Anda di halaman 1dari 8

STRATEGI PERKEMBANGAN GOJEK INDONESIA DARI ERA PANDEMIC

KE ERA NEW NORMAL

Yusuf Eka Putra Sekawan1


1
Fakultas Ekonomi Bisnis dan Ilmu Sosial Universitas Pelita Bangsa, Cikarang.
1
Email: yusufeka994@gmail.com

ABSTRAK

Perkembangan teknologi semakin berkembang, hal ini tidak bisa kita hindari dalam kehidupan karena
kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Inovasi-inovasi yang
diciptakan memberikan manfaat positif bagi kehidupan kita. Memberikan banyak kemudahan, serta
sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat
sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan, dengan ini
memudahkan kita dalam melakukan aktifitas sehari-hari salah satunya yakni teknologi komunikasi.

Dunia kini tengah disibukkan oleh pandemi Covid-19 yang sampai saat ini belum ditemukan
vaksinnya, Indonesia termasuk di dalamnya.Kewajiban physical distancing membuat Gojek merubah
kebijakan pada penggunaan aplikasinya, yaitu dengan penyajian fitur yang berbeda pada aplikasi
Gojek saat pandemi COVID-19. Kebijakan untuk menghapus sementara layanan Go-Ride atau
mengantarkan penumpang ke suatu tempat hingga fitur pesan otomatis pada layanan GoFood untuk
menyimpan macadam yang daintier pada pagar dan melakukan pembayaran cashless atau gopay demi
memutus rantai penyebaran virus COVID-19. Tujuan dari penilitian ini yaitu untuk mengetahui fitur
atau layanan mana yang menjadi favorit konsumen di kota Bandung pada saat pandemi COVID-19.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi fenomenologi dengan pendekatan
kualitatif. Pada hasil penelitian dari wawancara online kebeberapa narasumber pada penggunaan
layanan atau fitur yang menjadi favorit konsumen di kota Bandung yaitu layanan Go-Food sebagai
layanan pesan antar makanan dan layanan kedua yaitu layanan Go-Send sebagai layanan pengiriman
barang berskala kecil. Fitur-fitur tersebut dipilih konsumen Gojek saat pandemi Covid-19 karena
kemudahan yang mereka perlukan saat melakukan social distancing.

Kata-kata kunci: Perkembangan Gojek, Fitur Gojek, Layanan Gojek, Pandemik COVID-19, Era New
Normal
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Go-Jek Indonesia adalah suatu jasa transportasi yang ada di Jakarta yang beroperasi sejak awal
tahun 2015. Go-Jek Indonesia sebagai perusahaan pionir yang menggagas jasa transportasi ojek online
mampu merebut pangsa pasar,terbukti dari ledakan jumlah pengguna yang dapat dilihat dari jumlah
pengunduh aplikasi GoJek akhir 2015 yang mencapai 6 juta pengunduh. Dari jumlah driver yang
dimiliki, Go-Jek sekarang telah memiliki 200 ribu mitra pengemudi di lima kota wilayah operasional
mereka (Hasbullah, 2015; Panji, 2015).

Pada awal kemunculannya Go-Jek hanya menyediakan layanan transportasi dengan menjemput
dan mengantar penumpang melalui layanan GoRide. Go-Ride memang merupakan layanan transportasi
berupa ojek sepeda motor roda dua. Namun, yang membuat Go-Ride berbeda dari ojek pangkalan
lainnya adalah cara pemesanannya yang menggunakan aplikasi khusus, serta tarifnya yang sesuai
dengan yang tertera yang diaplikasi.Go-Jek Indonesia sebagai perusahaan jasa transportasi online
berusaha menawarkan faktor kecepatan, keamanan, dan kenyamanan bagi para penggunanya, terutama
pengguna layanan Go-Ride.Oleh karena itu, Go-Jek tumbuh sebagai startup yang menjanjikan di
ibukota. (Hasbullah, 2015).

