografi harus dapat dimanfaatkan sebagai modal penting
dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Dengan proporsi jumlah penduduk
produktif yang besar, NTB memiliki peluang yang sangat tinggi untuk menjadi salah satu
kekuatan ekonomi yang penting, bukan hanya di regional Bali Nusra namun juga dalam
konstelasi perekonomian nasional. Salah satu indikator untuk melihat kesiapan
pemerintah dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang dimiliki dapat menjadi
modal penting dalam pembangunan adalah capaian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM). IPM adalah Indeks komposit yang mengukur pembangunan manusia dari tiga
aspek dasar yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak.
IPM mencerminkan keberhasilan suatu negara dalam meningkatkan modal manusia
berdasarkan tiga aspek pembentuk IPM. Semakin tinggi nilai IPM merepresentasikan
pembangunan modal manusia yang semakin baik.
Grafik 6. 1 IPM Per Provinsi Tahun 2021
90.00 81.11 69.90
80.00 72.29 70.24 68.65
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Nusa Tenggara…
Nusa Tenggara…
Kepulauan Bangka…
DI Yogyakarta
Sumatera Utara
Bali
Maluku
Sulawesi Utara
Banten
Lampung
Papua Barat
Riau
DKI Jakarta
Indonesia
Bengkulu
Kalimantan Barat
Kalimantan Timur
Kepulauan Riau
Sumatera Barat
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jambi
Kalimantan Selatan
Kalimantan Utara
Sumatera Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Aceh
Jawa Timur
Gorontalo
Maluku Utara
Sulawesi Barat
Papua
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Tengah
IPM Provinsi NTB tahun 2021 sebesar 68,65, meskipun capaian ini lebih tinggi dari target
RPJMD 2019-2023 (67,65), namun secara nasional capaian IPM Provinsi NTB masih
lebih rendah dari IPM Nasional (72,29). Secara keseluruhan capaian IPM nasional tahun
2021, hanya Provinsi DKI dan DIY telah masuk dalam kategori IPM sangat tinggi,
sementara 21 provinsi dengan status tinggi, dan 11 provinsi dengan capaian IPM sedang
termasuk didalamnya Provinsi NTB pada peringkat 29 dengan status sedang. Selama
2010-2021, IPM Provinsi NTB mencatat pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 1,06
persen. Dengan selisih 1,35 point, Provinsi NTB diperkirakan dapat masuk dalam
kategori tinggi pada tahun 2023 IPM.
91
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Dari tiga komponen indikator penyusun IPM, aspek pertama dalam IPM adalah umur
panjang dan hidup sehat, direpresentasikan dalam indeks Kesehatan dengan indikator
capaian berupa Usia Harapan Hidup (UHH). UHH merupakan Rata-rata perkiraan
banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. UHH mencerminkan
derajat kesehatan masyarakat. Selanjutnya, aspek kedua dalam IPM, pengetahuan,
direpresentasikan dengan indeks pendidikandengan indicator capaian berupa Harapan
Lama Sekolah (HLS) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS). Aspek terakhir dalam IPM
adalah standar hidup layak yang direpresentasikan dengan indeks Pengeluaran
(ekonomi). Indeks pengeluaran dilihat dari pengeluaran perkapita, yaitu biaya yang
dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan dibagi
dengan banyaknya anggota rumah tangga yang telah disesuaikan dengan paritas daya
beli. Dari ketiga aspek dalam IPM, komponen umur panjang dan hidup sehat dengan
indikator capaian UHH memiliki gap tertinggi dengan capaian nasional. UHH penduduk
NTB (66,69 tahun), selisih 4,88 tahun atau 7,3 persen dibanding UHH nasional (71,57
tahun). Sedangkan untuk 2 (dua) aspek lainnya capaianya telah mendekati capaian
nasional, bahkan HLS NTB (13,9 tahun) berada diatas HLS nasional (13,08 tahun), dan
RLS NTB (7,38 tahun) sedikit dibawah RLS nasional (8,54 tahun), serta pengeluaran
perkapita provinsi NTB lebih rendah Rp779 ribu dari pengeluaran perkapita nasional.
