Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. i

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL........................................................................................................ iii

DAFTAR GRAFIK...................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penyusunan ......................................................................................... 2

BAB II GAMBARAN UMUM ..................................................................................... 3

2.1 Karakteristik Fisik .......................................................................................... 3

2.2 Faktor Pembentuk Sosial................................................................................. 4

2.3 Kebudayaan Kelurahan Dago .......................................................................... 4

2.4 Agama dan Sarana Peribadatan Kelurahan Dago ............................................. 4

2.5 Potensi Kelurahan Dago .................................................................................. 5

BAB III METODOLOGI .............................................................................................. 7

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................... 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 8

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 14

5.1 Kesimpulan................................................................................................... 14

5.2 Saran ............................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16

i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jalan Dago Tempo Dulu ................................................................................... 8

Gambar 2. Peta Kelurahan Dago Kecamatan Coblong Kota Bandung ................................ 9

Gambar 3. Kampung Wisata Kreatif Dago Pojok ............................................................. 12

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penggunaan Areal Tanah Kelurahan Dago ............................................................ 3

Tabel 2. Potensi Kelurahan Dago ..................................................................................... 11

iii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Jumlah Agama yang Dianut Penduduk Kelurahan Dago ...................................... 5

Grafik 2. Jumlah Tempat Wisata Kuliner Kelurahan Dago ............................................... 11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus
menjadi ibukota provinsi tersebut. Secara geografis, Kota Bandung terletak pada
koordinat 107º 36’ Bujur Timur dan 6º 55’ Lintang Selatan dengan luas wilayah
sebesar 16.767 hektar. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah
Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk. Sedangkan wilayah Bandung Raya
(Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga di
Indonesia setelah Jabodetabek dan Gerbang kertosusila (Grebang kertosusilo).
Dago merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Coblong, Kota
Bandung. Nama Dago sendiri diambil dari kata Dago (dagoan) berasal dari bahasa
sunda yang artinya "menunggu", pada zaman dahulu pada masa penjajahan Belanda,
penduduk di daerah utara Bandung memiliki kebiasaan untuk saling menunggu untuk
pergi bersama- sama ke kota, yang mana pada masa itu, rute yang ditempuh menuju
kota melewati daerah yang masih tergolong sepi dan rawan binatang buas, terutama
di daerah hutan di sekitar terminal Dago sekarang. Pada tahun 1900-1914, Pemerintah
Hindia Belanda memulai pembangunan di daerah Bandung, pembangunan di daerah
Dago, dimulai dengan pembangunan rumah peristirahatan milik Andre van der brun
pada tahun 1905, pada saat ini bangunan ini masih berdiri dan berada bersebelahan
dengan Hotel Jayakarta. Wilayah Dago itu sendiri meliputi, simpang Dago ke arah
utara, Dago barat, Dago jati (STKS-sekarang), Dago biru, Dago pojok, hingga PLTA
Bengkok.
Dago adalah kelurahan terbesar yang ada di Kecamatan Coblong, Bandung.
Kelurahan ini memiliki banyak potensi, diantaranya yang paling menonjol adalah
usaha kuliner yang berjumlah sebanyak 145 buah dan objek pariwisata yang berlokasi
pada Kampung Kreatif Dago Pojok. Dapat diamati bahwa kelurahan Dago memiliki
daya tarik dalam bidang kuliner dan pariwisata.
Potensi-potensi yang ada di Kelurahan Dago tidak akan berkembang dengan
efektif bila terdapat beberapa isu permasalahan di daerahnya. Isu yang dihadapi

1
masyarakat Kelurahan Dago yaitu sekitar 4.521 keluarga masih mengalami masalah
kemiskinan. Polusi dan kebisingan, dominasi Kendaraan bermotor yang memacetkan
jalan otomatis mengeluarkan asap jelaga dan pencemaran, juga klakson karena
pengendara yang tidak sabar. Daerah yang sering terjadi adalah simpang Dago. Isu
selanjutnya yaitu Sampah dan Limbah B3, di Kelurahan Dago tepatnya di daerah
Cisitu merupakan Kawasan Industri Sampah (KIS), hanya saja kawasan ini sudah
lama tidak berfungsi. Sehingga sampah yang menumpuk dibakar di dekat Sasana
Budaya Ganesha ITB yang berubah menjadi pencemaran udara.
Banyaknya potensi yang didampingi dengan isu permasalahan yang ada di
kelurahan Dago, Bandung adalah alasan dibuatnya kelurahan ini sebagai objek kajian.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari pembuatan laporan ini, yaitu:
1.2.1 Bagaimana gambaran singkat sejarah Kelurahan Dago?
1.2.2 Potensi unggulan apa yang berada Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong?
1.2.3 Seperti apa isu yang berkembang di Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong,
Bandung?

