Anda di halaman 1dari 5

Nama: Farawayne Dila Dinevali Sinurat

NIM: 2502020812
Kelas: LC64

Mata Kuliah: Industrial & Organizational Psychology

Essay Instructions
Uraikan permasalahan apa yang Anda angkat/ usulkan, beserta penjelasan baik secara teoritis
dan praktis (apa dan mengapa) mengenai ide yang Anda berikan. Tulis dengan kalimat yang
efektif sesuai dengan kaidan penulisan ilmiah dan berikan referensi.

The Relationship between Non-Mandatory Acts of Appreciation and Employees’


Motivation

Tidak dapat dipungkiri kenyataan bahwa organisasi dan industri membutuhkan sumber
daya manusia agar kegiatan dapat terus berjalan hingga mencapai tujuan. Di era yang ditandai
dengan kemajuan IPTEK pun, teknologi masih belum selalu sebanding tenaga kerjanya dengan
yang mampu untuk disediakan oleh manusia dengan sendirinya. Bahkan teknologi pun
membutuhkan manusia untuk dapat berfungsi dan beroperasi. Ini menunjukkan bahwa semaju
apapun dunia, usaha yang dituangkan oleh manusia akan selalu dibutuhkan untuk pencapaian
tujuan. Tiap manusia memiliki kemampuan dan keunikan yang berbeda-beda antar sesama. Ini
pun dapat dimanfaatkan dalam mencapai berbagai hal terutama jika dilakukan dalam kelompok
dan bukan individu. Dengan berbagai perbedaan individu––mulai dari kepribadian, karakteristik,
sifat, keterampilan, pola pikir, perasaan, dan sebagainya––manusia dapat mempergunakan
keunikan tersebut dan menggabungkannya dengan keunikan yang dimiliki individu lain, atau
istilahnya, melakukan kolaborasi. Kolaborasi ini digunakan terutama dalam lingkup organisasi
dan industri. Dalam kedua latar tersebut, tiap individu yang ada didalamnya tidak melakukan
aktivitas yang sama semua. Melainkan, mereka diberikan pekerjaan yang sesuai dengan masing-
masing kemampuan yang mereka miliki. Melalui cara ini, organisasi dapat mencapai tujuan-
tujuannya dengan jauh lebih efisien dan efektif.
Memahami betapa krusialnya keberadaan manusia dalam beroperasinya suatu organisasi,
Maka tentunya organisasi-organisasi harus dapat mencari cara agar mereka tidak kehilangan
pekerja mereka. Sayangnya, tidak semua organisasi mampu dalam memberikan kenyamanan dan
motivasi yang cukup bagi pekerja-pekerjanya untuk bekerja dan bertahan dalam organisasi
mereka. Salah satu faktor yang membantu organisasi untuk terus berjalan dengan lancar adalah
motivasi karyawan-karyawannya.
Menurut Wibowo (2014, dalam Theodora, 2015), motivasi adalah dorongan terhadap
serangkaian proses perilaku manusia pada pencapaian tujuan. Dengan kata lain, motivasi
merupakan segala sesuatu yang mendorong seorang individu untuk bertindak atau berperilaku.
Dari pengertian tersebut, tentunya dapat dipahami bahwa karyawan membutuhkan motivasi
untuk dapat berproduktivitas. Produktivitas karyawan pun dibutuhkan agar segala proses dalam
guna mencapai tujuan organisasi dapat terkerjakan. Performa kerja karyawan bergantung pada
motivasi. Lalu, bagaimanakah motivasi karyawan dapat dibangkitkan? Salah satu caranya adalah
melalui reward.
Rothmann & Cooper (2008) menyatakan bahwa tahap penting untuk mengembangkan
program motivasional yang efektif salah satunya adalah dengan mengaitkan performa dengan
outcome atau hasil akhir yang dapat berupa reward atau hadiah––seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Ini merupakan tanggung jawab tiap-tiap pekerja dalam suatu organisasi, terutama
manajer dan pengawas atau pendamping. Pekerja dalam organisasi yang sudah memiliki jabatan
cukup tinggi harus menyadari akan kenyataan bahwa interaksi mereka kepada karyawan yang di
“bawah” mereka juga merupakan motivator yang penting.
Salah satu teori terkait motivasi yaitu expectancy theory. Expectancy theory ini berisi
tentang gagasan mengenai harapan-harapan yang orang miliki, dan bagaimana harapan tersebut
memengaruhi perilaku mereka dalam lingkup organisasi. Menurut Victor Vroom (1964, dalam
Rothman & Cooper, 2008), motivasi adalah hasil dari tiga kepercayaan yang dimiliki individu
dan ketiga kepercayaan tersebut mengimplikasikan suatu hubungan. Terdapat expectancy (E),
instrumentality (I), dan valence (V). Namun, pada permasalahan ini, saya tertarik pada
kepercayaan berupa instrumentality (I). Instrumentality ini adalah kepercayaan seorang bahwa
performa yang bagus akan diikuti dengan reward atau berbagai hasil akhir yang lain. Meskipun
seorang karyawan bekerja dalam level yang tinggi, motivasi mereka akan cenderung berkurang
apabila performa mereka tidak diberi reward. Gagasan tersebut sekali lagi menunjukkan
kepentingan dari reward ini bagi pendorong produktivitas karyawan.
Selanjutnya terdapat teori hierarchy of needs dari Maslow yang juga berkaitan dengan
motivasi. Dalam teori tersebut, Maslow mencetuskan bahwa kebutuhan manusia diurutkan
berdasarkan urutan hierarki atas tingkat kepentingannya. Mulai dari yang paling dasar, terdapat
kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan ego/esteem (penghargaan), dan
kebutuhan aktualisasi diri. Diantara tiap level tersebut, saya tertarik untuk membahas level
kebutuhan ego/esteem. Kebutuhan ego/esteem ini dapat dibagikan menjadi dua kelompok, yaitu
kebutuhan harga diri serta kebutuhan berupa didapatkannya penghargaan dari orang lain.
Kelompok pertama meliputi kebutuhan yang berhubungan dengan kelayakan diri seorang dan
rasa hormat kepada diri sendiri––sebagai contohnya yaitu pencapaian, kemandirian, dan
kebebasan. Adapun kelompok kedua meliputi kebutuhan yang berhubungan dengan reputasi atau
prestise yang dicapkan oleh orang lain kepada seorang––misalnya seperti status, pengakuan,
penghormatan, hingga apresiasi. Ini membawa saya untuk membahas variabel penelitian yang
selanjutnya yaitu apresiasi. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
seorang dapat termotivasi melalui reward––baik dalam bentuk apapun itu––dan ini dapat
berhubungan juga dengan kebutuhan manusia yang juga meliputi dibutuhkannya rasa
penghargaan untuk memuaskan ego diri, seperti yang telah dipaparkan dalam teori Maslow yang
dibahas secara singkat.
Sebagai manusia juga, karyawan tentunya juga membutuhkan sesuatu untuk dapat
membuat diri sendiri merasa layak dan dihargai. Apresiasi yang juga termasuk salah satu bentuk
reward pun dapat membantu karyawan untuk memperoleh perasaan itu. Apresiasi merupakan
suatu bentuk berupa menyadari nilai dari sesuatu. Menurut Elviana et al. (2022), apresiasi ini
dapat dikelompokkan atas berbagai macam bentuk dan perilaku seperti melalui; gestur, misalnya
memberi anggukkan kepala, tepukkan tangan, senyuman, atau pemberian gestur jempol; verbal,
misalnya dengan memberi pujian, ucapan terima kasih; material, seperti memberikan benda-
benda, mulai dari yang sederhana seperti notes yang berisi tulisan yang memberi rasa semangat,
kopi, uang, makanan; kegiatan, seperti memberikan cuti atau mengajak untuk makan bersama.
Benar seperti yang disebutkan, hal yang terkecil dan simpel pun dapat memberikan perasaan
dihargai pada seorang. Penelitian ini tidak tertarik pada apresiasi dalam bentuk uang gaji yang
diwajibkan dan telah ditentukan waktu pemberiannya, namun tertarik pada bentuk-bentuk
apresiasi yang sebenarnya tidak diwajibkan untuk diberikan dan terkadang tidak terstruktur.
Permasalahan yang ingin dieksplorasikan pada penelitian yaitu bagaimana hubungan dari
apresiasi yang bersifat tidak wajib dengan motivasi karyawan. Topik ini diinspirasikan oleh
fenomena baru-baru ini terkait pandangan karyawan mengenai apresiasi dalam lingkungan kerja
mereka yang saya temukan dalam forum-forum pada platform Reddit.
Pada postingan forum yang dituliskan oleh pengguna cdubz-1986 (2022), ia
menceritakan perasaan bahagianya ketika atasannya memberikan rasa terima kasih kepadanya
dalam sebuah rapat meskipun sebelumnya ia tidak diberikan dukungan apapun oleh siapapun di
lingkungan kerjanya. Saya menganggap ini menunjukkan betapa pentingnya apresiasi, seberapa
kecil atau besar. Dalam postingan tersebut juga terdapat salah satu reply yang menarik perhatian
saya dimana pengguna dengan nama hotelninja menceritakan, “Ketika saya memulai pekerjaan
saya, saya selalu merasa dihargai. Mereka selalu mengatakan betapa bagusnya saya dan betapa
cepatnya saya belajar. Mereka memberikan saya pujian dengan cukup sering. Sekarang sudah
hampir 2 tahun dan rasanya sudah seperti kebalikannya dan sikap saya untuk bekerja telah
berubah. Saya tidak merasa dihargai lagi, mereka telah mengambil tanggung jawab, dan telah
mengajarkan recruiter baru hal-hal yang tidak pernah mereka beritahukan kepada saya. Saya pun
surat pengajuan untuk memundurkan diri karena merasa seolah tempat kerja tersebut telah
merasa seperti neraka”. Pengalaman dan perasaan oleh pengguna tersebut membuat saya
semakin tertarik untuk membahas permasalahan ini karena sekali lagi––ini menunjukkan bahwa
karyawan memang benar membutuhkan apresiasi rekan-rekannya kepada mereka. Pengguna
tersebut kehilangan motivasi untuk melanjutkan pekerjaannya di sana hanya karena merasa tidak
dihargai lagi dan menurut saya ini sangat penting untuk dipahami oleh organisasi-organisasi di
luar sana agar dapat terhindar dari resiko kehilangan karyawan terutama apabila mereka
memiliki performa kerja yang sangat baik.
Salah satu lagi postingan forum yang ingin saya ungkit adalah yang dituliskan oleh
pengguna Throwawayqwerty123_4 (2022) dimana terdapat salah satu reply oleh pengguna
svrvhvm dimana ia menceritakan kerja keras maksimal yang ia berikan dalam pekerjaannya
hanya untuk kemudian melihat manajernya memberikan kartu hadiah kepada rekan kerjanya. Hal
tersebut membuat pengguna merasa sangat kecewa dan kejadian tersebut menjadi pendorong
terakhir untuk membuat dirinya tidak lagi peduli dan menyerah. Ia kemudian berhenti bekerja
dengan keras namun ketika ada pekerjaan yang sulit, ia selalu diminta untuk mengerjakannya.
Bahkan setelah ia menyelesaikan pekerjaanya tersebut, ia tidak menerima rasa terima kasih
apapun. Pengguna pun mengakhiri reply dengan kabar bahwa ia telah meninggalkan pekerjaan
tersebut serta pesan terakhir berupa pentingnya memiliki seorang manajer yang melihat dan
menghargai anda.
Dengan demikian, permasalahan ini harus disadari kepentingannya bagi organisasi. Studi
oleh Mussie et al (2014; Allen & Helms, 2002, dalam Abdullah et al, 2016) menemukan bahwa
sangat penting bagi recruiter untuk biasa melakukan research atau menelusuri mengenai
mengekspresikan apresiasi terhadap perilaku yang ingin didorong pada karyawan untuk
mencapai tujuan strategis. Pihak-pihak dan karyawan dalam organisasi diharapkan dapat lebih
mengedukasikan diri mengenai pentingnya seorang untuk dihargai agar kemudian dapat
menerapkan berbagai bentuk apresiasi dalam lingkungan kerja dan menghindari adanya
kekurangan motivasi dalam karyawan yang kemudian dapat memengaruhi performa kerja atau
bahkan menyebabkan pengunduran diri karyawan. Apresiasi dapat diberikan bahkan melalui
bentuk-bentuk terkecil seperti ucapan terima kasih atau pujian maka seharusnya tidak ada alasan
bagi sebuah organisasi untuk merasa keberatan dalam mengimplementasikan hal-hal yang dapat
membuat karyawannya merasa dihargai.
REFERENSI

Abdullah, N., Shonubi, O. A., Hashim, R., & Hamid, N. (2016). Recognition and

appreciation and its psychological effect on job satisfaction and performance in a

Malaysia IT company: Systematic review. Journal of Humanities and Social Science,

21(9), 47-55.

Cdubz-1986. (2022, August 9). It’s awesome to feel appreciated at work [Online forum

post]. Reddit.

https://www.reddit.com/r/CasualConversation/comments/wk2ewe/its_awesome_to_feel_

appreciated_at_work/

Elviana, L., Sainanda, G., & Setiawati, M. (2022). Hubungan pemberian apresiasi

terhadap minat belajar IPS siswa kelas VII di SMP Negeri 1 X Koto Diatas. Jurnal

Eduscience, 9(2), 388-394.

Rothmann, I., & Cooper, C. (2008). Organizational and work psychology. Hodder

Education.

Theodora, O. (2015). Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan PT. Sejahtera

Motor Gemilang. AGORA, 3(2), 187-195.

Throwawayqwerty123_4. (2022, January 31). I’m starting to feel unappreciated at work

[Online forum post]. Reddit.

https://www.reddit.com/r/HEB/comments/sgqltx/im_starting_to_feel_unappreciated_at_

work/

Anda mungkin juga menyukai