6.1.2 Tujuan dan ruang lingkup
Tujuan dari analisis tematik pada Kajian Fiskal Regional Tahun 2021 adalah
menganalisis peran fiskal khususnya belanja pemerintah daerah dan pusat menurut
fungsi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi dalam meningkatkan IPM. Analisis juga
ditujukan mencari komposisi penganggaran terbaik untuk mendorong pertumbuhan IPM,
di tengah keterbatasan kemampuan keuangan daerah. Ruang lingkup analisis meliputi
kebijakan alokasi belanja di kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi NTB untuk jangka
waktu tahun 2017 sampai dengan 2021.
6.1.3 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis regresi data panel dan
analisis kualitatif. Data yang digunakan adalah data realisasi belanja APBD per
Kabupaten/kota dan APBN fungsi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang
direalisasikan oleh satker vertikal di wilayah Provinsi NTB selama periode 2017-2021,
serta capaian IPM pemerintah daerah kab/kota se wilayah NTB.
6.2 Perkembangan IPM dan Belanja Pemerintah
6.2.1 Indeks Pembangunan Manusia
IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan
dalam jangka panjang. Kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas SDM
khususnya bidang kesehatan biasanya memiliki efek yang baru akan tampak hasilnya
92
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
dalam jangka panjang Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia suatu daerah,
terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian.
Kecepatan IPM menggambarkan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
pembangunan manusia dalam suatu periode, dan Status IPM menggambarkan level
pencapaian pembangunan manusia dalam suatu periode yakni Sangat Tinggi (IPM>=80),
Tinggi (70<=IPM<80), Sedang (60<=IPM<70), dan Rendah (IPM<60).
a. Perkembangan capaian IPM provinsi dalam lima tahun (2017-2021) dibandingkan
dengan capaian IPM nasional dan target IPM dalam RPJMD.
Secara umum pembangunan manusia di NTB terus mengalami kemajuan selama
periode 2017-2021.
Tabel 6. 1 Capaian IPM NTB dan Nasional 2017 - 2021
NTB
Tahun IPM Nasional
Target IPM
2017 0 66.58 70.81
2018 0 67.3 71.39
2019 68.07 68.14 71.92
2020 68.84 68.25 71.94
2021 69.61 68.65 72.29
IPM Provinsi NTB meningkat dari 66,58 pada tahun 2017 menjadi 68,65 pada tahun
2021. Selama periode tersebut, IPM Provinsi NTB rata-rata tumbuh 0,85 persen per
tahun. Meskipun capaian IPM Provinsi NTB dalam periode 2017-2021 selalu dibawah
IPM Nasional, namun kecepatan pertumbuhan IPM Provinsi NTB pada periode
tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan IPM Nasional yang tumbuh rata-rata 0,6 persen
per tahun. Pada periode 2017-2019 (sebelum pandemi) pertumbuhan IPM diatas 1
(satu) persen, laju pertumbuhan melambat pada tahun 2020 sebagai akibat dari
dampak pandemi COVID19. Capaian IPM NTB selama 3 tahun terakhir, masih di
bawah target yang ditetapkan di RPJMD, salah satu penyebab peringkat IPM NTB
yang masih stagnan di peringkat 29 secara nasional (kategori “Sedang”), di bawah
IPM nasional (72,29).
b. Perkembangan ketiga indeks pembentuk IPM dalam lima tahun terakhir (2017-2021).
Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga aspek
pendukungnya yaitu umur panjang dan hidup sehat dengan indikator capaian UHH,
pengetahuan dengan indikator capaian HLS dan RLS, dan standar hidup layak
dengan indikator capaian Pengeluaran Perkapita. Peningkatan capaian IPM tidak
terlepas dari peningkatan setiap komponennya, dari tiga aspek penyusun IPM, aspek
umur panjang dan hidup sehat di provinsi NTB paling tertinggal dan berkembang lebih
lambat dari dua aspek lainnya. Hal ini seperti yang telah disampaikan dimuka bahwa
kebijakan pembangunan di bidang Kesehatan dan pendidikan adalah kebijakan
jangka panjang, hasilnya baru akan terlihat dalam jangka panjang. Oleh karena itu
93
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
10.377
9.877
13.46 13.9 12.85 13.08 8.1 10.66 11.156
6.9 7.38 8.54
AHH NTB AHH Nas HLS NTB HLS Nas RLS NTB RLS Nas Pengeluaran Pengeluaran
(Tahun) (Tahun) (Tahun) (Tahun) (Tahun) (Tahun) Perkapita Perkapita
NTB (Juta) Nas (Juta)
Sumber : BPS
UHH NTB yang lahir pada tahun 2021 mencapai 66,69 tahun, dibawah UHH Nasional
71,57 tahun. Penduduk yang lahir di perkotaan (Kota Mataram dan Bima) memiliki
harapan hidup lebih lama dibanding yang lahir di kabupaten. Dari tahun 2017 UHH
penduduk Provinsi NTB selalu naik, kenaikan UHH Provinsi NTB pada periode ini
(2017-2021) lebih tinggi dari kenaikan UHH nasional.