1.3 Tujuan Penyusunan


Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini, yaitu:
1.3.1 Untuk memberikan informasi mengenai gambaran singkat sejarah kelurahan
dago, Kecamatan Coblong, Bandung.
1.3.2 Untuk mengetahui keadaan kondisi dan potensi Kelurahan Dago yang dapat
dijadikan sebagai sumber informasi bagi semua pihak.
1.3.3 Untuk mengetahui isu yang sedang berkembang di Kelurahan Dago.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 Karakteristik Fisik


Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong merupakan salah satu bagian wilayah Kota
Bandung dengan luas lahan sebesar 285 Ha. Memiliki Jumlah penduduk 29.998 Jiwa
yang secara demografis yaitu 14.673 jiwa laki-laki dan 15.325 jiwa perempuan.
Penggunaan lahan Kelurahan Dago tersaji dalam table berikut.
Tabel 1. Penggunaan Areal Tanah Kelurahan Dago

No Penggunaan Luas (Ha)

1 Tanah Sawah 18 ha

2 Tanah Kering (Daratan) 228,94 ha

3 Tanah Basah -

4 Fasilitas Umum 11,06 ha

Sumber: Data Kelurahan Dago

Secara geografis Kelurahan Dago Kecamatan Coblong memiliki bentuk wilayah


datar/berontak sebesar 80% dari total keseluruhan luas wilayah. Kelurahan Dago
terletak 5 kilometer arah utara dari kota Bandung, dan memiliki ketinggian 690-730
Dpl. Ditinjau dari sudut ketinggian tanah, Kelurahan Dago berada pada ketinggian
100 m diatas permukaan air laut. Suhu maksimum dan minimum di Kelurahan Dago
berkisar 36ºC, sedangkan dilihat dari segi hujan berkisar dari 21 mm/tahun dan
jumlah curah hujan yang terbanyak sebesar 45 hari.

3
2.2 Faktor Pembentuk Sosial
Kesejahteraan penduduk secara umum dapat dilihat dari Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang terdiri dari tiga komponen, yaitu derajat pendidikan,
kesehatan dan ekonomi. Sebagai indikator utama, pada dasarnya IPM berfungsi
sebagai indikator impact, yaitu terbentuk karena banyak aspek pembangunan
yang dilakukan. Pada tahun 2007 IPM Kota Bandung mencapai 78,09, dibentuk
oleh indeks kesehatan sebesar 80,65, indeks pendidikan sebesar 89,60, dan indeks
daya beli masyarakat sebesar 64,04. Indeks tertinggi adalah indeks pendidikan
yang semakin mengukuhkan Kota Bandung sebagai salah satu kota pendidikan di
Indonesia.

2.3 Kebudayaan Kelurahan Dago


Kelurahan Dago merupakan bagian dari Kota Bandung. Kota Bandung sendiri
memiliki kekayaan budaya Sunda yang sudah sangat dikenal bukan saja oleh
masyarakat luar Jawa Barat, tetapi juga oleh wisatawan mancanegara. Jenis
kesenian yang menarik ialah seni wayang golek, Angklung, kawih, tari jaipong,
dan seni lainnya. Kota Bandung juga dikenal dengan sebagai seniman musik
modern. Demikian juga budaya ramah orang Bandung dengan senyum sapanya
menjadi daya tarik sendiri. Tentang keramah-tamahan ini jangan diukur secara
kasuistis, tetapi dilihat secara umum walaupun harus diakui bahwa telah terjadi
pergeseran nilai.

