KATA PENGANTAR
ii
KATA PENGANTAR
TIM PENYUSUN
KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019
KANWIL DJPb PROVINSI MALUKU UTARA
PENANGGUNGJAWAB
KEPALA KANWIL
BAYU ANDY PRASETYA
KETUA TIM
KEPALA BIDANG PPA II
GUNAWAN SUPRIYANTO
KOORDINATOR
FAUZI KURNIAWAN
ANGGOTA
EDWIN ASRUL
FITRA RIADIAN
I KETUT OKA WIDIASA
RAYMOND JACKSON EFFENDY
AVVIZ ELFARIJ
EDY SLAMET
JOKO ARIANTO
KURNIAWAN ARI SETYANTO
MUHAMMAD KOMARA NOVIANTO
MUHAMMAD RAMLI
APRI SULISTYO NUGROHO
IDA PUSPITA NINGTIAS
RIMA ROSITA
LAYOUT/GRAFIS
APRI SULISTYO NUGROHO
IDA PUSPITA NINGTIAS
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
DAFTAR ISI
iv DAFTAR ISI
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL MALUKU UTARA
v DAFTAR TABEL
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL MALUKU UTARA
vi DAFTAR TABEL
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL MALUKU UTARA
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tujuan dan Sasaran Strategis Maluku Utara 205-2019 ...................... 2
Tabel 4.1 Postur APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara (dalam Miliar Rupiah) ... 62
Tabel 4.2 Jenis Pendapatan Provinsi Maluku Utara (dalam Miliar Rupiah) ........ 63
Tabel 4.3 Perkembangan Belanja APBD Berdasarkan Klasifikasi Urusan di Provinsi
Maluku Utara (dalam Miliar Rupiah) ................................................... 67
viii
DAFTAR TABEL
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
Tabel 4.4 Profil Belanja APBD Berdasarkan Fungsi di Provinsi Maluku Utara (dalam
Miliar Rupiah) .................................................................................... 68
Tabel 4.5 Jenis Belanja APBD di Provinsi Maluku Utara (dalam Miliar Rupiah) . 69
Tabel 4.6 Profil dan Jenis Layanan Satker BLUD ............................................... 71
Tabel 4.7 Perkembangan Nilai Aset BLUD.......................................................... 72
Tabel 4.8 Proporsi Pagu APBD dan Pagu BLUD ................................................ 72
Tabel 4.9 Analisis Legal Pembentukan BLUD di Maluku Utara ......................... 72
Tabel 4.10 Rasio Surplus/Defisit terhadap Pendapatan ...................................... 73
Tabel 4.11 Rasio Surplus/Defisit terhadap Dana Transfer ................................... 74
Tabel 4.12 Rasio SiLPA terhadap Alokasi Belanja .............................................. 75
Tabel 4.13 Rasio Pinjaman Daerah terhadap Total Pembiayaan ........................ 75
Tabel 4.14 Keseimbangan Umum APBD ............................................................. 76
Tabel 4.15 Keseimbangan Primer APBD ............................................................ 77
Tabel 4.16 Analisis Horisontal APBD Provinsi Maluku Utara (Miliar Rupiah) ....... 77
Tabel 4.17 Analisis Vertikal APBD Provinsi Maluku Utara tahun 2019 (Miliar Rupiah)
78
Tabel 4.18 Kapasitas Fiskal Daerah .................................................................... 79
Tabel 4.19 Belanja Daerah Sektor Pendidikan ..................................................... 80
Tabel 4.20 Belanja Daerah Sektor Kesehatan ..................................................... 80
Tabel 4.21 Belanja Infrastruktur Daerah .............................................................. 81
Tabel 6.1 Analisis Indeks Input-Output BPS Maluku Utara tahun 2019 ............. 99
Tabel 6.2 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) .......................................... 100
Tabel 6.3 Hasil Analisis Sektoral Perekonomian Maluku Utara ......................... 101
Tabel 6.4 Rata-rata NTP Menurut Sub Sektor ................................................... 104
Tabel 6.5 Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Maluku Utara ........................ 104
Tabel 6.6 Perkembangan Produktivitas Tanaman Kelapa Maluku dan Papua ... 105
Tabel 6.7 Potensi Komoditan Unggulan Sektor Pertambangan dan Penggalian 106
Tabel 6.8 Potensi Komoditas Unggulan Sektor Pertambangan ........................... 107
Tabel 6.9 Perusahaan Investasi Perikanan di Maluku Utara ............................... 108
Tabel 6.10 Perkembangan Produksi Ikan Tangkap ............................................... 109
Tabel 6.11 Produksi Perikanan Budidaya Maluku Utara........................................ 110
Tabel 6.12 Jumlah Fasilitas Akomodasi Pendukung Pariwisata ............................ 111
ix DAFTAR TABEL
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
x DAFTAR TABEL
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 PDRB Kab/Kota di Maluku Utara tahun 2018 ..................................... 4
Grafik 1.2 Kepadatan Penduduk per Kabupaten/Kota (jiwa/km2) ....................... 5
Grafik 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2018 6
Grafik 1.4 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Maluku Utara .......... 7
Grafik 3.1 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat per Lokasi di Provinsi Maluku
Utara tahun 2019 (dalam Miliar) ......................................................... 38
Grafik 3.2 Penerimaan Pajak per Sektor dan PDRB atas Dasar Harga Berlaku
(dalam Miliar Rupiah) ......................................................................... 39
Grafik 3.3 Perkembangan Pagu dan Realisasi Anggaran Belanja APBN Provinsi
Maluku Utara ....................................................................................... 41
Grafik 3.4 Alokasi Anggaran Berdasarkan Fungsi ............................................... 43
Grafik 3.5 Perkembangan Alokasi dan Realisasi Pagu per Jenis Belanja .......... 44
Grafik 3.6 Scatterplot Hubungan Belanja Modal dan PDRB Periode tahun 2012-2019
47
Grafik 3.7 Scatterplot Hubungan Pengeluaran Pemerintah dan Inflasi Tahun 2019
47
Grafik 3.8 Realisasi dan Pertumbuhan Dana Transfer Provinsi Maluku Utara ..... 47
Grafik 3.9 Perkembangan Penyaluran Kredit Program ....................................... 56
Grafik 3.10 Perkembangan Penyaluran KUR per Sektor ....................................... 57
Grafik 3.11 Perkembangan Penyaluran KUR per Wilayah .................................... 58
Grafik 4.1 Rasio PAD terhadap Belanja Pemda tahun 2019 .............................. 64
Grafik 4.2 Realisasi PAD di Provinsi Maluku Utara Tahun 2019 ......................... 65
Grafik 4.3 Perkembangan Realisasi Belanja Kab/Kota di Provinsi Maluku Utara
(dalam Miliar Rupiah) ........................................................................ 70
Grafik 4.4 DPK Pemda Tahun 2019 .................................................................... 70
xi DAFTAR-DAFTAR
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
Grafik 6.1 Perkembangan NTP Maluku Utara dan Nasional .. ............................ 103
xii DAFTAR-DAFTAR
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Provinsi Maluku Utara ............................................................. 8
xiii DAFTAR-DAFTAR
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
DAFTAR BOKS
Boks 2.3 Analisis Tipologi Klassen dan Penciptaan Klaster Perekonomian … ... 21
xiv DAFTAR-DAFTAR
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
EXECUTIVE SUMMARY
Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tahun 2019 mencapai 6,13 persen. Capaian
pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 mengalami penurunan dibandingkan tahun
2018, namun di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,02 persen.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara ditopang ekspor luar
negeri, investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto), konsumsi pemerintah, dan
konsumsi rumah tangga. Sementara itu, neraca perdagangan Maluku Utara pada tahun
2019 mengalami surplus sebesar US$19,21 juta. Ekspor Maluku Utara sangat
dipengaruhi oleh kegiatan produksi pengolahan hasil tambang sebab komoditas utama
ekspor masih didominasi oleh hasil pertambangan.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor industri konstruksi
9,21 persen, diikuti sektor jasa lainnya sebesar 8,18 persen serta perdagangan besar
dan eceran sebesar 7,77 persen. PDRB per kapita Maluku Utara tercatat sebesar
Rp31,48 juta, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp29,49 juta. Angka tersebut
masih lebih rendah dibanding PDB per kapita nasional sebesar Rp59,1 juta.
Dibandingkan dengan provinsi sekitar, PDRB per kapita Maluku Utara masih tertinggal
dari provinsi Papua Barat dan Sulawesi Utara.
Penghitungan tingkat inflasi Maluku Utara pada tahun 2019 hanya diwakili kota
Ternate sebagai satu-satunya kota inflasi di Maluku Utara menurut BPS Provinsi Maluku
Utara. Tingkat inflasi (y-o-y) mencapai 2,02 persen atau menurun dibanding inflasi (y-o-
y) tahun 2018 sebesar 4,12 persen. Angka inflasi tahun 2018 menjadi yang tertinggi
selama tiga tahun terakhir dan lebih tinggi daripada inflasi nasional pada akhir 2018.
Tetapi tahun 2019, inflasi kota ternate lebih rendah dibanding inflasi nasional sebesar
2,72 persen. Dibandingkan kota lain di kawasan regional, inflasi di Kota Ternate
tergolong rendah.
Capaian indeks pembangunan manusia (IPM) di Provinsi Maluku Utara pada tahun
2019 sebesar 68,7, lebih rendah dibandingkan capaian nasional sebesar 71,9. Angka
ini meingkat sebesar 0,94 poin dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 67,76.
Meningkatnya IPM Maluku Utara terjadi pada semua komponen pembentuk yaitu:
Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat, Dimensi Pengetahuan, dan Dimensi Standar
Hidup Layak.
xv
EXECUTIVE SUMMARY
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
Persentase penduduk miskin di Maluku Utara mengalami kenaikan dari 6,67 persen
per periode Maret 2019 menjadi 6,91 persen per periode September 2019. Peningkatan
terutama terjadi di daerah perdesaan, disebabkan oleh Nilai Tukar Petani yang masih
dibawah 100 khususnya pada subsektor tanaman pangan dan tanaman perkebunan
rakyat. Untuk kawasan regional NTP Maluku Utara yang dibawah 100 masih selevel
dengan Sulawesi Utara dan Papua.
Ketimpangan pendapatan (Gini Ratio) di Provinsi Maluku Utara berada pada tingkat
ketimpangan sedang (0,31), di bawah rasio gini nasional sebesar 0,38. Dibandingkan
dengan Provinsi lain di kawasan regional, Provinsi Maluku Utara berada pada urutan ke
empat terendah nasional dan merupakan yang terendah di wilayah Indonesia Timur.
Pada sektor ketenagakerjaan, terjadi peningkatan tingkat pengangguran terbuka pada
2019 menjadi 4,97 persen dari 4,77 persen pada tahun 2018. Sektor pertanian,
perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan merupakan sektor penyerap tenaga
kerja terbanyak dari penduduk yang bekerja. Hal tersebut selaras dengan distribusi
PDRB Malut yang didominasi sektor pertanian.
Pada tahun 2019, Provinsi Maluku Utara mendapatkan alokasi APBN untuk belanja
pemerintah pusat sebesar Rp5,35 triliun. Angka ini mengalami penurunan sebesar 7,9
persen dibandingkan tahun 2018 yang sebesar Rp5,81 triliun. Realisasi belanja
pemerintah pusat tahun 2019 mencapai 96,68 persen atau lebih tinggi dari tahun 2018
sebesar 96,04 persen. Realisasi penerimaan perpajakan tahun 2019 sebesar Rp2,36
triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 28,9 persen dibanding tahun 2018.
Sedangkan realisasi PNBP tahun 2019 mencapai Rp204,4 miliar atau menurun dari
tahun 2018 sebesar Rp212,5 miliar.
Realisasi pendapatan pada APBD di seluruh Maluku Utara tahun 2019 naik Rp2,95
triliun dibanding tahun 2018 yang berasal dari pendapatan transfer. Sementara PAD
tahun 2019 mengalami penurunan Rp152 miliar dibandingkan tahun 2018. Dari sisi
belanja mengalami kenaikan realisasi dari sebelumnya Rp9,62 triliun pada tahun 2018,
menjadi Rp11,41 triliun pada tahun 2019. Kenaikan belanja tersebut secara nominal
yang paling besar terdapat pada belanja operasi.
Terkait Penerusan Pinjaman dan Kredit Program, saat ini tidak terdapat penerusan
pinjaman kepada Pemda/Perusahaan Terbuka/BUMN/BUMD di Maluku Utara. Untuk
kredit program, per tanggal 31 Desember 2019 penyaluran KUR di Maluku Utara selama
mencapai Rp264,14 miliar meningkat dibanding penyaluran KUR tahun 2018 sebesar
xvi
EXECUTIVE SUMMARY
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
Rp258 miliar. Peningkatan KUR di tahun 2018 tidak terlepas dari meningkatnya target
penyaluran KUR yang ditetapkan Pemerintah.
APBD 2019 di Maluku Utara ditetapkan defisit (ekspansif) sebesar Rp194 miliar. Hal
tersebut berkebalikan dari tahun 2018 dengan surplus Rp316 Miliar. Pembiayaan netto
ditetapkan Rp566 miliar dengan motif untuk berjaga-jaga. Sampai dengan akhir tahun
anggaran, realisasi pembiayaan netto tercatat 14,3 persen dibanding alokasi
pembiayaan netto pada APBD.
Dalam lingkup Provinsi Maluku Utara, terdapat 5 (lima) BLUD yang semuanya
merupakan Rumah Sakit Umum Daerah. Kelima RSUD ini relatif baru dalam
menjalankan bisnisnya berbentuk BLUD. RSUD Labuha dibentuk tahun 2015. RSUD
Dr. H. Chasana Boesoerie dibentuk tahun 2017. RSUD Tobelo, RSUD Soasio Tidore
dan RSUD Jailolo dibentuk tahun 2018. Selain lima RSUD tersebut, Kanwil DJPb
Provinsi Maluku Utara juga mendorong 8 RSUD lainnya untuk segera menerapkan pola
keuangan BLUD.
Dari sisi belanja, realisasi belanja konsolidasian mencapai Rp16.071,5 miliar atau
meningkat 4,76 persen dibanding tahun 2017. Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah
didominasi untuk belanja barang. Berdasarkan fungsi, belanja konsolidasian di Maluku
Utara didominasi oleh belanja untuk fungsi pelayanan umum sebesar 30,98 persen dan
fungsi ekonomi sebesar 20,03 persen. Porsi belanja konsolidasian menurut fungsi
menunjukkan belum terpenuhinya mandatory spending untuk fungsi pendidikan dan
fungsi kesehatan.
xvii
EXECUTIVE SUMMARY
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
Selain sektor unggulan, ada pula sektor-sektor yang potensial unggul. Berdasarkan
analisis Input-Output, sektor pariwisata adalah sektor yang paling potensial untuk
dikembangkan. Hal tersebut mengingat bahwa Maluku Utara kaya akan keindahan alam
dan warisan agar budaya. Potensi tersebut perlu didukung dari sisi alokasi anggaran
dan jaminan akan iklim investasi untuk sektor pariwisata.
EXECUTIVE SUMMARY
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
pertanian, perkebunan, dan perikanan. Tahun 2018, sebanyak Rp786,2 miliar dana
desa disalurkan kepada 1.063 desa di seluruh Maluku Utara melalui Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara. Sudah empat tahun berjalan, berbagai output dana desa
sudah dapat dinikmati masyarakat desa seperti jalan desa, jalan tani, jembatan desa,
selokan, pelatihan masyarakat dan lainnya.
xix
EXECUTIVE SUMMARY
DASHBOARD MAKRO FISKAL REGIONAL
INDIKATOR Inasi
1 MAKRO
EKONOMI
2,72 %
Suku Bunga
5,00 %
Pertumbuhan Ekonomi Nilai Tukar Rupiah
Rp13.901
2 INDIKATOR
KESEJAHTERAAN
Kondisi Ketenagakerjaan Malut
Tingkat Kemiskian
Desa: 6,91 Kota: 4,24
Gini Rasio
Malut: 0,31 Nasional: 0,38
Indeks Pembangunan Manusia
2018: 67,76 2019: 68,7
~Kebun Cengkeh~
DASHBOARD MAKRO FISKAL REGIONAL
3 PERKEMBANGAN
APBN
Pendapatan Belanja
4 PERKEMBANGAN
APBD
Pendapatan Belanja
~ Danau Ngade~
DASHBOARD MAKRO FISKAL REGIONAL
CAPAIAN
5 OUTPUT
PROGRAM Sektor Pendidikan
Jumlah Pembangunan: 98
Jumlah Penggadaan: 1.022
Sektor Kesehatan
Jumlah Pembangunan: 1.094
Jumlah Penggadaan: 692
Sektor
Infrastruktur
PRIORITAS PEMBANGUNAN
DAERAH MALUKU UTARA
PEMBANGUNAN
SUMBER DAYA MANUSIA
PENGEMBANGAN INVESTASI
PERCEPATAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR
BAB I
SASARAN PEMBANGUNAN
DAN TANTANGAN DAERAH
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
1.1 PENDAHULUAN
fokus pembangunan daerah yang tergambar dari dituangkannya dua misi bidang
ekonomi yaitu Indah dan Nikmat.
Beberapa tujuan dan sasaran strategis yang berpengaruh pada penetapan
kebijakan fiskal serta perkembangan ekonomi regional tertuang dalam tabel berikut :
Visi Misi Tujuan Sasaran Tabel 1.1
Meningkatnya Kualitas SDM
Tujuan dan
Peningkatan Kualitas Meningkatnya jumlah sarana Sasaran
Membangun Masyarakat Sumber Daya Manusia dan prasarana di setiap jenjang Strategis
Cerdas yang berkualitas dan pendidikan Maluku Utara
Mandiri Meningkatnya kualitas
Mewujudkan masyarakat 2015-2019
pelayanan kesehatan dasar dan
yang sehat
lanjutan di setiap kab/kota
Terwujudnya kegiatan usaha
Mendorong pertumbuhan Memperluas kegiatan dan industri yang berbasis SDA
dan pemerataan ekonomi usaha serta mewujudkan Pertanian yang mampu
serta meningkatkan nilai swasembada pangan mewujudkan swasembada
Indah
tambah produksi melalui pangan
pemanfaatan SDA secara Meningkatkan penghasilan Meningkatnya lapangan kerja
berkelanjutan masyarakat dan lapangan yang berpihak pada tenaga kerja
pekerjaan lokal
Mempercepat Terlaksananya pengembangan
Meningkatkan pelayanan
pembangunan jaringan jalan yang menjangkau
sistem jaringan jalan
infrastruktur untuk kawasan strategis
Nikmat
menunjang Meningkatnya jangkauan
Meningkatkan layanan
pengembangan ekonomi layanan listrik dan
listrik dan telekomunikasi
wilayah telekomunikasi
Mewujudkan kehidupan Terwujudnya tata kehidupan
masyarakat yang religius yang religius dan kepedulian
Membangun kehidupan dan berkepedulian sosial sosial yang meningkat
Taqwa
beragama dan berbudaya Terwujudnya seni dan budaya
Mengembangkan seni dan
untuk memperkokoh jati diri
budaya
masyarakat
Meningkatnya integritas dan
Mewujudkan
Mewujudkan pelayanan profesionalisme para aparatur
Pemerintahan yang
publik yang prima Meningkatnya layanan yang
Aman melayani, bersih, dan
berorientasi pada masyarakat
berwibawa melalui
Terciptanya tata kelola sesuai
perbaikan tata kelola Menciptakan organisasi
kaidah good governance
pemerintahan yang
Terwujudnya organisasi yang
menjalankan fungsi
tepat fungsi dan ukuran
pelayanan
(rightsizing)
Sumber : Pemerintah Provinsi Maluku Utara (2019)
Grafik 1.1
PDRB Kab/
Kota di
7% 6% Halmahera Barat Maluku Utara
6% tahun 2018
Halmahera Tengah
6% Kepulauan Sula
Tantangan pemerataan ekonomi merupakan salah satu isu penting dalam aspek
ekonomi di Maluku Utara. Kesenjangan perekonomian terindikasi dari besarnya sumber
pertumbuhan yang disumbangkan oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
sebesar 21,92 persen. Adapun share aktivitas perdagangan di Maluku Utara terpusat
pada Kota Ternate yang merupakan pintu gerbang perdagangan Maluku
Utara. PDRB kota Ternate yang didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran
tercatat sebagai PDRB tertinggi di Maluku Utara yang mencapai 26 persen dari
keseluruhan PDRB di Maluku Utara. Adapun rata-rata PDRB di Kabupaten/Kota lainnya
di Maluku Utara sebesar 7 hingga 8 persen dari total PDRB Maluku Utara.
Tantangan selanjutnya adalah ketergantungan pertumbuhan ekonomi terhadap
sumber-sumber daya alam yang bersifat terbatas seperti pertambangan komoditas nikel.
Pada masa eksploitasi, produksi mineral hasil tambang tentunya memberikan dampak
yang besar bagi perekonomian Maluku Utara. Namun demikian, keterbatasan sumber
daya tersebut menyebabkan dampak ekonomi yang terbatas pula. Selain itu, eksplorasi
dan eksploitasi tambang memiliki dampak lingkungan dan sosial yang tinggi sehingga
kerap sangat terpengaruh oleh kebijakan Pemerintah Pusat.
Grafik 1.2
2.002,97
Kepadatan
Penduduk per
Kabupaten
Kota
(Jiwa/Km2)
Ternate Halbar Tidore Sula Halut Haltim Halsel Taliabu Morotai Halteng
Ternate mencapai 2.002,97 jiwa per km2 atau jauh di atas kepadatan penduduk di
kabupaten/kota lain. Adapun kabupaten/kota selain Kota Ternate yang mempunyai
kepadatan penduduk lebih tinggi dari kepadatan penduduk provinsi adalah Halmahera
Barat (67,19 jiwa per km²), Tidore Kepulauan (60,36 jiwa per km²), Kepulauan Sula
(55,36 jiwa per km²) dan Halmahera Utara (48,01 jiwa per km 2). Sedangkan kabupaten
dengan jumlah kepadatan penduduk terendah adalah Kabupaten Halmahera Timur
(13,71 jiwa per km 2).
Komposisi kelompok umur penduduk provinsi Maluku utara pada tahun 2018 di
dominasi oleh kelompok umur produktif (15 – 64 tahun) yaitu berjumlah 771.987 jiwa
dan disusul oleh kelompok umur (0-14 tahun) yang berjumlah 423.068 jiwa, sedangkan
kelompok umur usia tua (65 tahun keatas) berjumlah 37.577 jiwa. Untuk komposisi
penduduk menurut jenis kelamin jumlah penduduk laki-laki adalah 628.572 jiwa dan
penduduk perempuan adalah 604.060 jiwa.
Grafik 1.3
0 - 14 207.001
(bukan usia produktif) 216.067
Perempuan Laki-laki
Maluku Utara memiliki potensi demografi berupa tingginya jumlah penduduk usia
produktif. Jumlah penduduk yang tergolong produktif (rentang umur 15 – 64 tahun)
mencapai 62,63 persen dari total penduduk yang ada. Sebanyak 51,05 persen dari usia
produktif merupakan penduduk berjenis kelamin laki-laki. Banyaknya penduduk usia
produktif menjadi modal yang sangat berharga dalam mewujudkan sasaran
pembangunan yang ditetapkan.
Grafik 1.4
71,92
71,39
70,81 Perkembangan
70,18 Indeks
Pembangunan
68,7 Manusia
67,76 Maluku Utara
67,2
66,63
Gambar 1.1
Peta Provinsi
Maluku Utara
Secara geografis Provinsi Maluku Utara terletak antara 3o Lintang Utara sampai 3o
Lintang Selatan dan 124o – 129o Bujur Timur. Sementara itu apabila dilihat dari posisi
geostrategis, Provinsi Maluku Utara terletak pada posisi perbatasan negara Indonesia
dengan perairan internasional, yakni terhadap Laut Pasifik (Negara Palau) dan pada
perairan yang relatif tidak jauh dengan perairan negara Filipina. Secara administratif,
Maluku Utara memiliki batas wilayah :
a. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Halmahera;
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Maluku;
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Pasifik; dan
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Seram
Koneksitas antar pulau menjadi tantangan terbesar dalam pembangunan dilihat
dari sudut pandang geografis. Sebaran penduduk yang terbentang dari pulau satu ke
pulau lainnya menimbulkan biaya transportasi yang relatif tinggi dibanding wilayah
daratan. Ketersediaan infrastruktur seperti jalan baru dapat menekan biaya koneksitas
antar daerah dalam satu pulau, tetapi belum mampu menjadi solusi koneksitas antar
pulau. Besarnya biaya transportasi antar pulau turut berdampak pada melambatnya
pergerakan SDM, barang dan jasa, serta perekonomian antar wilayah.
Tantangan pada aspek geografi wilayah membutuhkan penanganan yang
komprehensif dengan mengutamakan aspek peningkatan kualitas SDM. Dengan SDM
yang unggul, kondisi geografis yang dimiliki oleh Maluku Utara dapat diubah menjadi
potensi atau peluang bagi pembangunan daerah. Kualitas SDM di daerah pesisir mutlak
diperlukan untuk dapat mengatasi kesenjangan ekonomi di daerah tersebut. Dengan
SDM yang unggul, maka berbagai potensi ekonomi di wilayah pesisir seperti budidaya
perikanan, eksploitasi ikan tangkap, serta wisata bahari dapat dimanfaatkan dengan
baik.
Sektor perikanan yang tergabung dengan pertanian dan kehutanan menjadi sektor
yang mendominasi struktur perekonomian di Maluku Utara sebesar 21,92%. Namun, laju
pertumbuhan sektor ini hanya sekitar 4 persen atau di bawah laju pertumbuhan rata-rata
yang berkisar 6-7 persen. Pemanfaatan potensi geografis Maluku Utara yang
dianugerahi keanekaragaman hayati laut melalui tangan-tangan SDM yang berkualitas
dengan sendirinya akan mendorong petumbuhan ekonomi Maluku Utara.
4,97 % Pengangguran
6,91 % Kemiskinan
Perkembangan
Pertumbuhan Ekonomi (%) 7,67 7,92 6,13 Negatif
Ekonomi Makro
Inflasi (%) 1,97 4,12 2,02 Positif Regional
Provinsi
Ekspor (ribu ton) 2.486 11.014 13.975 Positif
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar
harga berlaku (ADHB) tahun 2019 Rp39.716 miliar, lebih besar dibanding tahun 2018
sebesar Rp36.497,6 miliar. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) tahun
2019 mencapai Rp26.586miliar, lebih besar dibanding tahun 2018 sebesar
Rp25.050,1miliar. Secara nasional, Produk Domestik Bruto (PDB) ADHB pada tahun
10
Tahun 2019 dari sisi permintaan adalah ekspor luar negeri, investasi (Pembentukan
Modal Tetap Bruto), konsumsi pemerintah, dan konsumsi rumah tangga.
Terjadi peningkatan PDRB ADHB pada komponen ekspor luar negeri menjadi
sebesar Rp12,53Triliun dari tahun sebelumnya Rp9,85Triliun. Distribusi PDRB dari
komponen ekspor juga meningkat menjadi menjadi 31,54 persen. Distribusi PDRB masih
dominan dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga sebesar 54,26 persen.
Meningkatnya hampir seluruh komponen pengeluaran tidak diikuti oleh
komponen net ekspor antar daerah. Selama tiga tahun terakhir, komponen ini selalu
memiliki nilai negatif dan menghambat laju PDRB.
PMTB 9,96 11,73 19,18 7,37 8,13 13,58 14,95 10,26 67,06 30,86 32,14 48,30
Perubahan
-0,12 0,52 -0,71 -0,83 0,37 -0,47 - - - -0,39 1,43 -1,78
Inventori
Ekspor Luar
3,70 9,85 12,53 3,38 7,48 9,06 680,35 121,49 21,15 11,48 26,99 31,54
Negeri
Impor Luar
2,04 4,14 11,49 1,56 2,76 7,73 -35,65 77,40 180,15 6,34 11,35 28,93
Negeri
Net Ekspor
-7,86 -13,03 -14,11 -6,01 -9,22 -10,12 -166,3 -53,24 -9,77 -24,35 -35,71 -35,52
Antar Daerah
PDRB 32,27 36,49 39,71 23,21 25,05 26,58 7,67 7,92 6,13 100 100 100
12
meningkat menjadi level 104,24. Tertahannya harga komoditi utama Maluku Utara
seperti kopra, pala, dan cengkeh turut memberikan andil terhadap turunnya komsumsi
rumah tangga.
Perkembangan
Indeks
Tendensi
115 Konsumen
98,13 104,24
98,08
95
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2016 2016 2016 2017 2017 2017 2017 2018 2018 2018 2018 2019 2019 2019 2019
b) Investasi
Arsyad (1999) menyatakan bahwa investasi merupakan salah satu faktor yang
menentukan dalam perumusan target pertumbuhan ekonomi sebelum melakukan
perencanaan pembangunan ekonomi. Untuk menentukan target secara realistis
dibutuhkan indikator yang berkaitan dengan investasi. Incremental Capital Output Rasio
(ICOR) merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui berapa investasi
yang diperlukan agar ekonomi tumbuh sesuai dengan target yang telah ditentukan.
ICOR merupakan besaran perbandingan pertambahan modal dengan pertambahan
pendapatan. Semakin rendah koefisien ICOR, semakin efisien perekonomian suatu
wilayah pada suatu waktu tertentu.
13
ICOR = I / Δ Y 7,00
Keterangan: 6,00
Grafik 2.3
I : Investasi (PMTB) 5,00 Perkembangan
Δ Y : Perubahan PDRB ICOR Provinsi
Maluku Utara
4,00
2015-2019
3,00 5,96
2,00
3,33 3,19
2,79 2,78
1,00
0,00
2015 2016 2017 2018 2019
Sumber: Aplikasi MEBE dan BPS Provinsi Maluku Utara (2019, diolah)
Grafik 2.3 merupakan hasil perhitungan ICOR dari tahun 2015-2019. ICOR tahun
2019 menunjukkan angka yang cukup tinggi 5,96. Widodo (1990) menyatakan bahwa,
produktivitas investasi dapat dikatakan baik apabila nilai ICOR berada pada kisaran 3 -
4. Nilai ICOR Provinsi Maluku Utara yang di atas 4 merupakan peringatan bagi
Pemerintah untuk memperhatikan hal ini dikarenakan angka ini menunjukkan bahwa
terdapat indikasi investasi di Maluku Utara masih kurang efisien. Investasi yang
dilakukan masih belum mampu meningkatkan PDRB secara signifikan dan dibutuhkan
kajian lanjutan yang lebih mendalam lagi terkait ini.
14
Pemerintah kabupaten di Maluku Utara diminta Gubernur Maluku Utara untuk memberikan dukungan
Boks 2.1
terhadap pengembangan iklim investasi di masing-masing wilayah. Pemprov memberi kemudahan
dan peluang sebanyak-banyaknya investor masuk ke Malut agar kesejahteraan kepada masyarakat Gubernur
mendorong
meningkat. Kebijakan Pemprov tersebut menekankan untuk harus mengikuti prosedur dan aturan Investasi
berlaku . Msluku Utara
Salah satu bentuk investasi di Maluku Utara ialah perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh Korindo
Group melalui unit usaha kelapa sawitnya, PT Gelora Mandiri Membangun (PT GMM). Terletak di
desa Gane Dalam, Kabupaten Halsel, PT GMM mengelola perkebunan kelapa sawit seluas 10.000
Ha. Melalui investasi usaha perkebunan sawit ini perusahaan memproyeksikan dapat menyerap
1.800 tenaga kerja dengan mayoritas menggunakan tenaga kerja lokal sehingga dapat turut
mengurangi jumlah pengangguran dan berdampak pula pada meningkatnya roda perekonomian
daerah ini.
Sumber : https://www.tribunnews.com/regional/2019/11/18/gubernur-minta-bupati-beri-
Komponen ekspor luar negeri Maluku Utara tahun 2019 tumbuh 21,15
persen. Pertumbuhan pada tahun 2019 memang tidak sebesar tahun 2017 dan 2018
yang mencapai di atas 100 persen. Pertumbuhan tahun 2017 dan 2018 terjadi akibat
melimpahnya produksi pengolahan hasil tambang pasca implementasi regulasi ekspor
mineral. Meskipun pertumbuhan operasional smelter stagnan selama tahun 2019,
ekspor mineral Maluku Utara tetap tumbuh. Hal tersebut dipengaruhi relaksasi kebijakan
ekspor melalui Peraturan Menteri ESDM yang memperkenankan ekspor mineral dengan
kadar lebih rendah dari hasil pengolahan smelter.
Kopra - - - -- -- -
15
Ekspor Maluku Utara tahun 2019 didominasi oleh komoditi bahan mineral
golongan barang besi dan baja serta bijih, kerak, dan abu logam. Golongan barang bijih
berupa bijih nikel memberi kontribusi ekspor sebesar 60 persen. Sedangkan 40 persen
sisanya disumbang oleh golongan barang Besi dan Baja.
Negara tujuan ekspor Maluku Utara tahun 2019 masih didominasi oleh negara
Tiongkok dengan kontribusi mencapai 78,6 persen. Sedangkan negara tujuan ekspor
lainnya seperti India, Ukraina dan Korea Selatan mengalami peningkatan nilai ekspor
pada tahun 2019. Dari segi komoditi ekspor, Maluku Utara selama tahun 2019 tercatat
hanya mengekspor nikel dan turunannya.
Maluku Utara sebelumnya selalu mengekspor komoditi kopra, tetapi sejak tahun
2017 kopra tidak lagi menjadi komoditi ekspor. Kualitas kopra Maluku Utara yang tidak
memenuhi standar pasar kopra dunia menjadi penyebab berhentinya aktivitas ekspor
kopra dari Maluku Utara. Pemerintah Daerah harus menetapkan kebijakan untuk
mendorong peningkatan kualitas kopra Maluku Utara. Untuk komoditas perkebunan
lainnya seperti Pala juga menarik untuk diekspor, namun memerlukan perbaikan kualitas
agar memenuhi standar pasar internasional.
Dari sisi impor, pembangunan dan pengoperasian smelter memicu impor barang
untuk komponen bahan bakar mineral serta mesin dan peralatan mekanis yang
mencapai 73,14 persen dari total impor. Kelompok barang impor dengan jumlah yang
besar terdapat pada kelompok barang Mesin dan Peralatan Mekanik yang menyumbang
38,87 persen dari total impor. Peningkatan impor mesin dan peralatan mekanis
berdampak pada meningkatnya investasi berupa barang modal. Hal tersebut diharapkan
mampu mendorong tumbuhnya perekonomian Maluku Utara di masa yang akan datang.
Pertumbuhan sektor pertanian, perkebunan dan perikanan Provinsi Maluku Utara mengalami
peningkatan selama
PERKEMBANGAN tahun 2019.
& ANALISIS Sebagai salah
EKONOMI satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan
REGIONAL
sektor tersebut, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian Provinsi Maluku Utara mendorong
adanya ekspor langsung komoditas perkebunan. Selaput biji pala (Fully Pala) menjadi komoditas
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
Boks 2.2
Ekspor Produk
Pertanian dari
Maluku Utara
PDRB sisi penawaran merupakan nilai produk barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu daerah selama periode waktu tertentu.
Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara Tahun 2019 didukung oleh seluruh lapangan
usaha yang disajikan dalam tabel berikut:
Pengadaan Air,
Pengolahan
0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 7,11 5,09 5,46 0,08 0,07 0,07
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
Konstruksi 2,13 2,43 2,73 1,55 1,69 1,85 8,24 9,05 9,21 6,62 6,67 6,89
Perdagangan Besar
dan Eceran, 5,62 6,31 6,96 4,16 4,53 4,86 6,46 8,28 7,77 17,4 17,2 17,5
Reparasi
17
Transportasi dan
2,01 2,21 2,41 1,34 1,45 1,54 8,01 7,48 6,02 6,26 6,06 6,09
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi dan 0,14 0,16 0,17 0,10 0,11 0,12 9,72 6,52 7,21 0,46 0,44 0,44
Makan Minum
Informasi dan
1,17 1,27 1,37 1,02 1,09 1,17 6,67 6,14 7,61 3,65 3,49 3,45
Komunikasi
Jasa Keuangan 1,01 1,10 1,18 0,70 0,74 0,78 5,28 5,56 5,26 3,13 3,04 2,99
Real Estate 0,03 0,04 0,04 0,02 0,02 0,03 8,19 6,35 5,37 0,11 0,11 0,11
Jasa Perusahaan 0,10 0,11 0,12 0,07 0,08 0,08 6,64 6,06 4,70 0,32 0,31 0,30
Adm.Pemerintahan,
Pertahanan, dan
5,10 5,63 6,38 3,64 3,89 4,18 5,57 6,84 7,44 15,8 15,4 16,1
Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Pendidikan 1,17 1,24 1,33 0,78 0,82 0,86 5,63 4,63 5,19 3,65 3,42 3,35
Jasa Kesehatan
dan Kegiatan 0,66 0,74 0,81 0,49 0,53 0,57 6,20 7,94 6,76 2,05 2,03 2,06
Sosial
Jasa Lainnya 0,24 0,27 0,30 0,19 0,21 0,23 6,14 9,92 8,18 0,77 0,75 0,77
PDRB 32,27 36,49 39,71 23,21 25,05 26,58 7,67 7,92 6,13 100 100 100
Distribusi PDRB tahun 2019 dari sisi penawaran tertinggi masih terdapat
pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 21,9
persen dari total PDRB. Namun demikian, distribusi pada lapangan usaha ini
selalu menurun selama tiga tahun terakhir. Pertumbuhan sebesar 4,04 persen pada
jenis lapangan usaha ini relatif lebih kecil dibanding pertumbuhan pada lapangan
usaha seperti pada industri pertambangan dan konstruksi.
18
PDRB per kapita Maluku Utara tercatat sebesar Rp31,48 juta, meningkat
dari tahun sebelumnya sebesar Rp29,49 juta (tabel 2.6). Dibandingkan dengan
provinsi di kawasan regional, PDRB per kapita Maluku Utara lebih tinggi dibanding
Maluku. Namun PDRB per kapita Maluku Utara masih tertinggal apabila apabila
dibandingkan dengan Sulawesi Utara dan Papua Barat.
Selama empat tahun terakhir, tercatat hanya tiga dari sepuluh kabupaten/kota
yang memiliki PDRB per kapita di atas rata-rata Provinsi Maluku Utara (tabel 2.7).
Ketiga kabupaten tersebut adalah Kota Ternate, Kabupaten Halmahera Tengah,
dan Kabupaten Halmahera Timur. PDRB per kapita Kota Ternate tahun 2018
sebesar Rp42,56 juta disebabkan aktivitas bisnis dan perdagangan Maluku Utara
yang terpusat di Kota Ternate. Sementara itu, aktivitas penggalian dan pengolahan
mineral mendorong tingginya PDRB per kapita pada kabupaten Halmahera Tengah
dan Halmahera Timur.
19
42,56 N/A
Ternate 33,31 36,13 38,94
Terjadi disparitas yang sangat tinggi antara kabupaten/kota dengan PDRB per
kapita tertinggi dengan kabupaten/kota dengan PDRB terendah. Tingginya laju
PDRB pada sektor pertambangan dan pengolahan hasil tambang turut
memperlebar gap PDRB per kapita kabupaten/kota di Maluku Utara. Peningkatan
PDRB per kapita tidak dapat langsung diartikan sebagai peningkatan kemakmuran
atau kesejahteraan masyarakat Maluku Utara. Pendekatan lain untuk
menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah menggunakan
Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita. Perhitungan PNB per kapita pada
040 60,000
Grafik 2.4
31.04 %
030
19.5 % 40,000 Rasio
Pendapatan per
020 Kapita terhadap
PDRB per Kapita
20,000
010 menurut
Kabupaten/ Kota
di Maluku Utara
000 -
Dengan menggunakan dua indikator ekonomi utama yaitu pendapatan per kapita dan Boks 2.3
tingkat pertumbuhan ekonomi, dapat dilakukan klasifikasi atau pemetaan daerah berdasarkan
Tipologi Klassen. Alat Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang Analisis
Tipologi
pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Kriteria yang digunakan adalah
Klassen dan
sebagai berikut: Penciptaan
1. Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh, yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan Klaster
Perekonomian
ekonomi dan tingkat pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata
kabupaten/kota. Kabupaten Halmahera Tengah dan Kota Ternate merupakan daerah cepat
maju dan cepat tumbuh.
2. Daerah Maju Tapi Tertekan, yaitu daerah yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi,
tetapi tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota.
Masuknya Kabupaten Halmahera Timur dan Halmahera Utara ke dalam jenis daerah ini tidak
terlepas dari telah beroperasinya smelter yang mampu mendongkrak PDRB.
Beralihnya pola pemetaan daerah tidak terlepas dari pesatnya pertumbuhan PDRB pada Kab.
Halmahera Selatan, Kota Ternate dan Kab. Halmahera Timur yang mampu menaikkan rata-rata
PDRB di Maluku Utara. Pesatnya pertumbuhan tersebut tidak diimbangi oleh pertumbuhan di
daerah lainnya. Ekonomi Maluku Utara didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu: (1)
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (2) Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil-Sepeda
Motor, (3) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan (21,92 persen) menjadi lapangan usaha tertinggi di Maluku Utara.
Sektor ini tentunya menjadi pengungkit dalam peningkatan PDRB di beberapa daerah.
Perdagangan besar eceran, menjadi lapangan usaha tertinggi di Kota Ternate sehingga kota
Ternate dapat dijadikan sebagai klaster perdagangan. Lapangan usaha administrasi
pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib menjadi lapangan usaha tertinggi di Kota
Tidore Kepulauan seiring ibukota Provinsi Maluku Utara yang berada di Sofifi Tidore, sehingga
Kota Tidore Kepulauan dapat dijadikan pusat Pemerintahan. Kabupaten Halmahera Utara,
Halmahera Timur dan Halmahera Tengah dapat dijadikan pusat pertambangan emas dan nikel.
Halmahera Barat dan Halmahera Selatan dapat dijadikan sebagai pusat pertanian dan
perkebunan. Sedangkan Kepulauan Sula, Pulau Taliabu dan Pulau Morotai berpotensi untuk
dijadikan pusat perikanan.
21
Suku bunga acuan BI 7-Day Repo Rate stagnan di angka 6,00 persen selama
semester I tahun 2019. Pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2019 Suku bunga acuan
turun 25 basis poin berturut-turut. Setelah itu suku bunga konstan di angka 5,00 persen
dari Oktober 2019 sampai tutup tahun 2019 (dapat dilihat di grafik 2.6).
%
Grafik 2.6
18,000
SBI/ 7days Pergerakan
16,000 RR Suku Bunga
14,000 dan Inflasi
Kredit Modal Maluku Utara
12,000 Kerja
10,000
Kredit
8,000 investasi
6,000
Kredit
4,000 konsumsi
2,000
Inflasi
- Nasional
Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 Mei-19 Jun-19 Jul-19 Agu-19 Sep-19 Okt-19 Nov-19 Des-19
Inflasi Malut
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara dan Bank Indonesia Perwakilan Maluku Utara (2019)
22
2.1.3 Inflasi
Inflasi di Maluku Utara hanya diwakili oleh Kota Ternate karena penjelasan dari
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku Utara, Kabupaten dan Kota selain Kota
Ternate belum representatif untuk dijadikan sampel pengukuran kota inflasi. Dengan
demikian sampai saat ini seluruh kajian mengenai inflasi di Maluku Utara yang
menggunakan data BPS, pengukurannya hanya akan diwakili oleh Kota Ternate dan
dianggap sudah mewakili seluruh Maluku Utara.
Pada grafik 2.7, tingkat inflasi (y-o-y) Maluku Utara pada tahun 2019 yang
diwakili kota Ternate mencapai 2,02 persen atau menurun dibanding inflasi (y-o-y)
tahun 2018 sebesar 4,12 persen. Angka inflasi tahun 2018 menjadi yang tertinggi
selama tiga tahun terakhir dan lebih tinggi daripada inflasi nasional pada akhir 2018.
Tetapi tahun 2019, inflasi kota ternate lebih rendah dibanding inflasi nasional sebesar
2,72 persen. Dibandingkan kota lain di kawasan regional, inflasi di Kota Ternate
tergolong rendah.
Penurunan inflasi 2019 kota Ternate dipicu oleh pergerakan harga pada
kelompok/sub kelompok pengeluaran. Berdasarkan grafik 2.8 dibawah, terlihat bahwa
laju inflasi bulanan (m-to-m) tertinggi pada Nasional maupun Maluku Utara terjadi di
bulan Mei 2019. Bulan Mei 2019, laju inflasi nasional berada pada level sebesar 0,59
persen sedangkan untuk Maluku Utara tingkat inflasi di bulan Mei sebesar 0,95 persen.
uangnya didorong dengan penerimaan THR dan Gaji 13/14 Karyawan Swasta dan PNS
dan mengakibatkan terjadinya lonjakan harga bahan makanan/minum, pakaian dan
transportasi.
1
Grafik 2.8
% 0,5 Laju Inflasi (m-
to-m) Malut
tahun 2019
0
-0,5
-1
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Malut 0,76 0,24 -0,03 0,34 0,6 0,49 -0,12 0,43 -0,78 0,01 0,42 0,14
Nasional 0,32 -0,08 0,11 0,44 0,68 0,55 0,31 0,12 -0,27 0,02 0,14 0,34
Jika dilakukan analisis untuk periode jangka pendek, menurut Philips (1958)
tingkat inflasi dan tingkat pengangguran memiliki hubungan yang negatif. Menurunnya
permintaan tenaga kerja seiring dengan menurunnya upah pekerja dan menurunnya
daya beli masyarakat sehingga menurunkan tingkat inflasi. Teori ini sejalan dengan
kondisi yang terjadi di Maluku Utara untuk periode jangka pendek. Meningkatnya jumlah
pengangguran dan kemiskinan, menurunkan daya beli masyarakat sehingga
menurunkan angka inflasi.
Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar mengalami tren naik turun di sepanjang
tahun 2019 dengan puncaknya menguat terjadi pada Desember 2019 sebesar
Rp13.831/US$. Penguatan tersebut tergolong cukup tinggi mengingat nilai tukar di
sepanjang tahun 2018 berkisar di level Rp14.000an per US Dollar. Penguatan Rupiah
ini sejalan dengan adanya penurunan Suku Bunga Acuan oleh Bank Indonesia.
Sebagaimana ditampilkan dalam grafik 2.9 terdapat tren penurunan SBI oleh Bank
Indonesia.
24
$200.000.000 Rp15.500
$180.000.000 15151,0
Rp15.000
$160.000.000 14854,0
$60.000.000 Rp13.000
$40.000.000
Rp12.500
$20.000.000
$0 Rp12.000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara dan Bank Indonesia (2019, diolah)
Inflasi yang mengalami penurunan (y to y) pada tahun 2018 ke 2019 juga ikut
mempengaruhi penguatan nilai Rupiah. Dari sisi fiskal regional, dampak menguatnya
nilai rupiah sepanjang tahun 2019 tidak terlalu berdampak pada APBD.
25
64
62
60
2014 2015 2016 2017 2018 2019
IPM Malut IPM Nasional Linear (IPM Malut) Linear (IPM Nasional)
Berdasarkan grafik 2.10 di atas, apabila ditarik garis tren terhadap perkembangan
IPM, pertumbuhan IPM Maluku Utara lebih tinggi dibanding pertumbuhan IPM Nasional.
Peningkatan pertumbuhan IPM Maluku Utara tercatat sebesar 20 basis poin dari
petumbuhan IPM Nasional. Namun demikian, IPM Maluku Utara sejak tahun 2014
sampai dengan 2019 masih berada di bawah IPM Nasional. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pembangunan manusia di Maluku Utara masih tertinggal dari Provinsi lain di
Indonesia. Laju pertumbuhan IPM harus lebih ditingkatkan agar Provinsi Maluku Utara
dapat mengejar ketertinggalannya dibandingkan provinsi lain.
26
Menurut UNDP, IPM suatu daerah dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori
yaitu sangat tinggi (IPM ≥ 80), tinggi (70 ≤ IPM < 80), sedang (60 ≤ IPM < 70) dan rendah
( IPM < 60). Tabel 2.8 di atas menunjukkan bahwa IPM tahun 2019 Provinsi Maluku
Utara di kawasan regional tergolong kelompok sedang. Provinsi Sulawesi Utara
tergolong tinggi sebesar 72,99 dan Papua Barat tergolong rendah dibanding Provinsi
lain di kawasan regional karena IPM Papua Barat sebesar 64,70 (Gambar 2.1).
Dengan kondisi IPM Provinsi Maluku Utara tahun 2019 hanya lebih tinggi dari
Papua Barat, dapat disimpulkan bahwa pembangunan manusia di Maluku Utara masih
di level kurang. Sektor Pendidikan dan Kesehatan harus menjadi perhatian semua pihak
terkait sebab akan mempengaruhi IPM. Penyelarasan program untuk mencapai output
yang diharapkan sangat penting untuk segera dilaksanakan.
27
Indeks
Sangat Tinggi:Ternate
Pembangunan
Manusia
Gambar 2.1
Tinggi: Tikep Klasifikasi IPM
Provinsi
Indeks Maluku Utara
Pendapatan
Indeks Sedang : Halbar,
Kesehatan
Haltim,Halsel,Halut,
Indeks Halteng,Morotai,Sula,
Pendidikan Taliabu
Rendah
28
100% 80
Grafik 2.11
80%
60 Perbandingan
60% Jumlah
40 Penduduk
40% Miskin
Perkotaan
20 dan Pedesaan
20%
dan Kawasan
0% 0 Regional
Mar 2016 Sep 2016 Mar 2017 Sep 2017 Mar 2018 Sep 2018 Mar 2019 Sep 2019
Penduduk Miskin Kota Penduduk Miskin Desa Malut
Nasional Papua Barat Sulawesi Utara
Jumlah penduduk miskin di perkotaan tahun 2019 meningkat menjadi 15,37 ribu
orang dari sebelumnya tahun 2018 sebanyak 14,9 ribu orang. Hal yang sama juga terjadi
pada tahun 2019 di perdesaan yang penduduk miskinnya meningkat menjadi 71,8 ribu
orang dari sebelumnya 67,03 ribu orang pada tahun 2018. Secara keseluruhan,
persentase penduduk miskin perkotaan meningkat terhadap total penduduk miskin di
Maluku Utara. Meningkatnya angka kemiskinan di Maluku Utara dipicu oleh penurunan
Nilai Tukar Petani selama tahun 2019 dan kurangnya lapangan pekerjaan untuk
menyerap angkatan kerja di kota dan desa.
29
Pada tahun 2018 dan 2019 terdapat tiga kabupaten di Maluku Utara yang jumlah
penduduk miskinnya di atas 10 ribu jiwa, yaitu Kabupaten Halmahera Timur, Halmahera
Selatan, dan Halmahera Barat (tabel 2.9). Keberadaan perusahaan tambang di
Kabupaten Halmahera Timur tidak mampu menurunkan jumlah penduduk miskin
dikarenakan ada indikasi menggunakan tenaga kerja dari luar daerah. Alasan lain ialah
penduduk lokal masih nyaman sebagai petani atau bekerja di kebun yang mana NTP
masih di bawah 100 sehingga petani defisit sebab harga produksi lebih tinggi daripada
harga jual produk.
30
keparahan kemiskinan di perkotaan menurun menjadi 0,026 dari sebelumnya 0,093. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin
cenderung semakin lebar di perdesaan.
0,45
Grafik 2.12
0,4 Perkembangan
Rasio Gini
Provinsi
0,35 0,38 Maluku Utara,
Reginal, dan
Nasional
0,3
0,310
0,25
2015 2016 2017 2018 2019
Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
Rasio Gini
Kabupaten/Kota
2016 2017 2018 2019
Tabel 2.11
Halmahera Barat 0.26 0.24 0.27 0.25
Perkembangan
Halmahera Tengah 0.26 0.29 0.27 0.29 Rasio Gini
menurut
Kepulauan Sula 0.26 0.27 0.27 0.29 Kabupaten dan
Kota di Maluku
Halmahera Selatan 0.21 0.24 0.27 0.26 Utara
Halmahera Utara 0.26 0.27 0.28 0.24
31
Rasio Gini di hampir seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara pada tahun 2019
tergolong rendah dengan nilai di bawah 0,3. Perlu diperhatikan bahwa antara tahun
2016-2018 terjadi tren peningkatan Rasio Gini di Maluku Utara dan pada tahun 2019,
Rasio Gini Maluku Utara turun di angka 0,310 dari sebelumnya 0,312. Penurunan
ketimpangan pendapatan harus diupayakan, salah satunya melalui instrumen fiskal.
Untuk mendapatkan SDM unggul ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
intelegensia yang baik, fisik yang sehat, kemampuan bekerja dan nilai-nilai spiritual.
Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 47% penduduk ASEAN harus mampu
memanfaatkan bonus demografi. "Yang sangat penting dalam pemberdayaan
masyarakat di era industri 4.0 yaitu pembangunan karakter. Jati diri bangsalah yang
mampu menjadikan negara tersebut maju.
32
588 549,7
600 557,1 544,9
530,7 541,4 14 Grafik 2.13
493,4 518,98 513,6 524,5 516,2
481,5 12
10 Perkembangan
500 Kondisi
8
Ketenagakerjaan
6 Maluku Utara
4
400 2
Feb-14 Agt Feb-15 Agt Feb-16 Agt Feb-17 Agt Feb-18 Agt Feb-19 Agt
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tingkat
Kabupaten/Kota TPAK(%)
Pengangguran (%)
Setelah disajikan data mengenai kondisi tenaga kerja di Maluku Utara, dapat
diindikasikan bahwa tenaga Kerja yang tersedia belum bisa memenuhi permintaan dari
pasar. Perlu adanya komitmen dari pihak-pihak terkait untuk meningkatkan kualitas
tenaga kerja. Kerja sama dengan industri dapat menjadi salah satu rekomendasi
penyediaan tenaga kerja. Industri yang paham akan kebutuhan tenaga kerjanya
33
diharapkan mampu ikut memoles penduduk angkatan kerja yang tersedia dengan
koridor regulasi dan pegawasan Pemerintah Daerah.
