DAFTAR GRAFIK...................................................................................................... iv
5.1 Kesimpulan................................................................................................... 14
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jalan Dago Tempo Dulu ................................................................................... 8
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penggunaan Areal Tanah Kelurahan Dago ............................................................ 3
iii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Jumlah Agama yang Dianut Penduduk Kelurahan Dago ...................................... 5
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
masyarakat Kelurahan Dago yaitu sekitar 4.521 keluarga masih mengalami masalah
kemiskinan. Polusi dan kebisingan, dominasi Kendaraan bermotor yang memacetkan
jalan otomatis mengeluarkan asap jelaga dan pencemaran, juga klakson karena
pengendara yang tidak sabar. Daerah yang sering terjadi adalah simpang Dago. Isu
selanjutnya yaitu Sampah dan Limbah B3, di Kelurahan Dago tepatnya di daerah
Cisitu merupakan Kawasan Industri Sampah (KIS), hanya saja kawasan ini sudah
lama tidak berfungsi. Sehingga sampah yang menumpuk dibakar di dekat Sasana
Budaya Ganesha ITB yang berubah menjadi pencemaran udara.
Banyaknya potensi yang didampingi dengan isu permasalahan yang ada di
kelurahan Dago, Bandung adalah alasan dibuatnya kelurahan ini sebagai objek kajian.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM
1 Tanah Sawah 18 ha
3 Tanah Basah -
3
2.2 Faktor Pembentuk Sosial
Kesejahteraan penduduk secara umum dapat dilihat dari Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang terdiri dari tiga komponen, yaitu derajat pendidikan,
kesehatan dan ekonomi. Sebagai indikator utama, pada dasarnya IPM berfungsi
sebagai indikator impact, yaitu terbentuk karena banyak aspek pembangunan
yang dilakukan. Pada tahun 2007 IPM Kota Bandung mencapai 78,09, dibentuk
oleh indeks kesehatan sebesar 80,65, indeks pendidikan sebesar 89,60, dan indeks
daya beli masyarakat sebesar 64,04. Indeks tertinggi adalah indeks pendidikan
yang semakin mengukuhkan Kota Bandung sebagai salah satu kota pendidikan di
Indonesia.
4
33 Mushola, dan untuk Gereja Protestan, Gereja Katolik, Pura serta Vihara belum
terdapat sarana Peribadatan (0). Berikut grafik agama pada Kelurahan Dago.
Grafik 1. Jumlah Agama yang Dianut Penduduk Kelurahan Dago
Islam (28.168)
Kristen (1140)
Budha (85)
Katolik (516)
Budha (153)
5
merupakan salah satu kawasan wisata kuliner khususnya untuk restoran dan café yang
cukup terkenal di kota Bandung. Wilayah yang strategis dan didukung dengan hawa
udara yang sejuk serta pemandangan alam yang menarik menjadi daya tarik bagi
pengusaha restoran dan café untuk membuka bisnisnya di daerah ini. Dago adalah
kelurahan terbesar yang ada di Kecamatan Coblong, Bandung. Kelurahan Dago
memiliki banyak potensi, potensi yang paling menonjol adalah usaha kuliner yang
berjumlah sebanyak 145 buah dan objek pariwisata yang berlokasi pada Kampung
Kreatif Dago Pojok. Dapat diamati bahwa kelurahan Dago memiliki daya tarik dalam
bidang kuliner dan pariwisata.
6
BAB III
METODOLOGI
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nama kawasan Dago berasal dari kegiatan yang dilakukan warga Bandung Utara
pada masa lalu yang selalu melakukan kegiatan saling tunggu satu sama lain atau
disebut dalam bahasa Sunda dengan “silih dagoan” atau saling menunggu sebelum
pergi ke daerah utara dan selatan Bandung atau pulang menuju kearah barat. Kegiatan
ini mereka lakukan demi keamanan dan keselamatan karena pada masa itu Dago
merupakan kawasan hutan dan perkebunan yang sepi dan rawan ancaman.
Gambar 1. Jalan Dago Tempo Dulu
8
Gambar 2. Peta Kelurahan Dago Kecamatan Coblong Kota Bandung
9
Tahun 1905 Dago sebagai kawasan hunian Belanda, berawal dengan adanya
pembangunan rumah milik Andre Van Der Burn yang terletak dikawasan Dago atas
bersebelahan dengan hotel Jayakarta. Pada tahun 1915-1945 Dago menjadi salah satu
titik pelestarian alam yang dilakukan oleh organisasi Bandoeng Vooruit yang
merupakan organisasi masyarakat dalam menghijaukan daerah aliran air sungai
Cikapundung dengan pinus dan Cemara. Memasuki era kemerdekaan Indonesia di
tahun 1945, kawasan Dago tetap berfungsi sebagai daerah hunian dengan kondisi
terjaga hingga akhir tahun 1960. Sekitar tahun 1970, Dago mengalami kenaikan
kegiatan ekonomi yang menyebabkan pergeseran fungsi lahan dari kawasan hunian
menjadi kawasan komersil.
Kelurahan Dago merupakan salah satu tempat pilihan untuk wisata kuliner di
Kota Bandung. Kawasan Dago hingga Dago Pakar merupakan salah satu wilayah
kunjungan terbanyak dari kegiatan kuliner. Kawasan Dago Pakar juga merupakan
salah satu kawasan wisata kuliner khususnya untuk restoran dan cafe yang cukup
terkenal di kota Bandung. Wilayah yang strategis dan didukung dengan hawa udara
yang sejuk serta pemandangan alam yang menarik menjadi daya tarik bagi pengusaha
restoran dan cafe untuk membuka bisnis di daerah ini. Sepanjang jalan Ir. H. Juanda
terdapat berbagai kunjungan wisata seperti rumah makan, pusat perbelanjaan, butik,
toko-toko, dan pusat hiburan terkemuka. Dago adalah kelurahan terbesar yang ada di
Kecamatan Coblong, Bandung. Kelurahan ini memiliki banyak potensi, diantaranya
yang paling menonjol adalah usaha kuliner yang berjumlah sebanyak 145 buah dan
objek pariwisata yang berlokasi pada Kampung Kreatif Dago Pojok. Dapat diamati
bahwa kelurahan Dago memiliki daya tarik dalam bidang kuliner dan pariwisata.
10
Grafik 2. Jumlah Tempat Wisata Kuliner Kelurahan Dago
Tempat Wisata Kuliner Kelurahan Dago
Menurut Jenisnya
warung makan
11
9 Bank 4
10 Koperasi 26
11 Pusat Kebugaran 1
12 Gedung Pertunjukkan 1
13 Sanggar Tari 1
14 Wilayah Persawahan 1
15 Galeri 1
Sumber: PEKSOS Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 18 No. 1, Juni 2019
Gambar 3. Kampung Wisata Kreatif Dago Pojok
12
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan setiap masyarakat yang tidak cukup atau
secara efektif dipenuhi oleh sumber pribadi, keluarga, perusahaan atau industri.
Banyaknya potensi yang dimiliki Kelurahan Dago memungkinkan bagi Puskesos
untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat sekitar.
4.1.2 Polusi udara dan kebisingan
Transportasi, polusi udara, dan kebisingan adalah komponen yang saling
berkaitan. Banyaknya kendaraan meningkatkan emisi gas karbon yang menyebabkan
pencemaran udara dan polusi suara, terlebih saat kemacetan terjadi. Daerah yang
sering macet atau antrian kendaraannya panjang adalah daerah Simpang Dago, yaitu
perapatan dengan jalan Dipati Ukur. Panjang antrian bisa sampai ke atas, ke dekat
terminal Dago pada masa libur panjang dan ketika siang atau sore harinya terjadi
hujan lebat.
4.1.3 Sampah dan Limbah B3
Kawaan Industri Sampah (KIS) dengan pelopor Prof. Hasan Purbo. Sampah dan
Limbah B3, di Kelurahan Dago tepatnya di daerah Cisitu merupakan Kawasan
Industri Sampah (KIS), hanya saja kawasan ini sudah lama tidak berfungsi. Sehingga
sampah yang menumpuk dibakar di dekat Sasana Budaya Ganesha ITB yang berubah
menjadi pencemaran udara. Secara garis besar yang menjadi isu permasalahan di
Kelurahan Dago adalah pencemaran lingkungan terhadap udara.
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat berdasarkan data di atas, yaitu :
5.1.1 Dago merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Coblong, Kota
Bandung. Nama Dago sendiri diambil dari kata Dago (dagoan) berasal dari bahasa
sunda yang artinya "menunggu", pada zaman dahulu pada masa penjajahan Belanda,
penduduk di daerah utara Bandung memiliki kebiasaan untuk saling menunggu untuk
pergi bersama- sama ke kota, yang mana pada masa itu, rute yang ditempuh menuju
kota melewati daerah yang masih tergolong sepi dan rawan binatang buas, terutama di
daerah hutan di sekitar terminal Dago sekarang. Pada tahun 1900-1914, pemerintah
Hindia Belanda memulai pembangunan di daerah Bandung, pembangunan di daerah
Dago, dimulai dengan pembangunan rumah peristirahatan milik Andre van der brun
pada tahun 1905, pada saat ini bangunan ini masih berdiri dan berada bersebelahan
dengan Hotel Jayakarta. Wilayah Dago itu sendiri meliputi, simpang Dago ke arah
utara, Dago barat, Dago jati (STKS-sekarang), Dago biru, Dago pojok, hingga PLTA
Bengkok.
5.1.2 Kelurahan Dago merupakan salah satu tempat pilihan untuk wisata kuliner. Menurut
data yang diambil dari Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 18 No. 1, Juni 2019
Kelurahan Dago memiliki banyak potensi. Potensi yang paling menonjol adalah usaha
kuliner yang berjumlah sebanyak 145 buah dan objek pariwisata yang berlokasi pada
Kampung Kreatif Dago Pojok. Dapat diamati bahwa kelurahan Dago memiliki daya
tarik dalam bidang kuliner dan pariwisata.. Dikarenakan potensi-potensi ini jugalah
yang membuat penulis memilih Kelurahan Dago sebagai wilayah yang akan dijadikan
lokasi yang menjadi objek kajian.
5.1.3 Isu yang dihadapi masyarakat Kelurahan Dago yait kemiskinan, polusi dan
kebisingan, dominasi Kendaraan bermotor yang memacetkan jalan otomatis
mengeluarkan asap jelaga dan pencemaran, juga klakson karena pengendara yang tidak
sabar. Isu selanjutnya yaitu Sampah dan Limbah B3, di Kelurahan Dago tepatnya di
daerah Cisitu merupakan Kawasan Industri Sampah (KIS), hanya saja kawasan ini
14
sudah lama tidak berfungsi. Sehingga sampah yang menumpuk dibakar di dekat Sasana
Budaya Ganesha ITB yang berubah menjadi pencemaran udara
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Pemerintah
Dari laporan ini, dengan jumlah penduduk yang terus bertambah diharapkan
pemerintah kota Bandung sebagai penentu kebijakan dapat mengendalikan peraturan dan
ketetapan yang menyangkut tentang kesejahteraan sosial dan lingkungan termasuk ke
dalam Kelurahan Dago agar dapat memberantas masalah-masalah kemiskinan, pencemaran
udara yang disebabkan oleh asap pembakaran sampah ataupun jelaga transportasi. Untuk
perkembangan sarana peribadatan Kelurahan Dago sebaiknya dikembangkan untuk agama
lain hal ini bermaksud guna mendukung kualitas masyarakat Kelurahan Dago dimasa yang
akan datang.
5.2.2 Untuk Masyarakat
Kepada masyarakat, khususnya masyarakat Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong agar
lebih mampu untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada guna mengingkatkan taraf
kesejahteraan sosial daerahnya. Kesadaran akan pengolahan sampah yang baik dan benar
dan pengurangan penggunaan kendaraan bermotor. Bisa menggunakan kendaraan umum,
sepeda, atau berjalan kaki bila jarak yang ingin ditempuh tidak terlalu jauh.
15
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2018. Kecamatan Coblong Dalam Angka 2019. Kota Bandung: BPS
Kota Bandung.
←Jurnal
Gede. H Cahyana, 2008. Studi Isu Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Volume IX,
Sosioteknologi Terapan.
←Jurnal
Wolf, A. J., 2004, “Spiritual Leadership: A New Model”, Healthcare Executive, 19, hal. 22.
Wulandari, Endang, Annisa R.U, Titik P. 2019. Daya Tarik wisata kuliner di kota bandung.
Jurnal Education and Economics. Vol.(3): 389-394.
Agoes, Adrian. 2015. Pengembangan produk pariwisata perdesaan di kampong dago pojok
bandung. Jurnal Manajemen Resort & Leisure. Vol.12(1): 73-99
Ramadhana, Bayudhira, Parino D, Irwan Wiprata. 2019. Penataan kampung wisata kreatif
dago pojok bandung. Jurnal STUP. Vol.1(2): 2313-2322
16
Mardiana, Dian. (2017, September 24). Tempat wisata di bandung: Kampung wisata kreatif
dago pojok-info sejarah & alamat. Diakses pada 10 Januari 2021, pada
https://tempatwisatadibandung.info/kampung-wisata-kreatif-dago-pojok-bandung/
17