Anda di halaman 1dari 3

Dikatakan sebagai fenomena Hiperealitas , aplikasi gojek ramai digunakan oleh berbagai

kalangan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Jean Baudrillard, sosiolog dan ahli teori budaya yang gagasan teoretisnya tentang "hiperealitas"
dan "simulacrum" memengaruhi teori sastra dan filsafat , khususnya di Amerika Serikat, dan menyebar
melalui budaya populer. Bagi Baudrillard, kenyataan simulasi yang dihasilkan oleh bermacam teknologi
baru sudah dapat mengalahkan kenyataan yang sesungguhnya bahkan jadi model acuan yang baru untuk
masyarakat. Melihat fenomena dan perkembangan saat ini , Gojek memiliki fitur untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari tidak hanya berperan sebagai transportasi atau jasa transportasi.

Source : (1) New Message! (kerenhd.blogspot.com)

Lalu mengapa aplikasi gojek dikatakan sebagai sebuah fenomena hiperealitas?

Mari kita coba melihat dan mengkaji pengaruh Gojek dalam kehidupan kita sehari-hari , Jika
fenomena kecenderungan dan kepuasan kebutuhan dianggap sebagai fenomena hiperealitas,
Gojek bisa diibaratkan sebagai penanda. Maksud dari penanda sendiri adalah bagaimana aplikasi ini
ditafsirkan dengan arti yang berbeda-beda tergantung pada pemakainya. Gojek bisa menjadi sesuatu yang
nyata dan berbasis ojek online multifungsi. Tetapi faktanya , Gojek hanyalah sekumpulan tanda kecil
yang terakumulasi dalam simulasi. Berkat simulasi terus menerus , Gojek bahkan lebih nyata dari yang
nyata (hiperealitas).

Hiperealitas ini dapat kita lihat dari bagaimana perusahaan dapat menggiring opini kita dalam
media sosial , Gojek selalu menjadi alternatif dalam sarana tranportasi walaupun terdapat banyak pro dan
kontra antar individu maupun pemerintah dalam penggunaan aplikasi tersebut . Pada fenomena ini , bisa
kita lihat dimana model simulacra menjadi sesuatu yang lebih nyata karena hilangnya realitas yang
“nyata”. Hal ini juga dapat dilihat dari bagaimana seluruh kalangan masyarakat saat ini , mulai dari
generasi baby boomer hingga generasi Z menginterpretasikan Gojek dalam kehidupan kesehariannya.
Kehadiran Gojek dan perkembangan seperti ini membuat Gojek dapat dianggap sebagai fenomena
hiperealitas dan Gojek berkembang saat ini sebagai hasil dari simulasi.
Pernahkah Anda membayangkan jika aktivitas harian kita tergantikan hanya dengan satu kali
klik pada aplikasi?

Masyarakat kini pastinya ingin melakukan segala kegiatan secara praktis dan efektif . Para
pengguna aplikasi gojek lebih memilih untuk menggunakan aplikasi gojek dalam berbelanja makanan
melalui Gofood dan kebutuhan pokok melalui Gomart daripada harus membeli langsung ke toko atau
restorannya . Terlebih lagi Gojek juga menyediakan layanan dompet digital yang praktis yaitu Gopay
sehingga dapat memudahkan pembayaran dalam proses transaksi. Tidak berhenti sampai disitu bahkan
Gojek juga menyediakan layanan untuk memudahkan anda dalam berdonasi yaitu Gogive dan masih
banyak pelayanan jasa lainnya . Saya sendiri juga menikmati fitur-fitur dan akses yang disediakan oleh
Gojek tersebut , misalnya saat ada barang saya yang tertinggal di rumah teman , tetapi tidak
memungkinkan untuk kembali lagi dalam waktu dekat , saya tinggal meminta teman saya untuk
mengantarnya melalui via Gojek . Tentunya banyak sekali dampak positif yang saya rasakan dalam
pengunaan aplikasi ini , aplikasi ini sangat bermanfaat dan membuat kegiatan saya menjadi lebih efektif.
Alhasil, Gojek tidak lagi hanya dimaknai sebagai salah satu “kelas” pembeda dalam konsumsi, tetapi juga
sebagai sarana dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Gojek selalu tidak ketinggalan menawarkan promo yang menarik! Para konsumen memakai
Gojek sebagai kebutuhan atau hanya ingin coba-coba?

Gojek menghadirkan nilai guna dan nilai tanda yang sekaligus membuatnya terlihat seperti
sebuah fenomena akibat kemajuan teknologi belaka.  Tetapi, tanpa disadari mereka membuat kita ingin
selalu menggunakannya hingga terkadang sudah tidak relevan lagi, bisa hanya karena unsur penasaran.
Perusahaan menawarkan berbagai promo yang menarik , membuat kita lupa akan apa kebutuhan kita
sebenarnya. Misalnya , Ketika kita ingin memesan makanan yang kita inginkan, keinginan itu tiba-
tiba berubah setelah melihat foto makanan lain di aplikasi dan bahkan memilih yang ada promo. Sikap
seperti inilah yang menggambarkan fungsi utama objek-objek konsumsi bukanlah pada kegunaan atau
manfaatnya, melainkan lebih pada fungsi sebagai nilai-tanda atau nilai-simbolis yang disebarluaskan
melalui iklan-iklan gaya hidup berbagai media (Baudrillard, 1969: 19).