Sumber : RKPD, PPAS, KUA Prov Malut, BPS Malut 2019 (diolah)
Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari lima indikator makro yang ditetapkan
targetnya pada KUA Provinsi Maluku Utara, tiga di antaranya masih sesuai target yaitu
inflasi, ekspor dan IPM.
Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara diliputi optimisme yang sangat tinggi.
Pada proses penyusunan APBD pada media Oktober hingga November 2018,
pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan III-2018 mencapai 8,17 persen (y-o-
y). Berbagai catatan positif juga ditorehkan indikator makro ekonomi lainnya, sehingga
penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) berpijak pada asumsi yang optimis. Ini yang
melandasi Target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan sesuai KUA tinggi.
Kebijakan Pendapatan
34
Kebijakan Investasi
Khusus untuk kebijakan membuka kran investasi agar menarik investor masuk ke
Maluku Utara perlu analisis lebih lanjut. Efisiensi investasi tersebut perlu diukur agar
dapat diketahui ketepatan sasaran investasi bagi peningkatan ekonomi Maluku Utara.
Ini disebabkan adanya time lag dalam investasi yang belum memberikan dampak
langsung bagi masyarakat di tahun bersangkutan.
Kebijakan Belanja
35
Pendapatan negara tahun 2019 terealisasi Rp2.566,47 Miliar atau 117,09 persen
dari target. Realisasi tersebut meningkat dibandingkan tahun 2018 yang terealisasi
Rp2.045,34 miliar atau 104,5 persen dari target. Penerimaan perpajakan masih menjadi
penyokong utama pendapatan negara dengan porsi sebesar 92,03 persen.
Penerimaan
120 251 210 148,742 212,530 142,9 140,27 204,45 145,75
Bukan Pajak
Hibah - - - - - - - - -
Belanja Negara 14.624 14.180 97 15.825,53 15.626,32 98,69 16.152,77 15.925,67 98,59
Belanja
Pemerintah 4.918 4.614 94 5.818,29 5.595,90 96.04 5.356,53 5.178,86 96,68
Pusat
Transfer ke
9.706 9.556 99 10.007,24 10.030,41 100.23 10.796,24 10.746,81 99,54
Daerah
Sumber: OM SPAN 2019, Rincian Alokasi Transfer dalam APBN dan APBN-P 2018, KFR Tahunan 2018, KPP
Ternate, KPP Tobelo, KPBC Ternate, 2019 (diolah)
36
ke daerah tahun 2019 terealisasi sebesar Rp10.746,81 miliar atau 99,54 persen dari
pagu 2019, realisasi ini tidak maksimal karena ada beberapa proyek DAK Fisik yang
tidak/gagal salur.
Pajak Lainnya 11,99 11,55 96 16,290 12,517 76,84 15,80 14,16 89,62
Penerimaan Pajak
Perdagangan 37,49 92,79 247 192,991 460,841 238,79 457,21 711,43 155,60
Internasional
Bea Masuk 11,52 74,39 646 12,990 14,216 109,43 10,72 136,10 1269,21
Bea Keluar 25,98 18,40 71 180 446,490 248,05 446,49 575,33 128,86
Jumlah
Penerimaan 1.506,99 1.376,44 91 1.808,59 1.832,81 101,34 2.051,69 2.362,03 115,13
Perpajakan
Sumber: Diolah dari data OM SPAN 2018, KFR Tahunan 2018, KPP Ternate, KPP Tobelo, KPBC Ternate, 2018
37
800,00
Grafik 3.1
700,00
Penerimaan
600,00 Perpajakan
500,00 Pemerintah
Pusat Per
Miliar
400,00 Lokasi di
Provinsi
300,00 Maluku Utara
200,00 Tahun 2019
(dalam Miliar
100,00 Rupiah)
-
Penerimaan Pajak
38
yang merupakan salah satu penyumbang pajak terbesar hanya berkontribusi sebesar
6,88 persen. Mengacu pada data tersebut, sektor pertanian dan sektor perdagangan
besar masih dapat digali lagi potensi perpajakannya.
Sumber: Diolah dari data OM SPAN 2019, BPS Prov. Maluku Utara 2019, KPP Ternate, KPP Tobelo, 2019
Kinerja Perpajakan
Tax ratio di Maluku Utara tahun 2019 adalah sebesar 5,95 persen, angka tersebut
lebih tinggi dibanding angka tax ratio tahun 2018 yang sebesar 5,02 persen dan tahun
2017 yang mencapai 4,27 persen. Kondisi ini berbeda dengan tax ratio secara nasional
yang turun dari tahun sebelumnya menjadi 10,7 persen. Penerimaan Pajak mengalami
peningkatan sebesar 28,9 persen sedangkan peningkatan PDRB sebesar 8,8 persen,
kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pajak yang dihimpun sudah sejalan dengan
meningkatnya perekonomian.
Sumber: Diolah dari BPS Prov. Maluku Utara, KFR,KPP Ternate, KPP Tobelo (2019)
39
40
Sumber: Diolah dari data OM SPAN 2019, KFR 2018, LRA Pendapatan SPAN 2019
Selain dari perpajakan dan PNBP, pendapatan negara juga bersumber dari hibah,
namun tahun 2019 tidak terdapat penerimaan hibah di maluku utara.
17000 100,00%
99,00%
16000 98,00%
15000 97,00% Grafik 3.3
96,00%
14000 95,00% Perkembangan
Pagu dan
13000 94,00% Realisasi
93,00% Anggaran
12000 92,00% Belanja APBN
2016 2017 2018 2019 Provinsi Maluku
Utara
Pagu Realisasi % Realisasi
41
42
22,68 persen serta pendidikan sebesar 11,41 persen. Pada tahun 2019 alokasi fungsi
pelayanan umum menjadi yang terbesar diikuti oleh alokasi fungsi ekonomi.
Sumber: Diolah dari data OM SPAN 2019, KFR Maluku Utara 2018, Monev PA 2019 (diolah)
Selanjutnya dari sisi realisasi belanja, Fungsi Ketertiban dan Keamanan meraih
capaian realisasi belanja tertinggi yaitu sebesar 102,78 persen. Tingginya realisasi
fungsi ini lebih disebabkan alokasi dananya hanya untuk membiayai belanja pegawai
dan belanja operasional satker-satker. Sementara itu, Fungsi Kesehatan menunjukkan
peningkatan kinerja realisasi anggaran dibanding tahun sebelumnya. Bila pada tahun
2018 hanya terealisasi 89,51 persen, tahun ini realisasi Fungsi Kesehatan mencapai
95,51 persen.
43
Namun pagu belanja barang tahun 2019 lebih rendah dari pagu belanja 2018.
Sedangkan belanja modal 2019 juga mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
alokasi tahun 2018.
Sumber: Diolah dari data OM SPAN (2018-2019), KFR Maluku Utara (2018)
Pada tahun 2019, kinerja penyerapan anggaran per jenis belanja untuk
penyerapan tertinggi dimiliki oleh belanja pegawai dengan realisasi mencapai 100,32
persen. Dari total tersebut hampir 40 persen merupakan belanja Gaji Pokok PNS, TNI
dan Polri. Selain itu belanja dengan realisasi tertinggi lainnya ialah belanja Bantuan
Sosial dengan realisasi mencapai 98,62 persen, yang komposisinya terdiri dari bantuan
beasiswa Bidik Misi untuk mahasiswa, bantuan Program Indonesia Pintar melalui Kartu
Indonesia Pintar, hingga bantuan untuk pemberdayaan warga komunitas adat terpencil.
Bersama dengan belanja lainnya, belanja bantuan tersebut diharapkan dapat
berkontribusi dalam pengurangan angka kemiskinan dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia.
44
Rasio Kelolaan Non Belanja Pegawai (APBN 0,44 0,48 0,47 Tabel 3.6
terhadap APBD)
Rasio Belanja
Pemerintah di
Rasio Belanja Modal (APBN terhadap APBD) 0,57 0,84 0,48 Maluku Utara
Tahun 2019
Rasio Belanja (APBN dan APBD) Terhadap 14.319.403 14.640.430 13.463.499
Populasi
Sumber: Diolah dari data OM SPAN 2019, KFR 2017, BPS Prov. Maluku Utara 2019
Rasio Kelolaan Non belanja Pegawai dan Rasio Belanja Modal tahun 2019
menurun dibanding tahun 2018. Rasio Kelolaan Non Belanja Pegawai menunjukkan
bahwa porsi dana yang dikelola oleh pemerintah daerah dalam rangka membiayai
belanja non pegawai lebih banyak bersumber dari APBD dibanding dengan dana APBN
yang diperoleh melalui kewenangan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Dari Rasio Belanja Modal pada APBN terhadap Belanja Modal pada APBD
sebesar 0,48 menunjukkan bahwa motor pertumbuhan belanja modal maluku utara,
sedikit didominasi oleh belanja modal pemda dibandingkan belanja modal pemerintah
pusat. Sementara Rasio Total Belanja terhadap populasi di Maluku Utara tahun 2019
sebesar 13.463.499, artinya setiap satu orang penduduk di Provinsi Maluku Utara dapat
dibiayai menggunakan dana dari belanja pemerintah pusat dan pemerintah daerah
sebesar angka tersebut selama satu tahun.
Dalam struktur PDRB ADHB Maluku Utara tahun 2019, tiga sektor
ekonomi/lapangan usaha dengan porsi terbesar yang sekaligus menjadi kontributor
terbesar perekoniman prov Malut 2019 yaitu (1) pertanian, kehutanan dan perikanan (2)
perdagangan besar, eceran serta reparasi dan (3) administrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan sosial wajib.
Perbandingan
Porsi Porsi
Sektor/Lapangan Usaha Fungsi Subfungsi PDRB dengan
(%) (%) Belanja
Pemerintah Pusat
Pertanian, Kehutanan dan 21,89 6,91 Ekonomi - Pertanian, Kehutanan, di Maluku Utara
Perikanan Perikanan dan Kelautan Tahun 2018
- Pengairan
45
Sumber: OM SPAN 2019, dan BPS Prov. Maluku Utara (2019, diolah)
Data menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear antara belanja modal dan
PDRB ADHB yang terjadi sejak tahun 2012-2019, yaitu kenaikan atau penurunan atas
PDRB ADHB sejalan dengan kenaikan atau penurunan atas belanja modal. Namun,
pada tahun 2016 terjadi anomali atas hubungan linear tersebut karena PDRB ADHB
tahun 2016 justru meningkat di saat terjadi penurunan belanja modal. Fenomena
kenaikan PDRB 2016 tersebut didorong oleh proses panjang percepatan pembangunan
infrastruktur di Maluku Utara melalui peningkatan belanja modal tahun 2014 dan 2015
sehingga efek multiplier yang berkelanjutan terjadi di tahun 2016.
46
Scatter Plot Hubungan Belanja Modal dan Scatter Plot Hubungan Pengeluaran
PDRB Periode Tahun 2012-2019 Pemerintah dan Inflasi Tahun 2019
50000 0,1
40000 0
30000 0 500 1000 1500 2000
Inflasi
-0,1
20000
10000 -0,2
0 -0,3
0 1000 2000 3000 4000 Belanja Pemerintah (Dalam MIliar)
Sumber: Diolah dari OM SPAN dan BPS Prov. Maluku Sumber: Diolah dari OM SPAN dan BPS Prov. Maluku
Utara ( 2019) Utara (2019)
Indikator ekonomi regional lainnya yang berkaitan dengan kebijakan fiskal ialah
inflasi daerah. Walaupun inflasi merupakan fenomena yang terjadi karena unsur
moneter, pandangan tradisional menyatakan bahwa kebijakan fiskal turut memegang
peranan penting dalam penentuan harga melalui budget constraint. Secara sederhana,
teori ini menyatakan bahwa penyebab utama money supply adalah otoritas fiskal.
Dengan kata lain peningkatan realisasi belanja pemerintah menyebabkan
bertambahnya uang beredar dan berdampak pada peningkatan permintaan masyarakat
sehingga ikut memengaruhi laju inflasi.
Berdasarkan scatter plot IHK dan realisasi belanja bulanan tahun 2019 di grafik
3.7, dapat ditarik garis tren hubungan antara pengeluaran pemerintah dengan Indeks
Harga Konsumen. Garis tren menunjukkan adanya hubungan positif antara peningkatan
Indeks Harga Konsumen yang menandakan laju inflasi yang terjadi seiring dengan
kenaikan realisasi belanja pemerintah untuk setiap bulannya.
47
Pada tahun 2019, realisasi dana transfer dari Pemerintah Pusat kepada seluruh
pemerintah daerah di wilayah Maluku Utara mencapai 99,54 persen atau Rp10,75
Triliun. Angka tersebut lebih tinggi dibanding tahun 2018 yang terealisasi sebesar
Rp10,03 Triliun.
8.000,00
6.000,00 Grafik 3.8
Pertumbuhan
2.000,00 Dana Transfer
Provinsi Maluku
0,00
Utara
DBH DAU DAK Dana Insentif Dana Desa
Daerah
2018 2019
Peningkatan realisasi dana transfer terbesar terjadi pada Dana Bagi Hasil (DBH)
yang meningkat dari Rp488,69 Miliar menjadi Rp526,974 Miliar. Selain dana DBH,
kenaikan juga terjadi pada semua jenis dana transfer. Pada Dana Alokasi Umum naik
dari Rp6,35 Triliun menjadi 6,54 Triliun. Dana Alokasi Khusus naik dari Rp2,2 Triliun
menjadi Rp2,6 Triliun. Dana Insentif Daearh dan Dana Desa juga mengalami kenaikan.
Dana Insentif Daerah naik menjadi Rp139 Miliar dari sebelumnya Rp135 Miliar.
Sedangkan dana Desa naik menjadi Rp891 Miliar dari sebelumnya Rp785 Miliar.
Pagu Dana Alokasi Umum Tahun 2018 sebesar Rp6.356 miliar dengan realisasi
sebesar Rp6.356 miliar atau sebesar 100 persen. Sedangkan pagu tahun 2019
sebesar Rp6.548 miliar dengan realisasi sebesar Rp6.569 miliar atau sebesar
100,31 persen. Pagu tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp192 miliar dari
tahun 2018 atau sebesar 2.94 persen. Penyaluran dan penyerapan DAU tahun 2019
serta tahun sebelumnya relatif tidak mengalami kendala.
Alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) di Provinsi Maluku Utara terdiri atas DBH Pajak
dan DBH Sumber Daya Alam. Alokasi DBH Tahun 2018 sebesar Rp424 miliar
dengan realisasi sebesar Rp488 miliar (115,17 persen), terdiri atas pagu DBH Pajak
sebesar Rp154 miliar dengan realisasi sebesar Rp138 miliar dan DBH Sumber Daya
Alam (SDA) sebesar Rp.269 miliar dengan realisasi Rp350 miliar.
Sedangkan alokasi DBH Tahun 2019 sebesar Rp482 miliar dengan realisasi
sebesar Rp449 miliar(93,15 persen), terdiri atas DBH Pajak Rp145 miliar dengan
realisasi sebesar Rp105 miliar dan DBH SDA Rp337 miliar dengan realisasi sebesar
Rp344 miliar. Pagu DBH tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp58 miliar atau
sebesar 13,79 persen.
Jenis Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik terdiri atas Reguler, Penugasan, dan Afirmasi,
dengan daftar sesuai tabel berikut:
Pagu dan Realisasi DAK Fisik Reguler Maluku Utara TA 2018-2019 (dalam miliar rupiah)
2018 2019 Tabel 3.9
No Pemda
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
1 Provinsi Maluku Utara 98.12 97.84 99.72% 184.09 182.66 99.23% Pagu dan
Realisasi DAK
2 Kota Ternate 47.65 47.57 99.84% 55.43 54.94 99.11% Fisik Reguler
3 Kota Tidore Kepulauan 43.59 42.30 97.04% 77.69 75.70 97.44% Maluku Utara
4 Kab. Halmahera Tengah 43.19 42.83 99.16% 72.71 71.74 98.66%
5 Kab. Halmahera Barat 84.21 83.72 99.41% 88.93 87.87 98.81%
6 Kab. Halmahera Selatan 36.91 35.80 96.98% 75.10 74.49 99.19%
7 Kab. Kepulauan Sula 41.25 29.20 70.79% 54.56 53.82 98.63%
8 Kab. Pulau Taliabu 27.37 26.07 95.26% 68.64 66.71 97.19%
9 Kab. Halmahera Timur 28.90 26.84 92.86% 57.71 57.46 99.57%
10 Kab. Halmahera Utara 69.13 67.68 97.90% 62.03 61.40 98.98%
11 Kab. Pulau Morotai 54.94 54.89 99.91% 77.42 77.31 99.86%
Jumlah 575.26 554.73 96.43% 874.30 864.10 98.83%
Sumber: Diolah dari data OM SPAN 2019, Laporan Analisis Spasial APBN Tahun Anggaran 2019
49
Pagu dan Realisasi DAK Fisik Penugasan Maluku Utara TA 2018-2019 (dalam miliar rupiah)
2018 2019 Tabel 3.10
No Pemda
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
Pagu dan
1 Provinsi Maluku Utara 169,32 167,37 98,85% 180,41 178,09 98,72% realisasi DAK
2 Kota Ternate 13,08 12,99 99,27% 12,44 12,44 99,94% Fisik Penugasan
3 Kota Tidore Kepulauan 72,34 70,05 96,84% 50,65 46,84 92,49% Maluku Utara
4 Kab. Halmahera Tengah 32,76 32,08 97,92% 15,67 14,57 93,00%
5 Kab. Halmahera Barat 37,29 37,11 99,53% 30,21 28,78 95,28%
6 Kab. Halmahera Selatan 91,34 91,21 99,86% 101,84 97,78 96,01%
7 Kab. Kepulauan Sula 62,74 43,92 70,00% 26,23 25,84 98,48%
8 Kab. Pulau Taliabu 27,84 27,81 99,92% 16,73 13,01 77,77%
9 Kab. Halmahera Timur 31,56 31,00 98,24% 48,40 48,21 99,59%
10 Kab. Halmahera Utara 35,01 34,17 97,62% 70,31 70,00 99,56%
11 Kab. Pulau Morotai 16,56 16,47 99,45% 79,92 79,26 99,18%
Jumlah 589,83 564,19 95,65% 632,81 614,81 97,16%
Sumber: Diolah dari data OM SPAN 2019, Laporan Analisis Spasial APBN Tahun Anggaran 2019
Pagu dan Realisasi DAK Fisik Afirmasi Maluku Utara TA 2018-2019 (dalam miliar rupiah)
2018 2019 Tabel 3.11
No Pemda
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu dan
1 Provinsi Maluku Utara 42.28 42.28 100.00% 12.63 12.63 100.00% Realisasi DAK
Fisik Afirmasi
2 Kota Ternate - - - - - - Maluku Utara
3 Kota Tidore Kepulauan - - - - - -
4 Kab. Halmahera Tengah 18.07 18.00 99.62% 18.51 18.12 97.88%
5 Kab. Halmahera Barat 99.41 98.99 99.58% 48.45 47.94 98.94%
6 Kab. Halmahera Selatan 33.08 32.93 99.55% 76.02 75.31 99.07%
7 Kab. Kepulauan Sula 41.13 34.95 84.96% 24.52 20.77 84.70%
8 Kab. Pulau Taliabu 27.89 27.10 97.16% 24.01 23.26 96.86%
9 Kab. Halmahera Timur 6.06 5.98 98.65% 31.31 31.04 99.11%
10 Kab. Halmahera Utara - - - - - -
11 Kab. Pulau Morotai 50.42 50.32 99.79% 51.97 51.79 99.65%
Jumlah 318.34 310.54 97.55% 287.43 280.85 97.71%
Sumber: Diolah dari data OM SPAN 2019, Laporan Analisis Spasial APBN Tahun Anggaran 2019
Alokasi DAK Fisik pada Tahun 2018 sebesar Rp1.483 miliar dengan realisasi
sebesar Rp1.465 miliar atau sebesar 98,80 persen, sedangkan tahun 2019
mendapatkan alokasi sebesar Rp1.794 miliar dengan realisasi sebesar Rp.1.759 miliar
atau sebesar 98,06 persen.
