Anda di halaman 1dari 3

Nama : Febry Setyo Sutanto

NIM : 200422620934
Off : MM
Matkul : Ekonomi & Bisnis Digital

Revolusi teknologi transportasi telah mengubah gaya hidup dan relasi kekuasaan dalam
persaingan bisnis. Persaingan tersebut tidak hanya terjadi antara moda transportasi tradisional
dan moda transportasi online, namun juga antar pelaku usaha transportasi online itu sendiri.
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis persaingan Grab dan Gojek, dua decacorns) di era
ekonomi kolaboratif. Model persaingan bisnis transportasi berbasis online yang dilakukan
dengan mengambil dan mendorong melalui perang harga dan promosi juga diperlukan
kerjasama dengan berbagai pihak. Kolaborasi yang dilakukan tidak hanya dengan pemerintah
daerah tetapi juga lembaga swadaya masyarakat. Tujuannya tidak hanya untuk memberikan
kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sesuai permintaan pemerintah,
tetapi juga untuk menjamin kelangsungan usahanya.

Perusahaan Gojek didirikan oleh Nadiem Makarim di Jakarta, Indonesia pada bulan
Agustus 2010 sebagai call center yang memungkinkan pengendara untuk memesan sepeda
motor (dikenal dengan sebutan "Ojek" di Indonesia) yang dapat diakses melalui telepon.
Selama ini GoJek hanya memiliki kantor kecil dengan 6 anggota, 10 telepon dan 4 agen
call center. Selama bertahun-tahun, Go Jek yang hanya memiliki 20 driver dan pada saat
yang sama Go Jek telah merekrut 100 driver driver yang akhirnya tumbuh secara mandiri
di bawah bimbingan Makarin (Pratama, 2016). Pada tahun 2011, Nadiem Makarim
menemukan bahwa call center tidak efektif dalam menghubungkan pelanggan.

Tahun berikutnya perusahaan terus berkembang hingga di penghujung tahun 2014,


Perusahaan Go Jek adalah bisnis transportasi on-demand, mulai dikenal karena kontroversi
Uber dan Grabtaxi yang memasuki pasar Indonesia pada waktu itu. Dan pada pertengahan
tahun 2014 sudah banyak investor yang mulai memberikan pendanaan pada perusahaan ini,
hal ini disebabkan karena populernya transportasi on-demand di Indonesia. Pada tanggal 7
Januari 2015, perusahaan Go Jek resmi meluncurkan aplikasi Go Jek di Android dan OS
dengan layanan berupa transportasi, kurir dan belanja wilayah Jakarta dengan 800 driver.
Pada tanggal 5 Maret 2015, Go Jek memperluas pangsa pasarnya dengan hadir di provinsi
Bali dengan 300 driver dan Go Jek juga memiliki sekitar 2200 driver di wilayah Jakarta,
Indonesia. Selain itu, pada tanggal 1 April 2015, Go Jek meluncurkan layanan baru berupa
GO Food dan Go Jek untuk memperluas pasarnya di Bandung, Indonesia.

Oleh karena itu, Go Jek saat ini memiliki 18 layanan yang ditawarkan kepada
penggunanya dan pada tahun 2019 Go Jek menjadi perusahaan pertama di Indonesia dengan
nama Decacorn Company. Go Jek terus memperluas pangsa pasarnya ke pasar domestik dan
internasional, kini Go Jek telah tersebar di berbagai kota di Indonesia dan berencana memperluas
layanan Go Jek ke kawasan Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand, Vietnam dan Filipina.
Di sisi lain, dalam memperluas pasar hingga ke Asia Tenggara perusahaan ini menghadapi
tantangan dan hambatan dalam memperluas pasar, dimana Go Jek menemukan kendala seperti
persaingan serta peraturan dan regulasi di setiap negara. Setiap negara yang dimasuki Go Jek
mempunyai nama brand yang berbeda-beda seperti di Singapura (BETA), Thailand (GET) dan
di Vietnam (GoViet). Dan kunci Kesuksesan Go Jek adalah dengan menggunakan sistem google
cloud yang memudahkan perusahaan dan penggunanya sendiri. Sementara itu, Go Jek juga
menggunakan strategi bisnis dalam menjalankan bisnisnya seperti Ansoff Matrix Strategies dan
Porter Generic Strategies yang akan membantu Go Jek dalam menjalankan bisnisnya.

Berdasarkan teks yang diberikan, terdapat beberapa perkembangan dan perubahan dalam
perusahaan-perusahaan transportasi online seperti Grab dan Gojek:

1. Revolusi Teknologi Transportasi: Perusahaan-perusahaan transportasi online mengalami


perkembangan besar sebagai akibat dari revolusi teknologi transportasi. Teknologi telah
mengubah cara orang bepergian dan memengaruhi gaya hidup, memungkinkan layanan
transportasi yang lebih efisien dan nyaman.

2. Persaingan yang Berubah : Persaingan dalam industri transportasi tidak lagi terbatas pada
moda transportasi tradisional dan online. Persaingan juga terjadi di antara perusahaan
transportasi online seperti Grab dan Gojek. Ini menunjukkan perubahan dalam dinamika
persaingan di industri ini.

3. Perang Harga dan Promosi : Salah satu perubahan signifikan adalah penggunaan strategi
perang harga dan promosi dalam persaingan bisnis transportasi online. Perusahaan-perusahaan
ini bersaing dengan menawarkan harga yang lebih kompetitif dan promosi untuk menarik lebih
banyak pelanggan.

4. Kerjasama dengan Pihak Eksternal : Teks juga mencatat bahwa perusahaan-perusahaan


transportasi online melakukan kerjasama dengan berbagai pihak eksternal. Mereka tidak hanya
berkolaborasi dengan pemerintah daerah tetapi juga dengan lembaga swadaya masyarakat. Ini
menunjukkan upaya perusahaan untuk berintegrasi dengan lebih banyak pemangku
kepentingan dalam upaya memperluas bisnis mereka.

5. Fokus pada Kesejahteraan Masyarakat: Perusahaan-perusahaan tersebut tampaknya juga


menyesuaikan strategi mereka dengan permintaan pemerintah untuk memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ini bisa mencakup program-program sosial
atau inisiatif yang mendukung komunitas lokal.

6. Kelangsungan Usaha: Perubahan penting lainnya adalah fokus perusahaan-perusahaan


tersebut pada kelangsungan usaha mereka. Mereka menyadari pentingnya menjaga stabilitas
dan berkelanjutan dalam bisnis mereka untuk jangka panjang.

Jadi, berdasarkan teks di atas, perkembangan dan perubahan utama dalam perusahaan
transportasi online seperti Grab dan Gojek mencakup persaingan yang berubah, penggunaan
strategi perang harga dan promosi, kerjasama dengan pihak eksternal, fokus pada kesejahteraan
masyarakat, dan perhatian terhadap kelangsungan usaha.

Anda mungkin juga menyukai