Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1

KARYA ILMIAH

Nama : Andi Amelia Ramli

Nim : 044660815

Judul karya ilmiah yang digunakan : Pengaruh Motivasi dan Tingkat Pendidikan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak.

Pengaruh motivasi terhadap kepatuhan wajib pajak :

1. Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan (Reksohadiprojo dan
Handoko, 1997:252). Jadi motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu
perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan (Asmara, 2002).
Bentuk-bentuk motivasi, meliputi:
a) motivasi instrinsik yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri individu itu sendiri,
b) motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu,
c) motivasi terdesak yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya
serentak serta menghentak dan cepat sekali (Widayatun, 1999).
Ada beberapa ahli psikologis membagi motivasi dalam beberapa tingkatan, namun secara
umum terdapat keseragaman dalam mengklasifikasikan tingkatan motivasi yaitu :
a) motivasi dikatakan kuat apabila dalam diri seseorang dalam kegiatan-kegiatan sehari-
hari memiliki harapan yang positif, mempunyai harapan yang tinggi, dan memiliki
keyakinan yang tinggi,
b) motivasi sedang apabila dalam diri manusia memiliki keinginan yang positif,
mempunyai harapan yang tinggi, namun memiliki keyakinan yang rendah,
c) motivasi dikatakan lemah/rendah apabila di dalam diri manusia memiliki harapan dan
keyakinan yang rendah dalam dirinya (Irwanto, 2008). Pengukuran motivasi dengan
menggunakan skala likert yaitu Skala ini pada umumnya dibuat seperti checklist dengan
interpretasi penilaian. Pengukuran motivasi dengan menggunakan skala Likert yaitu
a) Motivasi Kuat: 66 – 100 %,
b) Motivasi Sedang : 34 – 65 %,
c) Motivasi Rendah : 0 – 33 % (Hidayat, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi, antara lain :


a) Tingkat kematangan pribadi merupakan motivasi yang berasal dari dalam dirinya
sendiri, biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga puas
dengan apa yang sudah dilakukan,
b) Situasi dan kondisi, motivasi yang timbul berdasarkan keadaan yang terjadi sehingga
mendorong memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu,
c) lingkungan kerja atau aktifitas merupakan motivasi yang timbul atas dorongan dalam
diri seseorang atau pihak lain yang didasari dengan adanya kegiatan atau aktivitas rutin
dengan tujuan tertentu,
d) Tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang,
e) Audio Visual (media) motivasi yang timbul dengan adanya informasi yang didapat dari
perantara sehingga mendorong atau menggugah hati seseorang untuk melakukan sesuatu,
f) Sarana dan Prasarana dapat mempengaruhi motivasi. Apabila sarana dan prasarana
memadai maka akan timbul suatu motivasi (Prabu, 2005).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi, antara lain : a) Tingkat kematangan pribadi


merupakan motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri, biasanya timbul dari
perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga puas dengan apa yang sudah
dilakukan, b) Situasi dan kondisi, motivasi yang timbul berdasarkan keadaan yang terjadi
sehingga mendorong memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu, c) lingkungan kerja
atau aktifitas merupakan motivasi yang timbul atas dorongan dalam diri seseorang atau
pihak lain yang didasari dengan adanya kegiatan atau aktivitas rutin dengan tujuan
tertentu, d) Tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang, e) Audio Visual
(media) motivasi yang timbul dengan adanya informasi yang didapat dari perantara
sehingga mendorong atau menggugah hati seseorang untuk melakukan sesuatu, f) Sarana
dan Prasarana dapat mempengaruhi motivasi. Apabila sarana dan prasarana memadai
maka akan timbul suatu motivasi (Prabu, 2005).
3. Masalah inti motivasi yang berkaitan dengan perpajakan adalah bagaimana merangsang
sekelompok orang yang masing-masing memiliki kebutuhan mereka yang khas untuk
bekerja sama menuju pencapaian sasaran pembangunan ekonomi di suatu negara. Tujuan
teori motivasi adalah memprediksi perilaku. Perlu ditekankan perbedaan-perbedaan
antara motivasi, perilaku, dan kinerja (perfomance). Motivasilah penyebab perilaku.
Andaikan perilaku tersebut efektif atau baik, maka akibatnya adalah berupa kinerja yang
tinggi. Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan (goal oriented) dengan kata lain
perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan
tertentu. Perilaku disebabkan atau dipengaruhi oleh upaya manusia untuk mencapai suatu
kondisi hidup tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan masing-masing
model/obyek yang memotivasi bersifat static dalam arti bahwa ia terus-menerus
memotivasi sekalipun hal tersebut telah tercapai (Winardi, 2002:29).
4. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) dapat memotivasi para wajib pajak dengan memahami kebutuhan-kebutuhan sosial
mereka akan pengadaan public goods and services dan membuat mereka senang serta
penting bagi pelaksanaan pembangunan

Tingkat pendidikan terhadap kepatuhan wajib pajak:


1. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewaskan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian
luas pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah
laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 1997:10).
2. Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha pengembangan sumber daya manusia,
yang dilakukan secara sistematis, pragmatis dan berjenjang, agar menghasilkan
manusia-manusia yang berkualitas yang dapat memberikan manfaat dan sekaligus
meningkatkan harkat dan martabatnya (Hasan, 2005:136).
3. Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) atau
bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Atas (SMP) atau bentuk lain yang
sederajat. 2) Pendidikan Menengah Pendidikan menengah merupakan lanjutan
pendidikan dasar, pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah
Atas (SMA) atau bentuk lain yang sederajat. 3) Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi
merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, dan Doktor yang diselenggarakan
oleh pendidikan tinggi.
4. Menurut Hasan (2005:136-137) peningkatan kualitas diri manusia yang dicapai
melalui pendidikan, diharapkan dapat mencakup beberapa aspek yaitu:
1. Peningkatan kualitas fikir (kecerdasan, kemampuan analisis, kreativitas, dan
visioner).
2. Peningkatan kualitas moral (ketakwaan, kejujuran, ketabahan, keadilan dan
tanggung jawab).
3. Peningkatan kualitas kerja (ketrampilan, profesional, dan efisien).
4. Peningkatan kualitas hidup (kesejahteraan materi dan rohani, ketentraman dan
terlindungnya martabat dan harga diri).
Kepatuhan terhadap wajib pajak:
1. Menurut Safri Nurmantu (2003:148), kepatuhan perpajakan didefinisikan sebagai:
“Suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak dan perpajakannya. Terdapat dua macam kepatuhan, yakni
kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu
keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya secara formal
sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Misalnya, ketentuan
batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh)
Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah melaporkan SPT PPh
sebelum atau pada tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak telah memenuhi
kepatuhan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi ketentuan material,
yaitu suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara subtantif memenuhi semua
ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang
perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan formal. Wajib Pajak
yang memenuhi kepatuhan material adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan
jujur, lengkap, dan benar SPT sesuai dengan ketentuan dan menyampaikannya ke
kantor pelayanan pajak sebelum batas waktu berakhir”.
2. Menurut Gunadi (2005:5) pengertian kepatuhan diartikan bahwa Wajib Pajak
mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajakannya sesuai dengan
peraturan yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama,
peringatan, ataupun ancaman dan 46 penerapan sanksi baik hukum maupun
administrasi. Jadi, kepatuhan itu merupakan sikap taat dalam melaksanakan
sesuatu tanpa adanya unsur pemaksaan dari pihak manapun.
3. Menurut Burton (2005:4-6) ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya.
Adapun faktor-faktor tersebut, antara lain:
a. Tarif pajak.
b. Pelaksanaan penagihan yang rapi, konsisten dan konsekuen.
c. Ada tidaknya sanksi bagi pelanggar.
d. Pelaksanaan sanksi secara konsisten, konsekuen dan tidak pandang bulu.

4. Menurut kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya pada


dasarnya tercermin dari 3 (tiga) hal, yaitu:
a. Pemenuhan kewajiban interim, seperti pembayaran masa dan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa termasuk SPT PPN dan PPN BM yang dilaksanakan
setiap bulan.
b. Pemenuhan kewajiban tahunan, seperti menghitung dan melunasi utang pajak,
serta melaporkan perhitungan dan SPT diakhir tahun.
c. Pemenuhan ketentuan materil dan yuridis formal perpajakan melalui perlakuan
pembukuan atas pengakuan penghasilan dan biaya serta berbagai transaksi
keuangan lain untuk memperoleh dasar perhitungan pajak terutang yang tercermin
dalam pembukuan Wajib Pajak.

5. Undang-undang tidak pernah menegaskan siapa dan bagaimana kriteria dari


Wajib Pajak yang tergolong patuh. Kriteria siapa yang digolongkan patuh sebagai
WP Patuh hanya diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
544/KMK.04/2000 yang diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
235/KMK.03/2003 jo Keputusan Dirjen Pajak Nomor 550 tahun 2000. Hal ini
pun hanya kriteria yang dikaitkan dengan masalah Pengambilan Pendahuluan
Kelebihan Pembayaran Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 17C UUKUP
(Burton, 2005:46). Apabila 4 (empat) kriteria di bawah ini dipenuhi, maka WP
dapat digolongkan sebagai WP Patuh. Kriteria Wajib Pajak Patuh tersebut
diantaranya, yaitu:
a. WP tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) untuk semua
jenis pajak dalam 2 (dua) tahun terakhir.
b. WP tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah
memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya.
c. WP tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana dibidang
perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun.
d. Dalam hal laporan keuangan diaudit akuntan publik yang tidak dalam
pembinaan Ditjen lembaga Keuangan, atau badan pengawasan keuangan dan
pembangunan serta harus dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau wajar
dengan pengecualian, sepanjang pengecualian tidak mempunyai laba rugi fiskal.
Di mana laporan auditnya harus:
1) disusun dalam bentuk panjang (long form report)
2) menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal e. Dalam hal laporan
keuangan yang tidak diaudit oleh akuntan publik, maka Wajib Pajak dapat
mengajukan permohonan untuk ditetapkan sebagai wajib pajak patuh sepanjang:
1) memenuhi kritetia pada butir 1 sampai 3 di atas, dan
2) dalam 2 (dua) tahun terakhir: - menyelenggarkan pembukuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 28 UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 16 Tahun 2000. - dalam hal
WP patuh dilakukan pemeriksaan koreksi pada pemeriksaan terakhir untuk
masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%. - Permohonan
diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku terakhir. Sedangkan
menurut Indra Ismawan (2001:83) agar terciptanya kepatuhan yang sukarela ada
beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya:
1) Pelayanan yang baik
2) Prosedur yang sederhana dan mudah
3) Pemantauan kepatuhan dan verifikasi yang efektif
Rumusan Masalah :
1. Apakah motivasi wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?
2. Apakah tingkat pendidikan wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak?
3. Apakah motivasi dan tingkat pendidikan wajib pajak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak?

Anda mungkin juga menyukai