2.4 Agama dan Sarana Peribadatan Kelurahan Dago


Dilihat dari data yang didapat masyarakat Kelurahan Dago merupakan
masyarakat yang multi agama. Secara Demografis jumlah penduduk Kelurahan
Dago per tahun 2018 adalah 29.990 Jiwa, dengan komposisi umat beragama
berdasarkan data BPS Bandung 2018 yaitu, pemeluk agama islam (28.168),
agama protestan (1140), agama katolik (516), agama hindu (153), dan agama
budha (85). Untuk sarana peribadatan Kelurahan Dago sendiri terdapat 23 Mesjid,

4
33 Mushola, dan untuk Gereja Protestan, Gereja Katolik, Pura serta Vihara belum
terdapat sarana Peribadatan (0). Berikut grafik agama pada Kelurahan Dago.
Grafik 1. Jumlah Agama yang Dianut Penduduk Kelurahan Dago

Persebaran Agama yang Dianut Penduduk


Kelurahan Dago

Islam (28.168)
Kristen (1140)
Budha (85)
Katolik (516)
Budha (153)

Sumber : Kecamatan Coblong dalam Angka 2020

2.5 Potensi Kelurahan Dago


Kota Bandung merupakan salah satu destinasi wisata unggulan Provinsi Jawa
Barat yang mengalami perkembangan pariwisata yang semakin pesat. Salah satu
potensi wisata yang sangat berkembang ialah wisata kuliner, sejak tahun 1941 Kota
Bandung sudah diposisikan sebagai sentra kuliner karena memiliki jumlah rumah
makan terbanyak di Indonesia. Dengan berbagai aneka kuliner mulai dari camilan
hingga hidangan utama. Wolf (2004) menyatakan bahwa ‘wisata kuliner bukanlah
sesuatu yang mewah dan eksklusif, wisata kuliner lebih menekankan pada
pengalaman yang unik dan bukan pada kemewahan restaurant. International Culinary
Tourism Association (ICTA) menyatakan wisata kuliner bukan hal yang baru,
berhubungan dengan agrowisata namun lebih berfokus pada bagaimana suatu
makanan maupun minuman dapat menarik kedatangan wisatawan untuk
menikmatinya.
Kelurahan Dago merupakan salah satu tempat pilihan untuk wisata kuliner.
Kawasan Dago hingga Dago Pakar merupakan salah satu wilayah kunjungan
terbanyak dari kegiatan kuliner di kota Bandung. Kawasan Dago Pakar juga

5
merupakan salah satu kawasan wisata kuliner khususnya untuk restoran dan café yang
cukup terkenal di kota Bandung. Wilayah yang strategis dan didukung dengan hawa
udara yang sejuk serta pemandangan alam yang menarik menjadi daya tarik bagi
pengusaha restoran dan café untuk membuka bisnisnya di daerah ini. Dago adalah
kelurahan terbesar yang ada di Kecamatan Coblong, Bandung. Kelurahan Dago
memiliki banyak potensi, potensi yang paling menonjol adalah usaha kuliner yang
berjumlah sebanyak 145 buah dan objek pariwisata yang berlokasi pada Kampung
Kreatif Dago Pojok. Dapat diamati bahwa kelurahan Dago memiliki daya tarik dalam
bidang kuliner dan pariwisata.

6
BAB III
METODOLOGI

3.1 Jenis Penelitian


Adapun metode yang digunakan untuk menyusun dan memetakan potensi
wilayah Kelurahan Dago adalah metode penelitian kepustakaan. Metode penelitian
kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan penelaahan terhadap
buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang
ingin dipecahkan (Nazir: 1988). Selain itu peneliti juga akan menggunakan data-data
sekunder dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya terhadap
kampung ini. Metode penelitian kepustakaan yang dilakukan peneliti pada
penyusunan dan pemetaan potensi wilayah Kelurahan Dago yang dilakukan
bersumber dari jurnal-jurnal yang sudah dipublikasikan oleh peneliti sebelumnya.
Dengan demikian penelitian yang bersifat induktif. Penelitian di Kampung Kreatif
Dago Pojok secara berkala, baik itu selama ada kegiatan kreatif yang terjadwal,
maupun pada waktu-waktu di mana sedang tidak ada kegiatan.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Nama kawasan Dago berasal dari kegiatan yang dilakukan warga Bandung Utara
pada masa lalu yang selalu melakukan kegiatan saling tunggu satu sama lain atau
disebut dalam bahasa Sunda dengan “silih dagoan” atau saling menunggu sebelum
pergi ke daerah utara dan selatan Bandung atau pulang menuju kearah barat. Kegiatan
ini mereka lakukan demi keamanan dan keselamatan karena pada masa itu Dago
merupakan kawasan hutan dan perkebunan yang sepi dan rawan ancaman.
Gambar 1. Jalan Dago Tempo Dulu

Sumber: Album Bandoeng Tempo Doeloe


Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong merupakan salah satu bagian wilayah Kota
Bandung dengan luas lahan sebesar 285 Ha. Jalan Dago merupakan nama jalan utama
di Kelurahan Dago yang kini telah diubah secara resmi menjadi jalan Ir. H. Juanda.
Namun, masyarakat Bandung masih menyebutnya dengan nama Jalan Dago. Secara
administratif Kelurahan Dago dibatasi oleh :
· Bagian Utara : Kabupaten Bandung
· Bagian Selatan : Kelurahan Lebak Siliwangi
· Bagian Timur : Kelurahan Sekeloa dan Kel.Cigadung Cibeunying Kaler
· Bagian Barat : Sungai Cikapundung, Kelurahan Cumbuleuit Kec. Cidadap

8
Gambar 2. Peta Kelurahan Dago Kecamatan Coblong Kota Bandung

Sumber :Penulis, 2021

9
Tahun 1905 Dago sebagai kawasan hunian Belanda, berawal dengan adanya
pembangunan rumah milik Andre Van Der Burn yang terletak dikawasan Dago atas
bersebelahan dengan hotel Jayakarta. Pada tahun 1915-1945 Dago menjadi salah satu
titik pelestarian alam yang dilakukan oleh organisasi Bandoeng Vooruit yang
merupakan organisasi masyarakat dalam menghijaukan daerah aliran air sungai
Cikapundung dengan pinus dan Cemara. Memasuki era kemerdekaan Indonesia di
tahun 1945, kawasan Dago tetap berfungsi sebagai daerah hunian dengan kondisi
terjaga hingga akhir tahun 1960. Sekitar tahun 1970, Dago mengalami kenaikan
kegiatan ekonomi yang menyebabkan pergeseran fungsi lahan dari kawasan hunian
menjadi kawasan komersil.
Kelurahan Dago merupakan salah satu tempat pilihan untuk wisata kuliner di
Kota Bandung. Kawasan Dago hingga Dago Pakar merupakan salah satu wilayah
kunjungan terbanyak dari kegiatan kuliner. Kawasan Dago Pakar juga merupakan
salah satu kawasan wisata kuliner khususnya untuk restoran dan cafe yang cukup
terkenal di kota Bandung. Wilayah yang strategis dan didukung dengan hawa udara
yang sejuk serta pemandangan alam yang menarik menjadi daya tarik bagi pengusaha
restoran dan cafe untuk membuka bisnis di daerah ini. Sepanjang jalan Ir. H. Juanda
terdapat berbagai kunjungan wisata seperti rumah makan, pusat perbelanjaan, butik,
toko-toko, dan pusat hiburan terkemuka. Dago adalah kelurahan terbesar yang ada di
Kecamatan Coblong, Bandung. Kelurahan ini memiliki banyak potensi, diantaranya
yang paling menonjol adalah usaha kuliner yang berjumlah sebanyak 145 buah dan
objek pariwisata yang berlokasi pada Kampung Kreatif Dago Pojok. Dapat diamati
bahwa kelurahan Dago memiliki daya tarik dalam bidang kuliner dan pariwisata.

10
Grafik 2. Jumlah Tempat Wisata Kuliner Kelurahan Dago
Tempat Wisata Kuliner Kelurahan Dago
Menurut Jenisnya
warung makan

18% rumah makan


restoran
13%
3% 66% coffee shop

Sumber: BPS Bandung


Kelurahan Dago juga memiliki potensi dalam bidang pariwisata. Yaitu kawasan
Kampung Kreatif Dago Pojok. Kampung Kreatif Dago Pojok merupakan kampung
kreatif pertama yang diresmikan pada 28 Oktober tahun 2011 oleh Wakil Walikota
Bandung pada saat itu yaitu Ayi Vivananda dalam upaya menciptakan konsep kota
kreatif. Daya Tarik wisata di Kampung Wisata Dago Pojok yang selalu menjadi
produk unggulan yaitu seperti Jaipongan, Rampak Sekar, Celempungan, Spot foto di
dinding yang digambar mural, Atraksi Hahayaman, dan Tutulan Gondang.
Adapun potensi Kelurahan Dago secara detail dapat dilihat dalam tabel di bawah
ini :
Tabel 2. Potensi Kelurahan Dago
NO Potensi Jumlah
1 Lembaga Pendidikan Tinggi 3
2 Lembaga Pendidikan Dasar dan Tingkat Pertama 1
Swasta
3 Pelayanan Kesehatan 49
4 Industri Kelompok 52
5 Toserba 1
6 Minimarket 8
7 Hotel 7
8 Usaha Kuliner 145

11
9 Bank 4
10 Koperasi 26
11 Pusat Kebugaran 1
12 Gedung Pertunjukkan 1
13 Sanggar Tari 1
14 Wilayah Persawahan 1
15 Galeri 1
Sumber: PEKSOS Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 18 No. 1, Juni 2019
Gambar 3. Kampung Wisata Kreatif Dago Pojok

Sumber web: tempatwisatadibandung.info


Adapun isu permasalahan Kelurahan Dago yaitu yaitu:
4.1.1 Kemiskinan
Kelurahan Dago yang merupakan satu dari beberapa kelurahan di Kota Bandung
yang mengalami permasalahan kemiskinan. Berdasarkan data kelurahan Dago, total
penduduk kelurahannya sebanyak 29.818 jiwa. Berdasarkan BDT per Mei 2017
diketahui terdapat 4.521 KK yang mengalami masalah kemiskinan. Ditandai dengan
buruknya permukiman masyarakat dengan kepadatan permukiman, sanitasi yang
buruk, dan kondisi rumah yang tidak memadai dilihat dari jumlah anggota keluarga
dengn luar rumahnya. Dalam upaya penyelesaian permasalahan kemiskinan, Pusat
Kesejahteraan Sosisal (Puskesos) dirintis mulai pertengahan 2017. Hadirnya
pelayanan sosial pada Puskesos yang berada pada tingkat kelurahan diharapkan dapat
menanggulangi masalah kemiskinan secara mandiri, sesuai dengan konsep pelayanan
sosial yang lebih menitikberatkan pada sebuah institusi sosial yang telah

12
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan setiap masyarakat yang tidak cukup atau
secara efektif dipenuhi oleh sumber pribadi, keluarga, perusahaan atau industri.
Banyaknya potensi yang dimiliki Kelurahan Dago memungkinkan bagi Puskesos
untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat sekitar.
4.1.2 Polusi udara dan kebisingan
Transportasi, polusi udara, dan kebisingan adalah komponen yang saling
berkaitan. Banyaknya kendaraan meningkatkan emisi gas karbon yang menyebabkan
pencemaran udara dan polusi suara, terlebih saat kemacetan terjadi. Daerah yang
sering macet atau antrian kendaraannya panjang adalah daerah Simpang Dago, yaitu
perapatan dengan jalan Dipati Ukur. Panjang antrian bisa sampai ke atas, ke dekat
terminal Dago pada masa libur panjang dan ketika siang atau sore harinya terjadi
hujan lebat.
4.1.3 Sampah dan Limbah B3
Kawaan Industri Sampah (KIS) dengan pelopor Prof. Hasan Purbo. Sampah dan
Limbah B3, di Kelurahan Dago tepatnya di daerah Cisitu merupakan Kawasan
Industri Sampah (KIS), hanya saja kawasan ini sudah lama tidak berfungsi. Sehingga
sampah yang menumpuk dibakar di dekat Sasana Budaya Ganesha ITB yang berubah
menjadi pencemaran udara. Secara garis besar yang menjadi isu permasalahan di
Kelurahan Dago adalah pencemaran lingkungan terhadap udara.

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat berdasarkan data di atas, yaitu :
5.1.1 Dago merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Coblong, Kota
Bandung. Nama Dago sendiri diambil dari kata Dago (dagoan) berasal dari bahasa
sunda yang artinya "menunggu", pada zaman dahulu pada masa penjajahan Belanda,
penduduk di daerah utara Bandung memiliki kebiasaan untuk saling menunggu untuk
pergi bersama- sama ke kota, yang mana pada masa itu, rute yang ditempuh menuju
kota melewati daerah yang masih tergolong sepi dan rawan binatang buas, terutama di
daerah hutan di sekitar terminal Dago sekarang. Pada tahun 1900-1914, pemerintah
Hindia Belanda memulai pembangunan di daerah Bandung, pembangunan di daerah
Dago, dimulai dengan pembangunan rumah peristirahatan milik Andre van der brun
pada tahun 1905, pada saat ini bangunan ini masih berdiri dan berada bersebelahan
dengan Hotel Jayakarta. Wilayah Dago itu sendiri meliputi, simpang Dago ke arah
utara, Dago barat, Dago jati (STKS-sekarang), Dago biru, Dago pojok, hingga PLTA
Bengkok.
5.1.2 Kelurahan Dago merupakan salah satu tempat pilihan untuk wisata kuliner. Menurut
data yang diambil dari Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 18 No. 1, Juni 2019
Kelurahan Dago memiliki banyak potensi. Potensi yang paling menonjol adalah usaha
kuliner yang berjumlah sebanyak 145 buah dan objek pariwisata yang berlokasi pada
Kampung Kreatif Dago Pojok. Dapat diamati bahwa kelurahan Dago memiliki daya
tarik dalam bidang kuliner dan pariwisata.. Dikarenakan potensi-potensi ini jugalah
yang membuat penulis memilih Kelurahan Dago sebagai wilayah yang akan dijadikan
lokasi yang menjadi objek kajian.
5.1.3 Isu yang dihadapi masyarakat Kelurahan Dago yait kemiskinan, polusi dan
kebisingan, dominasi Kendaraan bermotor yang memacetkan jalan otomatis
mengeluarkan asap jelaga dan pencemaran, juga klakson karena pengendara yang tidak
sabar. Isu selanjutnya yaitu Sampah dan Limbah B3, di Kelurahan Dago tepatnya di
daerah Cisitu merupakan Kawasan Industri Sampah (KIS), hanya saja kawasan ini

14
sudah lama tidak berfungsi. Sehingga sampah yang menumpuk dibakar di dekat Sasana
Budaya Ganesha ITB yang berubah menjadi pencemaran udara
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Pemerintah
Dari laporan ini, dengan jumlah penduduk yang terus bertambah diharapkan
pemerintah kota Bandung sebagai penentu kebijakan dapat mengendalikan peraturan dan
ketetapan yang menyangkut tentang kesejahteraan sosial dan lingkungan termasuk ke
dalam Kelurahan Dago agar dapat memberantas masalah-masalah kemiskinan, pencemaran
udara yang disebabkan oleh asap pembakaran sampah ataupun jelaga transportasi. Untuk
perkembangan sarana peribadatan Kelurahan Dago sebaiknya dikembangkan untuk agama
lain hal ini bermaksud guna mendukung kualitas masyarakat Kelurahan Dago dimasa yang
akan datang.
5.2.2 Untuk Masyarakat
Kepada masyarakat, khususnya masyarakat Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong agar
lebih mampu untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada guna mengingkatkan taraf
kesejahteraan sosial daerahnya. Kesadaran akan pengolahan sampah yang baik dan benar
dan pengurangan penggunaan kendaraan bermotor. Bisa menggunakan kendaraan umum,
sepeda, atau berjalan kaki bila jarak yang ingin ditempuh tidak terlalu jauh.

15
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2018. Kecamatan Coblong Dalam Angka 2019. Kota Bandung: BPS
Kota Bandung.

Purwasasmita, M. (2005), Orasi Ilmiah, Universitas Kebangsaan Bandung

←Jurnal

Gede. H Cahyana, 2008. Studi Isu Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Volume IX,
Sosioteknologi Terapan.

←Jurnal

Mufrino, 2016. Pengaruh Customer Experience Terhadap Repurchase Intention.


Universitas Pendidikan Indonesia

Wolf, A. J., 2004, “Spiritual Leadership: A New Model”, Healthcare Executive, 19, hal. 22.

Priesteta, Astrid C, Didiet W, Tukino. 2019. Mengintegrasikan pelayanan sosial melalui


pusat kesejahteraan sosial (puskesos) di kelurahan dago kota bandung. PEKSOS:
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial. Vol18(1): 381-389.

(Wisesa, CREATIVITY BASED TOURISM IN KAMPUNG KREATIF DAGO POJOK


BANDUNG, 2018)

Wulandari, Endang, Annisa R.U, Titik P. 2019. Daya Tarik wisata kuliner di kota bandung.
Jurnal Education and Economics. Vol.(3): 389-394.

Agoes, Adrian. 2015. Pengembangan produk pariwisata perdesaan di kampong dago pojok
bandung. Jurnal Manajemen Resort & Leisure. Vol.12(1): 73-99

Ramadhana, Bayudhira, Parino D, Irwan Wiprata. 2019. Penataan kampung wisata kreatif
dago pojok bandung. Jurnal STUP. Vol.1(2): 2313-2322

16
Mardiana, Dian. (2017, September 24). Tempat wisata di bandung: Kampung wisata kreatif
dago pojok-info sejarah & alamat. Diakses pada 10 Januari 2021, pada
https://tempatwisatadibandung.info/kampung-wisata-kreatif-dago-pojok-bandung/

17

Anda mungkin juga menyukai