Pagu DAK Fisik Reguler dan Penugasan tahun 2019 mengalami kenaikan yang
signifikan, sedangkan Afirmasi mengalami penuruna pagu dibanding tahun 2018.
Secara umum realisasi penyaluran DAK Fisik tahun 2018 dan 2019 tidak mengalami
kendala signifikan, dengan realisasi yang relatif hampir sama yaitu pada tingkatan 98
persen, dan hampir mencapai 100 persen dari nilai kontrak yang ada.
50
Dari jenis DAK Fisik tahun 2018, Pagu DAK Fisik reguler sebesar Rp575,26 miliar
dengan realisasi sebesar Rp554,73 miliar (96,65 persen), DAK Fisik penugasan dengan
pagu Rp589,83 miliar dan realisasi Rp564,19 miliar (95,65 persen), serta DAK Fisik
Afirmasi dengan pagu Rp318,34 miliar dan realisasi Rp310,54 miliar (97,55 persen).
Sedangkan tahun 2019, Pagu DAK Fisik reguler sebesar Rp874,30 miliar dengan
realisasi sebesar Rp864,10 miliar (98,83 persen), DAK Fisik penugasan dengan pagu
Rp632,81 miliar dan realisasi Rp614,81 miliar (97,16 persen), serta DAK Fisik Affirmasi
dengan pagu Rp287,43 miliar dan realisasi Rp280,85 miliar (97,71 persen).
Pagu DAK Non Fisik tahun 2018 di Provinsi Maluku Utara dialokasikan sebesar
Rp821 miliar dengan realisasi Rp799 miliar (97,27 persen) dan pagu tahun 2019 sebesar
Rp938,04 miliar dengan realisasi Rp875,35 miliar (93,31 persen).
Dana Alokasi Khusus Non Fisik Maluku Utara Tahun 2019 (dalam miliar rupiah)
Tabel 3.12
No Uraian Pagu Realisasi
1 Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 352,30 333,30 Dana Alokasi
Khusus Non Fisik
2 BOP Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 18,78 19,03 Maluku Utara
3 BOP Kesetaraan 4,84 4,95 Tahun 2019
51
Pagu dan Realisasi Dana Desa Maluku Utara (dalam miliar rupiah)
TA 2018 TA 2019
Jumlah Selisih pagu TA 2019 - Tabel 3.13
No Pemda
Desa PAGU REALISASI % PAGU REALISASI % 2018
Pagu dan
1 Kab. Halmahera Tengah 61 50.45 50.45 100.00% 58.10 58.10 100.00% 7.65 15.17% Realisasi Dana
2 Kab. Halmahera Utara 196 140.16 139.26 99.36% 152.02 152.02 100.00% 11.86 8.46% Desa Maluku
3 Kab. Halmahera Selatan 171.94 171.94 100.00% 194.26 194.26 100.00% Utara
249 22.33 12.99%
4 Kab. Kepulauan Sula 78 62.70 62.70 100.00% 73.76 73.76 100.00% 11.06 17.63%
5 Kab. Halmahera Timur 102 83.98 83.98 100.00% 97.80 97.80 100.00% 13.82 16.46%
6 Kab. Halmahera Barat 169 116.65 116.66 100.00% 130.46 130.19 99.80% 13.80 11.83%
7 Kab. Pulau Morotai 88 65.91 65.91 100.00% 75.51 75.51 100.00% 9.60 14.57%
8 Kab. Pulau Taliabu 71 54.51 54.51 100.00% 63.95 63.95 100.00% 9.44 17.33%
9 Kota Tidore Kepulauan 49 39.93 39.93 100.00% 45.74 45.74 100.00% 5.81 14.56%
TOTA L 1,063 786.22 785.32 99.89% 891.60 891.33 99.97% 105.38 13.40%
Sumber: Diolah dari data OM SPAN 2019, Laporan Analisis Spasial APBN Tahun Anggaran 2019
Pagu Dana Desa tahun 2019 sebesar Rp891 miliar dengan realisasi sebesar
Rp891 miliar (100 persen) yang dialokasikan untuk 1.063 desa yang tersebar pada 9
(sembilan) Kabupaten/Kota. Pagu ini meningkat sebesar Rp105 miliar atau 11,82 persen
dibanding tahun 2018. Alokasi dana desa terbesar terdapat pada Kabupaten Halmahera
Selatan yang memiliki jumlah desa terbanyak yaitu 249 desa, dengan pagu Dana Desa
sebesar Rp194 miliar. Tidak terdapat perbedaan jumlah desa yang mendapat alokasi
dengan tahun 2018.
Dalam realisasi penyaluran Dana Desa tidak mengalami kendala, hanya terdapat
penumpukan realisasi pada akhir periode penyaluran setiap tahap. Hal ini masih menjadi
tantangan, agar kedepannya dapat dilaksanakan dengan lebih cepat. Salah satu
penyebab penyaluran yang terjadi di akhir periode adalah penambahan dokumen
persyaratan tahap III berupa laporan konvergensi pencegahan stunting pada 2 Pemda
yaitu Kabupaten Halmahera Selatan dan Kabupaten Kepulauan Sula.
Dana Insentif Daerah (DID) merupakan insentif bagi Pemerintah Daerah yang
mendapatkan prestasi berupa peningkatan kinerja, dalam hal pengelolaan keuangan,
pelayanan pemerintahan umum, layanan dasar publik dan kesejahteraan masyarakat.
Tabel Alokasi DID Provinsi Maluku Utara sebagai berikut :
52
Sumber: Diolah dari data OM SPAN 2019, Laporan Analisis Spasial APBN Tahun Anggaran 2019
Tahun 2018 Provinsi Maluku Utara memperoleh alokasi DID sebesar Rp135 miliar
dan direalisasikan sebesar Rp135 miliar (100 persen). Pagu tersebut dialokasikan untuk
5 (lima) Pemerintah Daerah yaitu Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten
Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera Utara dan Halmahera Timur. Alokasi
terbesar terdapat pada Kabupaten Halmahera Utara sebesar Rp.37 miliar dan terendah
di Kota Ternate sebesar Rp16 miliar.
Sedangkan tahun 2019 alokasi DID sebesar Rp139 miliar, naik sebesar 4 miliar
(2,97 persen) yang dialokasikan untuk Pemerintah Daerah Kota Ternate, Kota Tidore
Kepulauan, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Utara, dan Kabupaten
Pulau Morotai. Pagu terbesar dimiliki oleh Kota Ternate sebesar Rp44 miliar dan
terendah di Kabupaten Halmahera Utara sebesar Rp18 miliar. Dari semua alokasi DID
di kabupaten dan kota di Maluku Utara dapat terealisasi sebesar Rp139 miliar (100
persen).
Terdapat perubahan alokasi Pemda yang memperoleh DID tahun 2018 dan 2019,
yaitu:
53
Kabupaten Halmahera Barat dan Kabupaten Pulau Morotai tahun 2018 tidak
mendapatkan alokasi DID dan mendapatkan alokasi DID tahun 2019
Dari angka tersebut, diketahui bahwa arus kas keluar lebih besar daripada arus
kas masuk sehingga terdapat selisih atau defisit sebesar Rp13.359,20 Miliar. Kondisi
tersebut mengindikasikan bahwa wilayah Maluku Utara masih memerlukan subsidi
silang dari daerah lain di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pembangunan.
Mengacu pada angka sementara penerimaan pajak nasional tahun 2019 yang
sebesar Rp1.957 Triliun, kontribusi Maluku Utara untuk penerimaan nasional tersebut
adalah sebesar 0,1 persen. Namun, porsi belanja negara di Maluku Utara dibandingkan
total belanja negara dalam APBN-P 2018 yang sebesar Rp2.310 Triliun mencapai 0,7
persen.
Sampai dengan akhir tahun 2019, belum terdapat satuan kerja di Provinsi Maluku
Utara yang pengelolaan keuangannya berstatus Badan Layanan Umum (BLU). Namun
demikian di Provinsi Maluku Utara terdapat tiga satuan kerja PNBP yang berpotensi
menjadi satker BLU yaitu Universitas Khairun Ternate, IAIN Ternate dan Politeknik
Kesehatan.
Sejak tahun 2017, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Maluku Utara sudah
tidak lagi menatausahakan penerusan pinjaman yang sumber pembiayaannya berasal
dari Rekening Pembangunan Daerah (RPD). Sejak tahun 2008, Perusahaan Daerah Air
Minum Kota Ternate mengajukan permohonan restrukturisasi pinjaman dengan nomor
900/388 tanggal 1 Desember 2008. Dan berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor
S-724/MK.01/2009 tanggal 2 Desember 2009, restrukturisasi pinjaman tersebut
dinyatakan disetujui. Restrukturisasi pinjaman meliputi penjadwalan pembayaran
tunggakan pokok dan penyelesaian penghapusan tunggakan nonpokok.
180,00 168,21
Grafik 3.9
160,00 151,08
Perkembangan
140,00 Penyaluran
Kredit Program
120,00 112,48
105,49
miliar
100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
0,01 - 0,40 0,58
-
Mikro TKI Kecil Umi
2018 2019
Besaran KUR tersebut disalurkan kepada 7.831 debitur atau rata-rata kredit KUR
per debitur adalah sebesar Rp33,7 Juta. Dibandingkan dengan penyaluran KUR tahun
2018, terjadi penurunan besaran penyaluran KUR. Hal ini disebabkan menurunnya
target yang diberikan oleh kantor pusat bank penyalur pada bank-bank penyalur KUR di
Malut. Penyaluran KUR untuk skema KUR Mikro yang pada tahun 2018 tersalur Rp168,2
miliar sedangkan pada tahun 2019 hanya tersalur Rp151 miliar. Sedangkan untuk skema
KUR Kecil pada tahun 2019 berhasil tersalur sebanyak Rp112,48 miliar. Jumlah tersebut
lebih tinggi dari tahun 2018 yang tersalur Rp105.
180,00
160,00 Perkembangan
140,00 Penyaluran
120,00 KUR per Sektor
100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
-
2018 2019
Dari sisi penyaluran per sektor, penyaluran KUR untuk sektor perdagangan masih
mendominasi sebesar Rp152 Miliar atau mencapai 57,63 persen dari total KUR.
Terdapat penurunan porsi KUR pada sektor perdagangan dipicu kebijakan bank
penyalur untuk meningkatkan porsi KUR pada sektor pertanian.
56
Dari sisi wilayah, penyaluran KUR terbesar terdapat di kota Ternate yang
mencapai 29,57 persen dari total KUR di Maluku Utara. Hal tersebut terjadi mengingat
Kota Ternate adalah pusat bisnis dan perdagangan di Maluku Utara. Ditambah lagi
kebijakan beberapa bank penyalur yang hanya membatasi hanya pada bank cabang di
Kota Ternate turut memberi andil rendahnya penyaluran KUR di daerah.
KUR per
50,00 Wilayah
40,00
30,00
20,00
10,00
-
2018 2019
Berdasarkan tabel di atas, Bank BRI menjadi bank yang paling banyak
menyalurkan KUR jenis mikro sebesar Rp195,48 Miliar kepada 7.393 debitur. Hal
tersebut disebabkan oleh banyaknya unit/ cabang Bank BRI di kabupaten/ kota di
57
Provinsi Maluku Utara. Bank BTN menjadi penyalur KUR paling rendah dengan total
Rp740 juta ke 5 debitur. Hal ini disebabkan Bank BTN lebih focus pada pemberian kredit
kepemilikan rumah.
Besaran penyaluran KUR oleh bank penyalur tidak terlepas dari target-target yang
ditetapkan oleh Kantor Pusat bank penyalur. Berdasarkan survey yang dilakukan 66,67
persen responden mengakui mendapatkan target penyaluran KUR dari kantor pusat dan
telah tercapai. Sedangkan 33,33 persen responden menyebutkan bahwa tidak ada
target khusus penyaluran KUR dari kantor pusat.
Berdasarkan analisis tersebut di atas, jumlah KUR yang disalurkan oleh bank
penyalur merepresentasikan target yang diberikan oleh kantor pusat bank penyalur.
Rendahnya rasio penyaluran KUR di Provinsi Maluku Utara terhadap penyaluran KUR
Nasional disebabkan oleh rendahnya target penyaluran nilai KUR yang ditetapkan oleh
kantor pusat bank penyalur.
Analisis capaian output strategis yang ada di Maluku Utara dilakukan terhadap
tiga bidang prioritas yaitu Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Bidang Infrastuktur. Ketiga
bidang tersebut termasuk ke dalam sektor Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Total realisasi ketiga bidang mencapai Rp1,4 triliun atau 95,1 persen.
58
Tabel 3.17
Alokasi Fungsi Kesehatan (jutaan) 158.443 121.739 122.565 160.309 124,16
Rasio Pagu
Pagu Belanja APBN (jutaan) 6.167.675 4.612.885 4.918.013 5.829.000 5.356.530 Fungsi Kesehatan
Terhadap Pagu
0,026 0,025 0,028 0,023 APBN Maluku
Rasio 0,025
Utara
Meskipun alokasi 2019 lebih rendah dari tahun sebelumnya bukan berarti
pelayanan kesehatan juga turun. Justru pelayanan kesehatan meningkat yang ditandai
dengan meningkatnya angka/usia harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi dan
ibu melahirkan, serta naiknya angka kecukupan gizi masyarakat.
59
Sumber: Diolah dari data OM SPAN 2019, KFR Maluku Utara 2018
Rasio belanja untuk penyelenggaraan jalan terhadap total APBN Provinsi Maluku
Utara tahun 2019 kembali menurun setelah dua tahun terakhir mengalami peningkatan.
Di tahun 2016, rasio pagu tersebut hanya 0,12. Penurunan rasio di tahun 2016 tersebut
terjadi karena adanya program penghematan/pengetatan belanja secara keseluruhan
sehingga berdampak pada turunnya pagu program penyelenggaraan jalan. Di tahun
2019, kondisi serupa juga terjadi kembali. Pagu belanja secara keseluruhan mengalami
penurunan. Akibatnya pagu alokasi belanja alokasi program penyelenggaraan jalan
kembali turun.
60
PATAN
PENDA PROVINSI
H
DAERA UTARA
MALUK
0 9
U
, 0 9 %
1
Rp
Rp Rp
E M E R INTAH
JA P
Rp BELAN PROVINSI
H
DAERA UTARA
8 %
U
MALUK
5 , 5
Rp
8
BAB IV
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN APBD
TINGKAT REGIONAL
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
Total pendapatan daerah di Maluku Utara yang ditargetkan pada tahun 2019,
naik 13,21 persen atau sebesar 2,9 Triliun dari tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut
menggambarkan penyesuaian atas bertambahnya penerimaan transfer. Sementara
Pajak Asli Daerah (PAD) mengalami penurunan 19,18 persen atau sebesar 152 Miliar
62
serta penurunan pos lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar 24,36 persen atau
sebesar 38 Miliar.
Kenaikan belanja secara persentase terbesar terdapat pada belanja barang dan
jasa yang meningkat 20,18 persen. Hal ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah pusat
dalam memperkuat implementasi desentralisasi fiskal di daerah serta komitmen
membangun dari pinggiran melalui transfer dana desa ke 1.063 desa di Maluku Utara
yang mencapai Rp891 Miliar melalui pos dana penyesuaian.
Surplus APBD tahun 2019 di Maluku Utara yang dicapai sebesar Rp771 Miliar.
Dibandingkan dari tahun 2018 dengan surplus yang hanya Rp89 Miliar. Selain
menetapkan kebijakan surplus, mayoritas APBD mengalokasikan penerimaan
pembiayaan dari pinjaman mencapai Rp661 Miliar. Motif pengalokasiannya lebih
bersifat untuk berjaga-jaga. Sampai dengan akhir tahun realisasi pinjaman bernilai
sangat kecil.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah di Maluku Utara pada tahun 2019 mencapai
50,85 persen dari target, menurun 0,74 persen dari capaian tahun sebelumnya.