Go-Jek dengan layanan Go-Ride memang berhasil mencuri hati parapengguna transportasi
umum, khususnya di kota yang membutuhkan Universitas Sumatera Utara transportasi yang cepat dan
praktis yang mampu menelusuri jalanan macet ibu kota. Go-Jek kini hadir di 10 kota-kota besar yang
ada di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Bali, Surabaya, Makasar, Yokyakarta,
Semarang, Medan, Palembang, dan Balikpapan. Tapi yang lebih mengagetkan lagi adalah jumlah
pengguna yang membludak untuk daerah Jakarta dengan jumlah pengguna Go-Jek mencapai 50 ribu
orang pada akhir Januari 2015. Angka tersebut terus berkembang di daerah ibu kota lainnya. Hal
tersebut membuat konsumen untuk berkeinginan kembali untuk terus merasakan manfaat jasa
transportasi online yang multifungsi (Hasbullah, 2015; Nadiem, 2015). Berdasarkan sebuah jajak
pendapat yang dilakukan YouGov (2015) sepanjang 7-13 Agustus 2015 terhadap 4.785 panelis seluruh
Indonesia pengguna Go-Jek dengan layanan Go-Ride. Secara umum 82% responden setuju dengan
kehadiran Go-Jek. Hal yang menarik adalah di kota-kota yang belum memiliki layanan Go-jek
berharap layanan ojek online ini segera hadir di kota mereka.

PT. Gojek Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang didirikan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Nadiem Makarim, pada tahun 2010. Gojek merupakan perusahaan yang fokus pada jasa
penyedia angkutan online, seperti GoJek (ojek), maupun GoCar (taksi). Selain menawarkan jasa
angkutan online, Gojek juga menyediakan layanan lain seperti GoFood, GoMart, GoClean, dan masih
banyak lagi. Dalam perkembangannya Gojek telah bermitra dengan banyak pengendara ojek yang
tersebar diseluruh Indonesia. Gojek juga merupakan salah satu platform online terbesar di Asia
Tenggara.

Pada Maret lalu, Indonesia dikejutkan dengan wabah virus corona (COVID-19) yang mulai
mengancam kesehatan masyarakat. WHO semenjak Januari 2020 telah menyatakan dunia masuk ke
dalam darurat global terkait virus ini (Indriya, 2020). Pemerintah Jurnal Communio : Jurnal Ilmu
Komunikasi, Volume IX, No. 2, Juli – Desember 2020, hlm 1680 - 1695 1683 memberlakukan
beberapa kebijakan dan peraturan Mengantisipasi dan mengurangi jumlah penderita virus corona di
Indonesia dan sudah dilakukan di seluruh daerah. Diantaranya dengan memberikan kebijakan social
distancing atau physical distancing dengan menjaga jarak minimal satu meter dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan di luar rumah tanpa ada urusan yang penting, melakukan kegiatan sekolah secara
daring di rumah dan pemberlakuan kerja di rumah atau work from home.

Hal ini sudah menjadi kebijakan pemerintah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang


sudah dianalisa dengan maksimal tentunya (Buana, 2017) Upaya menaati pemberlakuan yang
ditetapkan pemerintah, Gojek mendukung gerakan #dirumahaja sebagai salah satu cara untuk
melindungi keluarga atau masyarakat dengan menjaga jarak (social distancing) ketika berada di
kerumunan atau dalam aktivitas yang melibatkan banyak orang dalam waktu bersamaan demi
keselamatan bersama (Beniac et al., 2006). Gojek juga mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya
mencegah penyebaran COVID-19 melalui bentuk komunikasi di fitur layanan Go-Food, Go-Mart, dan
Go-Shop. Perihal sebaiknya melakukan Cashless Payment (pembayaran non tunai), pembayaran yang
dilakukan dengan Go-Pay atau Pay Later sehingga dapat lebih mudah melakukan Physical Distancing
dengan driver. Pembayaran secara cashless dapat mengurangi penyebaran virus melalui uang yang
sudah terpegang oleh banyak tangan sebelumnya. Lalu, Contactless Delivery yaitu fitur untuk
pengantaran tanpa kontak fisik langsung. Komunikasi berupa pesan otomatis di dalam fitur chat
bersama driver dalam layanan Go-Food, Go-Mart dan Go-Shop. Setelah melakukan pemesanan
layanan Go-Food, Go-Mart atau Go-Shop, pengguna dapat berkomunikasi dengan driver dengan
memilih pesan cepat yang sudah di sediakan dalam fitur chat seperti, “Simpan makanan pada pagar
rumah” atau “Simpan atau titip makanan pada lobi”. Lalu, driver akan memberitahu kepada konsumen
apabila makanan telah dikirimkan dan disimpan sesuai dengan tempat yang diinginkan konsumen.

Gojek pun menghapus sementara layanan Go-Ride sebagai layanan antar penumpang ke tempat
yang dituju. Namun, para pengguna Go-Ride tidak Fitur Aplikasi Gojek Favorit Konsumen Pada Saat
Pandemi COVID-19 Di Kota Bandung - Novianti Eka Kartika 1684 perlu khawatir karena tetap dapat
menggunakan layanan pengantaran melalui layanan Go-Car dan melakukan instruksi-instruksi khusus
seperti menggunakan masker pada saat menumpangi mobil oleh driver Go-Car, tidak terlalu sering
melakukan komunikasi kepada driver, saran untuk melakukan pembayaran cashless atau melalui gopay
agar mengurangi kontak fisik dibading saat melakukan pembayaran cash yang dikhawatirkan dapat
terjadi sentuhan fisik antara penumpang dan driver. Lalu, menempati seat atau tempat duduk di
belakang driver demi menjaga jarak atau physical distancing sesuai dengan protokol atau kebijakan
yang dihimbau oleh pemerintah. Kampanye yang dilakukan Gojek lewat aplikasi seperti #dirumahaja
untuk selalu menghimbau para penggunanya agar tidak melakukan aktivitas di luar rumah ketika tidak
ada hal yang penting. Gojek akan membantu para penggunanya untuk memenuhi kebutuhan seperti
berbelanja, membeli makanan, obat-obatan dan sebagainya dengan layanan Go-Food, Go-Mart dan
Go-Shop. Selain itu, #KasihLebihan untuk membantu para mitra driver dengan memberikan uang tip
melalui aplikasi. Langkah ini diharapkan akan membantu dan menyemangati para driver yang telah
rela menembus resiko di tengah situasi darurat pandemik COVID-19 dan sepinya orderan pada saat
pandemik Covid-19 yang berdampak pada penghasilan driver. Dengan berbagai fitur baru dari
kebijakan yang Gojek lakukan untuk membantu para pengguna dalam memenuhi kebutuhan seperti
menggunakan jasa layanan jasa antar Go-Food, Go-Mart dan Go-Shop dan layanan lainnya (Hosana,
2018).

Pemaparan latar belakang di atas maka, penelitian bertujuan untuk mengetahui fitur aplikasi
Gojek apa saja yang menjadi fitur atau layanan favorit konsumen pada saat pandemi COVID19 di kota
Bandung. Kebijakan pada aplikasi Gojek yang dibuat pada pandemi COVID-19 tentunya akan
menyebabkan banyak perubahaan yang dialami konsumen. Seperti menghapus sementara layanan Go-
Ride untuk mengantarkan penumpang pada lokasi yang dituju, sedangkan layanan Go-Ride adalah fitur
tranportasi online yang utama pada aplikasi Gojek.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Mowen & Minor (2002), menjelaskan setelah konsumen menerima dan merasakan
manfaat ataupun nilai dari suatu produk, konsumen Universitas Sumatera Utara tersebut sudah
memiliki rasa puas dan komitmen terhadap produk atau jasa tersebut, dimana pada akhirnya dapat
menimbulkan tujuan untuk membeli ulang produk itu dimasa yang akan datang karena adanya
pemenuhan kebutuhan suatu barang atau jasa. Apabila customer merasa keinginan serta kebutuhannya
terpenuhi oleh suatu barang dan jasa yang di tawarkan oleh suatu perusahaan, maka hal tersebut dapat
meningkatkan intensi membeli ulang(Christiani, 2012).
Hellier, Philip, Geursen, Carr dan Rickard (2003) menyatakan bahwa intensi membeli ulang
merupakan keputusan konsumen tentang membeli lagi sebuah jasa perusahaan yang sama dengan
memperhitungkan situasi dan kondisi tingkat kepuasaan. Intensi membeli ulang mengacu pada
kemungkinan dalam menggunakan penyedia layanan kembali dimasa depan (Mosavi & Ghaedi, 2011).
Ukuran dari intensi membeli ulang biasanya didapatkan dari survey pelanggan saat ini yang menilai
kecendrungan mereka untuk membeli merek yang sama, produk/jasa yang sama dari perusahaan yang
sama (Kitchathorn, 2009).
Cronin, Brady dan Hult (2000) menjelaskan bahwa adanya kemungkinan konsumen untuk
membeli kembali dari perusahaan yang sama jika mereka berpikir bahwa apa yang mereka terima lebih
berharga dari apa yang mereka berikan. Dengan pengalaman yang kosnsumen peroleh dari suatu
produk atau jasa akan menimbulkan kesan positif terhadap produk atau jasa tersebut dan konsumen
akan melakukan pembelian ulang. Intensi membeli ulang suatu produk atau jasa akan muncul ketika
pelanggan merasa bahwa pengalaman terhadap suatu produk atau jasa yang pelanggan terima bisa
memberikan kepuasan terhadap diri pelanggan tersebut (Firmaan & Shaleh, 2013).
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak
kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa
menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia).Virus ini menular
melalui percikan dahak (droplet) dari saluran pernapasan, misalnya ketika berada di ruang tertutup
yang ramai dengan sirkulasi udara yang kurang baik atau kontak langsung dengan droplet.Selain virus
SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome
(MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19
memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran
dan keparahan gejala.
PT. Gojek Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang didirikan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Nadiem Makarim, pada tahun 2010. Gojek merupakan perusahaan yang fokus pada jasa
penyedia angkutan online, seperti GoJek (ojek), maupun GoCar (taksi). Selain menawarkan jasa
angkutan online, Gojek juga menyediakan layanan lain seperti GoFood, GoMart, GoClean, dan masih
banyak lagi. Dalam perkembangannya Gojek telah bermitra dengan banyak pengendara ojek yang
tersebar diseluruh Indonesia. Gojek juga merupakan salah satu platform online terbesar di Asia
Tenggara. Dalam tugas kali ini, Kelompok Crazy Rich Asian, akan menggunakan PT. Gojek Indonesia
sebagai contoh dalam pembahasan isu PHK terhadap karyawan dikarenakan pandemic covid-19.

PEMBAHASAN
Dengan berbagai layanan yang sudah disediakan, Gojek memiliki layanan unggulan yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat. Selain Go-Ride, layanan yang sangat menarik minat dan memuaskan
masyarakat adalah GoSend. Hal ini karena kedua layanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat sehari-hari untuk diantar sampai tujuan tanpa harus merasa lelah membawa kendaraan
sendiri dan juga kebutuhan untuk mengirim atau menerima barang dalam waktu yang relatif cepat
tanpa harus menunggu beberapa hari jika menggunakan jasa pengiriman lainnya (Sawitri, 2015).

Menanggapi minat dan kebutuhan masyarakat terhadap layanan Gojek yang begitu banyak,
maka pihak Gojek mempersiapkan driver yang siap memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut dengan
cara merekrut driver baru, baik yang bekerja secara full time maupun sampingan. Humas PT. Gojek
Indonesia mengatakan bahwa jumlah driver Gojek sampai bulan Juli 2015 adalah sebanyak 12 ribu
orang dan terus bertambah sekitar 200 orang setiap harinya (Siswanto, 2015). Pada akhir bulan
Oktober 2015, driver Gojek sudah mencapai angka 200 ribu orang dengan 100 ribu diantaranya
beroperasi di Jakarta (Fauzi, 2015).

Kesuksesan Gojek kini telah menarik perhatian beberapa pengusaha untuk turut serta terjun di
dunia bisnis yang sama. Sampai pada tanggal 18 September 2015 terdapat 6 ojek online yang siap
bersaing dengan Gojek, diantaranya adalah GrabBike, SmartJek, BangJek, Taksi Jeger, Ojesy dan
BluJek (Winarta, 2015). Berkaitan dengan hal tersebut peneliti juga melakukan observasi pada tanggal
20 Maret 2016 bahwa di Playstore ditemukan beberapa aplikasi yang serupa dengan Gojek, yaitu
GrabBike, SmartJek, BangJek, Taksi Jeger, Ojesy, BluJek, Uber, Ladyjek dan My Blue Bird. Meski
semakin banyak pesaing bisnis Gojek, sampai saat ini Gojek merupakan bisnis ojek online yang
terpopuler, hal ini disebabkan karena kemunculan Gojek yang lebih dulu dikenal masyarakat (Fauzi,
2015). Berdasarkan pada besaran jumlah driver Gojek yang terdata, tidak semua driver Gojek adalah
pengendara ojek konvensional, namun juga ditemukan driver Gojek yang pada mulanya berprofesi
sebagai karyawan di sebuah perusahaan. Peneliti melakukan survey kepada 60 driver Gojek secara
acak melalui kuesioner yang dibuat oleh peneliti, dan survey tersebut menghasilkan data sebagai
berikut:

Data Presentase

1
2

47%
53%

1 2

Mantan Karyawan Bukan Mantan Karyawan

32 ( 53% ) 28 ( 47% )
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa 53% dari 60 responden survey adalah mantan
karyawan atau telah memiliki pekerjaan sebelumnya, dan dapat diartikan bahwa 53% mantan
karyawan melakukan alih profesi menjadi driver Gojek. Hal tersebut menunjukkan bahwa
melonjaknya bisnis Gojek menyebabkan adanya fenomena alih profesi dari seorang karyawan menjadi
seorang driver Gojek.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia alih profesi merupakan pergantian pekerjaan, dengan
kata lain beralih profesi adalah kondisi dimana karyawan mengalami perubahan pekerjaan. Lebih
lanjut, menurut Wirawan (2015) alih profesi atau pindah kerja adalah berhentinya pegawai dari satu
perusahaan dan pindah kerja ke perusahaan lain dengan alasan tertentu.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14 Maret 2016, alasan
mantan karyawan beralih profesi menjadi driver Gojek karena berbagai hal, diantaranya gaji harian
serta bonus yang besar, pendapatan yang instan, ringan tanggung-jawab, pekerjaan yang mudah,
memiliki jam kerja yang tidak mengikat, tidak memiliki tuntutan kerja yang besar, serta memperluas
pergaulan. Alasan-alasan tersebut tidak terlalu dirasakan saat menjadi karyawan diperusahaan sehingga
motivasi kerja mereka menurun dan tergiur dengan pekerjaan baru, yaitu menjadi driver Gojek. Hal
tersebut didukung oleh pendapat Sutrisno (2009) yang mengatakan bahwa motivasi kerja karyawan
dapat menurun jika faktor motivasi kerja tidak diperhatikan perusahaan, yaitu kondisi lingkungan
kerja, kompensasi yang memadai, supervisi yang baik, adanya jaminan pekerjaan, peraturan yang
fleksibel, status dan tanggung jawab.

Hasil survey yang peneliti dapatkan juga dikuatkan oleh hasil wawancara dengan Subagiyo,
Amrullah dan Sofyan sebagai driver Gojek yang penulis temui di kawasan Cikini pada tanggal 17
Maret 2016. Menurut Subagiyo selaku mantan karyawan dari sebuah perusahaan yang fokus pada
bisnis pengiriman barang, selama menjadi kurir tetap Subagiyo merasakan kondisi kerja yang tidak
nyaman, dimana sarana prasarana serta fasilitas saat menjadi karyawan tidak terlalu diperhatikan
perusahaan. Beberapa fasilitas yang kurang diperhatikan perusahaan adalah jaminan keamanan dan
Hubungan Antara ruangan yang digabungkan dengan tempat penyimpanan barang sehingga sangat
mengganggu proses kerja. Penyebab lain Subagiyo mengundurkan diri menjadi karyawan dikarenakan
komunikasi yang tidak harmonis antar karyawan selama dua tahun terakhir. Beberapa penyebab
tersebut membuat kualitas pekerjaan Subagiyo menjadi menurun dan tidak termotivasi untuk
menyelesaikan pekerjaan setiap harinya, sehingga alih profesi menjadi driver Gojek menjadi pilihan.

Terjadinya pandemic covid-19 mengakibatkan banyaknya perubahan dalam berbagai aspek,


tidak terkecuali pada kehidupan perekonomian negara. Gojek sebagai contohnya, diketahui telah
berkontribusi memberikan banyak lapak kerja bagi para driver ojek, taxi, maupun masyarakat
Indonesia. Dilansir melalui CNN Indonesia, Gojek melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 430
karyawan atau setara dengan 9% dari total karyawan perusahaan yang bekerja di perusahaan tersebut.
Gojek juga menutup dua layanannya yaitu GoLife (GoMassage dan GoClean) dan GoFood Festival
yang diakibatkan oleh covid-19. Kompas.co, juga mengatakan bahwa Co-CEO Gojek, Andre Soelistyo
dan Kevin Aluwi memberikan benefit bagi para karyawan yang terdampak oleh pandemi, berupa
pesangon di atas standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Diketahui bahwa para karyawan yang
terdampak akan mendapatkan minimum gaji 4 pekan ditambah tambahan 4 pekan gaji untuk setiap
tahun lamanya bekerja.

Di saat pandemik COVID-19, Gojek melakukan kebijakan tertentu yang membuat layanan pada
aplikasinya sedikit berbeda. Dengan menghapus sementara fitur layanan Go-Ride, menambahkan fitur-
fitur pesan otomatis pada layanan Go-Food, Go-Shop, GoMart dan layanan lainnya hingga
mengkampanyekan dukungan hashtag seperti #dirumahsaja sebagai himbauan atau informasi dan
edukasi kepada para pengguna Gojek untuk mengurangi aktifitas di luar rumah saat tidak ada
keperluan yang mendesak atau penting dan #kasihlebihan yaitu memberikan uang tips kepada driver
yang diharapkan dapat membantu penghasilan driver di masa sulit saat pandemic COVID-19. Hal
tersebut dilakukan Gojek demi keamanan dan memutus rantai penyebaran virus Corona yang terjadi di
Indonesia. Namun, tentu hal tersebut memiliki dampak tersendiri kepada konsumen dan juga driver
gojek. Dampak positif yang dirasakan oleh konsumen seperti dukungan untuk melakukan physical
distancing dengan meniadakan layanan Go-Ride, fitur pesan otomatis kepada driver agar menyimpan
makanan atau barang pada Fitur Aplikasi Gojek Favorit Konsumen Pada Saat Pandemi COVID-19 Di
Kota Bandung - Novianti Eka Kartika 1686 pagar agar tidak terjadi kontak secara langsung hingga
dukungan konsumen terhadap promo-promo yang dilakukan oleh pihak gojek selama pandemik.
Namun, dampak negatif yang dirasakan seperti sulitnya untuk menggunakan kendaraan umum motor
(kendaraan roda dua) atau Go-Ride oleh pekerja kantoran atau mahasiswa yang tidak memiliki
kendaraan dan hanya mengandalkan layanan tersebut. Dan dampak negatif yang dirasakan oleh para
driver karena pendapatan yang kian hari semakin berkurang karena sepinya orderan dari konsumen
akibat pandemik virus COVID-19

SIMPULAN

Berdasarkan penelusuran terhadap judul penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sedikitnya
terdapat satu judul penelitian yang terkait dengan motivasi kerja dan pengambilan keputusan, yakni
penelitian atas nama Endang Saryanti dengan judul Pengaruh Motivasi Kerja Dan Etika Profesi
Terhadap Pengambilan Keputusan Editor. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang disebutkan
diatas. Penelitian sebelumnya meneliti dua variabel bebas yang mempengaruhi satu variabel
tergantung, yaitu motivasi kerja dan etika profesi yang mempengaruhi pengambilan keputusan auditor.
Sampel pada penelitian sebelumnya berprofesi sebagai akuntan publik atau auditor. Sementara
penelitian ini lebih fokus pada satu variabel bebas dan satu variabel tergantung, yaitu motivasi kerja
dan pengambilan keputusan alih profesi. Serta subjek pada penelitian ini adalah driver Gojek yang
sebelumnya berprofesi sebagai karyawan. Oleh karena itu, keaslian penelitian ini dapat dipertanggung-
jawabkan dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu kejujuran, rasional,
objektif serta terbuka
Sebelum pandemi yang terjadi di Indonesia, Gojek sebagai layanan ojek online dengan layanan yang
fleksibel, mudah dan praktis dapat mengantarkan siapapun mulai dari pelajar sekolah, mahasiswa,
hingga pekerja kantoran.

Pandemi global COVID-19 berdampak pada perubahan perilaku dan preferensi konsumen yang
sangat signifikan. Hal tersebut memberikan pengaruh kepada jalannya roda perekonomian dan
aktivitas bisnis baik itu skala besar maupun kecil, dan formal serta informal.Merespons tantangan yang
ada karena COVID-19, Gojek yang diluncurkan sejak 2015 dan kini sudah memiliki lebih dari 170 juta
pengguna di Indonesia dan Asia Tenggara, mengumumkan strategi perusahaan jangka panjang guna
menghadapi situasi pandemi yang penuh dengan ketidakpastian ini.Gojek akan memprioritaskan bisnis
inti yang memberikan dampak seluas-luasnya, yaitu bisnis transportasi, pesan-antar makanan dan uang
elektronik.

Layanan Go-Ride menjadi layanan utama yang digunakan oleh konsumen Gojek. Namun, ketika
adanya kebijakan baru yang diciptakan pihak Gojek demi menjalankan peraturan pemerintah dan
memutus rantai penyebaran virus COVID-19, hal tersebut membuat banyak perubahan dan
pengalamanan yang dirasakan oleh konsumen maupun driver.Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa fitur atau layanan Gojek yang menjadi favorit konsumen pada
saat pandemi COVID-19 yaitu layanan Go-Food dan Go-Send. Layanan tersebut menjadi pilihan yang
sering digunakan para konsumen Gojek pada saat pandemi karena dirasa lebih memudahkan apa yang
dibutuhkan para konsumen pada saat melakukan social distancing.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, A., & Adawia, P. R. (2018). Strategi Pemasaran. Analisis Perkembangan Industri Transportasi
Online Di Era Inovasi Disruptif (Studi Kasus PT Gojek Indonesia), 18(2), 149–156. Buana, R. D.
(2017). Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 dan Kiat
Menjaga Kesejahteraan Jiwa. Sosial Dan Budaya, Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN)

Esthi, R. B., & Ekhsan, M. (2020). The Effect of Millennial Intrinsic Value toward Employee
Outcomes with Employee Benefit as Mediating Variable for Strengthening Indonesia’s Startup
Business. Solid State Technology,
Syarif Hidayatullah Jakarta, 53(9), 1689– 1699. Junior, M. S. (2017). Fungsionalitas Konflik Gojek:
Studi Fenomenologi terhadap Konflik Pengemudi Gojek di Kota Kediri. Jurnal Analisa Sosiologi, 6(1),
16– 32. Beniac, D. R., Andonov, A., Grudeski, E., & Booth, T. F. (2006). Architecture of the SARS
coronavirus prefusion spike. Nature Structural and Molecular Biology, 13(8), 751–752. Indriya, I.
(2020). Konsep Tafakkur Dalam Alquran Dalam Menyikapi Coronavirus Covid-19. SALAM: Jurnal
Sosial Dan Budaya.

Syar-I, 7(3). Tumuwe, R., Damis, M., & Mulianti, T. (2018). Pengguna ojek online di kalangan
mahasiswa Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal Holistik, 21, 16. Anjani, S. (1393).
TRANSPORTASI BERBASIS APLIKASI ONLINE: GO-JEK SEBAGAI SARANA
TRANSPORTASI MASYARAKAT KOTA SURABAYA. 0713114330, 93.

Wiradharma, I. C. G. A. G., & Program. (2018). Pengalaman Konsumen Terhadap Layanan Gojek Di
Kota Jakarta: Studi Kualitatif Deskriptif. VI, 70–80. Hosana, K. (2018). Kualitas Layanan Go-Jek di
Surabaya. Agora, 6(2), 287211.

Anda mungkin juga menyukai