Yang mengembirakan adalah capaian harapan lama sekolah bagi penduduk NTB
yang berusia 7 tahun pada tahun 2021 mencapai 13,9 tahun, diatas HLS nasional,
atau pada tahun 2021 anak-anak di Provinsi NTB yang berusia 7 tahun memiliki
kesempatan mengenyam pendidikan hingga jenjang diploma. Pada tahun 2021,
penduduk NTB yang berusia 25 tahun keatas rata-rata bersekolah selama 7,38 tahun
atau sampai pada jenjang pendidikan SMP. Mengingat sebagian besar penduduk
yang berusia 25 keatas telah memasuki menyelesaikan masa pendidikan, maka
usaha untuk meningkatkan angka RLS di NTB adalah dengan menekan angka putus
sekolah dan mensosialisasikan pentingnya Pendidikan melebihi Pendidikan dasar.
Disinyalir budaya “Pendidikan dasar sudah cukup” masih berkembang di NTB.
Pengeluaran perkapita NTB tahun 2021 sebesar Rp10,377 juta, lebih rendah Rp779
ribu dibanding pengeluaran perkapita nasional tahun 2021 (Rp11,156 juta). Selama
periode 2017 – 2021 pengeluaran perkapita penduduk NTB tumbuh 5,06 persen, lebih
tinggi dari pertumbuhan pengeluaran perkapita nasional (4,65 persen) pada periode
yang sama.
c. Perkembangan capaian IPM dalam lima tahun terakhir (2017-2021) pada tingkat
kab/kota dibandingkan dengan tren IPM provinsi.
Sejak 2017 capaian IPM tiga daerah masing-masing Kota Mataram, Kota Bima, dan
Kabupaten Sumbawa Barat statusnya telah dalam kategori tinggi. Dalam 5 tahun
94
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
terakhir capaian IPM di Kota Mataram, Kota Bima, dan Sumbawa Barat selalu diatas
capaian provinsi NTB, bahkan capaian IPM Kota Mataram dan Kota Bima diatas
capaian IPM nasional.
Grafik 6. 3 Capaian IPM Per Daerah (2017-2021)
79.… 76.11 71.85
90 77.87 68.65 68.61 68.45 68.01
74.36 66.66 66.66 66.72
80 70.08 66.58 66.37 66.33 64.77
65.87 65.01 64.37 64.36 63.04
70
60
50
40
30
20
10
0
Dari Grafik 6.3 perkembangan IPM sejak 2017 sampai dengan 2021 diseluruh daerah
terlihat memiliki kesamaan pola, tumbuh dari tahun 2017 sampai dengan 2019,
kemudian stagnan dan beberapa daerah turun di tahun 2019 -2020, dan tumbuh
kembali di tahun 2020 ke 2021. Terlihat dampak pandemi COVID19 dengan
pemberlakukan pembatasan kegiatan secara ketat di tahun 2019 – 2020 yang
berdampak pada penurunan aktivitas ekonomi ikut menekan pertumbuhan IPM di
Provinsi NTB.
Dalam kurun waktu 2017 sampai dengan 2021, daerah-daerah yang masih dalam
status sedang tumbuh diatas 3 persen, kecuali Kabupaten Lombok Utara dan Dompu.
Melihat pola pertumbuhan seperti dalam grafik 6.5, dalam kondisi normal daerah
dengan IPM sedang cenderung memiliki persentase pertumbuhan yang lebih tinggi
dibanding daerah yang telah masuk kategori tinggi. Oleh karena itu capaian
pertumbuhan IPM di Kabupaten Lombok Utara dan Dompu yang lebih rendah dari
daerah dengan status sedang lainnya harus mendapat atensi dari pemerintah untuk
dievaluasi.