Penurunan tersebut disebabkan penurunan yang cukup drastis pada Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang Sah yang realisasinya hanya sebesar 8 persen, turun
sebesar 174,4 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
63
Lain-Lain PAD yang Sah 396 252 614 196 701 265
Dana Darurat 12 14 - - 8 6
DBH Pajak dari Provinsi dan 159 115 89 124 186 162
Lainnya
Jika melihat rasio PAD yang hanya 1,73 persen dari PDRB, dan merupakan
penurunan sebesar 4,51 persen dari tahun sebelumnya, padahal tingkat pertumbuhan
ekonomi Maluku Utara tahun 2019 lebih tinggi 1,16 persen dari rata-rata pertumbuhan
ekonomi nasional dan lebih tinggi 0,56 persen jika dibandingkan dengan kawasan
Maluku dan lebih rendah 2,14 persen jika dibandingkan dengan wilayah Papua Barat.
Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara yang mencapai
7,92 persen, belum berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PAD. Hal ini
64
memberikan sinyalemen kuat bahwa kinerja pemda belum optimal dalam meraup PAD.
Pemda harus bekerja keras agar tidak bergantung sepenuhnya lagi dari dana transfer.
14,0% 11,72%
12,0% Grafik 4.1
10,0% 8,4% 8,79% 6,94% 7,66% 6,04% Rasio PAD
8,0% terhadap
6,0% 4,99% Belanja
6,83% 1,39% 7,14%
4,0% Pemda Tahun
2,0% 3,70% 2019
0,0% 0,81%
Malut Halteng Ternate Halbar Haltim Halsel Halut Sula Tidore Morotai Taliabu
Kontribusi PAD terbesar di Maluku Utara berasal dari pajak daerah dengan
proporsi mencapai 45,64 persen. Realisasinya tercatat sebesar Rp314,6 Miliar, naik
0,63 persen dibanding tahun sebelumnya. Data ini menggambarkan di tengah kondisi
perekonomian Maluku Utara yang terus menggeliat, sumber-sumber potensial pajak
belum tergarap optimal.
65
250.000
Pajak Daerah Grafik 4.2
200.000
Retribusi Daerah Realisasi PAD
150.000 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yng Dipisahkan di Provinsi
Maluku Utara
RP. JUTA
50.000
Rasio terhadap PDRB pun hanya mencapai 1,73 persen, menurun 0,57 persen
dari tahun sebelumnya. Program intensifikasi dan ekstensifikasi pajak oleh pemda
mesti dilakukan secara terukur disamping melakukan sosialiasi pajak secara intensif
dan berkesinambungan. Selain itu pemda perlu menetapkan target penerimaan pajak
yang lebih menantang sehingga tidak berada terus pada target ’zona aman’.
Untuk jenis pajak provinsi, penerimaan terbesar berasal dari pajak bahan bakar
kendaraan bermotor yang meningkat 9,42 persen atau Rp9,3 Miliar serta dari pajak
kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor dengan total mencapai
Rp18,6 Miliar. Pencapaian tersebut tidak lepas dari penerapan e-Samsat, sms
Gateway, dan pembayaran tunai di tahun 2019.
Komponen PAD terbesar berikutnya berasal dari lain-lain PAD yang sah dengan
proporsi mencapai 38,41 persen. Capaian tersebut sedikit menurun jika dibandingkan
dengan tahun lalu yang besarnya 41,61 persen. Penerimaan dari hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, menjadi komponen PAD dengan kontribusi terlkecil,
hanya 0,02 persen atau sebesar Rp0,13 Miliar. Angka tersebut merupakan bagian
deviden atau laba yang diterima oleh pemda dari BUMD/Perusda. Penerimaan jenis ini
66
cenderung fluktuatif karena dipengaruhi oleh besaran alokasi dari APBD yang tiap
tahunnya sering berubah.
Untuk belanja urusan pilihan yang diarahkan pada potensi keunggulan daerah,
secara umum naik 31,06 persen. Dapat dikatakan kebijakan anggaran pemda sudah
sepenuhnya berpihak dalam menopang sektor-sektor unggulan utama Maluku Utara.
Tercatat hampir semuanya mengalami kenaikan, kecuali anggaran urusan energi dan
sumber daya mineral dan perdagangan yang masing-masing mengalami penurunan
sebesar 64,28 persen dan 7,93 persen, menunjukkan bahwa pengelolaan energi dan
sumber daya mineral terpusat di provinsi sehingga alokasi belanja di kab/kota menjadi
tidak ada, sedangan untuk sektor perdagangan karena adanya realokasi anggaran
terjadi penurunan walaupun tidak terlalu signifikan.
67
Pertanahan 31 40 33
Ketenagakerjaan 48 37 47
Penanaman Modal 39 33 53
Kebudayaan 13 9 19
Statistik 0,5 6 0
Kearsipan 22 13 24
Ketahanan Pangan 59 34 67
Perpustakaan 14 11 15
Kehutanan 38 36 49
Pariwisata 68 64 152
Perdagangan 54 63 58
Industri 43 58 91
Ketransmigrasian 28 12 22
68
Kebijakan alokasi belanja APBD dari seluruh pemda secara umum lebih
diarahkan pada fungsi dasar penyediaan jasa pelayanan baik dalam bentuk barang
publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab pemda. Terlihat dari porsi
anggaran operasional pemerintahan untuk fungsi pelayanan umum mencapai 37,72
persen atau naik 31,87%. Porsi anggaran terbesar beriktunya adalah untuk fungsi
perumahan dan fasilitas umum yang naik 71,76%.
Alokasi belanja terbesar lainnya adalah untuk fungsi pendidikan serta fungsi
kesehatan yang mengalami peningkatan masing-masing sebesar 46,36 persen dan
55,86 persen. Artinya perannya sangat penting dalam memberikan multiplier effect
69
Membaiknya kinerja belanja modal tidak lepas juga dari pemberlakuan PMK
Nomor 50 tahun 2017 dimana penyaluran TKDD mempertimbangkan kinerja
penyerapan dan capaian output sehingga mendorong pemda mempercepat realisasi
belanja modal yang banyak dibiayai dari DAU dan DAK. Untuk belanja barang yang
juga diharapkan memberi sumbangsih dalam perekonomian, penyerapannya mencapai
107,68 persen. Kontribusinya sebesar 35,42 persen terhadap total belanja. Hanya
realisasinya cenderung kurang produktif karena lebih banyak terserap untuk perjalanan
dinas dengan proporsi 25,95 persen dan untuk belanja makanan dan minuman
sebesar 8,27 persen.
Belanja Pegawai 3.769 3.342 3.175 2.885 3.580 3.421 Jenis Belanja
Belanja Barang 3.039 2.621 3.654 2.886 3.756 4.044 APBD di
Provinsi
Belanja Modal 3.242 2.657 3.122 2.408 3.967 3.460 Maluku Utara
Belanja Bunga 10 4 17 15 15 12
(dalam Miliar
Belanja Subsidi 8 7 5 2 7 6 Rupiah)
Belanja Hibah 463 413 652 796 417 50
Belanja Bantuan Sosial 44 39 52 48 51 50
Belanja Bagi Hasil Kepada 119 120 136 141 137 172
Prov/Kab/Kota dan Pemdes
Belanja Bantuan Keuangan 1.348 1.288 1.045 1.424 1.372 1.586
Kepada Prov/Kab/Kota dan
Pemdes
Belanja Tidak Terduga 21 14 22 10 36 24
70
Terkait itu, pemda dituntut sebisa mungkin memilah program berdasarkan level
urgensinya seperti dalam pelaksanaan perjalanan dinas luar kota atau rapat luar
kantor. Efisiensi belanja pegawai termasuk rasionalisasi pegawai harian/kontrak, agar
dilakukan secara komprehensif untuk mencegah penggunaan DAU yang semestinya
diperuntukkan untuk mengatasi kesenjangan ekonomi, terserap banyak hanya untuk
membayar gaji pegawai.
3.000
Grafik 4.3
2.500 Perkembanga
n Realisasi
Belanja
2.000
Kab/Kota di
Provinsi
1.500 Maluku Utara
PAGU
(dalam Miliar
1.000 REALISASI
500
Jika melihat pergerakan realisasi belanja daerah dengan Dana Pihak Ketiga
(DPK) Pemda di perbankan, terlihat pola fluktuatif yang mirip dengan tahun 2018.
Kenaikan penyerapan belanja di triwulan IV tahun 2019, diikuti kenaikan simpanan
71
pemda di perbankan sebesar 7,01 persen yang pada akhir tahun 2019 mencapai
Rp27,8 Miliar.
20.000
Rp Miliar
15.000 Giro
Tabungan
10.000
Deposito
5.000
-
I II III IV I II III IV I II III IV
2017 2018 2019
Deposito pemda pun naik 11,9 persen. Dapat dikatakan pola pelaksanaan
anggaran pemda sedikit membaik hanya masih harus dibenahi. Jangan sampai idle
cash mengganggu likuiditas anggaran pemda hanya karena mengejar jasa giro/bunga
deposito. Pemda tetap perlu mewaspadai pola penempatan dananya diperbankan
dengan menggenjot kinerja belanjanya agar tidak terkena penalty penyaluran dana
transfer berbentuk SBN.
RSUD Jailolo dibentuk tahun 2018. Selain lima RSUD tersebut, Kanwil DJPb Provinsi
Maluku Utara juga mendorong 8 RSUD lainnya untuk segera menerapkan pola
keuangan BLUD. Hal ini telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit.
No Satker BLUD Data APBD (Rp) Data Pagu (Rp) Data Aset (Rp)
SKPD yang mengelola keuangan berpola BLUD dalam menjalankan usaha dan
bisnisnya tidak mengutamakan mencari keuntungan tetapi harus berdasarkan prinsip
efisiensi dan produktivitas. Pembentukan BLUD bertujuan untuk mengubah pola
pengelolaan keuangan menjadi lebih fleksibel sehingga diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. BLUD menyusun laporan keuangan
untuk dikonsolidasikan ke LKPD-nya. Tidak semua BLUD memiliki sumber daya yang
memadai untuk menyusun laporan keuangan tersebut. Sehingga sampai dengan saat
KFR ini dibentuk, terdapat dua BLUD yang belum selesai menyusun Laporan
Keuangannya, yaitu RSUD Labuha dan RSUD H Chasan Boesoerie.
No Satker BLUD Aset 2017 (Rp) Aset 2018 (Rp) Aset 2019 (Rp)
Tabel 4.7
1 RSUD LABUHA 707.586.199 809.559.295 384.166.999
Perkembanga
2 RSUD Dr H Chasan Boesoerie - 321.795.000 6.356.115.363 n Nilai Aset
BLUD
3 RSUD TOBELO - 862.400.000 2.148.181.237
RSUD Soasio Tidore dan Jailolo tidak dapat diketahui dengan pasti kenaikan
nilai asetnya dikarenakan baru terbentuk di tahun 2019 ini. Perkembangan
73
kemandirian BLUD dapat dilihat dari proporsi pagu antara RM (APBD) dan PNBP
(BLUD) yang dimiliki BLUD tersebut.
RSUD Tobelo pada tahun 2019 memiliki kenaikan pagu BLUD sebesar 167,75
persen dari sebelumnya. RSUD Tobelo mempunyai proporsi pagu BLUD terhadap
Pagu APBD paling besar 87,54 persen. RSUD Jailolo yang baru dibentuk memiliki
proporsi pagi yang besar 64,19 persen. RSUD Labuha memiliki proporsi pagu paling
kecil 9,66 persen. Hal ini menunjukkan bahwa RSUD Labuha sudah tidak bergantung
kepada pagu APBD. Hal ini juga menggambarkan kemandirian fiskal yang dimiliki oleh
RSUD Labuha yang semakin meningkat.
RSUD SOASIO Peraturan Bupati Tentang Pengelolaan SK Bupati Tentang Pembentuk BLUD
4
TIDORE Keuangan BLUD Nomor 08 Tahun 2019 Nomor 116.2 Tahun 2019
BLUD yang berada di Provinsi Maluku Utara telah mendapatkan status PPK
BLUD yang ditetapkan oleh Bupati dan dituangkan dalam peraturan daerah
kabupaten/kota. Tata kelola RSUD menunjukkan adanya fleksibilitas dalam
pengeluaran biaya dengan mempertimbangkan volume kegiatan pelayanan. Sumber
daya pengelola RUSD terdiri dari pemimpin BLUD dan pejabat teknis. Aspek
pengendalian BLUD dilihat dari evaluasi dan penilaian kinerja yang dilakukan oleh
masing-masing kepala daerah.
74
Selisih antara pendapatan dan belanja akan menimbulkan surplus atau defisit.
Anggaran pendapatan lebih besar daripada belanja maka akan terjadi surplus. Defisit
Secara Provinsi Maluku Utara, rasio defisit terhadap pendapatan sebesar 8,13
persen. Pemerintah daerah diharapkan mampu meningkatkan pendapatannya untuk
mencukupi belanja daerah. Surplus terbesar dicapai oleh Kabupaten Pulau Taliabu.
Walaupun surplus, hal tersebut mengindikasikan bahwa pemanfaatan pendapatan
daerah untuk masyarakat masih kurang maksimal. Selain itu, kurangnya serapan
belanja dan adanya kebijakan pembatasan belanja menjadi faktor surplusnya di
Kabupaten Pulau Taliabu. Indikasi ini perlu dilakukannya drill-down lebih dalam untuk
mengetahui efektifitas pengelolaan APBD terhadap masyarakat.
75
Rasio defisit Provinsi Maluku Utara terhadap PDRB sebesar 0,49 persen dengan
defisit sebesar Rp194,676 miliar dan PDRB sebesar Rp39.715,966 miliar. Rasio ini
76
4.6 PEMBIAYAAN
4.6.1 Rasio SiLPA terhadap Alokasi Belanja
Rasio ini mencerminkan proporsi belanja yang tidak digunakan dengan efektif
oleh pemerintah daerah.
Rasio tertinggi dan cukup ekstrim bila dibandingkan pemda lainnya ada pada
Kabupaten Pulau Taliabu, yaitu 47,23 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa belanja
pemerintah tidak digunakan dengan efektif. Alokasi belanja pada Kabupaten Pulau
Taliabu kurang dapat terserap dengan baik sehingga APBD kurang berdaya guna bagi
masyarakat daerah tersebut. Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Halmahera Barat dan
Kabupaten Halmahera Selatan bernilai negatif, mengindikasikan bahwa pembiayaan
terhadap surplus/defisit masih kurang. Nilai ini harus juga diwaspadai mengingat rasio
ini mengindikasikan efektifitas belanja pemerintah daerah.
Rasio ini untuk mengetahui proporsi pencairan pinjaman yang dilakukan daerah
ataupun penerbitan obligasi daerah untuk membiayai defisit APBD.
77
78
membandingkan perubahan keuangan dalam satu pos APBD yang sama pada satu
lingkup pemerintah daerah. Tujuan analisis ini untuk menyajikan informasi yang utuh
terkait kinerja suatu pos antar pemerintah daerah dan perkembangannya dari waktu ke
waktu.
Uraian Malut Halteng Halut Halsel Sula Haltim Halbar Morotai Taliabu Ternate Tidore
Lain-lain
Pendapatan 0,13 58,18 58,18 5,76 11,11 - 11,31 16,03 10,00 - 12,74
yang Sah
Total
2.588,80 783,65 1.008,92 1.497,96 799,87 869,44 901,28 818,22 2.060,68 945,74 900,55
Belanja
Belanja
1.728,85 429,03 606,29 733,62 514,83 432,08 521,71 407,97 1.241,87 716,15 599,66
Operasi
Belanja
670,05 244,56 205,49 480,16 156,33 288,09 194,51 294,18 507,50 223,90 195,80
Modal
Belanja Tak
7,25 0,20 0,69 3,77 0,95 - 0,63 0,47 3,88 4,95 1,24
Terduga
Transfer
Pemerintah 182,64 109,86 196,45 280,42 127,75 149,28 184,44 115,60 307,42 744,92 103,84
Daerah
Surplus /
-194,68 -18,68 5,06 57,75 -7,28 6,36 -4,32 7,58 973,28 7,19 19,94
Defisit
Provinsi Maluku Utara memiliki realisasi pendapatan asli daerah (PAD) dan
belanja modal paling besar di tahun 2019 diantara 10 kabupaten/kota lainnya.
Kabupaten Halmahera Barat mempunyai realisasi PAD paling kecil sedangkan
Kabupaten Kepulauan Sula memiliki realisasi belanja modal paling kecil. Surplus
terbesar dimiliki oleh Kabupaten Pulau Taliabu sedangkan defisit paling besar terjadi di
Provinsi Maluku Utara.
80
Uraian Malut Halteng Halut Halsel Sula Haltim Halbar Morotai Taliabu Ternate Tidore
Tabel 4.17
PAD 8,43 5,99 4,51 3,09 6,05 5,74 1,08 4,25 0,47 8,67 6,81
Analisis
Pendapatan Vertikal APBD
91,57 86,44 65,11 96,51 92,55 94,26 97,71 93,82 99,20 91,32 91,77
Transfer Provinsi
Maluku Utara
Lain-lain tahun 2019
Pendapatan (Miliar
0,01 7,57 5,70 0,40 1,40 0,00 1,22 1,94 0,33 0,00 1,42
yang Sah
Belanja
66,78 54,75 60,09 48,97 64,36 49,70 57,89 49,86 60,27 75,72 66,59
Operasi
Belanja
25,88 31,21 20,37 32,05 19,54 33,14 21,58 35,95 24,63 23,67 21,74
Modal
Belanja Tak
0,28 0,03 0,07 0,25 0,12 0,00 0,07 0,06 0,19 0,52 0,14
Terduga
Transfer
Pemerintah 7,06 14,02 19,47 18,72 15,97 17,17 20,46 14,13 14,92 78,77 11,53
Daerah
81
Indeks kapasitas fiskal daerah di Provinsi Maluku Utara hanya satu yang masuk
pada kategori “sedang” yakni Kabupaten Halmahera Selatan. Kabupaten/kota lainnya
memiliki indeks kapasitas fiskal daerah dengan kategori “sangat rendah” dan “rendah”.
Peta kapasitas fiskal ini digunakan untuk penilaian atas usulan pinjaman daerah,
penerima hibah dan penentuan besaran dana pendamping dari pemerintah pusat.
Alokasi anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBD sesuai amanat UUD
1945 pasal 31 ayat (4) dan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
pasal 49 ayat (1).
82
Provinsi Maluku Utara, Kota Ternate, dan Kota Tidore Kepulauan memiliki rasio
belanja pendidikan terhadap total belanja diatas 20 persen. Hal ini mengindikasikan
bahwa pemerintah daerah tersebut sudah memenuhi alokasi anggaran pendidikan
yang ada. Delapan kabupaten lainnya memiliki rasio dibawah 20 persen. Perlu adanya
perbaikan sistem sehingga alokasi anggaran pendidikan bisa tercapai.
83
Alokasi belanja infrastuktur daerah paling sedikit 25 persen dari dana transfer
umum. Alokasi ini digunakan untuk belanja infrastruktur daerah yang langsung terkait
dengan percepatan pembangunan fasilitas pelayanan publik dan ekonomi dalam
rangka meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan dan mengurangi
kesenjangan penyediaan layanan publik antar daerah.
84
Rp 18.172 M Rp 5.584,5 M
BAB V
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN ANGGARAN
KONSOLIDASIAN (APBN & APBD)
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
Belanja
5.178,86 12.993,67 18.172,53 5.596,05 10.905,18 16.501,23 10,13%
Negara
Belanja
5.178,86 11.416,68 16.595,54 5.596,05 9.620,91 15.216,96 9,06%
Pemerintah
Surplus /
(2.612,39) (9.975,62) (12.588,01) (3.551,29) 88,90 (13.492,79) (6,71)%
Defisit
Penerimaan
Pembiayaan 0,00 170,37 170,37 0,00 280,71 280,71 (39,31)%
Daerah
Pengeluaran
Pembiayaan 0,00 89,36 89,36 0,00 105,67 105,67 (15,44)%
Daerah
82
Sisa Lebih
(Kurang)
(2.612,39) (9.894,61) (12.507,00) (3.551,29) 263,94 (13.317,76) (6,09)%
Pembiayaan
Anggaran
*) Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah
**) Penyesuaian terhadap Pengakuan Belanja Transfer pada Pemerintah Pusat yang merupakan Pendapatan BA
099.05
83
pendapatan tidak terlalu bergantung kepada dana transfer melalui inovasi serta
menggali potensi pendapatan pajak maupun bukan pajak.
Grafik 5.1
Proporsi
Realisasi
Perpajakan Pendapatan
39,69%
Konsolidasian
47,93% PNBP
Tahun 2019
Hibah
Transfer
0,98%
11,41%
700 0
Grafik 5.2
5.584,52 600 0
500 0
Perbandingan
400 0
Pendapatan
2.566,47 3.018,05 3.008,44 Konsolidasian
Provinsi
300 0
2.044,76
200 0
Maluku Utara
963,67 Tahun 2018
100 0
84
Pendapatan hibah mengalami penurunan sebesar 53,55 persen. Penurunan ini terjadi
pada hibah dari pemerintah daerah lainnya. Pendapatan transfer meningkat mencapai
Rp2.216,31 miliar.
2.362,03
2.216,31 Grafik 5.3
Perbandingan
Pendapatan
Konsolidasian
Pemerintah
432,49 Pusat dan
314,62 Daerah
204,45
- 54,63 - Provinsi
Maluku Utara
Perpajakan PNBP Hibah Transfer Tahun 2019
(Miliar Rupiah)
Pusat Daerah
PNBP pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada tahun 2019 masing-masing
sebesar Rp204,45 miliar dan Rp2.648,8 miliar. Hal ini disebabkan oleh pendapatan hasil
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah yang hanya ada di pemerintah daerah. Realisasi penerimaan negara bukan
pajak lainnya pada pemerintah pusat mengalami penurunan sebesar 3,8 persen
sedangkan pemerintah daerah meningkat 11,32 persen.
Pendapatan konsolidasian tingkat wilayah dari tahun 2018 sampai tahun 2019
terus mengalami peningkatan. Di tahun 2019, peningkatan pendapatan konsolidasian
sebesar 125,91 persen. Pendapatan paling tinggi berada di perpajakan sebagai akibat
berbagai kebijakan dan langkah-langkah reformasi seperti perubahan paket perundang-
undangan dan tata kelola institusi perpajakan. Perubahan tata kelola tersebut ditandai
dengan penyempurnaan sistem administrasi setor pajak misalnya penggunaan Modul
Penerimaan Negara Generasi 3 (MPN G3), sistem teknologi informasi penggunaan
faktur online, dan sistem piutang pajak secara online.
85
2500,00
0,54 0,6 0
2000,00
-0,05 Pendapatan
Perpajakan
0,0 0
636,94 dan
117,60
500,00
54,63 Internasional
-0,40
0,00 -0,60
Provinsi
Pajak Dalam Negeri Pajak Perdagangan PNBP Hibah Maluku Utara
Internasional Tahun 2018
dan 2019
2018 2019 Kenaikan (Miliar Rupiah)
86
87
Tahun 2019, PDRB Provinsi Maluku Utara sebesar Rp39.716 miliar atau
mengalami laju pertumbuhan sebesar 6,13 persen (y-on-y). Sejalan dengan
perekonomian yang tumbuh, rasio pendapatan konsolidasian terhadap PDRB juga
mengalami kenaikan. Antara pendapatan konsolidasian dengan pertumbuhan ekonomi
memiliki korelasi yang sangat kuat sehingga ketika pendapatan konsolidasian naik maka
pertumbuhan ekonomi secara otomatis juga akan naik begitu sebaliknya. Meningkatnya
88
Belanja konsolidasian tingkat wilayah terdiri dari belanja pegawai, barang, modal,
bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, tak terduga dan belanja lain-lain. Pada tahun 2019
realisasi belanja konsolidasian yang memiliki kontribusi paling besar adalah belanja
barang sebesar Rp6.128,03 miliar atau 36,93 persen, disusul oleh belanja modal 30,78
persen, belanja pegawai 29,26 persen, belanja hibah 2,4 persen dan sisanya belanja
bunga, subsidi, bantuan sosial, tak terduga dan belanja lain-lain. Porsi belanja modal
menjadi terbesar kedua dikarenakan adanya kebijakan penambahan anggaran belanja
tersebut.
89
18172,53
16501,23 Grafik 5.7
12993,67 Perbandingan
10905,18 Belanja
Konsolidasian
Provinsi
5596,05 5178,86
Maluku Utara
Tahun 2018
dan 2019
(Miliar Rupiah)
Pusat Daerah Konsolidasian
2018 2019
Belanja konsolidasian didominasi belanja daerah sebanyak 71,50 persen, hal ini
disebabkan oleh alokasi belanja APBD lebih besar daripada belanja APBN yang terus
menurun dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu tingginya belanja daerah
menunjukkan bahwa kontribusi pemerintah daerah terhadap perekonomian Provinsi
Maluku Utara lebih besar daripada pemerintah pusat. Saat ini pemerintah semakin kuat
dalam menerapkan sistem desentralisasi fiskal dengan memfokuskan pada peningkatan
ruang fiskal di daerah sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.
Realisasi belanja modal dan barang pemerintah daerah tahun 2019 masing-
masing sebesar Rp3.460,6 miliar dan Rp4.044,4 miliar. Realisasi belanja barang dan
modal ini diindikasikan bisa menjadi katalisator ekonomi dan nilai manfaat jangka
90
panjang. Belanja ini sangat krusial dalam menggerakkan ekonomi Provinsi Maluku Utara
sehingga pemerintah diharapkan konsisten dalam melakukan efektivitas dan efisiensi
penggunaan anggaran untuk mendukung terciptanya ruang fiskal.
Kualitas belanja harus ditingkatkan supaya tepat sasaran dan terukur. Masalah
pembangunan yang dimiliki oleh Provinsi Maluku Utara seperti kawasan pedalaman
yang masih tertinggal akibat kondisi geografis, terjadinya disparitas antara kawasan
pesisir dan pedalaman yang besar dikarenakan orientasi pembangunan daerah lebih
mengutamakan wilayah pesisir. Untuk mengurangi kesenjangan tersebut,
pembangunan infrastruktur yang mendorong interkoneksi wilayah menjadi syarat mutlak
didukung anggaran yang memadai.
1,81
6128,0
700 0,0 2,0 0
Grafik 5.9
600 0,0
4232,8
500 0,0
4513,1 1,0 0
Perubahan
400 0,0
Belanja
0,15 0,13 0,11 Konsolidasian
0,5 0
0,07
-0,41
300 0,0
63,3 24,0
672,4 398,0
Tahun 2018
-0,50
100 0,0
dan 2019
Pegawai Barang Modal Bunga Subsidi Hibah Bantuan Tak Lain-lain
Sosial Terduga
Belanja pembayaran bunga utang tahun 2018 dan 2019 masing-masing sebesar
Rp13,7 miliar dan Rp11,8 miliar. Belanja pembayaran bunga utang ini mengalami
penurunan sebesar 0,14 persen. Belanja ini dialokasikan untuk memenuhi kewajiban
pembayaran bunga utang secara tepat waktu agar beban pembayaran bunga cicilan
pokok utang dimasa mendatang tetap dalam batas kemampuan ekonomi.
Belanja subsidi tahun 2018 dan 2019 masing-masing sebesar Rp2,3 miliar dan
Rp6,4 miliar. Belanja subsidi ini mengalami peningkatan sebesar 1,81 persen. Belanja
91
ini digunakan untuk penyediaan berbagai jenis subsidi seperti subsidi harga barang
kebutuhan pokok maupun subsidi ke objek sasaran sebagai stabilisasi APBN.
Belanja operasi adalah belanja untuk kegiatan sehari-hari yang memberi manfaat
jangka pendek. Belanja ini meliputi belanja pegawai, barang, bunga, subsidi, hibah dan
belanja bantuan sosial. Belanja ini untuk mendukung kegiatan operasional
pemerintahan. Belanja modal adalah belanja untuk memperoleh aset tetap dan lainnya
yang memberi manfaat lebih dari satu periode.
Rasio Belanja
Kab Halmahera Tengah 783.646.782.912 55.728 14.061.994
Konsolidasian
per Kabupaten /
Kab Halmahera Utara 1.008.923.755.315 193.851 5.204.635 Kota di Provinsi
Maluku Utara
Kab Halmahera Selatan 1.497.964.836.608 235.090 6.371.878 Tahun 2019
92
Agama 0 1.255.771 0
Rasio belanja fungsi pendidikan pemerintah pusat dan daerah yang digunakan
untuk meningkatkan pendidikan di Provinsi Maluku Utara sebesar Rp1.780.231 per jiwa.
Rasio belanja fungsi pariwisata perkapita masih kecil hanya Rp136.935 padahal ini
merupakan sektor unggulan untuk menggerakkan ekonomi Maluku Utara. Rasio belanja
fungsi terbesar ialah pelayanan umum sebesar Rp3.815.548. Hal ini mengindikasikan
bahwa alokasi fiskal masih terbebani oleh pembiayaan yang bukan pembentukan modal.
Alokasi fiskal yang dilakukan sudah mulai menyebar dengan adanya realisasi terbesar
93
lainnya seperti belanja fungsi perumahan dan fasilitas umum, kesehatan serta
pendidikan.
Kebijakan fiskal pemerintah pusat dan daerah yang tertuang dalam alokasi
anggaran dimaksudkan untuk mempengaruhi perekonomian, yaitu untuk mempengaruhi
permintaan agregat dan redistribusi pertumbuhan. Dalam magnitude tertentu,
sepatutnya kebijakan fiskal memberi dampak kepada perekonomian regional, demikian
pula kebijakan fiskal seharusnya memiliki arah dan fokus yang sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi regional yang diharapkan. Singkatnya, harus ada keterkaitan
dan/atau dampak antara anggaran pemerintah dengan kondisi perekonomian regional
yang ditunjukkan oleh indikator-indikator ekonomi makro (regional) seperti PDRB,
indikator demografis, indikator kesejahteraan maupun indikator sektoral.
Fungsi pelayanan umum memiliki porsi belanja terbesar sebesar 36,86 persen.
Sebagai wilayah yang relatif baru pasca pemekaran, fungsi pemerintah daerah ialah
untuk semakin mendekatkan pelayanan umum kepada masyarakat. Porsi belanja
konsolidasian menurut fungsi menunjukkan belum terpenuhinya mandatory spending
untuk fungsi pendidikan. Porsi belanja fungsi pendidikan sebesar 17,21 persen masih di
bawah mandatory spending sebesar 20 persen. Sedangkan belanja fungsi kesehatan
sebesar 12,99 persen sudah diatas mandatory spending sebesar 10 persen.
94
Provinsi
TPK 0,312 Maluku Utara
Wisatawan 0,529
HLS 0,947
Pendidikan
RLS 0,547
IPM 0,650
APM 0,752
Provinsi Maluku Utara mengalami defisit konsolidasian pada tahun 2019 sebesar
Rp12.588,01 miliar dengan proporsi perbandingan pemerintah daerah sebesar Rp9,975
triliun atau 79,25 persen dan sisanya 20,75 persen merupakan defisit dari pemerintah
pusat. Defisit konsolidasian ini mengalami penurunan sebesar 6,71 persen apabila
dibandingkan dengan tahun 2018. Pemerintah daerah mengalami surplus/defisit di
ditahun 2018 dan 2019 masing-masing sebesar Rp88,90 miliar dan Rp(9.975,62) miliar.
95
Jumlah defisit yang ada di pemerintah pusat mengalami penurunan sebesar 26,44
persen. Defisit konsolidasian apabila dibandingkan dengan PDRB maka memiliki rasio
sebesar 31,70 persen.
Grafik 5.12
Proporsi
-20,75% Defisit
Konsolidasian
Pusat Provinsi
Maluku Utara
Daerah Tahun 2019
-79,25%
Y = C + I + G + (X-M)
Keterangan:
Y = Pendapatan Nasional
I = Investasi
G = Belanja Pemerintah
X = Ekspor
M = Impor
Salah satu analisis data Government Finance Statistic (GFS) adalah analisis
kontribusi pemerintah pada PDRB. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan data
pada Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah. Data yang digunakan
untuk analisis tersebut dapat diambil dari Laporan Operasional (Statement of
96
d. Bunga 11.815.469.792
e. Subsidi 6.438.952.478
f. Hibah 471.998.691.726
b. Perubahan Persediaan -
c. Barang Berharga -
97
- Luar Negeri -
- Luar Negeri -
98
KONTRIB
USI
PERTANIA SEKTOR
N, KEHUT
DAN PER AN
IKANAN B AN,
PDRB AGI
21,92 %
4,04AN%
PERTUM B U H A N SEKTOR
AN
KENAIK E H U TA N AN, D
N, K
PERTANIA
AN
PERIKAN
1 , 4 3 %
1 NGAN DAN PENGGALIAN
A
PERTAMB
BAB VI
KEUNGGULAN DAN POTENSI
EKONOMI SERTA TANTANGAN
FISKAL REGIONAL
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
IDK
Rendah (< 1) Tinggi (> 1)
Analisis
Konstruksi Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Indeks
Tinggi Input-Output
I (>1) Pengadaan Listrik dan Gas Pertambangan dan Penggalian BPS Maluku
Utara Tahun
Industri Pengolahan 2012
D Penyediaan Akomodasi dan Makan Minuman
99
Rata-
Lapangan Usaha/Sektor 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Ket
rata
Tabel 6.2
Pertanian, Kehutanan,
1.89 1.78 1.79 1,82 1,76 1,72 1,79 basis
Perikanan Analisis
Dynamic
Pertambangan dan Location
0.93 1.11 1.12 1,21 1,34 1,48 1,20 basis
Penggalian Quotient
(DLQ)
non
Industri Pengolahan 0.24 0.24 0.25 0,32 0,38 0,36 0,30
basis
non
Pengadaan Listrik, Gas 0.05 0.05 0.08 0,08 0,08 0,08 0,07
basis
Pengadaan Air,
1.11 1.09 1.09 1,14 1,00 1,00 1,07 basis
Sampah, Limbah
non
Konstruksi 0.61 0.63 0.61 0,64 0,63 0,64 0,63
basis
Perdagangan Besar,
1.20 1.26 1.29 1,34 1,32 1,35 1,29 basis
Eceran
Transportasi dan
1.32 1.18 1.15 1,16 1,13 1,09 1,17 basis
Pergudangan
non
Jasa Keuangan 0.73 0.72 0.73 0,75 0,73 0,71 0,73
basis
100
non
Real Estate 0.04 0.04 0.04 0,04 0,04 0,04 0,04
basis
non
Jasa Perusahaan 0.20 0.19 0.18 0,18 0,17 0,16 0,18
basis
Adm.Pemerintahan, dan
4.36 4.24 4.08 4,31 4,23 4,44 4,28 basis
Jamsos
Jasa Pendidikan 1.01 1.01 1.05 1,11 1,05 1,02 1,04 basis
non
Jasa Lainnya 0.47 0.46 0.44 0,44 0,41 0,39 0,44
basis
Sumber: Diolah dari Tabel PDRB Maluku Utara dan PDB Nasional (2019)
101
Sumber: Diolah dari Tabel PDRB Maluku Utara dan PDB Nasional (2019)
102
Feb-18
Feb-19
Mar-17
Okt-17
Mar-18
Okt-18
Mar-19
Okt-19
Jun-17
Jun-18
Jun-19
Agt-17
Sep-17
Agt-18
Sep-18
Agt-19
Sep-19
Mei-17
Des-17
Mei-18
Des-18
Mei-19
Des-19
Apr-17
Jul-17
Jan-17
Nov-17
Apr-18
Jul-18
Jan-18
Nov-18
Apr-19
Jul-19
Jan-19
Nov-19
malut nasional
103
Di sepanjang tahun 2019 terlihat bahwa rata-rata NTP Maluku Utara berada
di kisaran 97,15 dengan titik tertinggi pada bulan Agustus sebesar 99,41 dan titik
terendah di bulan Februari sebesar 95,75 sekaligus merupakan nilai terendah selama
3 tahun terakhir. Hal lain yang cukup mengkhawatirkan adalah rata-rata NTP Maluku
Utara yang terus menurun dibawah NTP nasional sebesar 104,5 di tahun 2019.
Jika dilihat perkembangan nilai tukar petani per sub sektor di Maluku Utara
terlihat bahwa subsektor peternakan memiliki nilai NTP yang paling tinggi dibanding
subsektor lain sebesar 109,17 tetapi mengalami penurunan sebesar 1,11 dibanding
tahun 2019 (yoy). Sedangkan subsektor tanaman perkebunan rakyat menjadi subsektor
yang mengalami tekanan paling besar sepanjang tahun 2019 dengan nilai di bawah 100.
Rata-Rata NTP
No Subsektor
2016 2017 2018 2019 Tabel 6.4
104
Sumber: Sensus Pertanian 2013 (ST2013) BPS Provinsi Maluku Utara (2019)
Produktivitas (Kg/Ha)
No Provinsi Tabel 6.6
2017 2018* 2019**
Perkembangan
1 Maluku 1.116 1.140 1.164 Produktivitas
Tanaman Kelapa
2 Maluku Utara 1.409 1.399 1.430 Maluku dan
Papua
3 Papua Barat 838 839 849
*Angka Sementara
**Angka Estimasi
105
Kaolin 5.100.000 m3
Diatomit 10 ha
Panas Bumi 15 MW
Tidore Kepulauan
Tembaga*, Kaolin*
Emas 62 gr/ton
Nikel 47.898 ha
Batu Bara*
*Indikasi
106
pertumbuhan sebesar 1,11 persen. Dari fakta tersebut dapat dikatakan bahwa sektor
pertambangan dan penggalian memiliki prospek yang cerah.
Produksi pertambangan selama tahun 2019 menunjukkan peningkatan dibanding
tahun 2018.
KAPASITAS PRODUKSI
2018 2019 Tabel 6.8
NO KAB/KOTA/ NAMA PERUSAHAAN Volume Volume Volume Volume
Potensi
Produksi Pemasaran (Ribu Produksi Pemasaran (Ribu
Komoditas
(RibuTon) Ton) / (Oz) (RibuTon) Ton) / (Oz)
Unggulan Sektor
I Kab. Halmahera Selatan 6.649 6.587 10.123 9.957
Pertambangan
1 PT Gane Permai Sentosa (Nikel) 1.632 1.576 1.320 1.250 dan Penggalian
2 PT Trimegah Bangun Persada 2.795 3.366 6.500 6.500
(Nikel)
3 PT Wanatiara Persada 2.222 1.645 2.303 2.207
(Nikel)
II Kab. Halmahera Tengah 1.253 1.048 4.726 3.553
4 PT Tekindo Energi 544 442 774 658
(Nikel)
5 PT Bakti Pertiwi Nusantara 114 11 340 347
(Nikel)
6 PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara 2.104 1.057
(Nikel)
7 PT Anugrah Sukses Mining 595 595 1.392 1.392
8 PT Mineral Trobos 116 101
III Kab. Halmahera Timur 4.777 2.897 4.717 3.822
9 PT Aneka Tambang 4.777 2.897 3.882 3.249
(Nikel)
10 PT Alam Raya Abadi 832 570
11 PT Haltim Mining 4 4
IV Kab. Halmahera Utara 739 489 685 369
12 PT Nusa Halmahera Minerals 739 489 685 369
(Emas dan Perak)
V Kab. Pulau Taliabu 813 813 1.541 1.541
13 PT Adidaya Tangguh (Bijih Besi) 813 813 1.541 1.541
Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Maluku Utara (2019)
107
potensi perekonomian bagi Maluku Utara terutama untuk sektor perikanan dan
pariwisata.
a. Perikanan
Pelabuhan Perikanan
5 PT Era Mandiri Cemerlang Swasta Lokal Tuna Loin
Nusantara Ternate
Pelabuhan Perikanan
6 PT Maitara Fisheries Swasta Nasional Ikan Beku
Dufa-dufa, Ternate
Bacan, Halmahera
7 PT Maha Tirta Cemerlang Swasta Nasional Budidaya Mutiara
Selatan
108
Panambuang,
9 PT Maluku Utara Fisheris PMA (Korea Selatan) Ikan Beku
Halmahera Selatan
2 Tidore Kepulauan 32.342.000 621.056.901.000 12.690.501 347.224.762.549 20.722.576 351.297.300.000 Tabel 6.10
Halmahera
18.478.000 319.584.455.000 2.663.728 37.365.571.739 11.357.354 214.651.890.000
5 Tengah
Halmahera
10.335.370 45.934.916.000 1.148.373 33.073.142.000 11.483.729 51.122.960.000
4 Selatan
Halmahera
9.400 82.720.000 10.480 425.488.000 2.924.826 12.960.382.000
5 Tengah
110
antara lain udang, lobster, rumput laut, ikan kerapu, ikan nila, ikan mas,
berbagai jenis ikan budidaya lainnya.
Namun apabila dibandingkan dengan perikanan tangkap, perikanan
budidaya masih kalah pamor. Faktor selera dan tradisi masyarakat Maluku
Utara yang lebih sering mengonsumsi ikan laut menjadi salah satu penyebab
turunnya produksi.
b. Pariwisata
Jumlah Tempat
Jumlah Jumlah
Klasifikasi Akomodasi Tidur
Hotel Kamar Tabel 6.12
Jumlah Fasilitas
Hotel Bintang 1 1 72 90
Akomodasi
Hotel Bintang 2 1 58 75 Pendukung
Pariwisata
Hotel Bintang 3 - - - Maluku Utara
Hotel Bintang 5 - - -
111
112
Lebih dari dua per tiga luas wilayah Maluku Utara berupa lautan,
dengan kata lain luas laut Maluku Utara lebih besar dibanding daratannya.
Tak heran apabila Maluku Utara diproyeksikan oleh Pemerintah Pusat
untuk menjadi salah satu lumbung ikan nasional. Apabila ditetapkan
sebagai lumbung ikan nasional, perhatian pemerintah pusat terhadap
sektor perikanan di Maluku Utara meliputi penguatan infrastruktur industri
perikanan akan semakin meningkat.
113
pantai dan alam bawah laut, Morotai dinilai pantas untuk menjadi destinasi
bahari unggulan. Berbagai infrastruktur untuk mendukung program
tersebut telah dilaksanakan meliputi penambahan frekuensi penerbangan,
hotel-hotel bermunculan dan perbaikan infrastruktur jalan, listrik dan
telekomunikasi.
c. Rekomendasi
a. Kapasitas Fiskal
115
d. Pembangunan SDM
116
e. Rekomendasi
118
119
15%
angka stunting secara keseluruhan pada
wilayah Provinsi Maluku Utara adalah 15%
Rp629,03 miliar
realisasi Bidang Kesehatan tahun 2019
untuk kegiatan pencegahan stunting
BAB VII
ANALISIS TEMATIK
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
Menurut penelitian Trihono dkk (2015), menunjukkan bahwa anak stunting akan
selalu dihubungkan dengan prestasinya di sekolah yang buruk, tingkat pendidikan yang
rendah dan pendapatan yang rendah saat dewasa. Selain itu, anak stunting memiliki
kemungkinan lebih besar tumbuh menjadi individu dewasa yang tidak sehat dan miskin.
Sedangkan kerentanan terhadap penyakit, anak stunting memiliki risiko lebih tinggi
dibandingkan anak normal seperti biasanya.
Dalam penelitian Setiawan et al. (2018), disebutkan bahwa kasus stunting pada
anak dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk memprediksi kualitas sumber
daya manusia suatu negara. Stunting dapat menyebabkan buruknya kemampuan
kognitif, rendahnya produktivitas, serta meningkatnya risiko penyakit sumber daya
manusia sehingga mengakibatkan kerugian jangka panjang bagi ekonomi Indonesia.
Oleh karena itu, Pemerintah melalui Dinas Kesehatan sedang giat menjalankan program
peningkatan kesehatan bagi masyarakat, terutama bagi kesehatan anak-anak baik usia
balita atau di atasnya.
118
geografis dan rumah tangga prioritas untuk mencegah stunting. Konvergensi tersebut
dilakukan dengan menggabungkan atau mengintegrasikan berbagai sumber daya untuk
mencapai tujuan bersama.
119
120
Stunting 2019 Provinsi Maluku Utara berlokasi di Kabupaten Halmahera Selatan dan
Kabupaten Kepulauan Sula.
Jumlah Balita
No Kabupaten/Kota Stunting persen
yang diukur
Tabel 7.1
1 Kab Halmahera Barat 6.578 1.184 18 Angka
stunting di
2 Kab Halmahera Tengah 2.772 534 19 Maluku Utara
Dari tabel 7.1, angka stunting secara keseluruhan pada wilayah Provinsi Maluku
Utara adalah 15%. Namun dari angka tersebut diperlukan adanya evaluasi lebih lanjut.
Dan untuk mendapat evaluasi tersebut diperlukan pemahaman atas proses evaluasi
pelaksanaan sebuah program atau aksi.
121
Rerangka Berpikir
Menurut Jogiyanto (2005) dan Mcleod (2001) evaluasi terhadap suatu sistem atau
program dapat dilakukan dalam 3 aspek yaitu input, proses dan output. Untuk
mengevaluasi input dapat digunakan pendekatan terhadap Man, Money, Material, dan
Method (Hasibuan, 2005). Input program penanganan stunting akan dievaluasi
menggunakan pendekatan terhadap Man, Money, Material, dan Method.
Evaluasi Input
a. Man
Seluruh SDM yang terlibat dalam pelaksanaan program ini mulai dari
pemerintah, petugas kesehatan maupun masyarakat.
122
Ahli
Jumlah
Jumlah Dokter Dokter Kesehatan Kesehatan Teknologi Tabel 7.2
Provinsi Perawat Bidan Farmasi Gizi per
Unit Umum Gigi Masyarakat Lingkungan Laboratorium
Provinsi Rekapitulasi
Medik SDM
SULAWESI Kesehatan
4 5 1 35 24 7 3 2 2 0 79 Daerah
UTARA
Stunting di
Puskesmas
MALUKU 15 7 1 157 137 7 23 4 25 3 364
MALUKU
8 7 0 42 59 9 7 9 8 8 149
UTARA
b. Money
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.
Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar, sehingga
uang merupakan alat yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu
harus diperhitungkan secara rasional. Money disini merupakan Penganggaran
karena akan dapat dilihat berapa dana yang disediakan untuk pelaksanaan program
ini.
Pelaksanaan suatu program Pemerintah tidak akan bisa lepas dari enganggaran
(dana bersumber dari APBN/APBD). Pemerintah Daerah akan menggunakan
APBDnya untuk menjalankan programnya, salah satunya pencegahan stunting. JIka
pendanaan APBD untuk Aksi Konvergensi Stunting tidak mencukupi, terdapat
beberapa hal yang dapat dilakukan:
123
Tim koordinasi lintas sektor dapat mengajak OPD untuk mereviu anggarannya
dan mengalokasikan anggaran dari kegiatan yang relevan untuk aksi
konvergensi
Tim Koordinasi mengundang pihak non-pemerintah atau mitra pembangunan
untuk melakukan kegiatan CSR, kegiatan filantrofi, dan kegiatan bersama
lainnya.
Memobilisasi dukungan PKK kab/kota
Kabupaten/kota mengusulkan dukungan kegiatan/anggaran provinsi,
misalkan untuk kegiatan perbaikan manajemen data dan pengukuran dan
publikasi data stunting.
Program penanganan stunting di Maluku Utara sudah dianggarkan di APBD dan
mendapat dana juga dari APBN.
Tingkat Tempat
No. Out Put Kegiatan RPD (Rupiah) Realisasi
Administrasi kegiatan
Penguatan Intervensi Pertemuan Penguatan intervensi
Suplementasi Gizi di suplementasi gizi Ibu hamil dan balita
Provinsi (paket Gizi ) di propinsi (APBN) Provinsi 100.000.000 100%
Tabel 7.3
Orientasi dan pemanfaatan data survailans
1 Provinsi gizi (APBN) Realisasi
Peningkatan Provinsi 1.497.068.000 99% Penggunaan
Surveilans Gizi Dana Program
Diseminasi Hasil pemutahiran data
Penanganan
survailns gizi (APBN)
Provinsi stunting di
Jumlah 1.597.068.000 99,6% Maluku Utara
Halteng
Pelatihan pemberian makanan bayi dan dan
anak (PMBA) di lokus stunting (APBN) Haltim 170.730.000 99,48 %
Pembinaan Dalam pelacakan dan konfirmasi masalah gizi dan 10
Pengetahuan Gizi monev kegiatan gizi (APBN) kab/kota
Sula, 265.152.000 99,33%
2 Kabupaten Masyarakat (Dana Orientasi Pedoman Asuhan Gizi Dan e- Morotai
Dekon) PPGBM Di Puskesmas dan Halsel 256.270.000 99%
Intervensi Anak Balita Kurus, Gizi Buruk dan 10
Stunting (APBD) kab/kota 167.070.000 100%
Jumlah 337.800.000 99,4%
124
Halmahera Tengah 1 - 11 68 - 3
Kepulauan Sula 1 - 13 80 - 12
Pulau Taliabu 1 - 8 75 - 8
Ternate 7 - 11 178 3 15
125
d. Method
Method dapat diartikan sebagai tata kerja yang merupakan suatu cara
melaksanakan pekerjaan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Jadi tercapainya atau tidaknya tujuan itu tergantung dari cara kerjanya. Berdasarkan
hasil wawancara dengan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sula, SOP
pelaksanaan intervensi penurunan stunting terintegrasi sudah ditetapkan oleh
Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Dalam Negeri.
Evaluasi Proses
a. Planning
126
b. Organizing
c. Actuating
melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas, dan tanggung
jawabnya.
BOK dalam
STUNTI NG Kinerja
Nama Pengorganisas
1.02.1.02.01.34 Kode Kegiatan pencegahan 2. KOORDINASI, KONVERGENSI LP/LS
Kegiatan
stunting ian di Dinkes
Pe ngga l a nga n
Komi tmen
Halmahera
Kode
1.02.1.02.01.34.10
Output
Nama Output Pe nuruna n 122.924.000 0 122.924.000 122.924.000 100 Selatan
Stunti ng Tk.
Ke ca ma ta n
Eliminasi
3. PENGUATAN PERGERAKAN PELAKSANAAN INTERVENSI SPESIFIK & SENSITIF
Stunting
Pembinaan
STBM di Desa 106.880.000 0 106.880.000 106.880.000 100
Lokus Stunting
4. ORIENTASI STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
Pembinaan PHBS
bertatanan
69.094.000 0 69.094.000 69.094.000 100
keluarga di desa
lokus stunting
Konsultasi
20.800.000 0 20.800.000 20.800.000 100
stunting
Advokasi
Sosialisasi
67.054.000 0 67.054.000 67.054.000 100
Germas Pola
Hidup Sehat
TOTAL 386.752.000 0 410.522.000 410.522.000 100
128
Untuk Provinsi Maluku Utara, realisasi Bidang Kesehatan tahun 2019 untuk
kegiatan pencegahan stunting sebesar Rp629,03 miliar dengan jenis capaian output
kegiatan yang dihasilkan antara lain :
129
d. Controlling
Gambar 7.2
Status
Pengawasan
Dokumen
Program
Penanganan
Stunting
7.4. Simpulan
130
penanganan stunting. Hal yang lain ialah masih perlunya evaluasi lanjutan lebih
mendalam terkait output program penanganan stunting di Maluku Utara.
7.5. Hambatan
131
PERMASALAHAN REKOMENDASI
RENDAHNYA PETA KAPASITAS FISKAL DAERAH PEMERINTAH DAERAH AGAR MEMPERBESAR RUANG
DI MALUKU UTARA FISKAL
8.1 SIMPULAN
Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara pada tahun 2019 mencapai 6,13 persen.
Capaian positif lainnya ialah peningkatan Indeks Pembangunan Manusia. Namun, masih
terdapat catatan negatif atas indikator makro ekonomi regional antara lain bertambahnya
angka pengangguran dan kemiskinan. Angka kemiskinan meningkat baik di perdesaan
maupun perkotaan. Rasio gini berada pada angka 0,310 termasuk kategori rendah dan
belum menunjukkan tren penurunan dari tahun sebelumnya. Tingginya pertumbuhan
ekonomi terindikasi hanya dinikmati golongan tertentu.
8.2. REKOMENDASI
132
PENUTUP
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
b. Sektor Pariwisata
PENUTUP
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
f. Penetapan APBD tepat waktu dan percepatan proses lelang dalam rangka
percepatan penyerapan dana transfer.
g. Pemerintah Daerah Maluku Utara agar memperluas basis objek pajak yang
belum tersentuh dan mengintensifkan program-program lainnya yang
mendukung peningkatan pajak dan retribusi daerah seperti penggunaan
teknologi informasi;
134
PENUTUP
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, Fitri Haryanti., 2019. “Menkes NIla: Stunting pada 2019 Turun jadi 27,67
persen” Liputan6, 18 Oktober. Diakses pada 3 Februari 2020.
https://www.liputan6.com/health/read/4089259/menkes-nila-stunting-pada-2019-
turun-jadi-2767-persen.
Hasibuan, S.P Malayu., 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Bumi
Aksara. Jakarta.
Irawan, Yeni. 2010. Analisis Incremental Capital Output Rasio Di Provinsi Sumatera
Utara. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol 9 Nomor 2.
Nawawi, Hadari, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
McCoy, M. & Hargie, O.D.W., 2001. Evaluating evaluation: implications for assessing
quality. International Journal of Health Care Quality Assurance, 14(6–7), pp.317–
327.
Phillips, A.W., 1958. The Relation Between Unemployment and the Rate of Change of
Money Wage Rates in the United Kingdom, 1861-1957. JSTOR
Setiawan, E., Machmud, R. & Masrul, 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018. Jurnal Kesehatan
Andalas, 7 (2).
Terry, George R. 2013. Prinsip Prinsip Manajemen Cetakan 13. Bumi Aksara, Jakarta.
135
PENUTUP
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
Trihono, Atmarita, Tjandrarini, D.H., 2015. Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan
Solusinya., Jakarta: Lembaga Penerbit Balitbangkes.
136
PENUTUP
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
PROVINSI MALUKU UTARA
JALAN JATI LURUS NO. 254, TERNATE 97716; TELEPON (0921) 3111178; FAKSIMILE (0921) 3111179; SUREL
DJPBMALUT@KEMENKEU.GO.ID; LAMAN WWW.DJPB.KEMENKEU.GO.ID/KANWIL/MALUT
NOTA DINAS
NOMOR ND-308/WPB.31/2020
Tembusan: