Disusun oleh :
NIDN :0816078501
PENELITIAN
“PENGARUH PERSEPSI WAJIB PAJAK UMKM DAN PENGETAHUAN
PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN PAJAK KAB. SUMBAWA”
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Telah disetujui dan disahkan oleh Dosen Pebimbing Mata Kuliah Ekonomi Perpajakan
i
ABTSRAK
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) saat ini meningkat dengan pesat seiring dengan
berkembangnya era teknologi. Peningkatan jumlah UMKM diharapkan bisa menjadi faktor
peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak. Penerimaan pajak yang tinggi tentu menjadi
harapan bagi pemerintah, hal tersebut dapat tercapai jika persepsi masyarakat terhadap kewajiban
perpajakan juga semakin baik. Persepsi akan menunjukkan kepahaman terhadap sesuatu
sehingga jika UMKM dapat memahami apa itu kewajiban perpajakan, bagaimana penghitungan
pajak yang benar, bagaimana pelaporan pajak di era tekonologi digital sekarang ini serta
pentingnya penerimaan pajak untuk membiayai pembangunan bangsa tentu akan bisa
meningkatkan kemauan mereka dalam membayar pajak
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pengaruh persepsi wajib pajak
UMKM dan pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan pajak Kabupaten Sumbawa. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi,wawancara dan
dokumentasi serta teknik penentuan sampel dilakukan dengan metode purposssive sampling,
yaitu memilih sampel secara sengaja yang sejalan dengan tujuan penelitian. Dari hasil penelitian
ini diketahui bahwa persepsi wajib pajak UMKM dan pengetahuan perpajakan sangat
berpengaruh terhadap kepatuhan pajak Kabupaten Sumbawa. Hal ini dibuktikan dengan
kontribusi UMKM terhadap Produk Domestic Bruto (PDB) tercatat mencapai 61,41 persen.
Dengan dominasi tersebut, UMKM setidaknya menyerap hampir 97 persen total tenaga kerja
nasional dan memiliki proporsi 99 persen dari total pelaku usaha di Indonesia. Kondisi ini
membuktikan bahwa UMKM juga berperan dalam peningkatan PAD khususnya Kabupaten
Sumbawa dengan menerapkan kepatuhan membayar pajak.
Kata kunci : Persepsi Pajak, Pengetahuan Perpajakan, Kepatuhan Pajak, UMKM
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................iv
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................................................1
1.1 Latar belakang .........................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ....................................................................................................3
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 3
BAB II : LANDASAN TEORI & METODE PENELITIAN ................................................... 4
2.1 Landasan teori ........................................................................................................ 4
2.2 Retribusi Daerah ..................................................................................................... 4
2.3 Pengaruh Persepsi Wajib Pajak ............................................................................. 5
2.4 Pengetahuan Perpajakan ........................................................................................ 6
2.5 Kepatuhan Pajak .................................................................................................... 8
BAB III : METODE PENELITIAN ....................................................................................... 10
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian .............................................................................. 10
3.2 Tehnik Pengambilan Sampel ................................................................................. 10
3.3 Jenis Dan Sumber Data ......................................................................................... 10
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan fasilitas sarana dan prasarana fisik seperti jalan –jalan, jembatan, sekolah,
sarana kesehatan/ rumahsakit/ puskesmas, sarana transportasi saranaperhubungan, sarana
pertahanan keamanan negara(belanja militer, kepolisian) dan lain sebagainya dibiayai dengan
menggunakan dana dari pajak. Dana yang digunakan untuk pembiayaan dalam rangka
memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat setiap warga negara sejak lahir sampai
dengam meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya
dibiayai dengan dana dari pajak. dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi
suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintah dan
pembiayaan pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Penerimaan pajak diharapkan terus meningkat agar pembangunan negara dapat berjalan
dengan baik. Peningkatan penerimaan pajak tercapai jika peningkatan jumlah wajib pajak
terjadi.Usaha memaksimalkan penerimaan pajak tidak dapat hanya mengandalkan peran dari
Dirjen Pajak maupun petugas pajak, tetapi dibutuhkan juga peran aktif dari para wajib pajak itu
sendiri.
1
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) saat ini meningkat dengan pesat seiring dengan
berkembangnya era teknologi. Saputro,dkk menyebutkan bahwa UMKM diIndonesia telah
banyak memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (Suci2017). Peningkatan
jumlah UMKM diharapkan bisa menjadi faktor peningkatan penerimaan negara dari sektor
pajak. Penerimaan pajak yang tinggi tentu menjadi harapan bagi pemerintah, hal tersebut dapat
tercapai jika persepsi masyarakat terhadap kewajiban perpajakan juga semakin baik. Persepsi
akan menunjukkan kepahaman terhadap sesuatu sehingga jika UMKM dapat memahami apa itu
kewajiban perpajakan,bagaimana penghitungan pajak yang benar, bagaimana pelaporan pajak di
era tekonologi digital sekarang ini serta pentingnya penerimaan pajak untuk membiayai
pembangunan bangsa tentu akan bisa meningkatkan kemauan mereka dalam membayar pajak.
Persepsi wajib pajak dan pengetahuan wajib pajak mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib
pajak UMKM dalam pemenuhan di kewajiban perpajakan dan pengetahuan wajib pajak memiliki
pengaruh negative atas persepsi penghindaran pajak. Penelitian tentang pentingnya pengetahuan
perpajakan terhadap kemauan pembayaran pajak daerah juga telah dilakukan seperti pajak bumi
dan bangunan (Khoiriyyah 2018) serta pengetahuan dan pelayanan pemerintah daerah terhadap
pajak bumi dan bangunan (Hanifiyatun 2016). Oleh karena itu, pengetahuan perpajakan menjadi
hal yang penting untuk meningkatkan kemauan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan. Pengetahuan perpajakan bisa berupa pengetahuan mengenai manfaat pajak, tarif
pajak, pelaporan surat pemberitahuan tahunan (SPT), jenis pajak yang harus dibayarkan, sanksi
perpajakan serta system pembayaran pajak (Alfiah 2014). Pengetahuan juga bisa dipengaruhi
oleh kualitas pelayanan yang dilakukan oleh fiskus (Saputro 2018). Pengetahuan wajib pajak
perlu dikaji sejauh mana mereka mengenal atau memahami mengenai pajak dinegaranya
sehingga mereka tidak melakukan penghindaran pajak.
Kemudahan dalam pembayaran dan pelaporan pajak juga bisa menjadi salah satuhal yang
bisa meningkatkan pembayaran pajak. Penelitian ini juga akan mengkaji persepsi wajib pajak
darisisi teknologi yang dikembangkan oleh Direktorat Jendral Pajaks epertie-biling, e-filling dan
e-spt. Pada pertengahan 2018, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan peraturan pemerintah
yaitupajak UMKM turunmen jadi 0,5%, hal tersebut ternyata bisa membuat peningkatan jumlah
wajib pajak UMKM untuk melakukan pembayaran pajak.
2
Permasalahan yang dihadapi oleh otoritas perpajakan diIndonesia yaitu adanya keengganan
masyarakat dalam melaporkan harta dan pajaknya serta dalam kemauan membayar pajak.Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya taxratio diIndonesia yang masih rendah. UMKM sebagai
wajib pajak yang diharapkan mampu menambah penerimaan negara tentu harus memahami
tentang kewajiban perpajakan. Apakah para penggiat UMKM memiliki persepsi untuk
membayar pajak tapi dengan tarif yang rendah? Bagaimana persepsi mereka terhadap
penghitungan dan pelaporan pajak? Bagaimana persepsi mereka terhadap undang-undang
perpajakan seperti PPh atau PPN?
1.3 Tujuan
untukmengetahui persepsi wajib pajak umkm dan pengetahuan wajib pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak kab. sumbawa
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Efektivitas adalah tercapainya segala sesuatu yang sudah direncanakan. Efektivitas dapat
pula diumpakan sebagai penilaian kesuksesan dalam menggapai sasaran yang sudah di tetapkan
(Ria, 2017). Efektivitas Pajak Daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam
mengumpulkan pajak daerah sesuai dengan jumlah penerimaan pajak daerah yang
ditargetkan (Puspitasari, 2014). Jadi efektivitas yang dimaksud adalah seberapa besar realisasi
penerimaan pajak daerah berhasil mencapai target yang seharusnya dicapai pada suatu periode
tertentu. Julastiana dan Suartana (2013), mengatakan upaya yang dapat dilakukan oleh
pemerintah daerah untuk meningkatkan PAD yaitu dengan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas sumber-sumber pendapatan yang berpotensi meningkatkan PAD, seperti
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Efektivitas pajak daerah adalah nilai yang dihitung
berdasarkan persentase perbandingan realisasi penerimaan pajak dengan target penerimaan pajak
(Sucanti et al., 2017). Dengan rasio efektifitas dapat digambarkan kemampuan Pemerintah
Daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah yang direncanakan dibandingkan dengan
target yang ditetapkan. Semakin tinggi rasio efektifitas, kemampuan daerah semakin baik
(Septariani, 2019). Dengan menerapkan perhitungan rasio efektivitas maka diperoleh gambaran
tentang tingkat efektivitas pemungutan pajak daerah (Moridu & Ode, 2017).
4
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Balubun, 2018).
Retribusi daerah dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
1. Retribusi Jasa Umum; adalah retribusi yang dikenakan atas jasa yang disediakan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
2. Retribusi Jasa Usaha; adalah retribusi yang dikenakan atas jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya
dapat disediakan oleh sektor swasta.
3. Retribusi Perizinan Tertentu; adalah retribusi yang dikenakan atas pemberian izin kepada
orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian
dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan.
Karakteristik Retribusi ada 4 yaitu :
1. Retribusi dipungut berdasarka peraturan peraturan yang berlaku untuk umum (dalam hal
ini UU dan Perda).
2. Dalam pembayaran retribusi dapat imbalan secara langsung yang dapat ditunjuk secara
individual
3. Hasil retribusi digunakan untuk pelayanan umum berkaitan dengan retribusi yang
bersangkutan
4. Pelaksanannya dapat dipaksakan, namun paksaan ini bersifat ekonomis.
Riduansyah (2013) menjelaskan Kriteria Efektivitas Retribusi Daerah untuk dapat menilai
tingkat keefektivitasan dari pemungutan retribusi daerah terdapat beberapa kriteria yang harus
dipenuhi ialah sebagai berikut :
a. Kecukupan dan juga Elastisitas, Elastisitas retribusi harus responsif kepada pertumbuhan
penduduk dan juga pendapatan, selain itu, tergantung pada ketersediaan modal untuk
dapat memenuhi pertumbuhan penduduk.
b. Keadilan, Dalam pemungutan retribusi daerah tersebut harus berdasarkan dengan asas
keadilan, yakni disesuaikan dengan kemampuan dan juga manfaat yang diterima.
c. Kemampuan Administrasi, Dalam hal tersebut retribusi mudah ditaksir dan juga
dipungut. Mudah ditaksir disebabkan karena pertanggungjawaban didasarkan pada
tingkat konsumsi yang dapat diukur. Mudah dipungut disebabkan karena penduduk hanya
mendapatkan apa yang mereka bayar, apabila tidak dibayar maka otomatis pelayanan
dihentikan.
Hammer dan Organ dalam Indrawijaya (2010) menyatakan bahwa persepsi adalah “the
process by which people organize, interpret, experience, and process cues or material (inputs)
5
received from the external environment”. Persepsi yang dimaksud oleh Hammer dan Organ
tersebut adalah sebuah proses dimana seseorang mengorganisasi, menginterpretasi, mengalami,
dan mengolah isyarat atau materi yang diterima dari lingkungan luar. Arfan Ikhsan Lubis (2011:
93) berpendapat bahwa persepsi merupakan cara bagaimana individu menginterpretasikan atau
memandang peristiwa, objek, serta manusia dalam suatu gambaran yang berarti. Artinya,
persepsi berkorelasi positif terhadap daya tangkap masing-masing individu. Persepsi
menggambarkan cara pandang seseorang terhadap suatu rangsangan yang diperolehnya. Arfan
Ikhsan Lubis ( 2011: 93 ) menjelaskan bahwa persepsi bukan ditentukan oleh jenis atau bentuk
rangsangan tetapi lebih dipengaruhi oleh karakteristik individu yang merespon rangsangan
tersebut. Jadi dapat diartikan sebagai proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam
memahami setiap informasi sebagai lingkungannya melalui inderanya. Pajak merupakan salah
satu sumber Negara yang diperoleh secara langsung dari pembayaran wajib pajak masyarakat
digunakan untuk membiayai pembangunan Negara.
Dalam Mardiasmo (2011:1) Rochmat Soemitro mendefenisikan pajak sebagai iuran rakyat
kepada Negara yang didasarkan pada undang-undang serta dapat dipaksakan tampat
mendapatkan timbal balik secara langsung. Sedangkan Wajib Pajak merupakan orang pribadi
atau badan yang mempunyai hak dan kewajiban, meliputi pembayar pajak, pemungut pajak,
pemotong pajak, yang diatur dalam perundang-undangan perpajakan.Wajib Pajak bukan hanya
bagi orang yang sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) saja, namun juga bagi yang
sudah memenuhi persyaratan sebagai wajib pajak meskipun belum memiliki NPWP.
Berdasarkan penelitian terdahulu Shinta Devi Permatasari (2015) dengan judul pengaruh
pemahaman perpajakan,kondisi keuangan,sanksi pajak, dan keadilan pajak terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak UMKM menyatakan bahwa pemahaman perpajakan dan keadilan pajak
berpengaruh secara simultan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak UMKM. Jadi dapat
disimpulkan bahwa persepsi wajib pajak sangat berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
UMKM. Dengan persepsi Wajib Pajak yang baik terhadap kewajiban perpajakannya maka
dengan sendirinya Wajib Pajak akan patuh. Sebaliknya jika persepsi Wajib Pajak buruk terhadap
kewajiban perpajakannya maka kemungkinan besar Wajib Pajak tidak akan patuh. “Perilaku
sesorang akan sangat dipengaruhi oleh persepsi orang tersebut”, (Gibson dalam Mangumban,
(2015:13).
6
meningkatnya pengetahuan perpajakan baik formal dan non formal akan berdampak positif
terhadap kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak. Beliau menyatakan bahwa rendahnya
kepatuhan wajib pajak disebabkan oleh pengetahuan wajib pajak serta persepsi tentang pajak dan
petugas pajak yang masih rendah.Sebagian wajib pajak memperoleh pengetahuan pajak dari
petugas pajak, selain itu ada yang memperoleh pengetahuan dari media informasi, konsultan
pajak, seminar dan pelatihan pajak.Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Palil (2013) yang berjudul The Perception of Tax
Payers on Tax Knowledge and Tax education with Level of Tax Compliance: A Study the
influences of Religiosity dimana hasil penelitiannya yaitu kepatuhan pajak responden lebih
rendah dibandingkan dengan pendidikan dan pengetahuan mereka terhadap pajak dan nilai-nilai
agama memainkan peran yang sangat penting untuk membuat Wajib Pajak bertanggung jawab
atas kepatuhan pajak. Menurut hasil penelitian Ulfa (2015) menunjukkan bahwa pengetahuan
pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil tersebut didukung oleh
Muarifah (2012) juga menyatakan bahwa pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak. Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Caroko (2014) juga
menunjukkan hasil yang sama bahwa pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan
wajib pajak. Begitu juga dengan Putri (2015) menyatakan bahwa pengetahuan perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Pengetahuan tentang peraturan pajak sangat penting untuk menumbuhkan perilaku patuh
karena bagaimana mungkin wajib pajak patuh apabila mereka tidak mengetahui bagaimana
peraturan perpajakanya. Dengan adanya pengetahuan wajib pajak tentang pajak yang baik akan
dapat memperkecil adanya tax evation (Witono, 2008). Serta dengan adanya pengetahuan
perpajakan tersebut akan membantu kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak, sehingga
tingkat kepatuhan akan meningkat. Wajib pajak yang berpengetahuan tentang pajak, secara sadar
diri akan patuh membayar pajak. Mereka telah mengetahui bagaimana alur penerimaan pajak
tersebut akan berjalan, hingga akhirnya manfaat membayar pajak tersebut dirasakan. Seorang
wajib pajak akan taat membayar pajak apabila wajib pajak mempunyai pengetahuan tentang
perpajakan dengan baik. Apabila wajib pajak mengetahui peraturan pajak, maka wajib pajak
tersebut akan taat melaksanakan kewajiban perpajakannya dan akan meningkatkan kepatuhan
wajib pajak. Pemahaman perpajakan diperlukan untuk memudahkan wajib pajak dalam
mematuhi kewajiban perpajakannya.Pemahaman perpajakan meliputi perhitungan pajak,
penyetoran pajak, pelaporan pajak, dan pengisian SPT. Semua itu dapat dilakukan oleh wajib
pajak secara mudah jika wajib pajak memiliki pemahaman tentang perpajakan yang berlaku.
Rahadi (2014) menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman pajak berpengaruh positif
terhadap kepatuhan wajib pajak.Pemahaman Wajib Pajak tentang peraturan perpajakan
merupakan penyebab internal karena berada di bawah kendali wajib pajak sendiri. Tingkat
pengetahuan dan pemahaman Wajib Pajak yang berbeda-beda akan mempengaruhi penilaian
masing-masing Wajib Pajak untuk berperilaku patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
7
Tingkat pemahaman Wajib Pajak tinggi akan membuat Wajib Pajak memilih berperilaku patuh
dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Jadi kesimpulannya, pengetahuan perpajakan adalah
kemampuan seorang wajib pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal tarif pajak
berdasarkan undang-undang yang akan mereka bayar maupun manfaat pajak yang akan berguna
bagi kehidupan mereka (Utomo, 2011).
8
2013). Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 74/PMK.03/2012 tentang tata cara
penetapan wajib pajak dengan kriteria tertentu dalam rangka pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak Bab II pasal 2, wajib pajak patuh adalah mereka yang memenuhi
empat kriteria, yakni: (1) tepat waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan untuk semua
jenis pajak, (2) tidak mempunyai tunggakan pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah
memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak, (3) laporan keuangan diaudit
oleh akuntan publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, dan (4) tidak pernah dipidana karena
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telaaah
mempunyai kekuatan hokum tetap dalam jangka 5 (lima) tahun terakhir. Isu kepatuhan menjadi
penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan upaya menghindarkan pajak
yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas negara. Jadi semakin tinggi
tingkat kebenaran menghitung dan memperhitungkan.ketepatan menyetor, serta mengisi dan
memasukkan surat pemberitahuan wajib pajak, maka diharapkan semakin tinggi tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban pajaknya. Norman D.
Nowak dalam Sony Devano (2006: 110) menggambarkankepatuhan dan kesadaran pemenuhan
kewajiban perpajakan sebagai sebuah “iklim” yang tercemin dalam situasi berikut:1) Wajib
pajak paham dan berusaha memhami ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan.2)
Wajib pajak mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.3) Wajib pajak menghitung jumlah
pajak yang terutang dengan benar. 4) Wajib pajak membayar pajak yang terutang tepat pada
waktunya.Berdasarkan penjelasan beberapa pengertian kepatuhan wajib pajak, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak merupakan suatu sikap wajib pajak
mematuhi peraturan yang berlaku dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identitas responden menggambarkan suatu kondisi atau keadaan serta status dari responden
tersebut.Identitas seseorang responden dapat memberikan informasi tentang persepsi wajib pajak
UMKM di Kabupaten Sumbawa. Informasi-informasi mengenai identitas responden sangat
penting untuk diketahui karena merupakan salah satu hal yang dapat memperlancar proses
penelitian. Berikut ini identitas responden yang berhasil dikumpulkan di lapangan
11
5. Nining Kios UD. Desa Jorok Rp. 350.000 Tahu
Makmur
Dari tabel data Pajak UMKM di Kabupaten Sumbawa dapat disimpulkan bahwa pelaku
UMKM sudah mengetahui tentang kewajibanakanpajak serta dapat dikatakan patuh akan pajak.
12
PPh Final UMKM PP 23/2018 memiliki jangka waktu berbeda-beda sesuai bentuk
usahanya, apakah berbentuk CV, Koperasi, Firma, atau PT.
b. Pajak Tahunan
Sedangkan kewajiban pajak yang dibayarkan atau dilaporkan secara tahunan atau disebut
Tahunan Pajak, adalah:
PPh Badan
UKM dengan kategori pengusaha dengan skala usaha menengah dikenakan PPh Badan
yang dibayarkan setahun sekali atau melalui angsuran PPh Pasal 25 yang dibayarkan
setiap bulan.
13
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Pajak mempunyai peranan penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam kelanjutan
pembangunan sebuah negara karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk
dimanfaatkan dalam membiayai besarnya pengeluaran negara.Penerimaan pajak terdiri atas
penerimaan pajak langsung dan penerimaan pajak tidak langsung. Penerimaan pajak sangat
penting karena pajak dimanfaatkan untuk pembangunan nasional negara serta dapat memenuhi
kebutuhan belanja negara
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) saat ini meningkat dengan pesat seiring dengan
berkembangnya era teknologi. Saputro,dkk menyebutkan bahwa UMKM diIndonesia telah
banyak memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (Suci2017). Peningkatan
jumlah UMKM diharapkan bisa menjadi faktor peningkatan penerimaan negara dari sektor
pajak.Penerimaan pajak yang tinggi tentu menjadi harapan bagi pemerintah, hal tersebut dapat
tercapai jika persepsi masyarakat terhadap kewajiban perpajakan juga semakin baik. Persepsi
akan menunjukkan kepahaman terhadap sesuatu sehingga jika UMKM dapat memahami apa itu
kewajiban perpajakan, bagaimana penghitungan pajak yang benar, bagaimana pelaporan pajak di
era tekonologi digital sekarang ini serta pentingnya penerimaan pajak untuk membiayai
pembangunan bangsa tentu akan bisa meningkatkan kemauan mereka dalam membayar pajak
14
DAFTAR PUSTAKA
Website:https://jurnalmahasiswa.mdp.ac.id/prima/
http:/jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jap
http://ojs.ukipaulus.ac.id/index.php/pja/article/view/27
https://klikpajak.id/blog/pajak-umkm-tarif-cara-hitung-bayar-dan-lapor-spt-pajaknya/
15
Lampiran / Dokumentasi
16
17