Iklan Gojek tidak hanya sekadar iklan tapi dapat menarik bentuk simpati masyarakat. Bagaimana
bisa sebuah iklan dapat menarik simpati dari masyarakat?

Tidak berhenti sampai di situ, Gojek juga bisa mendemonstrasikan iklan-iklan yang bervariatif
dan menarik perhatian sekaligus empati dari masyarakat. Iklan gojek juga bisa membantu membentuk
citra Gojek, sebenarnya penanda kosong, tetapi seperti penuh makna. Terlebih lagi sekarang kita sudah
berada di era digitalisasi , info-info sekaligus iklan dapat tersebar di segala platform media sosial dengan
cepat melampaui kilat. Iklan-iklan yang disajikan dalam media sosial dirangkum dalam konsep yang
cukup menarik , mereka menggambarkan para driver gojek sebagiai seorang “bahaduri”. Contoh yang
dapat dilihat antara lain para driver yang terus mengambil orderan diumur mereka yang sudah renta demi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Ada juga postingan yang tersebar di media sosial
memperlihatkan pengemudi yang menggunakan jaket hijau ini selalu siap membantu ketika ada terjadi
kecelakaan , lalu kemudian mendapat tuaian banjiran komen postingan yang penuh simpati dari
masyarakat kepada para driver. Bahkan Presiden Jokowi melihat Gojek sebagai sesuatu untuk
dibanggakan sekaligus tolak ukur industri kreatif global di Indonesia.
Gojek digambarkan seolah-olah Disneyland , apakah berarti Gojek merupakan sebuah dunia hiburan?

Jawabannya sama sekali bukan. Gojek menghadirkan dunia yang berbeda. Saat para
konsumennya sudah bisa mengasosiasikan Gojek sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari Pada saat
yang sama Gojek juga membuat semuanya menjadi satu kesatuan. Dunia Gojek pada akhirnya sangat
mengesankan, semua hadir di dunianya.Sebagai sebuah aplikasi Palugada (Apa lu mau, gue ada) ,
mereka tak henti-hentinya menghadirkan penawaran menarik lainnya seperti , cashback, gratis antar, dan
voucher-voucher promo lainnya. Tak sedikit masyarakat yang tergoda walaupun kadang pesanan mereka
tidak sesuai ekspetasi , kadang ada porsinya lebih sedikit , tidak sesuai dengan deskripsi maupun gambar
produk yang tertera. Aturan – aturan ini terus disimulasikan dan tanpa disadari kita sebagai konsumen
menciptakan sebuah hiperealitas.

Jika Baudrillard menyamakan Disneyland dengan hiperealitas , maka dalam hal ini Gojek
menjadi semacam “Disneyland”. Jika pada Disneyland, segala hal dapat diimplementasikan begitu pula
dengan Gojek yang menjadi fenomena hiperealitas dan membentuk dunianya sendiri. Bedanya dunia
Gojek dihadirkan dalam bentuk aplikasi , bukan hanya aplikasi penyedia layanan sepeda ojek online ,
tetapi ia telah mampu melampaui hal itu dan memiliki dunianya sendiri.

Ketika kita berbicara tentang hiperealitas, kita akan melihat bahwa Gojek sebenarnya melampaui
segala bentuk opini yang lazim di masyarakat. Gojek mencoba mengarahkan opini publik dengan konflik-
konflik yang ada di masyarakat. Tanpa disadari, Gojek selalu memiliki image yang baik di setiap konflik
yang terjadi. Konsumen bukan menjadikan Gojek sebagai prefensi kedua , melainkan selalu
menganggapnya sebagai pilihan utama. Dalam hiperealitas, hal ini bisa terjadi karena realitas bukan lagi
realitas "nyata" melainkan kepingan realitas seadanya yang disatukan.

Kemudian, setelah tumpang tindih tanda karena simulasi dan menghasilkan hiper-realitas, Gojek
dikatakan mengalami "kebosanan" dari tanda-tanda yang dimainkannya. Bahkan tidak hanya bosan, tetapi
orang tidak dapat mencapai yang "nyata”. Motivasi awal untuk menggunakan layanan Gojek selalu
disebabkan oleh keadaan mendesak. Motivasi awal inilah perlahan membuat para konsumen setia dan
terjebak dalam situasi ini. Bahkan ada juga beberapa pengguna yang “ kecanduan” dalam mengkonsumsi.
Mungkin proses pemahaman ini terjadi karena tanpa mereka sadari, cara yang digunakan terlalu asik
sehingga lalai dalam memenuhi kebutuhan mereka saat ini. Pola konsumsi tersebut sama halnya dengan
bermain video game. Model konsumsi yang diibaratkan seperti game ini bukan hanya kelanjutan dari
hiperealitas Gojek , tetapi sebagai sebuah dorongan yang membentuk Gojek dan dunianya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai