Anda di halaman 1dari 7

The Real Impact of GO-JEK's Presence on the National Economy in Indonesia

Teknologi digital masa kini sudah semakin pesat berkembang. Begitu pula
dengan kehadiran aplikasi instan yang memudahkan kehidupan masyarakat luas
terutama di Indonesia. Kehadiran perusahaan start-up atau yang biasa dikenal dengan
unicorn company sudah merambah ke bidang keperluan masyarakat sehari-hari. Sama
halnya Keberadaan GO-JEK yang muncul karena dorongan untuk memenuhi keinginan
manusia agar tidak perlu menghabiskan waktu yang lama mencari tukang ojek maupun
taksi. Karena pada dasarnya untuk menggunakan jasa ojek, mayoritas penumpang harus
menghabiskan waktu untuk berjalan terlebih dahulu mencari pangkalan ojek begitu pula
dengan taksi. PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau yang lebih dikenal dengan Gojek
merupakan sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia yang
melayani angkutan melalui jasa ojek. Perusahaan ini didirikan pada
tahun 2010 di Jakarta oleh Nadiem Makarim. Saat ini, Gojek telah tersedia di 50 kota di
Indonesia. Hingga bulan Juni 2016, aplikasi Gojek sudah diunduh sebanyak hampir 10
juta kali di Google Play pada sistem operasi Android, dan telah tersedia di App Store.

Gojek tidak ingin berhenti hanya


sebagai perusahaan transportasi berbasis daring, namun bertransformasi sebagai sebuah
perusahaan financial technology (fintech) melalui Gopay. Pada akhir tahun 2016 Gojek
mengakuisisi Ponselpay, sebuah perusahaan keuangan milik MVComerce yang telah
memiliki lisensi uang elektronik (e-money) dari Bank Indonesia. Gojek membutuhkan
lisensi tersebut guna mengembangkan Gojek yang telah mereka kembangkan untuk
menjadi e-moneylayaknya Flazz milik BCA, Brizzi milik BRI, T-
Cash milik Telkomsel dan lain-lain. Pada 24 Mei 2018, Gojek mengumumkan
kepastiannya untuk berekspansi ke empat negara di Asia
Tenggara yaituVietnam, Thailand, Singapura, dan Filipina. Gojek mengaku menyiapkan
dana sebesar USD500 juta atau sekitar Rp7,1 triliun untuk memuluskan langkahnya
tersebut.[47] Sebulan kemudian tepatnya pada 25 Juni 2018, Gojek memperkenalkanGO-
Viet di Vietnam dan GET di Thailand sebagai bagian dari ekspansinya.

Selain tidak menggunakan nama merek nya seperti yang dilakukan Uber atau Grab,
Gojek juga lebih memilih menggandeng tim lokal untuk menjalankan layanannya di
luar negeri dan memberi kekuatan penuh untuk menetapkan kebijakan sesuai dengan
karakteristik masing-masing negara.[49] Namun, mereka tetap mendapatkan
dukungan teknologi, pengetahuan operasional, dan tentu saja pendanaan dari Gojek.
Sementara itu, kedua perusahaan tersebut berperan memberikan pengetahuan tentang
kondisi pasar lokal.

Pada 12 September 2018, GO-Viet secara resmi diluncurkan di Vietnam setelah


sebelumnya mulai beroperasi di Kota Ho Chi Minh sejak 1 Agustus
2018.[50][51] Pemilihan Vietnam sebagai negara pertama dari rencana ekspansi Gojek
bukannya tanpa alasan. Negara ini memiliki jumlah penduduk yang cukup besar yaitu
sekitar 107 juta orang dengan penetrasi internetnya sekitar 54%.[52] [53] GO-Viet
dipimpin oleh Duc Nguyen yang pernah bekerja pada Uber sebagai International
Launcher untuk membantu melakukan riset pasar, menjalin kemitraan, analitik pasokan,
integrasi pembayaran, hubungan masyarakat, dan rekrutmen.[54]

Setelah sukses di Vietnam dan Thailand, Gojek mulai memasuki pangsa pasar
Singapura. Secara resmi, Gojek memulai debutnya di Singapura pada 29
November 2018 dalam versi beta di wilayah terbatas yang mencakup Central Business
District, Jurong East, Pungol, Ang Mo Kio, dan Sentosa.[55] Pada 10 Januari 2019,
Gojek resmi beroperasi secara menyeluruh di wilayah Singapura.[56] Di sini, Gojek tidak
menjalankan layanan GO-Ride lantaran Pemerintah Singapura tidak mengizinkan
penggunaan sepeda motor untuk transportasi umum

Layanan Gojek kini telah tersedia di Thailand, Vietnam dan Singapura.

Hadirnya aplikasi GO-JEK ini ternyata membawa dampak sosial dan ekonomi
bagi beberapa pihak.

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD


FEB UI) telah melakukan penelitian terkait dampak GO-JEK terhadap perekonomian
Indonesia. Pada akhir tahun 2017, LD FEB UI menjalankan riset megenai dampak
sosial dan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung yang dihasilkan oleh
GO-JEK pada perekonomian Indonesia. Hasil riset membuktikan bahwa GO-JEK
menyumbangkan 9,9 triliun rupiah terhadap perekonomian nasional. Sebagai informasi,
penelitian melibatkan lebih dari 7.500 responden dengan 3.315 pengemudi roda dua,
3.465 konsumen, dan 806 mitra UMKM. Penelitian tentang perubahan sosial yang
diakibatkan perkembangan teknologi dinilai penting agar pengambilan kebijakan dan
pendekatan program-program pemberdayaan masyarakat tepat sasaran. Riset ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan publik dan media tentang potensi manfaat
sosial ekonomi Gojek Indonesia. Sampel mewakili populasi mitra pengemudi, mitra
UMKM, dan konsumen di sembilan wilayah, yaitu Bandung, Bali, Balikpapan,
Jabodetabek, Yogyakarta, Makassar, Medan, Palembang, dan Surabaya. Responden
tersebut merupakan mitra dan konsumen yang aktif dalam 1 bulan terakhir.

Gambar 1. (a) Persentase hasil pendapat konsumen terhadap keberadaan GO-


JEK baik

(b) Persentase hasil jpendapat konsumen terhadap kebijakan larangan untuk GO-
JEK beroperasi

Melalui penelitian tersebut membuktikan bahwa aplikasi GO-JEK memiliki


dampak sosial ekonomi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan
hasil peneliian, 89% konsumen mengatakan bahwa GO-JEK telah memberikan dampak
yang agak baik sampai dengan sangat baik bagi masyarakat secara umum. Disamping
itu sebanyak 78% konsumen berpendapat bahwa jika GO-JEK berhenti beroperasi,
maka pemberhentian tersebut membawa dampak agak buruk sampai dengan sangat
buruk bagi masyarakat. Hasil pendapat oleh para konsumen tersebut membuktikan
bahwa dengan hadirnya aplikasi GO-JEK sangat membantu dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat. Dan konsumen akan merasakan kesulitann untuk memenuhi
salah satu kebutuhannya jika muncul kebijakan terkait larangan bagi GO-JEK
beroperasi. Disamping itu, penelitian juga membuktikan bahwa hadirnya GO-JEK
mampu mengurangi tekanan pengangguran yang selama ini melanda Indonesia dengan
cara memperluas kesempatan kerja. 77% pengemudi adalah masyarakat berusia
produktif yaitu 20‒39 tahun, 75% adalah lulusan SMA dan 15% adalah lulusan
perguruan tinggi.
Gambar 2. Persentase penghasilan dan pengeluaran mitra pengemudi

Melalui penelitian yang telah dilakukan, GO-JEK mampun meningkatkan


penghasilan dan pengeluaran mitra pengemudi serta kesejahteraan keluarga mitra
pengemudi. Rata-rata pendapatan mitira pengemudi meninkat sebesar 44% sejak
mereka bergabung menjadi pengemudi GO-JEK. Dan disamping itu, para pengemudi
GO-JEK ini memiliki rata-rata pengeluaran yang meningkat sebesar 32% sejak mereka
menjadi pengemudi. Menurut hasil penelitian, pendapatan rata-rata mitra pengemudi
penuh waktu adalah sebesar Rp 3,48 juta perbulan dan secara tidak langsung hal
tersebut secara tidak langsung membuktikan bahwa rata-rata penghasilan pengemudi
lebih tinggi dari rata-rata UMK di 9 wilayah survey. Peningkatan pendapatan yang lebih
tinggi dari pada peningkatan pengeluaran menyatakan bahwa menjadi pengemudi GO-
JEK menjadi suatu hal yang menguntungkan. Hal ini juga dapat menjadi alasan
banyaknya peralihan profesi masyarakat yang semula menjadi ojek pangkalan beralih
menjadi ojek online yang berbasis aplikasi. Dalam hal ini menunjukan bahwa GO-JEK
telah memberikan solusi bagi masyarakat dengan memberikan kemudahan bagi para
pengemudinya.

“Pada riset sebelumnya, LD menghitung bahwa kontribusi Gojek terhadap


perekonomian Indonesia berada di kisaran Rp 44,2-55 triliun jika menggunakan asumsi
100 persen mitra aktif. Namun, hal yang perlu lebih lanjut ditelaah adalah apakah
kontribusi ekonomi yang besar ini juga diikuti dengan kepuasan dan kebahagiaan
mitranya,” ujar Turro di Jakarta, Kamis (8/8/2019).

Menurut dia, penelitian terhadap ratusan mitra Gojek ini mempunyai jumlah
narasumber yang cukup besar dibanding penelitian kualitatif pada umumnya sehingga
dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang makna kerja, kepuasan, dan
kebahagiaan (well-being) terhadap bentuk kemitraan nontradisional di ekonomi digital.

“Penelitian mengenai well-being pekerja di industri konvensional sudah banyak


dilakukan. Namun, penelitian terhadap anggota ekosistem ekonomi digital masih jarang.
Ini perlu dilakukan guna memahami lebih dalam bagaimana ekonomi digital bisa
membantu individu tidak hanya dari sisi finansial tetapi juga manfaat non-finansial yang
berguna bagi pengembangan diri. Sehingga, ekonomi digital Indonesia bisa inklusif dan
berkualitas," jelas dia.

Kesimpulan :

Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik garis besar bahwa PT Aplikasi


Karya Anak Bangsa atau yang lebih dikenal dengan Gojek merupakan sebuah
perusahaan teknologi asal Indonesia yang melayani angkutan melalui jasa ojek. Tujuan
Nadiem Makariem selaku pendiri gojek tidak lain untuk memenuhi kepentingan
masyarakatnya dalam memudahkan aktifitas penggunaan transportasi umum dalam
kehidupan sehari-hari. Disamping itu aplikasi ini tentu memberi dampak baik bagi
perekonomian Indonesia dimana berdasarkan hasil riset Gojek mampu menyumbang
pendapatan terhadap negara sebesar 9,9 triliun rupiah terhadap perekonomian nasional.
Penelitian ini melibatkan lebih dari 7.500 responden dengan 3.315 pengemudi roda dua,
3.465 konsumen, dan 806 mitra UMKM. Penelitian tentang perubahan sosial yang
diakibatkan perkembangan teknologi dinilai penting agar pengambilan kebijakan dan
pendekatan program-program pemberdayaan masyarakat tepat sasaran. Riset ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan publik dan media tentang potensi manfaat
sosial ekonomi Gojek Indonesia. Responden merupakan mitra dan konsumen yang aktif
dalam satu bulan terakhir. Sampel mewakili populasi mitra pengemudi, mitra UMKM,
dan konsumen di sembilan wilayah, yaitu Bandung, Bali, Balikpapan, Jabodetabek,
Yogyakarta, Makassar, Medan, Palembang, dan Surabaya. Melalui penelitian yang telah
dilakukan, GO-JEK mampu meningkatkan penghasilan dan pengeluaran mitra
pengemudi serta kesejahteraan keluarga mitra pengemudi. Rata-rata pendapatan mitira
pengemudi meninkat sebesar 44% sejak mereka bergabung menjadi pengemudi GO-
JEK. Dan disamping itu, para pengemudi GO-JEK ini memiliki rata-rata pengeluaran
yang meningkat sebesar 32% sejak mereka menjadi pengemudi. Menurut hasil
penelitian, pendapatan rata-rata mitra pengemudi penuh waktu adalah sebesar Rp 3,48
juta perbulan dan secara tidak langsung hal tersebut secara tidak langsung membuktikan
bahwa rata-rata penghasilan pengemudi lebih tinggi dari rata-rata UMK di 9 wilayah
survey.
Maka dari itu, kita sebagai generasi muda yang hidup di era digital harus
berusaha terus mengembangkan skill dan potensi yang ada pada diri demi mewujudkan
kesejahteraan ekonomi masyarakat di Indonesia. Dengan menciptakan inovasi baru
sudah tentu dapat memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat luas seperti
lowongan pekerjaan.

https://www.indotelko.com/read/1539238239/teknologi-dorong-pertumbuhan-ekonomi

https://www.liputan6.com/bisnis/read/4032605/keberadaan-ojek-online-mampu-tingkatkan-
ekonomi-masyarakat

https://id.wikipedia.org/wiki/Gojek

Anda mungkin juga menyukai