Grafik 6. 4 Pertumbuhan IPM Per Daerah (2017 - 2021)
Mataram 1.67
2.35
Sumbawa Barat 2.52
2.53
Lombok Utara 2.7
3.1
Bima 3.19
3.29
Lombok Barat 3.37
3.5
Lombok Tengah 3.6
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
95
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
4,000.00 3,904.57
jumlahnya terus meningkat
2,416.31 2,707.31
3,000.00
2,473.08 2,390.45 sejak tahun 2017. Pada
96
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
sektor kesehatan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk
diantaranya :
Layanan kesehatan di faskes tingkat pertama
Bimbingan Teknis, Pendidikan dan Pelatihan Pencegahan Penyakit Menular
KIE Obat dan Makanan Aman oleh BB/BPOM
Sampel Obat, Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan yang
Diperiksa Sesuai Standar oleh BB/BPOM
TPK yang mendapatkan paket data
Keluarga dengan baduta yang mendapatkan fasilitasi dan pembinaan 1000 HPK
Pelatihan dan Refreshing dalam rangka percepatan penurunan stunting
Pelayanan kesehatan di pelabuhan/bandara/lintas batas (PEN).
6.2.2.2 Capaian Output Strategis Belanja Pendidikan Tahun 2021
Untuk mendorong percepatan capaian harapan lama sekolah pada tahun-tahun
mendatang, bidang pendidikan mendapatkan alokasi belanja yang cukup besar.
Alokasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi pendidikan direalisasikan untuk
mencapai 167 jenis output strategis selama tahun 2021 (terlampir). Beberapa capaian
output bidang pendidikan yang telah dicapai pada tahun 2021 diantaranya :
Tunjangan profesi guru Non PNS
Siswa MI/MTs/MA/RA penerima BOS
Mahasiswa penerima bidikmisi
Mahasiswa penerima KIP kuliah
Sarana Lembaga pendidikan keagamaan
Sertifikasi Kompetensi Tenaga Kerja
PBK UPTP
PBK Provinsi Nusa Tenggara Barat
Layanan Pendidikan (PNBP/BLU)
Penyelenggaraan Pendidikan Politeknik Pariwisata Lombok
Satuan Dikdas dan Dikmen yang difasilitasi penjaminan mutunya
Satuan PAUD dan Dikmas yang difasilitasi penjaminan mutunya
6.2.2.3 Capaian Output Strategis Belanja Ekonomi Tahun 2021
Penurunan aktivitas ekonomi sebagai dampak pandemi COVID19 masih berlanjut di
tahun 2021. Untuk menahan penurunan pengeluaran masyarakat khususnya
pengeluaran komsumsi, pada tahun 2021 dialokasikan belanja pemerintah pusat
menurut fungsi ekonomi dalam jumlah yang sangat besar. Belanja ditujukan untuk
mencapai 455 jenis output strategis (terlampir), dengan beberapa capaian diantaranya:
Optimalisasi Reproduksi hewan
Pengadaan Benih Sayuran
97
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
98
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
dasar pengendalian penduduk dan KB. Kecuali tahun 2020, alokasi belanja kesehatan di
Provinsi NTB persentasenya terhadap total belanja selalu meningkat.
Melengkapi upaya peningkatan kulitas sumber daya manusia di daerah, pemerintah
daerah selama periode 2017-2021 mengalokasikan belanja menurut fungsi ekonomi rata-
rata 7,14 persen per tahun dari total belanja. Belanja menurut fungsi ekonomi
direalisasikan untuk membiayai kegiatan pelayanan dasar tenaga kerja, pemberdayaan
masyarakat desa, perhubungan, koperasi, UMKM, penanaman modal, dan urusan pilihan
kelautan, perikanan, pertanian, dan perdagangan. Secara umum alokasi belanja
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi di Provinsi NTB periode 2017-2021 selalu
meningkat, bahkan pada 2021 alokasi belanja yang mendukung peningkatan kualitas
sumber daya manusia di atas 50 persen dari total belanja.
99
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
korelasi antara variable gangguan dalam model. Pada prinsipnya pemilihan model yang
akan digunakan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada dengan mempertimbangkan
tujuan analisis dan data yang digunakan. Dihadapkan pada keterbatasan maka diputuskan
untuk memilih Common Effect Model (CEM) dalam kajian ini karena teknik ini paling
sederhana. CEM dan FEM menggunakan pendekatan Ordinary least Square (OLS) untuk
estimasi parameter. Asumsi yang diminta untuk dipenuhi pada OLS meliputi uji linieritas,
autokorelasi, heteroskedastisitas, multikolinieritas dan normalitas. Kendati demikian tidak
semua uji asumsi klasik perlu untuk dilakukan dalam regresi data panel. Uji linieritas hampir
tidak pernah dilakukan karena telah diasumsikan bahwa model bersifat linier. Autokorelasi
hanya terjadi pada data time series, sehingga pengujian autokorelasi pada data panel akan
percuma karena sifat cross section lebih dominan dalam data panel (Iqbal, Muhammad,
2015). Ketika urutan section data dirubah-rubah hasil uji autokorelasi juga akan berubah
sehingga uji auto korelasi menjadi tidak lagi akurat (https://mjurnal.com/skripsi/uji-asumsi-
klasik-untuk-regresi-data-panel/).
Y IPM
100
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
Hasil pengolahan Common Effect Model diperoleh hasil bahwa asumsi kenormalan,
multikolinieritas dan heteroskedastisitas telah terpenuhi dan hasi pengujian asumsi dapat
dilihat pada lampiran. Hasil analisis menyatakan bahwa model signifikan yang artinya
secara bersama-sama belanja Kesehatan, belanja Pendidikan, belanja ekonomi dan
persentase penduduk miskin mempengaruhi IPM di Provinsi NTB. Dengan nilai koefisien
determinasi (Adjusted R squared) sebesar 0,747558 (75%) mengandung arti bahwa
variasi IPM dapat dijelaskan oleh belanja kesehatan, belanja pendidikan, belanja
ekonomi dan kemiskinan sebesar 75%, sisanya dijelaskan oleh variable lain yang belum
masuk dalam model.
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 02/09/22 Time: 10:53
Sample: 2017 2021
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55
Untuk uji signifikansi parsial, nilai Prob. Untuk variable X1 (belanja Kesehatan) lebih
besar dari 5% sehingga dapat dikatakan bahwa belanja Kesehatan tidak memiliki
pengaruh terdahap IPM. Adapun variable belanja Pendidikan dan persentase penduduk
miskin keduanya memiliki nilai Prob yang kurang dari 5% sehingga kedua variable
tersebut signifikan dalam mempengaruhi IPM. Adapun variable belanja ekonomi lebih
besar dari 5% namun lebih kecil dari 10% sehingga kita dapat meyakini dengan tingkat
kepercayaan 90% bahwa belanja ekonomi mempengaruhi IPM.
Belanja Pendidikan dan belanja ekonomi yang signifikan terhadap IPM, sama-sama
memiliki koefisien positif sehingga peningkatan kedua belanja ini dapat meningkatkan
IPM sebagaimana koefisiennya. Adapun persentase penduduk miskin memiliki koefisien
negative sehingga penurunan persentase penduduk miskin akan dapat meningkatkan
IPM.
101
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Kendati koefisien pada belanja Pendidikan dan belanja ekonomi memiliki koefisien yang
sangat kecil terlebih jika dibandingkan dengan koefisien persentase penduduk miskin,
namun peningkatan kedua belanja ini tetap merupakan pengungkit kenaikan IPM NTB.
Belanja menurut fungsi ini pada umumnya dialokasikan untuk kegiatan yang tidak secara
instan bisa menambah IPM setiap tahunnya. Peningkatan IPM merupakan efek jangka
panjang dari peran instrument belanja pemerintah. Kajian ini telah menggambarkan
bahwa secara simultan belanja pemerintah menurut fungsi digandengan dengan
kemiskinan mempengaruhi IPM. Untuk dapat memperoleh gambaran lebih rinci sebagai
bahan evaluasi, diperlukan informasi mengenai keterkaitan antara masing-masing
belanja menurut fungsi terhadap masing-masing komponen pembentuk IPM.
Terhadap masing-masing model telah dilakukan pengujian terhadap asumsi klasik dan
hasilnya semua model yang dihasilkan dalam kajian telah memenuhi asumsi sehingga
layak untuk dilanjutkan dalam tahap analisis. Dalam tabel 6.3 dapat dilihat hasil
pengujian terhadap ketiga model.
102
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
Tabel 6. 3 Hasil Pengujian Common Effect Model (CEM)
103
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
104
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
ini banyak digerogoti oleh kejadian luar biasa (penyakit) sehingga prioritas belanja lebih
kepada mengatasi wabah atau pandemic dan secara umum tmembuat derajat
Kesehatan masyarakat stagnan.
Kecilnya nilai koefisien beta dari masing-masing variable menggambarkan bahwa
peningkatan IPM termasuk indeks-indeks pembentuknya merupakan hasil kinerja jangka
panjang yang artinya kebijakan fiscal tahun ini baru dapat dilihat hasilnya terhadap
peningkatan progresif dari IPM dalam beberapa tahun ke depan.
6.4.2 Saran
Berdasarkan gambaran yang telah dijabarkan maka dapat diberikan beberapa
saran terkait IPM sebagai berikut:
1. Kebijakan fiskal melalui belanja Kesehatan, belanja Pendidikan dan belanja ekonomi
merupakan instrument penting dalam akselerasi IPM di Provinsi NTB. Keberlanjutan
dan stabilitas belanja ini akan menjadi penting untuk menjaga dan meningkatkan laju
pertumbuhan IPM di Provinsi NTB.
2. Efisiensi dalam pengalokasian belanja fungsi penting untuk dilakukan agar setiap
belanja yang dilakukan dapat lebih efektif dalam meningkatkan pembangunan
manusia di Provinsi NTB.
3. Peningkatan belanja daerah sebaiknya difokuskan pada peningkatan belanja yang
langsung berhubungan dengan pembangunan manusia dan penurunan kemiskinan.
4. Secara umum belanja menurut fungsi menjalankan fungsi dstributif oleh karenanya
pengalokasiannya agar mengikuti prinsip anggaran berbasis kinerja dengan
menerapkan akuntabilitas sehingga memiliki dampak maksimal dalam pembangunan
manusia.
105
BAB VII
Kesimpulan Dan Rekomendasi
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan kajian
fiskal regional tahun 2021 sebagai berikut :
Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
1. Capaian indikator makro kesra pemerintah daerah 2019 - 2023 menyisakan gap pada
indikator pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inklusif serta kemiskinan. Terdampak
oleh pandemi pertumbuhan ekonomi melambat dan beberapa daerah seperti Kab
Lombok Utara tercatat tingkat kemiskinanya masih sangat tinggi.
2. Sektor pertambangan masih dominan dalam struktur perekonomian, mengurangi
ketergantungan sektor pertambangan agar selaras dengan misi NTB ASRI dan
LESTARI menjadi tantangan ekonomi daerah.
3. Provinsi NTB telah memasuki periode bonus demografi, kelompok usia produktif yang
besar harus dapat dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Pada sisi lain tingkat
kriminalitas masih tinggi, menjadi perhatian yang besar untuk mewujudkan misi NTB
AMAN DAN BERKAH sehingga layak menjadi salah satu destinasi wisata yang nyaman.
4. Keberadaan geologi NTB memiliki potensi alam yang besar namun rawan bencana.
Menyadari hal tersebut, dalam RPJMD 2019-2023 telah dipetakan kawasan rawan
bencana sebagai panduan dalam perencanaan pembangunan dan penataan kawasan.
5. Dari google mobility indeks terlihat mobilitas penduduk telah menuju normal. Dengan
ancaman gelombang baru COVID19 akibat terdeteksinya varian omicron di beberapa
daerah lain, menjadi tantangan pemerintah daerah untuk mempertahankan zona
penularan COVID tetap rendah seperti kondisi saat ini.
Analisis Ekonomi Regional
1. Perekonomian NTB pada triwulan IV 2021 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan
sejalan dengan terealisasinya beberapa event nasional dan internasional di penghujung
tahun 2021
2. Suku bunga turun menjadi 3,5% pada Februari dan bertahan sampai dengan Desember
2021. Sayangnya kebijakan penurunan suku bunga BI tidak diikuti dengan respon
penurunan suku bunga kredit di bank umum, baik untuk komsumsi maupun investasi.
3. Jumlah orang miskin berkurang, tetapi indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan
memburuk.
4. Laju IPM 2021 lebih tinggi dibandingkan laju IPM tahun 2020. Komitmen Pemerintah
dengan tetap mempertahankan pengeluaran khususnya di sektor pendukung
106
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
pembentuk IPM memberikan hasil yang bagus, meskipun belum menaikkan NTB dari
kategori “Sedang”.
5. Secara umum capaian indikator makro kesra Provinsi NTB 2021 telah sesuai target
yang ditetapkan dalam RPJMD 2019-2023. Beberapa indikator yang capaiannya masih
dibawah target disebabkan oleh dampak pandemi COVID19. Indikator makro kesra
seperti kemiskinan dan gini rasio laju penurunannya melambat seiring dengan
penurunan kinerja ekonomi selama pandemi.
Analisis Fiskal Regional
1. Realisasi Pendapatan Negara di Provinsi NTB di tahun 2021 sebesar Rp4.597,97 miliar
atau 123,80% dari target. Kinerja Pendapatan Negara di tahun 2021 sebesar 123,80%
tersebut lebih tinggi dibanding tahun 2019 (84,60%) dan tahun 2020 (109,34%).
Pertumbuhan Pendapatan Negara di Provinsi NTB tahun 2021 naik 31,94% dari tahun
2019 dan naik 26,56% dari tahun 2020.
2. Capaian kinerja belanja negara di Provinsi NTB yang tinggi di tahun 2021 merupakan
wujud keberhasilan komunikasi, koordinasi dan sinergi Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Provinsi NTB sebagai Regional Chief Economist dengan Pemerintah Daerah, Satuan
Kerja dan KPPN lingkup Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTB.
3. Rata-rata proporsi Belanja Modal dalam 3 tahun terakhir tidak sampai 15 persen dari
belanja APBD. Di sisi lain, belanja Operasi, khususnya belanja Pegawai dan barang
masih mendominasi, gemuknya birokrasi bisa jadi salah satu penyebabnya.
Sektor Unggulan dan Potensial Regional
1. Secara keseluruhan, Terdapat 4 sektor unggulan dan 2 sektor unggulan tetapi tertekan
pertumbuhannya pada tahun 2021, hal ini menurun secara kuantitas dibandingkan
dengan jumlah sektor unggulan tahun 2020.
2. Sektor konstruksi adalah sektor potensial pada tahun 2020 yang berubah menjadi
sektor unggulan dengan pertumbuhan tertekan di 2021, sementara sektor Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang sebelumnya unggulan di 2020 turun menjadi
sektor potensial di 2021.
Harmonisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
1. Sinergi pendanaan kegiatan yang dibiayai dari K/L dan DAK Fisik, Dana Desa, serta
sumber-sumber pendanaan daerah lainnya telah selaras dan harmoni. Capaian output
DAK Fisik dan dana desa saling melengkapi dengan capaian output satker intansi
vertikal Kementerian Lembaga di NTB.
2. Dari beberapa Major Project (MP) yang berlokasi di NTB, capaianya sampai dengan
2021 telah sesuai dengan target indikator capaian pada RPJMN/D.
3. Menjadi catatan pada MP Percepatan Penurunan Kematian lbu dan Stunting, baik
indikator penurunan tingkat kematian ibu melahirkan (217/100K), maupun indikator
107
KAJIAN FISKAL TAHUN
REGIONAL
20
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 21
Prevalensi stunting pada balita menurun 21,10%, capaianya tidak dapat dibandingkan,
karena untuk program sejenis yang ada di DIPA dan DPA indikatornya berbeda.
Analisis Tematik
1. Capaian IPM provinsi NTB tahun 2021 masih tertinggal dari daerah lain, meskipun
dalam periode lima tahun terakhir (2017-2021) pertumbuhan IPM di NTB lebih tinggi
dari rata-rata percepatan IPM nasional. Terdapat kesenjangan capaian IPM antar
daerah di NTB, daerah perkotaan dengan infrastruktur pendidikan dan kesehatan
memadai cenderung memiliki capaian yang tinggi, sementara daerah kabupaten
dengan jumlah penduduk besar atau angka kemiskinan tinggi capaiannya cenderung
masih rendah.
2. Terdapat relasi yang cukup antara capaian indeks pendidikan, kesehatan, dan belanja
perkapita dengan alokasi belanja pemerintah menurut fungsi pendidikan, kesehatan,
dan ekonomi. Pengaruh belanja pemerintah per fungsi pendidikan kesehatan, dan
ekonomi terhadap capaian IPM daerah tidak dapat dilihat dalam jangka pendek. IPM
adalah indikator kesejahteraan penduduk yang capaiannya memerlukan proses
panjang dan berkesinambungan.
7.2 Rekomendasi
Rekomendasi dari hasil-hasil analisis kajian fiskal regional tahun 2021 sebagai berikut :
1. Momentum pertumbuhan ekonomi di triwulan II dan berlanjut ke triwulan III 2021 harus
dijaga keberlanjutannya dengan menjaga zona penularan COVID19 tetap rendah di
seluruh NTB. Daerah dengan kemiskinan ekstrim di Kabupaten Lombok Utara perlu di
eskalasi untuk mendapat DAK Fisik bidang sanitasi dan pelayanan dasar dengan
alokasi yang lebih besar dari daerah lain.
2. Pemerintah daerah diharapkan secara nyata merealisasikan pertumbuhan ekonomi
inklusif bertumpu pada pariwisata, pertanian, perdagangan, dan industrialisasi. Secara
bertahap mengurangi ketergantungan terhadap sektor pertambangan sesuai misi dalam
RPJMD 2019-2023.
3. Untuk dapat mengkapitalisasi bonus demografi menjadi modal pembangunan yang
menguntungkan bagi Provinsi NTB, perlu dukungan kebijakan fiskal yang lebih besar
terhadap percepatan capaian IPM di NTB.
4. Seluruh rencana pembangunan dan penataan kawasan harus mengacu pada peta
rawan bencana yang telah ditetapkan dalam RPJMD 2019-2023.
5. Pemerintah daerah diharapkan tetap konsisten memberi dukungan terhadap
peningkatan cakupan vaksinasi dan deteksi varian omicron melalui karantina di pintu
masuk orang asing serta pengawasan terhadap transmisi lokal.
108
KAJIAN FISKAL
20 KAJIAN FISKAL
TAHUN
21 REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
6. Untuk mendukung pemulihan ekonomi, diharapkan dukungan otoritas moneter dan jasa
keuangan menekan selisih antara bunga pasar dan banga acuan tidak terlalu tinggi.
Dunia usaha diharapkan dapat menikmati kredit bunga rendah agar lebih kompetitif.
7. Meskipun realisasi pendapatan 2021 telah memenuhi target, perlu dilakukan upaya
yang terukur melalui prediksi dan menggali seluruh potensi penerimaan di NTB melalui
ALCO regional.
8. Capaian percepatan realisasi belanja negara termasuk didalamnya percepatan realisasi
DAK Fisik dan Dana Desa, perlu terus ditingkatkan. Komunikasi, dan sinergi Kanwil
Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTB selaku Regional Chief Economist terus
ditingkatkan, keberadaan Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTB yang merupakan
representasi Kementerian Keuangan di daerah dapat dirasakanmanfaatnya di daerah.
9. Perlu dukungan APBD yang lebih tepat sasaran untuk meningkatkan IPM, pengurangan
kemiskinan yang signifikan sesuai yang direncanakan di RPJMD
10. Program BLT, Bansos tetap dilanjutkan di tahun 2022 sebagai penahan turunnya daya
beli masyarakat.
11. Perlu redesain belanja operasi, khususnya belanja barang dan jasa untuk dialihkan ke
Belanja Modal yang selama ini masih tertekan belanja operasi. Redesain sangat
dimungkinkan mengingat keperluan rapat/ATK dan semisalnya bisa dikurangi dengan
memanfaatkan teknologi.
12. Ditengah keterbatasan fiskal dan penurunan pendapatan akibat pandemi, pemerintah
diharapkan tetap konsisten melakukan alokasi untuk belanja pendidikan, kesehatan,
dan ekonomi minimal sesuai target alokasi dalam undang-undang. Daerah dengan
percepatan pertumbuhan IPM dibawah rata-rata (Kab. Lombok Utara dan Dompu) perlu
mendapat tambahan alokasi belanja khususnya bidang pelayanan dasar untuk
pendidikan dan kesehatan.
109
LAMPIRAN
Uji Heteroskedastisitas
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 02/10/22 Time: 14:11
Sample: 2017 2021
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55
Uji Multikolinieritas
X1 X2 X3 X4
X1 1.000000 0.737900 0.542748 -0.195340
X2 0.737900 1.000000 0.716746 -0.546108
X3 0.542748 0.716746 1.000000 -0.367066
X4 -0.195340 -0.546108 -0.367066 1.000000
Uji Normalitas
KANWIL DITJEN
PERBENDAHARAAN
PROVINSI NTB
KEMENTERIAN KEUANGAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Jl. Majapahit No 10 Mataram
Telp. 0370-633669 Fax. 0370-643633
www.djpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/ntb/id
kanwildjpbntb